Anda di halaman 1dari 1

NAMA : MUZDALIFAH

NPM : 202003025
MK : AIK ( AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN)
KELAS : A (REG B) SEM.I
PRODI : MAGISTER MANAJEMEN

ISLAM DALAM WACANA KEMODERENAN (TAJDID)

PENJELASAN

Wacana pemikiran Islam di Indonesia diramaikan dengan hadirnya tren pemikiran baru yang liberal.
Corak liberalisme Islam tersebut kemudian ditegaskan dalam sebuah institusi Jaringan Islam Liberal (JIL) di
tahun 2001. Wacana tentang liberalisme Islam (atau Islam liberal), menurut Ali Asghar Fayzee, seperti yang
dikutip oleh Sukidi, terkait dengan upaya to understand it (Islam) for today, not as was in the past, nor as it
may be in the future (memahami Islam dalam konteks kekinian, bukan dalam konteks masa lalu, juga bukan
dalam konteks masa depan). Menurut Nurcholish Madjid atau yang akrab di sapa Cak Nur, seorang
agama(wan) harus menjadi palang pintu terakhir umat dan harus mampu menjaga orisinalitas agama
sekaligus mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat secara lebih modern agar mudah di cerna,
tidak terkesan basi dan membuatnya terus menarik agar tidak ditinggalkan pemeluknya hanya karena
intervensi doktrin yang dimuat agama.

Agama pada akhirnya tak lain adalah kejadian-kejadian yang ditulis ulang, diputar ulang dalam
rangkaian panjang hingga mampu tampil dengan beragam ekspresi, kompleks, tidak selalu terkesan baik dan
hebat. Bagi menjadi seorang muslim yang taat, yang saleh, harus juga menjadi seorang humanis. Neo
modernisme disebut sebagai sebuah gerakan pencerahan atas pencerahan, karena faham ini sangat gigih
dalam melakukan kritikan dan gugatan terhadap modernisme yang sangat mendewakan rasio dalam ilmu
pengetahuan yang diyakini akan membawa dan mengarahkan manusia memperoleh keselamatan dan
kebahagiaan di dalam kehidupannya

KOMENTAR

Intinya walaupun islam dalam wacana kemoderen kita harus tetap menguat dan meningkatkan iman
dalam diri kita. Iman tidak akan hilang oleh modernitas. Malah iman yang benar, yang bebas dan murni dari
setiap bentuk representasi, Sebab dengan iman yang murni ia tetap memiliki pegangan hidup, dan bersama
dengan itu sekaligus membebaskan diri dari takhayul. Dan jika kita mampu mengungkapkan dengan nalar
makna meluas dan mendalam simpul-simpul nilai keagamaan seperti iman, islam, ihsan, tauhid, ikhlas,
tawakal, inabah, syukur, tasbih, tahmid dan lain-lain, maka mungkin kita akan banyak menemukan jawaban
alami untuk berbagai persoalan hidup kita, khususnya kehidupan modern yang cenderung individualistis dan
atomistis.

Anda mungkin juga menyukai