Oleh :
PENDAHULUAN
Dinasti dinasti baru tersebut secara geografis berada di sebelah barat dan
berada di sebelah timur pemerintahan pusat yang terletak di Baghdad. Di sebelah
barat terdapat dinasti Idrisiyah di Maroko (172-375H/788-985M) , dinasti
Aghlabiyah di Tunisia(184-289H/800-900M) dinasti Dulafiyah di Kurdistan(210-
285 H/825-898M), dinasti Alawiyah di Tabaristan(250-316H/864-928M) dinasti
Hamdaniyah di Aleppo dan Maushil( 317-394H/929-1002M). Sedangkan di
sebelah timur terdapat dinasti Thahiriyah di Khurasan (205-259H/ 820-872M)
dinasti Safariyah di Fars(254-290H/868-901M) dinasti Samaniyyah di
Transoxania(261-389H/873-998 M) dinasti Ukailiyyah (386-489 H/996-1095 M)
dinasti Ghaznawiyah (351-585 H/962-1189 M)
Pada makalah ini kami tidak membahas dinasti dinasti kecil yang berada
di barat Baghdad, melainkan membahas dinasti dinasti kecil yang berada di
sebelah timur Baghdad.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaban Islam(Bandung: Pustaka Setia,2006) 145
2
Muzaiyana,Sejarah Peradaban Islam-2(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014) 101
3
Depdiknas,Ensklopedi Islam(Jakarta: Ichtiar Baru Van Hive,2002 Jilid 5) 33
Makmun. Ia diutus oleh Al-Makmun memimpin pasukan sebanyak empat
puluh ribu yang melawan pasukan dari pihak Al-Amin yang dipimpin oleh
Ali bin Isa yang berkekuatan lima puluh ribu personel. Pada peperangan
tersebut pasukan yang dipimpin Thahir memperoleh kemenangan
tempatnya di Rey kota dekat Teheren pada tahun 811M. Thahir juga
berhasil mengalahkan pasuka Al-Amin yang dikirim berikutnya dibawah
kepemimpinan Ar-Rahaman Al-Jabal. Melihat peluang yang bagus ini
Thahir mengarahkan pasukannya ke Baghdad, dengan Harsamah dan
Zubair yakni dua panglima yang dikirim oleh khalifah Al-Makmun, dan
akhirnya Thahir dapat menaklukkan Baghdad selama dua bulan setelah
pengepungan pasukannya. Sedangkan Al-Amin sendiri terbunuh oleh
salah seorang pasukan Thahir.
Berkat kemenangan tersebut Thahir mendapat hadiah jabatan dari
Al-Makmun menjadi Gubernur dikawasan Timur Baghdad pada tahun
205H/820M.4
1. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Thahiriyyah
4
Ibid. 34
5
Dedi Supriadi,Sejarah Peradaaban Islam(Bandung:Pustaka Setia,2006) 150
Dinasti Thahiriyah mengalami masa kejayaan pada masa Abdullah
ibnu Thahir (820M) saudara Talhah. Ia memiliki pengaruh dan kekuasaan
yang besar dimata masyarakat dan pemerintah Baghdad. Oleh karena itu,
ia terus menjalin komunikasi dan ketjasama dengan Baghdad sebagai
bagian dari bentuk pengakuannya terhadap peran dan keberadaan khalifah
Abbasiyah. Perjanjian dengan pemerintah Baghdad yang pernah dirintis
ayahnya terus ditinkatkan. Peningkatan keamanan di wilayah perbatasan
terus dilakukan guna menghalau pemberontak dan kaum perusuh yang
mengacau pemerintah Abasiyah. Selain itu, ia berusaha melakukan
perbaikan di bidang ekonomi dan keaman. Ia juga memberikan ruang
yang cukup luas bagi upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan
perbaikan moral atau ahlak di lingkungan masyarakatnya di wilayah timur
Baghdad. Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dunia islam,
kebuadayaan dan memajukan ekonomi, dinasti ini menjadikan kota
Naisabur sebagai pusatnya, sehingga pada masa itu, negeri Khurasan
dalam keadaan makmur dengan pertumbuhan ekonomi yang baik. Adanya
pertumbuhan ekonomi yang baik inilah yang sangat mendukung terhadap
kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya.6
6
http://akademika.dinasti-dinastiindependen.wordpress.com diakses 12/10/2018
b. Pola dan gaya hidup penguasa yang terlalu berlebihan,
sehingga menimbulkan dampak tidak terurusnya pemerintahan
dan kurangnya perhatian terhadap pengembangan ilmu
pengetahuan dan peradaban islam.
c. Keamanan dan keberlangsungan kepemeruntahan tidak
terpikirkan secara serius, sehingga, keadaan ini dapat
dimanfaatkan oleh kelompok lain yang memang sejak lama
mengincar posisi strategis di pemerintahan lokal, seperti
kelompok Safariyah. Kelompok baru ini mendapat kepercayaan
dari pemerintah Baghdad untuk menumpas sisa-sisa tentara
Dinasti Thahiriyah yang berusaha memisahkan diri dari
pemeintahan Baghdad dan melakukan makar. Dengan
demikian, berakhirlah masa Dinasti Thahiriyah yang pernah
menjadi kaki tangan penguasa Abasiyah di wilayah timur kota
Baghdad.7
7
Muzaiyana,Sejarah Peradaban Islam-2(Surabaya:UIN Sunan Ampel Press,2014) 104
8
Syamsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: Amzah,2009) 275
9
Philip K Hitti,History of The Arabis(Jakarta: PT Serambi Ilmu Setia,2010) 586
saudagar kaya yang melintas di tengah perjalan, kemudian diserang dan
diambil harta mereka kemudian hasilnya diberikan pada fakir miskin.10
Awalnya, Ya’kub ibn Layts bersama saudaranya Amr ibnu Layts
membantu pasukan Baghdad dalam memberantas pemberontakan yang
dilakukan oleh sisa-sisa tentara Thahiriyah di wilayah Sijistan.
Keberhasilannya di Sijistan, membawanya kepuncak pemimpin tentara
sebagain komandan untuk menaklukkan wilayah Heret, Sind, dan Makran.
Kemudian Kirman dan Persia yang di gabungkan dengan Balkh. Atas
jasanya tersebut khalifah Al-Mu’tamid mengangkatnya menjadi Gubernur
yang membawahi wilayah Balkh, Turkistan, Kirman, Sijistan, dan Sind.
Namun ambisi Ya’kub tidak sampai disitu, ia terus bergerak menuju
wilayah lain yang mengalahkan Fars pada 869M, serta menduduki Syiraj
(ibu kota Fars). Kemudian pada 873M ia bergerak menuju Baghdad dan
berusha menduduki ibu kota tersebut. Tetapi pada saat mereka bergerak
menuju Baghdad pasukan mereka di hadang oleh pasukan Muwaffak pada
876M sehingga merekka gagal memasuki Baghdad. Tetapi meskipun
mereka gagal namun ambisi Ya’kub ibnu Layts untuk menguasai Baghdad
tidaklah surut, malah ia bersedia untuk mengadakan perundingan. Tatapi
sebelum dilaksanakan perindingan tersebut Ya’kub terlebih dahulu
meninggal pada 879M. Meskipun ia dianggap sebagai gubernur tidak loyal
dan melampaui batas mendat yang diberikan Kholifah, namun jabatan
gubernur wilayah Timur tetap dipercayakan kepada saudaranya Amr ibn
Layts.11
Selanjutnya Dinasti Safariyah justru mengalami kehancuran ketika
pemerintahannya di pegang oleh Amr bin Layts, karena ambisinya yang
ingin memperluas wilayah kekuasaan hingga Transxania (ma wara an-
nahr). Namun diwilayah ini gerakannya dihambat oleh Bani Saman, dan
beberapa daerah kekuasaanya di ambil alih oleh bani Saman, kecali
Sijistan. Meskipun begitu kekuasaan di Sijistan tidak sepenuhnya
10
Ibid.
11
http://akademika.dinasti-dinastiindependen.wordpress.com diakses 12/10/2018
merdeka, karena ia harus tunduk di bawah kekuasaan bani Saman namun
posisi Gubernur tetap tetap berada di bawah bani Safariyah hingga abad
ke-15M, meskipun sering kali tejadi pergantian penguasa. Terkadang Bani
Shaffariyah silihberganti berada di bawah penguasa lain setelah dinasti
Samaniyah, seperti menjadi penguasa lokal (gubernur) yang tunduk pada
pemerintahan dinasti Ghaznawiyah, Bani Saljuk, dan Bangsa Mongol, dan
tidak lagi menjadi kepanjangan tangan pemerintahan Bani Abbas di
Bagdad. Tidak dapat diketahui secara pasti mengapa dinasti ini bertahan
begitu lama. Hal pasti yang dapat ditegaskan di sini bahwa keberadaan
dinasti ini karena persoalan politik praktis dan pragmatis. Sebab menurut
Jamaluddin Surur, salah satu ciri khas dari dinasti ini adalah ambisinya
untuk memperoleh kekuasaan otonomi di Sijistan, sebagai pusat
pemerintahannya. Karenannya, ketika kekuasaan datang silih berganti,
dinasti ini tetap memperoleh hak otonom di Sijistan hingga abad ke-15
M.12
1. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Saffariyah
Perkembangan Dinasti Shaffariyah mengalami kemajuan pada
masa pemerintahan Amr ibn Lays, ia berhasil melebarkan wilayah
kekuasaannya sampai ke Afganistan Timur.13
Dalam masa pemerintahannya,terdapat perkembangan yang
menarik, terutama perkembangan civil society berkaitan dengan keadilan.
Dinasti Saffariyah meletakkan dasar-dasar keadilan dan kesamaan hak di
antara orang-orang miskin di Sijistan. Karena itu, faktor inilah yang
kemungkinan menjadi salah satu sebab lamanya dinasti ini berkuasa di
Sijistan, karena ia begitu peduli dengan keadaan masyarakat yang menjadi
pendukung pemerintahan, terutama komunitas masyarakat miskin. 14
12
C.E. Bosworth, The Islamic Dynasties,Eidenburgh,1980,Terjemahan
dalam bahasa Indonesia oleh Ilyas Hasan(Bandung: Mizan anggota IKAPI,
1993) 131
13
Syamsul Munir Amin,Sejarah Peradaban Islam(Jakarta: Amzah,2009) 275.
14
Ibid. 132
2. Kemunduran Dinasati Saffariyah
Kemunduran Dinasti Saffariyah di awali sejak kepemimpinan Amr
ibnu Layts sampai pada tahun 393H/1003M Mahmud dari Ghazna
menguasai provinsi tersebut dan menjadikannya sebagai wilayah
kekuasaannya, namun Shaffariyah terus bertahan, dan pada pertempuran
Ghaznawiyah-Seljuq pada tahun pertengahan abad kesebelas Saffariyah
memperkuat posisinya, dan mula-mula berkuasa sebagai bawahan Seljuq,
kemudian sebagai bawahan ghuriyyah. Bahkan setelah invasi Mongol dan
Timur, kejadian-kejadian yang begitu kalut dan menyedihkan bagi
sebagian besar dunia Islam Timur, Dinasti Shaffariyah hanya berhasil
bertahan sampai akhir abad kelima belas.15
15
http://danankBlogs_dinasti-dinasti.kecil-di-Baghdad.Wordpress.com diakses 15/10/2018
11. Abdul Malik II 389 H/999 M
12. Ismail II Al-Muntashir 1000-1005 M
Dinasti ini berbeda dengan dinasti kecil lain yang berada di sebelah
barat Baghdad, dinasti ini tetap tunduk kepada kepemimpinan khafilah
Abbasiyah.16 Dalam sejarah islam tercatat bahwa dinasti ini bermula dari
masuknya Samankhudat menjadi penganut islam pada masa khalifah
Hisyam bin Abdul Malik (khalifah Bani Umayyah), sejak itu Samankhadut
dan keturunannya mengabdikan diri kepada penguasa Islam. Pada masa
kekuasaan al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M) dari dinasti Bani
Abbasiyah, empat cucu Samankhudat memegang jabatan penting sebagai
gubernur dalam wilayah kekuasaan Abbasiyah yaitu Nuh di Samarkand
Ahmad bin Asad di Farghana (Turkistan) dan Traksoksania, yahya bin
Asad di Shash serta Asyrusanah (daerah di utara Samarkand), dan Ilyas di
Heart, Afghanistan.17 Seorang cucu Samankhudat yang bernama Ahmad
bin Asad, dalam perkembangannya mulai merintis berdirinya Dinasti
Samaniyah di daerah kekuasaannya, Farghana Ahmad mempunyai dua
putra, Nasr dan Isma’il, yang juga menjadi orang kepercayaan khalifah
Abbasiyah . Nasr I bin Ahmad di percayakanmenjadi gubernur di
Transoksania dan Isma’il bin Ahmad di Bukhara. Selanjutnya Nasr I bin
Ahmad mendapat kepercayaan dari khalifah al-Mu’tamid untuk
memerintah seluruh wilayah Khurasan dan Transoksania, dan daerah ini
menjadi basisperkembangan dinasti Samaniyyah. Karenanaya Nasr I bin
Ahmad di anggap sebagai pendiri hakiki dinasti ini. Antara Nasr dan
saudaranya, isma’il selalu terlibat konflik yang mengakibatkan terjadinya
peperangan, dalam peperangan yang terjadi Nasr mangalami kekalahan
yang kemudian ia di tawan, sehingga kepemimpinan Dinasti Samaniyyah
beralih ke tangan Isma’il bin Ahmad.
Adanya peralihan kepeminpinan ini menyebabkan berpindahnya
pusatpemerintahan yang semula di Khurasan di pindahkan ke Bukhara.
16
Perpustakaan Nasional RI, Ensiklopedia Islam,(Jakarta; 2003) h. 159.
17
Ahmad Al-Usairy, At-Tarikhul Islam,(Terjemahan; 2003), h. 266.
Pada saat pemerintahan di pimpin Isma’il I bin Ahmad, ia selalu berusaha
untuk :
1. Memperkukuh kekuatan dan mengamankan batas wilayahnya
dari ancaman suku liar Turki.
2. Membenahi administrasi pemerintahan.
3. Memperluas wilayah kekuasaan ke Tabaristan (Irak utara) dan
Rayy (Iran).
Isma’il I bin Ahmad adalah orang yang sangat mencintai dan
memuliakan para ilmuwan serta bertindak adil terhadap rakyatnya, setelah
ia wafat pemerintahan di teruskan putranya Ahmad bin Ismai’il. Setelah
Ahmad bin Isma’il, pemerintahan di teruskan putranya Nasr II bin Ahmad
yang berhasil memperluas wilayah kekuasaannya hingga Sijistan, Karman,
Jurjan di samping Rayy, Tabaristan,Khurasan, dan Transoksania. Setelah
Nasr II bin Ahmad, para khalifah berikutnya tidak mampu lagi melakukan
perluasan wilayah, bahkan pada khalifah terakhir Isma’il II al- Muntasir,
tidak dapat mempertahankan wilayahnya dari serbuan tentara dinasti
Qarakhan dan dinasti Ghaznawiyah dari Turki. Akhirnya wilayah
Samaniyyah di pecah menjadi dua, daerah Transoksania direbut oleh
Qarakhan dan wilayah Khurasan menjadi pemilik penguasa
Ghaznawiyah.18
1. Perkembangan dan Kemajuan Dinasti Samaniyyah
Dinasti Samaniyyah telah memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi kemajuan islam, baik dalam bidang ilmu pengetahuan,
filsafat, budaya, politi, dan lain-lain. Tokoh atau pelopor yang sangat
berpengaruh di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan pada dinasti ini
adalah ibn sina, selain beliau juga muncul para pujangga dan ilmuwan di
bidang kedokteran, astronomi dan filsafat yang sangat terkenal, seperti Al-
Firdausi, Ummar Kayam, Al-Bairuni dan Zakariya Ar-Razi. Dinasti ini
telah berhasil menciptakan kota Bukhara dan Samarkan sebagai kota
budaya dan kota ilmu pengetahuan yang sangat terkenal di seluruh dunia,
18
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, h.180-181.
sehingga kota ini dapat menyaingi kota-kota lain, seperti Baghdad dan
Cordova. Dinasti ini juga telah berhasil mengembangkan perekonomian
dengan baik, sehingga kehidupan masyarakat sangat tentram, hal terjadi
karena dinasti ini tidak pernah lepas hubungan dengan pemerintah pusat di
Baghdad. Puncak kejayaan Dinasti Samaniyyah terjadi pada masa
khalifahan Ismail.
Kemajuan yang dicapai pada masanya antara lain: mampu
menghancurkan Dinasti Shaffariyah di Transoxania, serta mampu
memperluas wilayahnya hingga Tabaristan, Ray, Qazwin sehingga
keamanan dalam negeri terjamin.19
Dinasti ini memiliki saham yang cukup berarti bagi perkembangan
Islam, baik dari aspek politik maupun aspek kebudayaan.Dalam aspek
politik, misalnya mereka telah mampu memelihara tempat atau pusat yang
strategis bagi daulat Islam di timur, mengembangkan kekuasaan Islam
sampai ke wilayah Turki.Sedangkan dalam aspek kebudayaan, misalnya di
istana Dinasti Samaniyyah di Bukhara ini menjadi tempat menetapnya
para ulama serta merupakan kiblatnya para pujangga. Pada masa Nuh ibnu
Nashr al-Samani, ia memiliki perpustakaan yang tidak ada bandingannya.
Di dalamnya terdapat kitab-kitab masyhur dari berbagai disiplin ilmu,
yang tidak terdapat di tempat lainnya.Mereka juga membantu
menghidupkan kembali bahasa Persia. Ketika paham Sunni di Baghdad
lebih menekankan taslim wa tadlid, seperti yang digariskan oleh khalifah
al-Mutawakkil dan Imam Ahmad ibnu Hambal, maka perkembangan
ilmiah dan kesusastraan serta filsafat memuncak di tangan daulat
Samaniyyah. Samarkand menjadi pusat ilmu dan kebudayaan Islam pada
waktu itu.Di zaman ini lahir para tokoh pemikir Islam, seperti al-Farabi,
Ibnu Sina, al-Razi, al-Firdausi, dan lainlain.Sementara itu di wilayah
politik yang menarik dikaji adalah bahwa munculnya dinasti-dinasti di
19
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, h. 105.
timur Baghdad ini di suatu sisi dianggap sebagai pergeseran dominasi
Arab dalam dunia politik.20
2. Kemunduran Dinasati Samaniyyah
Pada saat dinasti mencapai kejayaannya, banak imigran Turki yang
menduduki posisi penting dalam pemerintahan, namun bersebab dari
tingginya fanatic kesukuan pada dinasti ini, akhirnya mereka para imigran
Turki yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan tersebut
banyak yang di copot, langkah-langkah inilah yang menyebabkan
kehancuran dinasti ini, karena mereka tidak terima dengan perlakuan
tersebut, sehingga mereka mengadakan penyerangan sampai mereka
berhasil melumpuhkan dinasti ini. Sepeninggal Ismail, khalifah al-
Mukhtafi mengangkat Abu Nashr ibnu Ismail, anak dari Ismail. Belum
lama memerintah lalu ia terbunuh, dan digantikan oleh putranya Nashr II,
yang baru berusia delapan tahun. Para tokoh Samani merasa khawatir,
sementara itu masih ada paman bapaknya, yaitu Ishaq ibnu Ahmad,
penguasa Samarkand yang memihak kepada penduduk Transoxania.Lalu
tokoh Samani menyampaikan permohonan kepada khalifah al-Muktadir,
agar didatangkan pemerintahan dari Khurasan, tetapi khalifah bersikeras
menolaknya.
Pada pertengahan abad kesepuluh, terlihat Dinasti Samaniyyah
menunjukkan tanda-tanda ketidakstabilan.Serangkaianrevolusi istana
memperlihatkan bahwa kelas militer dan kelas tuan tanah menentang
kebijaksanaan sentralisasi administratif para amir, dan berupaya
memegang kendali, pemberontakan-pemberontakan di Khurasan
melepaskan provinsi itu dari otoritas langsung Bukhara. Maka tidaklah
sulit bagi Qarakhaniyyah dan Ghazwaniyah untuk mengambil alih
wilayahwilayah Samaniyyah pada dasawarsa terkhir abad ini.Dan pada
tahun 1005 M Ismail al-Muntasir terbunuh dalam pelariannya.21
20
Ibid
21
Imam Fuadi, Sejarah Peradaban Islam, h.183-184.
D. DINASTI UKAILIYAH (386-489 H/996-1095 M)
Ukailiyyah berasal dari kelompok suku badui besar Amir ibn
Sha’sha’a, yang juga mencakup Khafaja dan Muntafiq di Irak bawah.
Dengan runtuhnya penguasa terakhir Hamdaniyyah dan Mosul, kota itu
beralih ketangan Abu Dzawad Muhammad Ibnul Musayyib al-Aqili dari
Ukailiyyah.22
Setelah Abu Dzawad Muhammad Ibnul Musayyib al-aqili
meninggal, terjadi upaya untuk merebut kekuasaan di antara putra-
putranya, suatu upaya yang menghancurkan semua pihak. Namun
penguasaan atas Mosul dan kota-kota lain
Ukailiyyah dan benteng-bentengnya di Al-Jazirah akhirnya berada
di tangan Mu’tamid Daulah Qarawisy ibn Al-Muqallid. Problem utama
Mu’tamid Daulah Qarawisy ibn Al-Muqallid adalah menjaga ketuhanan
wilayah kekuasaannya agar tidak di invasi Oghuz dari Persia barat dan
irak. Upaya menjaga keutuhan ini mengharuskan membuat persekutuan
dengan penguasa lain di irak yang sama-sama terancam yaitu
Mazyadiyyah Hilla.23
Kemudian, di bawah Syarafud Daulah Muslim ibn Qarawisy
wilayah kekuasaan Ukailiyyah terbentang hampir di Baghdad sampai ke
Aleppo. Ukailiyyah bukanlah dinasti Badui yang haus perang, tetapi telah
memperkenalkan beberapa hal penting dari pola baku pemerintahan
Abbasiyyah ke wilayah mereka. Pemerintahan ini terus berlangsung
hingga akhirnya dihancurkan oleh orang-orang saljuk pada tahun 489
H/1095 M. 24
25
Hasan Ibrahim Hasan, Tarekh al-Islam, ( Kairo: Maktabah al-Nahdah al-Misriyah, 1979),
jilid III h. 94
banyak sekali harta rampasan sehingga dia mampu membangun istana
yang indah di Ghazni. Dia bahkan memiliki 2500 gajah di sana. Jika tiba
musim dingin di Ghazni, Mahmud dan anak buahnya akan berpindah ke
Bost menggunakan gajah.
Namun pada akhirnya Mahmud menaklukan Punjab (Pakistan
modern dan India utara) dan menjadikannya bagian dari kekuasaannya.
Mamhmud memerintah sekitar 30 tahun sebelum akhirnya meninggal pada
tahun 1030 M. Dinasti Ghaznawiyah tidak bertahan lama setelah
kematiannya.Pada tahun 1040 M, Ghaznawiyah ditaklukan oleh orang-
orang Seljuk dan Ghuri. 26
26
https://id.wikibooks.org/wiki/Islam_Abad_Pertengahan/Sejarah/Ghaznawiyah, 15/10/2018
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kemunculan dinasti dinasti kecil yang ada di timur dan barat
Baghdad dikarenakan pemimpin di wilayah itu melakukan pemberontakan
yang berhasil menegakkan kemerdekan secara penuh diwilayah tersebut
atau karena seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah yang
kemudian wilayah itu menjadi kuat sehingga pemimpin itu tidak dapat
digantikan dan menunjuk anaknya sebagai penggantinya. Maka tidak
heran jika dalam waktu yang begitu singkat bermunculan dinasti dinasti
kecil di sebelah timur dan barat Bghdad yang mampu lepas control dari
Baghdad. Akhirnya bermuncullah dinasti dinasti kecil yang muncul di
wilayah Baghdad yaitu disebelah timur dan barat Baghdad.
DAFTAR PUSTAKA
http://danankBlogs_dinasti-dinasti.kecil-di-Baghdad.Wordpress.com diakses
15/10/2018
https://id.wikibooks.org/wiki/Islam_Abad_Pertengahan/Sejarah/Ghaznawiyah,
15/10/2018