Anda di halaman 1dari 10

Seminar Nasional dalam Rangka Dies Natalis ke-44 UNS Tahun 2020

“Strategi Ketahanan Pangan Masa New Normal Covid-19”

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kinerja Karyawan Tetap di


Afdeling Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara XII
Muhammad Rizki Kautsar1, Eny Lestari2 dan Sapja Anantanyu2
1
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
2
Dosen Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sebelas Maret

Abstrak
Sumber daya manusia menjadi modal utama (human capital), kinerja perusahaan perkebunan
sangat dipengaruhi oleh kinerja sumber daya manusia. Kinerja, kualitas, dan produktivitas
karyawan BUMN relatif rendah jika dibandingkan dengan karyawan perusahaan swasta (Sitio,
2014). Secara internal, persoalan dan tantangan pada kurang memuaskannya kinerja
perusahaan BUMN (Wahyudin, 2008). Kebun Blawan salah satu kantor unit dari PT.
Perkebunan Nusantara XII (PTPN XII) sebagai perusahaan perkebunan milik BUMN.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) tingkat kinerja karyawan tetap Kebun kopi
Blawan, (2) faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja karyawan tetap Kebun
Blawan, (3) hubungan faktor-faktor kinerja dengan tingkat kinerja karyawan tetap Kebun
Blawan. Penelitian ini merupakan penelitian eksplanatif dengan metode kuantitatif dan teknik
survei. Populasi dalam penelitian adalah karyawan tetap di 9 afdeling, jumlah populasi 44
karyawan tetap. Pengambilan sampel menggunakan teknik sensus yaitu mengambil seluruh
jumlah populasi. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner dengan skala likert 4 alternatif
jawaban. Uji validitas instrumen menggunakan analisis butir dan dihitung dengan
menggunakan rumus product moment, sedangkan uji reliabilitas menggunakan rumus
Croncbach’s Alpha. Selanjutnya menggunakan uji analisis korelasi Rank Spearman. Hasil
penelitian menunjukkan sebagai berikut : (1) tingkat kinerja termasuk dalam kategori baik; (2)
faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja yaitu tingkat motivasi kerja dalam kategori
tinggi, tingkat kemampuan kerja dalam kategori baik, tingkat kondisi pelaksanaan kerja dalam
kategori baik; (3) Hasil analisis signifikansi hubungan dengan uji korelasi tingkat motivasi
kerja signifikan dan korelasi kategori sedang terhadap tingkat kinerja, tingkat kemampuan
kerja signifikan dan korelasi kategori sedang terhadap tingkat kinerja, tingkat kondisi
pelaksanaan kerja tidak signifikan dan korelasi kategori rendah terhadap tingkat kinerja.

Kata kunci: tingkat kinerja, PTPN XII, afdeling, kebun kopi

Pendahuluan
Sumber daya manusia menjadi modal dan investasi jangka panjang bagi keberlanjutan
perusahaan. Konsep human capital menjelaskan bahwa kinerja perusahaan sebagian besar
E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 296
P-ISSN: 2620-8512
dipengaruhi intangible capital, yaitu sumber daya manusia (SDM). Perusahaan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN) di Indonesia dirasa belum mencapai tahapan efisiensi, sehingga
berdampak pada menurunnya tingkat kinerja dari perusahaan tersebut. Penurunan kinerja akan
berdampak pada tidak terpenuhinya pasok sumber daya, penambahan nilai hutang negara, dan
berbagai dampak lainnya.
Kebun Blawan merupakan perusahaan cabang atau kantor unit PT. Perkebunan Nusantara
XII milik BUMN. Kebun Blawan dalam prosesnya menggunakan sumber daya manusia
sebagai modal utama dalam budidaya tanaman kopi arabika. Luas total Hak Guna Usaha
(HGU) Kebun Blawan merupakan luas areal paling luas diantara 3 kantor kebun kopi arabika
PT. Perkebunan Nusantara XII lainnya. Luas areal tanam menghasilkan (TM) kebun kopi
arabika tersebut, meliputi; Kebun Kayumas (606,89 Ha), Kebun Pancur Anggrek (1040,67 Ha),
Kebun Blawan (1716,56 Ha), dan Kebun Kalisat Jampit (1355,24 Ha). Afdeling merupakan
satuan unit dari kantor kebun, afdeling dipimpin oleh asisten tanaman. Luas total Kebun
Blawan yaitu 4.751,45 ha terbagi dalam 9 afdeling kebun.
Kebun kopi Blawan sudah sangat terkenal kualitas cita rasanya bagi kalangan pecinta kopi
baik dalam tingkat nasional hingga internasional. Kualitas yang diunggulkan tersebut membuat
permintaan produksi kopi arabika blawan semakin tinggi setiap tahunnya, hal ini membuat
target produksi harus dapat meningkat guna memenuhi kebutuhan konsumen. Hasil produksi
kopi arabika Kebun Blawan sebagian besar dilakukan pengiriman (ekspor) ke berbagai negara
di Eropa. Berdasarkan sisi luas areal tanam, Kebun Blawan dapat meningkatkan kuantitas
produksi kopinya dibanding perusahaan kebun lainnya. Luas total Kebun Blawan masih belum
dikelola secara sepenuhnya untuk melakukan produksi kopi arabika.
Kopi arabika Kebun Blawan seiring waktu mengalami peningkatan permintaan kopi, akan
tetapi kondisi realitas produksi kebun dalam beberapa rentan waktu terakhir mengalami
penurunan. Berdasarkan data jumlah capaian produksi kopi Kebun Blawan, jumlah produksi
tahun 2018 yaitu 728.935 kg dengan rencana target produksi 795.000 kg. Jumlah target rencana
produksi tahun 2019 yaitu 875.500 kg, sedangkan realisasi produksi kopi pada tahun 2019
mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebesar 549.377 kg, prosentase ketercapaian
realitas produksi sejumlah 62,75%.
Kebun Blawan memiliki sumber daya manusia yang kurang memadai dalam hal kualitas
dan kuantitas bekerja di perkebunan kopi. Karyawan mempunyai fungsi utama dalam proses
kegiatan perawatan tanaman hingga hasil produksi kopi. Salah satu kegiatan perawatan
tanaman kopi yaitu kegiatan pemangkasan, kegiatan pemangkasan yang dilakukan 3 kali dalam
satu tahun bertujuan untuk meningkatkan produksi dari pohon kopi dengan cara melakukan
E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 297
P-ISSN: 2620-8512
pangkas pada cabang yang sudah 3 kali berbuah, cabang tidak normal dan cabang tidak
produktif lainnya. Peningkatan kinerja seorang karyawan akan berdampak pada peningkatan
hasil produksi tanaman kopi. Kebun Blawan yang merupakan bagian dan milik BUMN
diharapkan memiliki kinerja yang baik, perubahan tingkat kinerja karyawan akan memberikan
dampak pada tingkat kinerja perusahaan kebun secara langsung ataupun tidak langsung, karena
terbatasnya jumlah sumber daya manusia yang ada di Kebun Blawan.
Tujuan penelitian ini adalah 1) Menganalisis tingkat kinerja, 2) Menganalisis faktor-faktor
yang berhubungan dengan tingkat kinerja, dan 3) Menganalisis hubungan antara faktor-faktor
kinerja dengan tingkat kinerja karyawan tetap di afdeling Kebun Blawan PT. Perkebunan
Nusantara XII. Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu 1) Menganalisis tingkat kinerja
karyawan, 2) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kinerja karyawan
tetap, dan 3) Menganalisis hubungan antara faktor-faktor kinerja dengan tingkat kinerja
karyawan tetap di afdeling Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara XII.

Metodologi

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif yaitu metode yang digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu (Sugiyono, 2014). Penentuan lokasi secara
purposive (sengaja) di Kebun Blawan. Kebun Blawan merupakan salah satu cabang kebun kopi
arabika PTPN XII diantara 3 cabang kebun kopi arabika lainnya, Kebun Blawan merupakan
kebun yang memiliki lahan paling luas diantara kebun lainnya. Kondisi kebun yang paling luas
berbanding terbalik dengan jumlah karyawan yang dimiliki oleh Kebun Blawan, Kebun
Blawan memiliki jumlah karyawan paling sedikit dibanding kebun lainnya. Banyaknya
masyarakat yang tinggal sekitar kebun tidak menjamin tersedianya karyawan disana.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan afdeling Kebun Blawan yang bukan
karyawan pimpinan, karyawan juru tulis afdeling dan bukan karyawan bagian keamanan.
Jumlah populasi yang ada sebanyak 44 karyawan tetap pada 9 afdeling kebun. Pengambilan
sampel menggunakan teknik sensus (Arikunto, 2010). Apabila jumlah populasi pada penelitian
kurang dari 100 orang, maka sampel yang diambil berasal dari seluruh populasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, sedangkan sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Pengumpulan data dalam
penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Analisis data untuk mengetahui hubungan antara faktor-faktor kinerja dengan tingkat kinerja

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 298


P-ISSN: 2620-8512
menggunakan analisis korelasi rank spearman (rs). Untuk menguji tingkat signifikansi
hubungan digunakan nilai Sig (2-tailed) dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05).

Hasil dan Pembahasan

1. Tingkat kinerja karyawan tetap afdeling Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara
XII, Kab. Bondowoso

Simamora dalam Asnar (2013) mengungkapkan bahwa indikator yang digunakan


dalam pengukuran kinerja meliputi kuantitas kerja, kualitas kerja dan ketepatan waktu.
Penelitian tingkat kinerja dalam penelitian ini menggunakan dimensi kuantitas kerja,
kualitas kerja dan penggunaan alat keselamatan dan kesehatan kerja. Kinerja seorang
karyawan kebun akan berpengaruh pada tingkat produktivitas perusahaan perkebunan, hal
ini dikarenakan segala kegiatan dalam perkebunan melibatkan sumber daya manusia sebagai
subjek pekerjaan.

Tabel 1. Tingkat kinerja karyawan tetap afdeling Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara
XII, Kabupaten Bondowoso

No. Kategori Petani (orang) Persentase (%)


1 Sangat baik 7 15,90
2 Baik 26 59,10
3 Tidak baik 11 25,00
4 Sangat tidak baik 0 0
Sumber: Data Olahan Primer, 2020

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa distribusi responden berdasarkan tingkat


kinerja sebagian besar berada pada kategori baik yaitu sebanyak 26 orang dari jumlah total
responden 44 orang, dengan prosentase 59,10%. Karyawan kebun kopi Blawan sebagian
besar sudah memiliki kualitas kerja yang baik, kuantitas kerja sesuai standar pengerjaan dan
sebagian besar karyawan sudah cukup menerapkan menggunakan alat keselamatan dan
kesehatan kerja.
Tingkat kinerja dalam hal ini di ukur berdasarkan kualitas dalam bekerja, kuantitas
dalam bekerja dan penggunaan alat keselamatan dan kesehataan kerja. Rata-rata kualitas
kerja yang dimiliki oleh responden termasuk baik, hal ini karena kegiatan pemupukan,
penyiangan, dan penanaman pohon naungan sudah baik dilaksanakan. Kondisi lapang
didapatkan bahwa terdapat hal-hal yang masih kurang mengenai tingkat kinerja karyawan

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 299


P-ISSN: 2620-8512
tetap Kebun Blawan tersebut yakni berupa kegiatan pemangkasan dan pengendalian hama
penyakit tanaman kopi arabika tersebut.
Tingkat kinerja dalam hal kuantitas melakukan pekerjaan didapatkan bahwa rata-rata
sudah baik dalam memenuhi kuantitas standar pekerjaan yang harus dilakukan. Kegiatan
yang sudah memenuhi standar kuantitas pelaksanaan yaitu kegiatan pemupukan,
penyiangan, dan pemangkasan. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman rata-
rata dilakukan secara kondisional dengan memperhatikan kondisi tanaman setiap harinya.
Tingkat kinerja dalam frekuensi penggunaan alat pelindung diri sebagai penunjang
keselamatan dan kesehatan kerja sudah tinggi. Rata-rata responden akan menggunakan topi,
masker dan sepatu boot sebagai penunjang dalam melakukan pekerjaannya, sedangkan
sarung tangan masih terbatas yang menggunakannya.

2. Faktor-faktor kinerja karyawan tetap Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara XII,
Kab. Bondowoso

Faktor-faktor kinerja menjadi suatu hal yang penting karena memberikan dampak pada
perubahan tingkat kinerja seorang karyawan. Menurut Blumberg dan Pringle (1982) kinerja
karyawan merupakan fungsi dari interaksi antara motivasi (motivation), kemampuan
(ability) dan kesempatan kerja (opportumity), konsep tersebut menjelaskan bahwa jika salah
satu dari tiga dimensi berada pada tingkat rendah maka akan berpengaruh terhadap
menurunnya kinerja seorang karyawan. Faktor-faktor kinerja pada penelitian ini melibatkan
faktor tingkat motivasi kerja, tingkat kemampuan kerja, dan tingkat kondisi pelaksanaan
kerja. Adapun analisis faktor-faktor kinerja sebagai berikut:

Tabel 2. Persepsi petani terhadap aplikasi RegoPantes di Desa Wonokerso


No. Faktor-faktor persepsi Kategori Petani (Orang) Prosentase (%)
1 Tingkat Motivasi Kerja Tinggi 26 59,10
2 Tingkat Kemampuan Kerja Baik 22 50,00
3 Tingkat Kondisi Baik 24 54,50
Pelaksanaan Kerja
Sumber : Olahan Data Primer, 2020

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat motivasi kerja
responden dalam penelitian ini sebagian besar memiliki motivasi kerja yang tinggi.
Responden pada kategori tinggi yaitu sebanyak 26 orang dari jumlah total responden 44
orang. Skor interval di kategori tinggi yaitu 51 – 65 dengan jumlah prosentase 59,10%.
Distribusi motivasi kerja responden yang tergolong tinggi di Kebun Blawan, memiliki arti

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 300


P-ISSN: 2620-8512
bahwa fasilitas kerja, hubungan antar rekan kerja dan atasan, peluang karir dan besaran
kompensasi sebagian besar sudah cukup memadai bagi responden, namun adanya beberapa
hal yang kurang sesuai membuat motivasi kerja terhadap beberapa responden termasuk
dalam kategori rendah. Kekurangan tingkat motivasi kerja terdapat pada dimensi fasilitas
kerja, terdapat beberapa fasilitas rumah dinas dan kamar mandi umum yang sudah tidak
layak digunakan bagi responden. Selain itu, kendala lainnya berupa poliklinik pengobatan
yang cukup jauh bagi beberapa afdeling seperti Afdeling Gunung Blau, Afdeling Sumber
Rejo, dan Afdeling Giri Mulyo. Akses yang sulit bagi 3 afdeling tersebut dan jauhnya jarak
membuat fasilitas yang diterima cukup terbatas.
Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan kerja
responden di Kebun Blawan sangat bervariasi, mulai dari sangat tidak baik hingga sangat
baik. Tingkat kemampuan kerja responden sebagian besar berada dalam kategori baik.
Jumlah responden pada kategori baik yaitu 22 orang dari total sejumlah 44 orang, skor
interval di kategori baik yaitu 26 – 32 dengan jumlah prosentase 50,00%. Distribusi
kemampuan kerja responden yang baik di Kebun Blawan, menjelaskan bahwa sebagian
besar kemampuan kerja karyawan kebun sudah baik. Kekurangan tingkat kemampuan kerja
berdasarkan analisis lapang terdapat beberapa karyawan yang belum memahami teknis
pelaksanaan pangkas berat, pangkas sedang, dan pangkas ringan dan macam cabang yang
dilakukan pemangkasan. Tingkat kemampuan kerja yang kurang baik / rendah sebagian
besar terdapat pada kurangnya pengetahuan responden dalam melakukan pekerjaannya dan
terbatasnya karyawan yang mengikuti setiap kegiatan pelatihan.
Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat diketahui bahwa tingkat ketersediaan dan
kelayakan sarana prasarana kerja berada dalam kategori Baik. Jumlah responden yang
menjawab baik sejumlah 23 orang dari total 44 orang. Skala interval dari kategori baik yaitu
22,52 – 29,27 dengan prosentase 52,3%. Distribusi kondisi pelaksanaan kerja responden
yang baik di Kebun Blawan, menjelaskan bahwa sebagian besar kondisi pelaksanaan kerja
karyawan sudah baik. Kekurangan tingkat kondisi pelaksanaan kerja berdasarkan analisis
lapang terdapat beberapa hal terkait technical system yang kondisinya belum layak seperti
akses jalan ke kebun, mobil transportasi di afdeling dan kondisi kantor afdeling. Kondisi
tersebut terutama terdapat pada afdeling yang jauh dari lokasi kantor induk.

3. Hubungan Faktor-Faktor Kinerja dengan Tingkat Kinerja Karyawan Tetap Kebun


Blawan, PT. Perkebunan Nusantara XII, Kab. Bondowoso (komoditas kopi arabika)

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 301


P-ISSN: 2620-8512
Dari beberapa variabel yang dikaji terlihat variabel yang berhubungan sangat signifikan
yakni tingkat motivasi kerja dan tingkat kemampuan kerja, dan tidak signifikan pada tingkat
kondisi pelaksanaan kerja. Hubungan antara faktor-faktor kinerja dengan tingkat kinerja
karyawan Kebun kopi Blawan dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi Rank
Spearman (𝑟𝑠 ) yang perhitungannya menggunakan program IBM SPSS 22. Hasil analisis
korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) terlihat pada Tabel 3 berikut ini.

Tabel. 3 Uji Statistik Hubungan antara Faktor-Faktor Kinerja dengan Tingkat Kinerja
Karyawan Tetap Kebun Blawan PT. Perkebunan Nusantara XII, Kab. Bondowoso

Persepsi Petani Terhadap Aplikasi Regopantes


Faktor Pembentuk Persepsi (Y)
No.
(X) rs Sig. (2- Keterangan
tailed)
1 Tingkat Motivasi Kerja (X1) 0,494** 0,001 Sangat signifikan
2 Tingkat Kemampuan Kerja Sangat Signifikan
0,522** 0,000
(X2)
3 Tingkat Kondisi Pelaksanaan Tidak signifikan
0,268 0,079
Kerja (X3)
Sumber : Analisis Data Primer, 2020

Nilai koefisien korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) antara tingkat motivasi kerja dengan
tingkat kinerja yaitu 0,494**, apabila nilai 𝑟𝑠 > 0,40 – 0,599 maka tingkat keeratan
hubungan korelasi antar kedua variabel termasuk kategori korelasi sedang dengan arah
hubungan positif (+), artinya arah hubungan searah atau tidak berlawan. Hasil analisis uji
korelasi Rank Spearman 𝑟𝑠 tingkat motivasi kerja (X1) dengan tingkat kinerja (Y)
mendapatkan hasil sangat signifikan berdasarkan nilai sig. (2-tailed). Hasil uji nilai sig. (2-
tailed) sebesar (0,001) < α (0,05), pada taraf signifikansi 95%. Hal ini menunjukkan terdapat
hubungan yang sangat signifikan antara tingkat motivasi kerja dengan tingkat kinerja
karyawan Kebun Kopi Blawan.
Hubungan yang kuat antara tingkat motivasi kerja (X1) dengan tingkat kinerja (Y)
membuat perusahaan kebun kopi Blawan harus dapat menjaga dan meningkatkan faktor
pembentuk motivasi kerja, perubahan pada faktor pembentuk kerja berupa fasilitas kerja,
hubungan antar rekan kerja dan atasan, peluang karir dan besaran kompensasi untuk
memadai kebutuhan dasar karyawan akan memberi perubahan pada tingkat kinerja
karyawan kebun kopi Blawan. Kekurangan pada tingkat motivasi kerja disebabkan fasilitas
kerja dan peluang karir yang tidak merata antar afdeling. Hasil penelitian Putri (2016),
menjelaskan bahwa motivasi kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 302


P-ISSN: 2620-8512
karyawan kebun, motivasi kerja yang tinggi dan signifikan akan berpengaruh terhadap
kinerja yang tinggi.
Nilai koefisien korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) antara tingkat kemampuan kerja (X2)
dengan tingkat kinerja (Y) yaitu 0,522**, apabila nilai 𝑟𝑠 > 0,40 – 0,599 maka tingkat
keeratan hubungan korelasi antar kedua variabel termasuk kategori korelasi sedang dengan
arah hubungan positif (+), artinya arah hubungan searah atau tidak berlawan. Hasil analisis
uji korelasi Rank Spearman 𝑟𝑠 tingkat kemampuan kerja (X2) memiliki hubungan yang
sangat signifikan dengan tingkat kinerja (Y) Kebun Kopi Blawan. Hasil uji nilai sig. (2-
tailed) sebesar (0,00) < α (0,05), pada taraf signifikansi 95%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara tingkat kemampuan kerja dengan
tingkat kinerja karyawan (Y) Kebun Kopi Blawan.
Kekurangan yang ditemui peneliti di lapang mengenai tingkat kemampuan kerja
terdapat pada pengetahuan mengenai teknis budidaya. Pengetahuan teknis budidaya dalam
penelitian ini yaitu pengetahuan pelaksanaan teknis pemangkasan ringan, pemangkasan
sedang, dan pemangkasan berat, macam jenis batang yang dipangkas saat kegiatan pangkas
lepas panen (PLP), istilah B0/B1/B2/B3, dan lama pohon naungan sementara. Harapan
responden untuk meningkatkan kemampuan kerjanya yaitu diadakan pelatihan dengan
khalayak peserta lebih banyak dan konsep yang menarik seperti Focus Group Discussion
(FGD) dan lomba antar afdeling yang dapat membuat responden saling bersaing secara sehat
untuk meningkatkan kemampuannya. Hasil penelitian Ardiana et al., (2012) menjelaskan
bahwa kemampuan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai.
Nilai koefisien korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) antara tingkat kondisi pelaksanaan kerja
dengan tingkat kinerja karyawan kebun kopi adalah 0,268, apabila nilai koefisien korelasi
𝑟𝑠 > 0,20 – 0,399 maka tingkat keeratan hubungan korelasi antar kedua variabel termasuk
kategori rendah dengan arah hubungan positif (+), artinya arah hubungan searah atau tidak
berlawan. Hasil analisis uji korelasi Rank Spearman (𝑟𝑠 ) tingkat kondisi pelaksanaan kerja
(X3) dengan tingkat kinerja (Y) tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara
keduanya. Hasil nilai sig. (2-tailed) sebesar (0,079) ≥ α (0,05), pada taraf signifikansi 95%.
Berdasarkan perolehan nilai tersebut, maka dapat dikatakan bahwa Ho diterima, yang
artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kondisi pelaksanaan kerja
dengan tingkat kinerja karyawan kebun kopi.
Hasil analisis kondisi realitas lapang bahwa ketersediaan dan kelayakan sarana
prasarana peralatan serta alat pelindung diri (APD) pekerjaan tidak akan menghambat

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 303


P-ISSN: 2620-8512
karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Karyawan akan membeli peralatan kerja secara
mandiri ketika membutuhkannya tanpa menunggu ketersediaan dari perusahaan kebun.
Ketersediaan bahan baku berupa pupuk, bibit tanaman kopi, bibit tanaman naungan, dan
pestisida/herbisida yang seringkali terbatas ketersediaannya bagi beberapa afdeling akan
berdampak pada tertundanya pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan kebun, namun
pekerjaan akan tetap dilakukan jika bahan baku sudah tersedia. Ketersediaan dan kelayakan
alat pelindung diri tidak berdampak pada karyawan dalam melakukan pekerjaannya.
Menurut Robbins dan Timothy (2008), bahwa kinerja seseorang dipengaruhi oleh
kemampuan individu (kecerdasan dan keterampilan). Selain variabel kemampuan dan
motivasi, variabel lain yang mempunyai hubungan dengan kinerja yaitu variabel
kesempatan (opportunity). Hal tersebut tidak sesuai kondisi hasil penelitian yang
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kondisi pelaksanaan
kerja dengan tingkat kinerja karyawan Kebun Kopi Blawan.

Kesimpulan dan Saran

Tingkat kinerja karyawan tetap Kebun Blawan sebagian besar berada pada kategori
baik. Faktor-faktor kinerja yaitu tingkat motivasi kerja dalam kategori tinggi, tingkat
kemampuan kerja dalam kategori baik, dan kondisi pelaksanaan kerja dalam kategori baik.
Faktor yang memiliki hubungan signifikan dengan tingkat kinerja yaitu tingkat motivasi kerja
dan tingkat kemampuan kerja. Saran yang disampaikan yaitu Kebun Blawan secara khusus
atau PTPN XII dapat meningkatkan tingkat kinerja karyawan kebun dengan memperhatikan
tingkat motivasi kerja dan tingkat kemampuan kerja yang dimiliki PTPN XII.

Ucapan Terimakasih

Penulis menyampaikan terimakasih kepada keluarga, sahabat, bapak dan ibu dosen
pembimbing, PT. Perkebunan Nusantara XII, Kebun Blawan, dan semua pihak yang telah
banyak memberikan bantuan dalam penyelesaian penelitian ini.

Daftar Pustaka

Ardiana, I Putu, Made Nuridja, Luh Indrayani. (2014). Pengaruh kemampuan kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Balai Penelitian dan Observasi Laut
(BPOL). J Pendidikan Ekonomi Undiksha 4(1): 1 - 10.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 304


P-ISSN: 2620-8512
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Asnar, Zaid H. (2013). Pengaruh Tata Ruang Kantor Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di
Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III Lembaga Administrasi
Negara (PKP2A III LAN) Samarinda. J Ilmu Pemerintahan 1(4) : 1488 - 1500.
Blumberg, M. Pringle, CD. (1982). The Missing Opportunity in Organizational Research:
Some Implications for a Theory of Work Performance. Academy of Management
Review.
Putri, Sandi Drefke N.P., Purnamie Titisari, Sumani. (2016). Pengaruh Kepemimpinan dan
Motivasi Kerja serta Komunikasi Internal Terhadap Kinerja Karyawan Tetap PTPN
XII Kebun Blawan Bondowoso. Artikel Ilmiah Mahasiswa UNEJ. 1(1): 1-8.
Robbins, Stephen P., Timothy A. Judge. (2008). Perilaku Organisasi Edisi 12 Buku 1.
Terjemahan: Diana Angelica, Ria Cahyani dan Abdul Rosyid. Jakarta: Salemba
Empat.
Sitio, Winda L. (2014). Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan BUMN Sebelum dan Setelah
Privatisasi: Studi Kasus pada 3 BUMN yang Diprivatisasi Tahun 2010. Skripsi.
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis, Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Sugiyono. (2014). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Wahyudin, Zarkasyi M. (2008). Good Corporate Governance : pada Badan Usaha
Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya. Bandung : Alfabeta.

E-ISSN: 2615-7721 Vol 4, No. 1 (2020) 305


P-ISSN: 2620-8512

Anda mungkin juga menyukai