Tugas Individu Pancasila
Tugas Individu Pancasila
“HARI PAHLAWAN”
DOSEN PENGAJAR:
Ibu Hj.Rosmalina Soejono
DISUSUN OLEH:
- Oktaviani (20180606016)
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila ini
tentang Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia.
Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai pihak
sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari segala hal tersebut, kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya saya dengan lapang dada
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Kecerdasan Sosial Anak Yatim Berbasis
Al-Qur’an ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Periode Pengusulan Pancasila..............................................................................
B. Periode Perumusan Pancasila..............................................................................
C. Periode Pengesahan Pancasila.............................................................................
D. Pancasila Dalam Kajian Sejarah.........................................................................
E. Sumber Historis,Sosiologis dan Politis Pancasila...............................................
F. Dinamika dan Tantangan dalam Kajian sejarah
Bangsa Indonesia.................................................................................................
G. Piagam Jakarta, Zaman Orde Baru dan Era Reformasi.................................
H. Argumen Tentang Tantangan Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara.............................................................................................................
I. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah
Bangsa Indonesia untuk Masa Depan...............................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hari Pahlawan, 10 November. Ya. Mungkin diantara kita telah banyak yang
melupakan hari sakral tersebut. Bahkan kita pun cenderung alpa untuk memperingatinya. Di
sekolah - sekolah sekalipun, seakan tidak tergugah untuk memberi reward kepada pahlawan
tanpa tanda jasa atau hanya sekedar mengingatkan kembali makna pahlawan yang
sesungguhnya kepada para murid. Upacara peringatan Hari Pahlawan pun, telah semakin
jarang dijumpai. Masyarakat bahkan tidak sempat memberikan penghormatan kepada Hari
Pahlawan, walau hanya sekedar mengibarkan bendera Merah - Putih di depan rumah mereka.
Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta 17 Agustus
1945 pasukan Jepang mulai dilucuti oleh tentara nasional dan rakyat. Proses pelucutan ini
menimbulkan bentrokan-bentrokan di berbagai daerah yang cukup banyak menimbulkan
korban. Inisiatif tersebut juga dilakukan karena pihak sekutu di Indonesia masih belum juga
melucuti tentara Jepang.
Pihak sekutu yang telah menjatuhkan bom di kota Hiroshima dan Nagasaki di Jepang
juga turut akhirnya turun ke Indonesia untuk melucuti tentara Jepang. 15 September sekutu
yang diwakili oleh Inggris mendarat di Jakarta dan 25 Oktober di Surabaya dengan 6.000
serdadu dari Divisi ke-23 dengan pimpinan Brigadir Jenderal Mallaby. Namun pendaratan
sekutu ini didomplengi kepentingan Belanda secara rahasia melalui NICA untuk kembali
menguasai Indonesia meskipun sudah memerdekakan dirinya.
1
meledakkan gudang amunisi Belanda, Palagan Ambarawa, Medan, Brastagi, Bangka dll.
Perlawanan ini terus berlanjut baik dengan senjata maupun dengan negosiasi para pimpinan
negeri seperti perjanjian Linggajati di Kuningan, perjanjian di atas kapal Renville, perjanjian
Roem-Royen sampai akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada Konferensi
Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tahun 1949.
Empat tahun revolusi yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia, hingga akhirnya
momen 10 November dijadikan Hari Pahlawan. Dari fakta sejarah di atas bisa kita simpulkan
bahwa ancaman pertama kemerdekaan Indonesia bukan hanya Belanda ingin menguasai
kembali, namun sekutu yang dipimpin Amerika memiliki kepentingan tersendiri di Indonesia.
2
A. Rumusan masalah
1. Apa arti pahlawan sesungguhnya?
2. Siapa saja sosok sosok pahlawan masa kini?
3. Apa makna arti hari pahlawan ?
B. Tujuan
1. Mengetahui arti pahlawan yang sesungguhnya
2. Mengenal sosok - sosok pahlawan masa kini
3. Mengetahui makna arti hari pahlawan
3
BAB II
PEMBAHASAN
Para pahlawan rela bertempur mati-matian di medan perang, dan tak pernah gentar meski
nyawa menjadi taruhannya. Maka dari itu, kita wajib menundukkan kepala untuk mengenang
jasa-jasa mereka saat hari pahlawan 10 November ini.
5
Tak lama setelah mengumpulnya massa di Hotel Yamato, Residen Soedirman,
pejuang dan diplomat yang saat itu menjabat sebagai Wakil Residen (Fuku Syuco Gunseikan)
yang masih diakui pemerintah Dai Nippon Surabaya Syu, sekaligus sebagai Residen Daerah
Surabaya Pemerintah RI, datang melewati kerumunan massa lalu masuk ke hotel Yamato
dikawal Sidik dan Hariyono. Sebagai perwakilan RI dia berunding dengan Mr. Ploegman dan
kawan-kawannya dan meminta agar bendera Belanda segera diturunkan dari gedung Hotel
Yamato. Dalam perundingan ini Ploegman menolak untuk menurunkan bendera Belanda dan
menolak untuk mengakui kedaulatan Indonesia. Perundingan berlangsung memanas,
Ploegman mengeluarkan pistol, dan terjadilah perkelahian dalam ruang perundingan.
Ploegman tewas dicekik oleh Sidik, yang kemudian juga tewas oleh tentara Belanda yang
berjaga-jaga dan mendengar letusan pistol Ploegman, sementara Soedirman dan Hariyono
melarikan diri ke luar Hotel Yamato. Sebagian pemuda berebut naik ke atas hotel untuk
menurunkan bendera Belanda. Hariyono yang semula bersama Soedirman kembali ke dalam
hotel dan terlibat dalam pemanjatan tiang bendera dan bersama Koesno Wibowo berhasil
menurunkan bendera Belanda, merobek bagian birunya, dan mengereknya ke puncak tiang
bendera kembali sebagai bendera Merah Putih1
Setelah insiden di Hotel Yamato tersebut, pada tanggal 27 Oktober 1945 meletuslah
pertempuran pertama antara Indonesia melawan tentara Inggris . Serangan-serangan kecil
tersebut di kemudian hari berubah menjadi serangan umum yang banyak memakan korban
jiwa di kedua belah pihak Indonesia dan Inggris, sebelum akhirnya Jenderal D.C. Hawthorn
meminta bantuan Presiden Sukarno untuk meredakan situasi.
6
Setelah gencatan senjata antara pihak Indonesia dan pihak tentara Inggris
ditandatangani tanggal 29 Oktober 1945, keadaan berangsur-angsur mereda. Walaupun
begitu tetap saja terjadi bentrokan-bentrokan bersenjata antara rakyat dan tentara Inggris di
Surabaya. Bentrokan-bentrokan bersenjata di Surabaya tersebut memuncak dengan
terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby, (pimpinan tentara Inggris untuk Jawa Timur), pada
30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30. Mobil Buick yang ditumpangi Brigadir Jenderal
Mallaby berpapasan dengan sekelompok milisi Indonesia ketika akan melewati Jembatan
Merah. Kesalahpahaman menyebabkan terjadinya tembak menembak yang berakhir dengan
tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby oleh tembakan pistol seorang pemuda Indonesia yang
sampai sekarang tak diketahui identitasnya, dan terbakarnya mobil tersebut terkena ledakan
granat yang menyebabkan jenazah Mallaby sulit dikenali. Kematian Mallaby ini
menyebabkan pihak Inggris marah kepada pihak Indonesia dan berakibat pada keputusan
pengganti Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh untuk mengeluarkan
ultimatum 10 November 1945 untuk meminta pihak Indonesia menyerahkan persenjataan dan
menghentikan perlawanan pada tentara AFNEI dan administrasi NICA.
7
sebenarnya telah pecah, setidaknya secara lokal. Dua puluh menit sampai setengah jam
setelah itu, ia (Mallaby) sayangnya tewas dalam mobilnya-meskipun (kita) tidak benar-benar
yakin apakah ia dibunuh oleh orang Indonesia yang mendekati mobilnya; yang meledak
bersamaan dengan serangan terhadap dirinya (Mallaby). Saya pikir ini tidak dapat dituduh
sebagai pembunuhan licik... karena informasi saya dapat secepatnya dari saksi mata, yaitu
seorang perwira Inggris yang benar-benar ada di tempat kejadian pada saat itu, yang niat
jujurnya saya tak punya alasan untuk pertanyakan ... "
8
Di luar dugaan pihak Inggris yang menduga bahwa perlawanan di Surabaya bisa
ditaklukkan dalam tempo tiga hari, para tokoh masyarakat seperti pelopor muda Bung Tomo
yang berpengaruh besar di masyarakat terus menggerakkan semangat perlawanan pemuda-
pemuda Surabaya sehingga perlawanan terus berlanjut di tengah serangan skala besar Inggris.
Tokoh-tokoh agama yang terdiri dari kalangan ulama serta kyai-kyai pondok Jawa
seperti KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah serta kyai-kyai pesantren lainnya juga
mengerahkan santri-santri mereka dan masyarakat sipil sebagai milisi perlawanan (pada
waktu itu masyarakat tidak begitu patuh kepada pemerintahan tetapi mereka lebih patuh dan
taat kepada para kyai) shingga perlawanan pihak Indonesia berlangsung lama, dari hari ke
hari, hingga dari minggu ke minggu lainnya. Perlawanan rakyat yang pada awalnya dilakukan
secara spontan dan tidak terkoordinasi, makin hari makin teratur. Pertempuran skala besar ini
mencapai waktu sampai tiga minggu, sebelum seluruh kota Surabaya akhirnya jatuh di tangan
pihak Inggris.
Setidaknya 6,000 - 16,000 pejuang dari pihak Indonesia tewas dan 200,000 rakyat
sipil mengungsi dari Surabaya. Korban dari pasukan Inggris dan India kira-kira sejumlah 600
- 2000 tentara. Pertempuran berdarah di Surabaya yang memakan ribuan korban jiwa tersebut
telah menggerakkan perlawanan rakyat di seluruh Indonesia untuk mengusir penjajah dan
mempertahankan kemerdekaan. Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang
menjadi korban pada hari 10 November ini kemudian dikenang sebagai Hari Pahlawan oleh
Republik Indonesia hingga sekarang.
10
J. Para Pahlawan Menangis Dalam Makam
Dewasa ini, memperingati Hari Pahlawan dengan semangat baru, cara baru,
pandangan baru, adalah penting. Sebab, kita sama-sama menyaksikan bahwa selama Orde
Baru, keagungan jiwa revolusioner Hari Pahlawan yang dicetuskan oleh Bung Karno telah
dibikin mandul atau kerdil. Pastilah para pahlawan kita dari berbagai angkatan, berbagai
suku, berbagai agama dan aliran politik, menangis sedih dalam makam mereka, melihat
keadaan bangsa dan negara kita yang seperti sekarang ini. Bukanlah bangsa dan negara yang
macam sekarang ini yang mereka cita-citakan ketika mereka bersedia mengorbankan diri
dalam berbagai medan perjuangan, termasuk dalam pertempuran-pertempuran di seluruh
tanahair.
Sebagai produk kultur politik dan kultur moral Orde Baru kerusakan dan pembusukan
melanda di seluruh lini, baik di bidang eksekutif, legislatif dan judikatif, termasuk di
kalangan agama. Banyak tokoh-tokoh politik, pemuka masyarakat dan pejabat yang benar-
benar sudah menjadi penjahat dan pengkhianat rakyat. Banyak di antara mereka sudah tidak
peduli lagi terhadap kepentingan publik. Mereka menghalalkan segala cara untuk mencuri
milik negara dan rakyat. Mereka tidak segan-segan menggunakan dalil-dalil dan kedok
agama untuk menimbulkan perpecahan, dan menyebar benih-benih kerusuhan.
11
bangsa dan negara selama puluhan tahun, maka sudah sepatutnyalah bahwa mereka kita
pandang sebagai pahlawan pendobrak Orde Baru.
Hari Pahlawan harus sama-sama kita kembalikan kepada peran (dan pesannya) yang
semestinya. Ini adalah tugas utama bangsa kita, termasuk dari kalangan pendidikan dan
sejarawan. Angkatan muda harus dididik untuk menghayati benar-benar semangat
pengabdian kepada rakyat dan pengorbanan diri demi kepentingan nusa dan bangsa.
Kalangan sejarawan (dan pendidikan) perlu sekali meninjau kembali buku-buku sejarah
dalam sekolah-sekolah, sehingga generasi muda kita mengenal sejarah bangsa secara benar
(ingat : pemalsuan yang memblingerkan : serangan 1 Maret dan pendudukan 6 jam di Jogya
oleh Suharto dan pemalsuan-pemalsuan sejarah lainnya).
Bangsa yang besar menghargai para pahlawannya. Bangsa Indonesia pernah
dipandang besar oleh bangsa lain di dunia, terutama oleh rakyat-rakyat di Asia, Afrika dan
Amerika Latin, berkat perjuangannya melawan kolonialisme dan imperialisme ( mohon
dicatat antara lain : revolusi 45, Konferensi Bandung, Konferensi Pengarang Asia-Afrika,
Konferensi Wartawan Asia-Afrika, Ganefo, Konferensi Internasional Anti Pangkalan Militer
Aaing).
Sekarang ini, negeri kita Indonesia sedang terpuruk citranya di dunia. Sekali lagi,
bukan negeri yang macam beginilah yang dicita-citakan oleh ratusan ribu (bahkan mungkin
jutaan) pahlawan kita, yang dalam barisan panjang dan berliku-liku telah berbondong-
bondong bersedia mengorbankan diri, demi kita semua dan demi anak-cucu kita.
Dengan tekad bersama untuk menjunjung tinggi-tinggi semangat revolusioner dalam
mengabdi kepada kepentingan rakyat, marilah kita sambut peringatan Hari Pahlawan
12
3
Bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan, sekaligus sebagai bagian dari generasi
millennials tentu kita masih bertanggung jawab untuk menghargai, meneladani dan
mengamalkan nilai-nilai kebangsaan para pahlawan.
Momentum Hari Pahlawan bukan saja monentum untuk melaksanakan upacara dan kegiatan
ziarah ke makam pahlawan saja, namun hari pahlawan ini dapat kita jadikan sebagai
pembuktian terhadap rasa cinta tanah air dan rasa patriotisme kita terhadap Republik ini.
Tahun demi tahun kita memperingati Hari Pahlawan ini, tapi semakin kesini kita seakan
melupakan makna Hari Pahlawan, memang kita tidak ikut dalam peristiwa yang terjadi di
Surabaya, namun peristiwa di Surabaya memberikan makna mendalam terhadap rasa
kebangsaan kita.
3
Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan.
Yogyakarta: Ombak.
13
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, marilah sebagai generasi milenial sekaligus
penerus bangsa kita senantiasa mencintai negeri ini. Melakukan hal-hal yang positif sesuai
dengan bidang kita masing-masing,mengisi kemerdekaan yang ada dan berkontribusi nyata
dalam perkembangan Indonesia. Bukan berarti saat kemerdekaan telah diraih, gelora bara api
kepahlawanan menjadi usang dan padam pada era millennial. Karena sejatinya perjuangan
kita belum selesai.
“Perjuangan pahlawan sangatlah berat, namun generasi millenial juga memiliki beban yang
sama beratnya. Berjuang di tengah kuatnyaarus digital yang dapat memporak-porandakan
persatuan sewaktu-waktu. Untuk itu, marilah menjadi generasi millennilas yang mau
mendengar, mau membaca, mau memahami, mau melihat dengan hati, dan mau mencari tau
kebenaran sebelum mengomentari”.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Makna Pahlawan yang sesungguhnya adalah semua orang yang rela dan mau
membantu atau berbuat baik kepada orang lain, bangsa ataupun negara tanpa adanya rasa
pamrih. Dan kita juga harus mengetahui pahlawan masa kini, bukan hanya pahlawan yang
berperang pada zaman penjajahan saja. Bahkan, kita juga dapat turut menjadi pahlawan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Basri, H.M. Ramli. Surabaya Hari Ini (Surabaya Today).Basundoro, Purnawan. 2009.
Dua Kota Tiga Zaman Surabaya dan Malang Sejak Kolonial Sampai Kemerdekaan.
Yogyakarta: Ombak.
Setiadjijaya, Barlan. 1991. 10 November ’45, Gelora Kepahlawanan Indonesia. Jakarta:
Yayasan Dwi Warna.
16