Fix Kel.1 Dokep
Fix Kel.1 Dokep
DI SUSUN OLEH :
GUSNADI (PO.62.20.1.17.327)
SARWANTO (PO.62.20.1.17.345)
KEMENTRIAN KESEHATAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena limpahan
kasih sayang serta petunjuk-Nya, penulis mampu menyusun makalah ini.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas Dokumentasi
Keperawatan (Dokep). Dalam penyusunannya penulis menemui banyak hambatan, tetapi
semua itu menjadikan penulis lebih termotivasi dalam menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini juga tidak terlepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, tak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah terlibat dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak, demi kesempurnaan
makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................4
1.3 Tujuan................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..............................................................6
A. KESIMPULAN...............................................................24
B. SARAN...........................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................25
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
di indonesia hukum di bagi dua,yakni : Hukum pidana Hukum perdata sumber hukum utama
Konstitusi,Badan legislatif,Sistem peradilan(yudikatif), peraturan administratif
Salah satu alat yang di gunakan dalam manajemen resiko adalah laporan insiden dan
laporan kejadian Laporan kejadian memberikan data dasar untuk penelitian selanjutnya dalam
upaya menjelaskan penyimpangan dari standar pelayanan,memperbaiki tindakan yang
diperlukan untuk ,mencegah frekuensi, dan untuk meningkatkan manajemen resiko terhdap
situasi yang berpotensi menjadi tuntutan.
iv
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini agar pembaca dapat memahami mengenai
aspek legal dalam pendokumentasian, manajemen resiko serta teknik laporan.
Tujuan Dokumentasi keperawatan sebagai dokumen rahasia yang mencatat semua
pelayanan keperawatan klien, catatan tersebut dapat diartikan sebagai suatu catatan
bisnis dan hukum yang mempunyai banyak manfaat dan penggunaannya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada
hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku yang
ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.
Di indonesia hukum dibagi dua, yakni hukum pidana dan hukum perdata.
Hukum pidana atau hukum publik adalah produk hukum yang mengatur hubungan
individu dengan pemerintah, yang menggambarkan kekuasaan pemerintah yang
berwenang (pemerintah terlibat langsung didalamnya).
Hukum perdata atau hukum sipil adalah produk hukum yang mengatur hubungan
antar manusia. Misalnya: kontrak, pemilikan harta, praktik keperawatan, pengobatan
dll.
1. Konstitusi
2. Badan legislatif
3. Sistem peradilan (yudikatif)
4. Peraturan administratif
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan, perlu disusun
peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari profesi keperawatan.
Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatan disebut undang-undang atau
peraturan praktik keperawatan. Bentuk perundang-undangan tersebut diatur sesuai dengan
kebutuhan dan jenjang peraturan perundang-undangan.
6
Jenjang peraturan perundang-undangan, yaitu sebagai berikut:
1. UUD
2. UU
3. Peraturan pengganti undang-undang (PERPU)
4. Peraturan pemerntah (PP)
5. Keputusan presiden (Keppres)
6. Keputusan menteri (Kepmen)
7
2. Peraturan perundangan yang mengatur setelah lulus pendidikan keperawatan
Dalam kaitan dengan praktik kepeerawatan ini, disiapkan peraturan perundangan yang
mengatur penempatan dan praktik keperawatan, antara lain sebagai berikut:
1. Pelanggaran
Perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain berupa harta atau milik lainnya
secara disengaja atau pun tidak disengaja. Jika ada tuntutan hukum, biasanya diselesaikan
secara perdata dengan mengganti kerugian tersebut.
Contoh: menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien
1. Kejahatan
Suatu perlakuan merugikan orang lain, tetapi perbuatan tersebut dianggap merugikan
publik. Karena terlalu parah, kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat
digolongkan sebagai tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak kriminal/pidana ini
dapat dijatuhi hukum denda atau penjara atau kedua-duanya.
Contoh:
1. Kecerobohan luarbiasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak mengindahkan sama
sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat dikenakan tindak perdata maupun
pidana
8
2. Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan tewasnya orang
lain atau mengonsumsi/mengedarkan obat-obat terlarang. Kejahatan ini dapat dianggap
sebagai tindakan kriminal (lepas dari kenyataan disengaja atau tidak).
1. Pelanggaran penghinaan
Suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar mengenai seseorang sehingga orang
tersebut merasa terhina atau dicemooh. Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan,
disebut slander dan jika berbentuk tulisan disebut libel.
Contoh:
1. Pernyataan palsu
2. Menuduh orang secara keliru
3. Memberi keterangan palsu kepada klien
9
Orang yang didakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat diancam hukuman
jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataannya (lisan atau tulisan). Tuduhan ini
dapat dibela dengan komunikasi berprivilese, yakni komunikasi yang didasarkan pada
anggapan bahwa petugas profesional tidak dapat memberi pelayanan yang baik tanpa
pembeberan fakta secara lengkap mengenai masalah yang dihadapinya. Jadi informasi
berprivilese merupakan informasi rahasia antar petugas profesional dengan kliennya,
antara pengacara dengan kliennya, antara kiai dengn pemeluk agamanya.
1. Penahanan yang keliru
Penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau pencegahan gerak seseorang tanpa
persetujuannya, misalnya menahan klien pulang dari rumah sakit guna mendapat
perawatan tambahan tanpa persetujuan klien yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut
mengalami gangguan jiwa atau penyakit menular yang apabila dipulangkan dari rumah
sakit akan membahayakan masyarakat. Untuk itu rumah sakit mempunyai formulir khusus
yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah sakit yang
bersangkutan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena meninggalkan rumah
sakit tersebut.
1. Pelanggaran privasi
Dokumentasi legal yang isinya merupakan kondisi perkembangan klien biasanya
ditulis dalam bentuk chart. Chart memuat segala proses dan perkembangan klien
yang ditulis secara akurat. Chart mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai penyedia data
mengenai klien dan merupakan laporan yang dapat menjaga standar pelayanan.
Adapun komponen-komponen dari data yang legal adalah sebagai berikut:
10
10. Keseimbangan cairan, konsumsi makanan, intake dan output, status sirkulasi dan
pernapasan, serta edukasi dan nyeri
Pedoman pendokumentasian
1. Pengobatan :
11
2.1.3 Teknik Penulisan yang benar
Dalam pendokumentasian ada 3 teknik, yaitu : Teknik Naratif dan Teknik Flow sheet
dan checklist. Teknik tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Naratif Bentuk naratif adalah merupakan pencatatan tradisional dan dapat bertahan paling
lama serta merupakan sistem pencatatan yang fleksibel. Karena suatu catatan naratif
dibentuk oleh sumber asal dari dokumentasi maka sering dirujuk sebagai dokumentasi
berorientasi pada sumber. Sumber atau asal dokumentasi dapat di peroleh dari siapa saja,
atau dari petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk memberikan informasi. Setiap
narasumber memberikan, hasil observasinya, menggambarkan aktifitas dan evaluasinya
yang unik. Cara penulisan ini mengikuti dengan ketat urutan kejadian/kronologisnya.
Biasanya kebijakan institusi menggariskan siapa yang mencatat/melaporkan apa,
bagaimana sesuatu akan dicatat dan harus dicatat dimana. Ada lembaga yang menetapkan
bahwa setiap petugas kesehatan harus mencatat di formulir yang telah dirancang khusus,
misalnya catatan dokter, catatan perawat atau fisioterapi atau petugas gizi. Ada juga
institusi yang membuat rancangan format yang dapat dipakai untuk semua jenis petugas
kesehatan dan semua catatan terintegrasi dalam suatu catatan. Berhubung sifat
terbukanya catatan naratif (orientasi pada sumber data) sehingga dapat digunakan pada
setiap kondisi klinis. Tidak adanya struktur yang harus diakui memungkinkan perawat
mendokumentasikan hasil observasinya yang relevan dan kejadian secara kronologis.
Keuntungan dan kelemahan pedokumentasian secara naratif Keuntungan catatan naratif :
Pencatatan secara kronologis memudahkan penafsiran secara berurutan dari
kejadian dari asuhan/tindakan yang dilakukan
Memberi kebebasan kepada perawat untuk mencatat menurut gaya yang
disukainya
Format menyederhanakan proses dalam mencatat masalah, kejadian perubahan,
intervensi, rekasi pasien dan outcomes Kelemahan catatan naratif :
Cenderung untuk menjadi kumpulan data yang terputus-putus, tumpang tindih dan
sebenarnya catatannya kurang berarti
Kadang-kadang sulit mencari informasi tanpa membaca seluruh catatan atau
sebagian besar catatan tersebut
Perlu meninjau catatan dari seluruh sumber untuk mengetahui gambaran klinis
pasien secara menyeluruh
12
Dapat membuang banyak waktu karena format yang polos menuntun
pertimbangan hati-hati untuk menentukan informasi yang perlu dicatat setiap
pasien
Kronologis urutan peristiwa dapat mempersulit interpretasi karena informasi yang
bersangkutan mungkin tidak tercatat pada tempat yang sama
Mengikuti perkembangan pasien bisa menyita banyak waktu.
2. Flowsheet (bentuk grafik) Flowsheet memungkinkan perawat untuk mencatat hasil
observasi atau pengukuran yang dilakukan secara berulang yang tidak perlu ditulis secara
naratif, termasuk data klinik klien tentang tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi,
pernafasan, suhu), berat badan, jumlah masukan dan keluaran cairan dalam 24 jam dan
pemberian obat. Flow sheet yang selain untuk mencatat vital sing biasanya juga dipakai
untuk catatan keseimbangan cairan dalam 24 jam, catatan pengobatan catatan harian
tentang asuhan keperawatan. Flow sheet merupakan cara tercepat dan paling efisien
untuk mencatat informasi. Selain itu tenaga kesehatan akan dengan mudah mengetahui
keadaan klien hanya dengan melihat grafik yang terdapat pada flow sheet. Oleh karena
itu flow sheet lebih sering digunakan di unit gawat darurat, terutama data fisiologis.
Lembar alur yang unik, berupa kesimpulan penemuan, termasuk flowsheet instruksi
dokter/perawat, grafik, catatan pendidikan dan catatan pemulangan klien. Rangkaian
informasi dalam sistem pendekatan orientasi masalah. Catatan ini dirancang dengan
format khusus pendokumentasian informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah
yang sudah terdaftar. Flowsheet sendiri berisi hasil observasi dan tindakan tertentu.
Beragam format mungkin digunakan dalam pencatatan walau demikian daftar masalah,
flowsheet dan catatan perkembangan adalah syarat minimal untuk dokumentasi pasien
yang adekuat/memadai.
3. Checklist adalah Suatu format pengkajian yang sudah dibuat dengan pertimbang-
pertimbangan dari standar dokumentasi keperawatan sehingga memudahkan perawat
untuk mengisi dokumentasi keperawatan, karena hanya tinggal mengisi item yang sesuai
dengan keadaan pasien dengan mencentang. Jika harus mengisi angka itupun sangat
ringkas misal pada data vital sign. Keuntungan model flowsheet dan checklist :
Mudah dalam pengisian dan lebih cepat
Alur sudah ada tinggal mengisikan dan tidak terputus-putus
13
Mudah dalam mencari informasi per item pengkajian dan catatatan lain
14
18) Catat semua detail tentang terapi intravena dan pemberian darah
19) Laporkan hasil laboratorium yang abN
20) Catat secara tepat
21) Hindari pencatatan dengan sistem blok
22) Catat segera setelah pemberian perawatan
23) Isi bagian format pencatatan yang masih kosong
24) Dokumentasikan kutipan yang tepat
25) Hilangkan prasangka dari deskripsi tertlis mengenai klien
26) Dokumentasikan perubahan kondisi klien
27) Lakukan secara tepat pendokumentasian informasi yang dilaporkan
kepada dokter
28) Dokumentasikan atau trease atau anjuran via telepon
29) Catat hanya perawatan yang pernah dilakukan atau supervise
30) Jangan memanipulasi catatan
31) Identifikasi data tambahan dengan benar
32) Catat hanya informasi yang akurat
33) Jangan menghilangkan informasi signifikan dari catatan
34) Koreksi data yang salah secara tepat
35) Jangan menulis ulang catatan
36) Jangan menghilangkan atau menghancurkan rekam medis
37) Jangan menambahakan data pada catatan orang lain
15
5) Memperhatikan situasi perawatan klien dan mencatat secara rinci terutama
yang mempunyai masalah atau penyakit komplek atau serius.
Catatan pasien secara tradisional merupakan catatan yang berorientasi pada sumber
dimana setiap sumber mempunyai catatan sendiri. Sumber bisa didapat dari perawat, dokter,
atau tim kesehatan lainnya.
Catatan perawat terpisah dari catatan dokter dan catatan perkembangan. Biasanya catatan
ditulis dalam bentuk naratif. Sistem dokumentasi yang berorientasi pada sumber yang ditulis
secara terpisah-pisah sulit menghubungkan keadaan yang benar sesuai perkembangan pasien.
Catatan tradisional umumnya mempunyai enam bagian, yaitu : catatan khusus, lembar catatan
dokter, lembar riwayat medik, lembar identitas, catatan keperawatan, dan laporan khusus
lainnya.
Pencatatan yang berorientasi pada masalah berfokus pada masalah yang sedang dialami
pasen. Sistem ini pertama kali diperkenalkan oleh dr. Lawrence Weed dari USA, dimana
dikembangkan satu sistem pencatatan dan pelaporan dengan penekanan pada pasien tentang
segala permasalahannya. Secara menyeluruh sistem ini dikenal dengan nama “Problem
Oriented Method”.
Problem Oriented Method (POR) merupakan suatu alat yang efektif untuk membantu tim
kesehatan mengidentifikasi masalah-masalah pasen, merencanakan terapi, diagnosa,
penyuluhan, serta mengevaluasi dan mengkaji perkembangan pasen. POR adalah suatu
konsep, maka disarankan untuk membuat suatu format yang baku. Tiap pelayanan dapat
menerapkan konsep ini dan menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi setempat.
1. Data Dasar; identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang dan sebelumnya.
Riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan lain-lain, data dasar
diperlukan tergantung dari unit atau jenis asuhan yang akan diberikan, misalnya: data
dasar unit akan berbeda dengan unit bedah.
2. Daftar Masalah; masalah pasien didapat dari hasil kajian. Pencatatan dasar masalah
dapat berupa gejala-gejala, kumpulan gejala, atau hasil laboratorium yang abnormal,
masalah psikologis, atau masalah sosial. Masalah yang ada mungkin banyak sehingga
16
perlu diatur menurut prioritas masalah dengan memberi nomor, tanggal pencatatan,
serta menyebutkan masalahnya. Daftar memberikan keuntungan bagi perawat sebagai
perencana keperawatan.
3. Rencana. Rencana disesuaikan dengan tiap masalah yang ada. Dengan demikian
perawat dapat merencanakan sesuai kebutuhan pasen.
4. Catatan Perkembangan Pasen. Adalah semua catatan yang berhubungan dengan
keadaan pasen selama dalam perawatan. Pada umumnya catatan ini terdiri dari
beberapa macam bentuk, antara lain:
Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasen selama dirawat, baik
mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasen antara lain, :
1. S O A P
O : Objective à Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga.
P : Planning à Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis
17
Contoh S O A P :
TGL. WAKTU MASALAH S.O.A.P
Penyembuhan
2. S O A P I E R
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan dirubah dan
proses evaluasi mulai dilakukan.
18
CONTOH S O A P I E R
3. D . A . R.
masalah
19
CONTOH D . A . R
20
Tanda tangan ———Zr. Ana.
Jenis laporan
1. Laporan pergantian jaga
2. Laporan telepon
3. Laporan transfer
4. Laporan insiden
21
Hindari bahasa yang menuduh (contoh : tidak kooperatif,rewel,sulit)
Kiat persiapan laporan
-kumpulkan informasi dari lembar kerja dan rekaman klien
1. Laporan lisan
2. Rekaman suara
3. Laporan langsung disamping klien
Laporan Lisan
Dilaksanakan di ruang pertemuan
Dihadiri kedua giliran jaga
Memungkinkan bertanya dan klarifikasi
Laporan langsung disamping klien
Keluarga dank lien dapat berpartisipasi dalam pengambilan keputusan
Kunjungan ke klien untuk pengkajian evaluasi kemajuan, diskusi
intervensi keperawatan.
2. Laporan Telepon
Laporan telepon didokumentasikan.
Yang didokumentasikan:
- Waktu panggilan
- Penelpon
- Pihak yang ditelpon
- Penerima informasi
- Informasi yang diterima
- Instruksi via telepon seringkali dalam kondisi darurat
- Bila ada instruksi dokter via telepon,informasi tersebut harus
diverifikasi atau penerima telepon merekam pembicaraan
- Perlu orang ke dua yang juga mendengar instruksi tersebut.
Pedoman instruksi telepon dan lisan
1) Sebutkan dengan jelas : nama,no kamar,diagnosis klien
22
2) Ulangi instruksi kepada dokter atau tim lain
3) Gunakan peetanyaan klarifikasi >> menghindari kesalahpahaman
4) Tulis imstruksi telpon atau lisan,waktu,tanggal,penelpon, nama dokter dan
perawat
5) Dokter atau penyedia layanan harus menandatangani instruksi dalam jangka
waktu yang ditetapkan.
3. Laporan transfer
Informasi pada laporan transfer:
- Nama,usia,diagnosis klien
- Ringkasan kemajuan sampai saat transfer
- Status kesehatan saat ini, alergi
- Status kode darurat
- Dukungan keluarga
- Pengkajian atau intervensi kriti yang harus segera dilaksanakan setelah
transfer
- Kebutuhan peralatan atau ruangan khusus
4. Laporan Insiden kejadian
Insiden: Peristiwa yang tidak konsisten dengan kegiatan rutin unit yankes atau
klien.
Contoh insiden:
- Kecelakaan jatuh
- Luka akibat tusukan jarum
- Pengunjung yang memiliki gejala penyakit
- Kesalahn pemberian obat
- Keadaan yang menyebabkan klien cedera
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum praktik keperawatan mengacu pada
hukum nasional yang berlaku di suatu negara. Hukum adalah aturan tingkah laku
yang ditetapkan dan diberlakukan oleh pemerintahan suatu masyarakat.
2. Pedoman Hukum Pendokumentasian
a) Pengobatan
b) Dokter :
c) Isu formal dalam pencatatan
3. Manajemen resiko adalah untuk menidentifikasi resiko,mengendalikan kejadian-
kejadian,mencegah kerusakan.manajemen resiko memutuskan apakah akan
menginvestigasi insiden lebih lanjut ( huber 2000 )
a. Manajemen resiko dalam keperawatan adalah sisitem yang menjamin
pelayanan keperawatan yang tepat dan berusaha mengenai potensial bahaya
dan menghilangkan sebelum terjadi.
b. 4.Teknik pelaporan
4. Jenis laporan
5. Laporan pergantian jaga
6. Laporan telepon
7. Laporan transfer
8. Laporan insiden
B. SARAN
Demikianlah makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuanserta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.
24
DAFTAR PUSTAKA
25