Anda di halaman 1dari 33

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Sectio Caesarea

1. Definisi

Sectio caesarea adalah proses persalinan melalui pembedahan dimana

irisan dilakukan di perut ibu (laparatomi) dan rahim (histeretomi) untuk

mengeluarkan bayi (juditha dan Cynthia,2009).

Sectio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat

sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Sofian Amru,

2011).

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf

rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram (Mitayani, 2011).

2. Indikasi

Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin

akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan

pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan sectio caesarea proses

persalinan normal lama/kegagalan proses persalinan normal (Dystasia)

a. Fetal distress

b. His lemah/ melemah

c. Janin dalam posisi sungsang atau melintang

9
STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung
10

d. Bayi besar (BBL ≥ 4,2 kg)

e. Plasenta previa

f. Kelainan letak

g. Disproporsi cevalo-pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala

dan panggul)

h. Rupture uteri mengancam

i. Hydrocephalus

j. Primi muda atau tua

k. Partus dengan komplikasi

l. Panggul sempit

m. Problema plasenta. (Padila, 2015).

3. Jenis-jenis operasi Sectio Caesarea

Menurut Padila (2015), yaitu:

a. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

1) Sectio caesarea transperitonealis

a) Sectio Caesarea klasik atau corporal (dengan insisi

memanjang pada corpus uteri)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus

uteri kira-kira sepanjang 10 cm. insisi vertical pada

miometrium, namun jarang dilakukan, kecuali jika terjadi

vaskularisasi disegmen bawah uteri yang banyak sekali atau

dapat dilakukan karena perlrngetan yang luas atau posisi

janin letak lintang (Jones, 2002).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

Kelebihan

(1) Mengeluarkan janin dengan cepat

(2) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik

(3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan

(1) Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena

tidak ada reperitonealis yang baik

(2) Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi

rupture uteri spontan.

b) Sectio Caesarea ismika atau profundal (low servical dengan

insisi pada segmen bawah rahim)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada

segmen bawah rahim (low cervical tranfersal) kira-kira

sepanjang 10 cm. dibuat melintang pada bagian perut paling

bawah bawah atau pada bagian terendah rahim, sayatan ini

membuat perdarahan lebih sedikit. Juga, kemungkinan anda

melahirkan normal setelah melakukan operasi caesarea

dengan sayatan ini bisa jadi lebih besar.

Kelebihan

(1) Penjahitan luka lebih mudah

(2) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

(3) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk

menahan penyabaran isi uterus ke rongga peritoneum

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

(4) Perdarahan tidak begitu banyak

(5) Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih

kecil.

Kekurangan

(1) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga

dapat menyebabkan arteri uterine pecah sehingga

mengakibatkan perdarahan banyak

(2) Keluhan pada kandung kemih post operasi tingggi

c) Sectio caesarea peritonealis yaitu tanpa membuka

peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka

cavum abdominal

d) Sectio sesarea vaginalis

Menurut arah sayatan pada rahim, seksio sesarea dapat

dilakukan sebagai berikut :

(1) sayatan memanjang (longitudinal)

(2) sayatan melintang (tranversal )

(3) sayatan huruf T (T-incision)

4. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarif dan kusuma (2015), yaitu:

a. Plasenta previa sentralis (posterior)

b. Panggul sempit

c. Disporsi sefalo pelvik:yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala

dan ukuran panggul

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

d. Rupture uteri mengancam

e. Pertus lama (prolonged labor)

f. Partus tak maju (obstructed labor)

g. Distosia serviks

h. Pre-eklamsia dan hipertensi

i. Malpresentasi janin

1) Letak lintang

2) Letak bokong

3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi)

4) Presentasi rangkap jika reposisi tidak berhasil

5) Gemeli

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

5. Phatway Sc
Panggul sempit, persalinan Section
kembar,pre-eklamsi, putus caesarea
tali pusat,posisi bayi
sungsang, bayi
besar,plasenta previa,pernah Lukaposto Post partum nifas
mengalami sc,hidrocephalus perasi
Post anastesi Distensi kandung
kemih
Penurunan kerja Jaringan terputus Jaringan terbuka
Medulla
oblongata edema dan memar
di ureter
kemampuan Merangsang Proteksi kurang
eliminasi area sensorik
Reflek batuk Penurunan
Invasi bakteri sensitivitas &
Akumulasi Gangguan sensasi kandung
Peristaltic usus rasa nyaman
sekret kemih
Resiko Infeksi
Kontipasi Nyeri
Bersihan Jalan Nafas
Gangguan Eliminasi Urine
Tidak Efektif

Progesteron & estrogen psikologis

Penambahan
Merangsang pertumbuhan kel. anggota baru
Kontraksi uterus Susu& pertumbuhan

involusi
Hormone prolaktin Masa kritis Tuntutan anggota
baru

Tidak adekuat Merangsang Perubahan


adekuat Bayi menangis
laktasi oksitosin pola peran

Pengeluaran lochea Perdarahan


Ejaksi ASI Gangguan
pola tidur

Hb Kekurangan Efektif Tidak efektif


vol.cairan
dan elektrolit Nutrisi bayi terpenuhi
Kurang o2

Resiko syok Kurang informasi ttg bengkak


kelemahan
(hypovolemik) perawatan payudara

Deficit Ketidakefektifa nutrisi bayi


perawatan diri Deficiensi n pemberian kurang dari
pengetahuan ASI kebutuhan
(Nurarif & Kusuma, 2015).
15

6. Komplikasi

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

a. Infeksi puerperalis (nifas)

1) Ringan; dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

2) Sedang; dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai

dehidrasi dan perut sedikit kembung

3) Berat; dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik

b. Perdarahan

1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

2) Atonia uteri

3) Perdarahan pada placental bed

c. Luka Kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

reperitonialisasi terlalu inggi.

d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang

(Sofian Amru, 2013).

7. Pemeriksaan penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), yaitu:

a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin

b. Pemantauan EKG

c. JDL dengan diferensial

d. Elektrolit

e. Hemoglobin/Hematokrit

f. Golongan darah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

g. Urinalisasi

h. Amniosentesis terhadap maturnitas paru janin sesuai indikasi

i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi

j. Ultrasound sesuai pesanan

8. Penatalaksanaan

Menurut Maryunani (2014), yaitu:

a. Perdarahan dari vagina harus dipantau dengan cermat

b. Fundus uteri harus sering dipalpasi untuk memastikan bahwa uterus

tetap berkontraksi dengan kuat

c. Analgesik diberikan

d. Periksa aliran darah uterus paling sedikit 30 ml/jam

e. Pemberian cairan intra vaskular, 3 liter cairan biasanya memadai

untuk 24 jam pertama setelah pembedahan

f. Ambulasi, satu hari setelah pembedahan klien dapat turun sebentar

dari tempat tidur dengan bantuan dari orang lain

g. Perawatan luka pada hari ke-3, Tiap hari diperiksa kondisi balutan

h. Pemeriksaan laboratorium, hematokrit diukur pagi hari setelah

pembedahan untuk memastikan perdarahan pasca operasi atau

mengisyaratkan hipovolemia

i. Mencegah infeksi pasca operasi, antibiotic, setelah janin lahir.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

B. Konsep Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas disebut juga postpartum atau puerperium adalah masa atau

waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim sampai

enam minggu berikutnya,disertai dengan pulihnya kembali organ–organ

yang berkaitan dengan kandungan yang mengalami perubahan seperti

perlukaan dan lain sebagainya yang berkaitan saat melahirkan (Suherni

dkk, 2009 dalam Maryunani Anik, 2014).

Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali ke keadaan

semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung selama kira – kira 6

minggu (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan

Neonatal, 2006 dalam Maryunani Anik, 2014).

Masa post partum atau nifas adalah masa sejak melahirkan sampai

pulihya alat–alat reproduksi dan anggota tubuh lainnya yang

berlangsung sampai sekitar 40 hari(KBBI,1990 dalam Maryuani, 2014).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk :

a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi

Dengan diberikannya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan

dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya

sebagai ibu (pada kasus dengan ibu kelahiran pertama) dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru

dengan kelahiran anak berikutnya.jika ibu dapat melewati masa ini

dengan baik maka keseahteraan fisik dan psikologis bayi pun akan

meningkat.

b. Pencegahan, diagnosis dini,dan pengobatan komplikasi pada ibu

Dengan diberikannya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan

munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi

sehingga penanganannya pun dapat lebih maksimal.

c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bilamana perlu

Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan

pada masa nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua

keputusan yang diambil tepat, misalnya mereka lebih memilih untuk

tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan karena pertimbangan

tertentu.

d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, serta memungkinkan

ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga

dan budaya khusus.

Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan karena banyak pihak

yang beraggapan bahwa jika bayi telah lahir dengan selamat, serta

secara fisik ibu dan bayi tidak ada masalah maka tidak perlu lagi

dilakukan pendampingan bagi ibu. Padahal bagi para ibu (terutama

ibu baru), beradaptasi dengan peran barunya sangatlah berat dan

membutuhkan suatu kondisi mental yang maksimal.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

e. Imunisasi ibu terhadap tetanus

Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian

tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini kejadian tetanus

sudah banyak mengalami penurunan.

f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat rentang pemberian

makan anak, serta penungkatan pengembangan hubungan yang baik

antara ibu dan anak

Saat memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan pemantauan

yang diberikan tidak hanya sebatas lingkup prmasalahan ibu, tapi

bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak, kesempatan untuk

berkonsultasi tentang kesehatan, termasuk kesahatan anak dan

keluarga akan sangatterbuka. Upaya pengembangan pola hubungan

psikologis yang baik antara ibu, anak, dan keluarga dapat

ditingkatkan melalui pelaksanaan asuhan ini.

3. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap, yaitu puerperium dini, puerperium

intermedial dan remote puerperium. Perhatikan penjelasan berikut :

a. Puerperium dini

Peurperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu

telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan. Waktu 0-24 jam

post partum.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

b. Peurperium intermedial

Peurperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeuruh alat-

alat genetalia sekitar 1 – 7 hari post partum.

c. Remote peurperium

Remote peurperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih

dan sehat sempurna, terutama selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat

berlangsung selama 1- 6 minggu post partum. Waktu untuk sehat

bisa berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan.

4. Perubahan fisiologis pada masa nifas

a. Perubahan sistem reproduksi

Selama masa nifas alat – alat internal maupun eksterna berangsur –

angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil.Perubahan

keseluruhan alat genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi

juga perubahan penting lainnya, perubahan – peruabahan yang

terjadi antara lain adalah sebagai berikut :

1) Uterus

Dalam keadaan normal,uterus mencapai ukuran besar pada masa

sebelum hamil sampai kurang dari 4 minggu,berat uterus setelah

kelahiran kurang lebih 1 kg sebagai akibat involusi. Satu minggu

setelah melahirkan beratnya menjadi kurang lebih 500 gram,pada

akhir minggu kedu setelah persalinana menjadi kurang lebih 300

gram,setelah itu menjadi 100 gram atau kurang.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

Otot–otot uterus segera berkontraksi setelah post partum.

Pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan

terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah

plasenta dilahirkan. Setiap kali bila ditimbulkan, fundus uteri

berada diatas umbilicus, maka hal – hal yang perlu

dipertimbangkan adalah pengisisan uterus oleh darah atau

pembekuan darah saat awal post partum atau pergeseran letak

uterus karena kandung kemih yang penuh setiap saat setelah

kelahiran.

2) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina selama masa nifas. Lochea terbagi menjadi tiga jenis,

yaitu : lochea rubra sanguinolenta dan lochea serosa atau alba.

Berikut ini adalah beberapa jenis lochea yang terdapat pada

wanita pada masa nifas :

a) Lochea rubra (cruenta) berwarna merah karena berisis darah

segar dan sisa-sisa selaput ketuban, set-set desidua, verniks

caseosa, lanugo, dan mekoneum selama dua hari pasca

persalinan. Inilah lochea, yang akan keluar selama dua

sampai tiga hari post partum.

b) Lochea sanguinolenta berwarna merah kuning berisi darah

dan lendir yang keluar pada hari ketiga sampai ketujuh

pascapersalinan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

c) Lochea serosa adalah lochea berikutnya. Dimulai dengan

versi yang lebih pucat dari lokia rubra. Lochea ini berbentuk

serum dan berwarna merah ambu kemudian menjadi kuning.

Cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh sampai hari ke-

14 pascapersalinan.Lochea alba mengandung terutama cairan

serum, jaringan desidua,leukosit dan eritrosit.

d) Lochea alba adalah lochea terakhir. Dimulai hari ke – 14

kemudian makin lama makin sedikit sehingga sama sekali

berhenti sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya

seperti cairan putih berbentuk krim serta terdiri atas leuksit

dan sel-sel desidua.

Lochea mempunyai bau yang khas, tidak seperti bau

menstruasi. Bau ini lebih terasa tercium pada lochea serosa,

bau ini juga akan semakin keras jika bercampur dengan

keringat dan harus cermat membedakannya dengan bau

busuk yang menandakan adanya infeksi. Lochea dimulai

sebagai suatu pelepasan cairan dalam jumlah yang banyak

pada jam-jam pertama setelah melahirkan. Kemudian lochea

ini akan berkurang jumlahnya sebagai lochea rubra, lalu

berkurang sedikit menjadi lochea sanguinolenta, serosa dan

akhirnya lokia alba. Hal yang biasanya ditemui oleh wanita

adalah adanya jumlah lochea yang sedikit pada saat ia

berbaring dan umlahnya meningkat pada saat berdiri. Jumlah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

rata-rata pengeluaran lochea adalah kira-kira 240 ml – 270

ml.

3) Endometrium

Perubahan pada endometrium adalah timbulnya thrombosis,

degenerasi, dan nekrosis ditempat implatasi plasent. Pada hari

pertma table endometrium 2,5 mm,mempunyai permukaan yang

kasar akibat pelepasan desidua dan selaput anin. Setelah tiga hari

mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada

luka bekas implantasi plasenta.

4) Serviks

Segera setelah berakhir kala TU, serviks menjadi sangat lembek,

kendur, dan terkulai.Serviks tersebut bisa melepuh dan lecet,

terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang

mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi,lubang serviks lambat

laun mengecil,beberapa hari setelah persalinan dini retak karena

robekan dalam dalam persalinan. Rongga leher servikss bagian

luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat

empat minggu postpartum.

5) Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis.Secara

berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali

seperti ukuran seorang nulipara.Rugae timbul kembali pada

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

minggu ketiga. Hymen tampak sebagai tonjolan jaringan yang

kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi

karunkalue mitiformis yang khas bagi wanita multipara.

6) Payudara

Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi

secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme

fisiologis, yaitu sebagai berikut:

a) Produksi susu

b) Sekresi susu atau let down

Selama Sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh

dan menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi

bayi baru lahir. Setelah melahirkan, ketika hormone yang

dihasilkan plasenta tidak lagi untuk menghambat kelenjar

pituitary akan mengeluarkan prolaktin (hormone laktogenik).

Sampai hari ketiga setelah melahirkan, efek prolaktin pada

payudara mulai bisa dirasakan. Pembuuh darah payudara

menjadi bengkak terisi darah, sehingga tmbul rasa

hangat,bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang menghasilkan

ASI juga mulai berfungsi.Ketika bayi menghisap putting, reflek

saraf merangsang lobus posterior pituitary untuk menyekresi

hormone oksitoksin. Oksitoksin merangsang reflek let down

(mengalirkan) sehingga menyebabkan ejaksi ASI melalui sinus

aktiferus payudara keduktus yang terdapat pada putting. Ketika

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-sel

acini terangsang untuk menghasilkan ASI lebih banyak.Reflek

ini dapat berlanjut sampai waktu yang cukup lama.

b. Sistem pencernaan

Seorang wanita dapat merasakan lapar dan siap menyantap

makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium amat penting

untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas, dimana pada masa ini

terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya

kebutuhan kalsium pada ibu, terutama pada bayi yang dikandungnya

untuk proses pertumbuhan janin juga ibu dalam masa laktasi.

Mual dan muntah terjadi akibat produksi saliva meningkat pada

kehamilan trimester 1,gejala ini terjadi 6 minggu setelah HPHT dan

berlangsung kurang lebih 10 minggu juga terjadi pada masa nifas.

Pada ibu partus terutama yang partus lama dan terlantar mudah

terjadi ileus paralitikkus, yaitu adannya obstruksi usus akibat tidak

adanya peristaltic usus. Penyebabnya adalah penekanan pada buah

dada dalam kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak

peristaltic usus,serta bias juga terjadi karena pengaruh psikis takut

BAB karena ada luka jahitan perineum.

c. Sistem perkemihan

Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama

kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

melahirkan.Pemeriksaan sitoskopik segera setelah melahirkan

menunjukkan tidak ada edema dan hyperemia dinding kandung

kemih, tetapi sering kali terdapat ekstravasi darah pada submukosa.

Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang

nonpatologis sejak pasca persalinan sampai dua hari post partum

agar dapat dikendalikan. Oleh karena itu, contoh specimen diambil

melalui kateterisasi agar tidak terkontaminasi dengan lokia yang non

patologis. Hal ini dapat diwujudkan hanya bila tidak ada tanda dan

gejala infeksi saluran kemih atau preeklamsi.

Dieresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari

kelima setelah persalinan.Jumlah urin yang keluar dapat melebihi

3.000 ml per harinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara

untuk menghilangkan peningkatan cairan eksraseluler yang

merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga didapati

adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah

persalinan.

Disamping itu, kandung kemih pada peurperium mempunyai

kapasitas yang meningkat secara relatif.Oleh karena itu, distensi

yang berlebihan, urine residual yang berlebihan dan pengosongan

yang tidak sempurna, harus diwaspadai dengan seksama. Ureter dan

pelvis renalis yang mengalami distensi akan kembali normal pada

dua sampai delapan minggu setelah persalinan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

d. Sistem musculoskeletal

Ligament – ligament, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang

sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur – angsur kembali

kesediakala.Tidak jarang ligament retundum mengendur, sehingga

uterus jatuh kebelakang.Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang

mengendur dapat diatasi dengan latihan – latihan tertentu.Mobilitas

sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara perlahan–lahan.

e. Sistem endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada

sistem endokrin, terutama pada hormone – hormone yang berperan

dalam proses tersebut

1) Oksitoksin

Oksitoksindisekresikan dari kelenjar otak bagian

belakang.Selama tahap ketiga persalinan, hormone oksitoksin

berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.Isapan bayi dapat

merangsang produksi ASI dan sekresi oksitoksin.Hal tersebut

membantu uterus kembali kebentuk normal.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin,

hormone ini berperan dalam pembesaran paydudara untuk

merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permula ada rangsangan

folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita yang tidak

menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin menurun dlam 14-

21 hari setelah persalinan, sehingga merangsang kelenjar bawah

depan otak yang mengotrol ovarium kearah permulaan pola

produksi estrogen dan progesterone yang normal, pertumbuhan

folikel, ovulasi dan menstruasi.

3) Estrogen dan progesterone

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti.Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormone

antidiuretik yang meningkatkan volume darah.Disamping itu

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vagina.

f. Perubahan tanda – tanda vital

Tanda–tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai

berikut :

1) Suhu

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celsius.

Serta ada perdarahan berlebihan atau udah partus dapat naik

kurang lebih 0,5 derajat celcius dari keadaan normal,namun tidak

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

akan melebihi 8 derajat celcius. Sesudah dua jam pertama

melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila

suhu lebih dari 38 derajat Celsius, mungkin terjadi infeksi pada

klien.

2) Nadi dan pernafasan

Nadi berkisar antara 60 – 80 denyutan per menit setelah partus,

dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan susu

tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada

vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut

nadi labil dibandingkn dengan suhu tubuh, sedangkan pernafsan

akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti

keadaan semula.

3) Tekanan darah

Pada beberapa kasus ditemukan keadaan hipertensi postpartum

menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit–

penyakit lain yang menyertainyadalam ½ bulan tanpa

pengobatan.

g. Sistem hemmatologi dan kardiovaskuler

Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel–sel darah putih sampai

sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi

jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah

sel–sel darah putih tersebut masih bias naik lebih tinggi lagi hingga

25.000–30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

mengalami persalinan lama. Akan tetapi, beberapa jenis

kemungkinan infeksi harus dikesampingkan pada penemuan

semacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan

sangat bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume

darah, volume plasma, volume sel darah yang berubah–ubah. Sering

dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih

rendah dari titik 2% atau lebih tinggi daripada saat memasuki

persalinan awal,maka klien dianggap telah kehillangan darah yang

cukup banyak. Titik 2 % tersebut kurang lebih sama dengan

kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar

kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama

kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada

klien ini kira–kira 200–500 ml hilang selama persalinan,500–800 ml

hilang selama minggu pertama postpartum,dan terakhir 500 ml

selama sisa masa nifas.

C. Konsep Resiko Infeksi

1. Pengertian

Menurut kamus keperawatan resiko infeksi merupakan peningkatan

resiko terserang oraganisme patogenik, infeksi dapat bersifat akut atau

kronis, infeksi terdiri dari infeksi cross infection infeksi yang terjadi jika

mikroorganisme patogen dari orang yang satu kepada orang lain,

endogenus infection infeksi yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang

berasal dari dalam tubuh pasien sendiri dengan menimbulkan penyakit

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

di tempat lain dan infeksi nasocomial infeksi yang terjadi saat pasien di

rawat di rumahsakit. Infeksi saluran kemih, respirasi, luka dan kulit

merupakan tipe paling umum.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Infeksi

a. Sumber penyakit

sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi berjalan cepat

atau lambat.

b. Kuman penyebab

Kumanpenyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme,

kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh

c. Cara membebaskan sumber dari kuman

Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi

cepat teratasi atau di perlambat, seperti tingkat keasaman ( PH), suhu,

penyinaran (cahaya) dan lain-lain

d. Cara penularan

Cara penularan seperti kontak langsung melalui makanan atau udara,

dapat menyebabakan penyebaran kuman ke dalam tubuh

e. Cara masuknya kuman

Proses penyebaran kuman berbeda bergantung dari sifatnya, kuman

dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan,kulit dan lain-

lain.

f. Daya tahan tubuh

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau

mempercepat proses penyembuhan, demikian pula sebaliknya

dayatahan tubuh yang buruk dapat memperburuk proses infeksi

Selain faktor tersebut terdapat faktor lain, seperti status gizi atau

nutrisi, tingkat stres tubuh, faktor usia, atau kebiasaan yang tidak

sehat(Uliyah, 2008).

3. Tanda-tanda infeksi

Infeksi akut di tandai dengan demam, sakit di daerah infeksi, berwarna

kemerahaan, fungsi organ tersebut terganggu, gambaran klinis infeksi

dapat berbentuk:

a. Infeksi lokal

Pembengkakan pada luka yang terinfeksi, contohnya luka post

sectio caesareajika terinfeksi terjadi penanahan, perubahan warna

kulit, pembekakan sekitar luka, mobilitas terbatas karena rasa

nyeri, temeperatur badan dapat meningkat.

b. Infeksi umum

Tampak sakit dan lemah, temperatur meningkat, tekanan darah

menurun dan nadi meningkat, pernapasan dapat meningkat dan

terasa sesak, kesadaraan gelisah sampai menurun. (Ambarwati,

2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

4. Cara mengatasi infeksi

a. Pencucian tangan sebelum dan sesudah tindakan.

b. Penggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka.

c. Menurut jurnal Puspitasari, dkk (Februari, 2013)melakukan

perawatan atau personal hyginedan makanan gizi seimbang bertujuan

untuk proses penyembuhan luka post sectio caesarea.

d. Pada ibu post sectio caesarea bahwa mobilisasi dini sangat penting

dilakukan untuk membantu penyembuhan luka post sectio caesarea

menurut jurnal Nety (juni, 2013).

5. Faktor Resiko

a. Imunitas didapat yang tidak adekuat

b. Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (mis., integritas kulit

tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma, penurunan kerja

siliaris, statis cairan tubuh, perubahan sekresi Ph, gangguan

peristalsis)

c. Pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis, penurunan

hemoglobin, leukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)

d. Peningkatan pemanjanan lingkungan terhadap patogen

e. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan

patogen

f. Malnutrisi

g. Trauma

h. Kerusakan jaringan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

i. Prosedur invasif

j. Ketuban pecah dini

D. Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Sectio Caesarea

1. Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan

secara keseluruhan.Pengkajian terdiri sari tiga tahapan yaitu:

pengumpulan data, pengelompokan data atau analisa data dan

perumusan diagnosa keperawatan (Padila, 2015)

a. Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit

vaskuler perifer atau statis vaskuler (peningkatan resiko

pembentukan thrombus).

b. Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor-faktor

stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan

tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan,

stimulasi simpatis.

c. Makanan / cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering, pembatasan puasa pra

operasi insufisiensi pancreas/DM, predisposisi untuk

hipoglikemia/ketoasidosis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

d. Pernapasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.

e. Keamanan

1) Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, pester dan

larutan

2) Adanya defisiensi imun

3) Munculnya kanker/ adanya terapi kanker

4) Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi

5) Riwayat penyakit hepatic

6) Riwayat tranfusi darah

7) Tanda munculnya proses infeksi

Hal yang perlu dikaji menurut Reeder et all, (2011), yaitu:

a. Pengkajian perdarahan apakah mengalami perdarahan masif

dengan sering menginspeksi pembalut perineum & memeriksa

fundus uteri

b. Palpasi pada fundus untuk melihat apakah uterus berkontraksi

dengan baik

c. Pada bagian abdomen inspeksi dan palpasi keadaan luka apakah

ada tanda-tanda infeksi seperti:

R: rednes (lihat apakah ada warna kemerahan sekitar jahitan)

E: echymosis(lihat apakah ada perubahan warna kulit menjadi

merah lembayung)

E: edema(lihat apakah ada bengkak sekitar jahitan)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

D: discharge (periksa adakah pengeluaran cairan dari jahitan)

A: approximately(periksa kerapatan jahitan)

d. Lochea diobservasi setiap 8 jam terhadap warna dan bau

e. Periksa area bawah bokong apakah ada darah yang terkumpul,

periksa insisi pada kulit apakah ada hematoma, perdarahan dan

infeksi

f. Pantau tanda-tanda vital setiap 4 jam

g. Kaji kateter retensi & karakteristik urin

h. Cairan intravena diberikan 24 jam pertama

i. Catat asupan dan haluaran ibu selama 24-48 jam pertama

j. Pengkajian pola fungsi terdapat kelemahan pada pola aktivitas

seperti makan, toileting, berpakaian, mobilisasi dari tempat tidur,

berpindah dan ambulasi di bantu oleh keluarga.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah tahapan kedua dalam proses keperawatan

dan merupakan suatu pernyataan dari masalah klien baik aktual maupun

risiko berdasarkan data pengkajian yang sudah dianalisis (Maryam dkk,

2013).

Diagnosa keperawatan yang muncul pasien post operasisectio caesarea:

a. Resiko infeksi berhubugan dengan luka insisi

Batasan karakteristik:

1) Prosedur invasif

2) Malnutrisi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

3) Imunitas didapat yang tidak adekuat

4) Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat (mis., integritas

kulit tidak utuh, jaringan yang mengalami trauma, penurunan

kerja siliaris, statis cairan tubuh, perubahan sekresi Ph,

gangguan peristalsis)

5) Pertahanan tubuh sekunder yang tidak adekuat (mis, penurunan

hemoglobin, leukopenia, supresi/penurunan respon inflamasi)

6) Peningkatan pemanjanan lingkungan terhadap patogen

7) Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari pemanjanan

patogen

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

Batasan Karakteristik:

1) Perubahan selera makan

2) Perubahan tekanan darah

3) Perubahan frekuensi jantung

4) Gangguan tidur

5) Melaporkan nyeri secara verbal

c. Defisit perawatan diri berhubunga dengan kelemahan post partum

Batasan karakteristik:

1) Ketidakmampuan membasuh tubuh

2) Ketidakmampuan untuk mengakses kamar mandi

3) Ketidakmampuan menjangkau sumber air (Nurarif dan Kusuma,

2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

3. Intervensi

Intervensi adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan

dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang telah ditentukan dengan terpenuhinya kebutuhan

klien (Padila, 2015).

a. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi

Kriteria hasil:

1) Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

2) Mendskripsikan proses penularan infeksi, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya.

3) Menunjukan kemauan untuk mencegah timbunya infeksi

4) Menunjukan perilaku hidup sehat

5) Melakukan tindakan untuk mengurangi resiko infeksi personal

Tindakan:

1) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan

2) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

3) Dorong masukan nutrisi yang cukup

4) Dorong masukan cairan

5) Inspeksi kulit dan meraba mukosa terhadap kemerahan, panas,

drainase

6) Berikan perawatan luka pada area epidema

7) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

8) Ajarkan cara menghindari infeksi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

9) Kolaborasi dengan dokter terapi antibiotik (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

b. Nyeri akut berhubugan dengan agen injuri fisik

Kriteria hasil:

1) Mampu mengontrol nyeri

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang

3) Mampu mengenali nyeri

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Tindakan:

1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

3) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

4) Kolaborasi dengan dokter pembarian obat analgetik untuk

mengurangi nyeri (Nurarif dan Kusuma, 2015).

c. Defisit perawatan diri berhubunga dengan kelemahan post partum

Kriteria hasil

1) Perawatan diri: aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) mampu

untuk melakukan aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara

mandiri dengan atau tanpa alat bantu.

2) Perawatan diri mandi: mampu untuk membersihkan tubuh

sendiri secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

3) Perawatan diri hygiene: mampu untuk mempertahankan

kebersihan dan penampilan yang rapi secara mandiri dengan

atau tanpa alat bantu.

Tindakan:

1) Kaji tingkat kesadaran dan kemampuan dalam ambulasi

2) Kaji kemampuan dan kesepian untuk kembali melakukan

aktivitas kehidupan sehari-hari

3) Anjurkan untuk meminta bantuan sebelum melakukan ambulasi

4) Jelaskan mengenai apa yang akan terjadi selama periode post

partum normal pasca bedah (Green dkk, 2012).

4. Implementasi

Implementasi adalah perwujudan dari rencana tindakan yang telah

ditentukan dengan maksut agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.

Tindakan keperawatan ini dapat dilaksanakan oleh klien sendiri, oleh

perawat secara mandiri maupun berkerja sama dengan tim kesehatan lain

(Padila, 2015).

Impementasi yang akan dilakukan pada pasien post section caesarea

dengan resiko infeksi adalah :

4) Memonitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

5) Mengajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

6) Mengajarkan cara menghindari infeksi

7) Menginspeksi kondisi luka/insisi bedah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

8) Mendorong masukan nutrisi yang cukup

9) Mendorong masukan cairan

10) Melakukan perawat luka

11) Berkolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi (Nurarif dan

Kusuma, 2015).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan, sedangkan tujuan

evaluasi itu sendiri adalah menentukan kemampuan klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai keberhasilan dari

rencana keperawatan atau asuhan keperawatan (Padila, 2015).

Adapun evaluasi yang diharapkan pada klien dengan post sectio

caesarea dengan masalah keperawatan resiko infeksi yaitu :

a. Klien bebas dari tanda-tanda infeksi

b. Mendeskripsikan proses penularan infeksi, faktor yang

mempengaruhi penularan serta penatalaksanaannya,

c. Menunjukan kemauan untuk mencegah timbulnya infeksi

d. Menunjukkan perilaku hidup sehat

e. Nilai leukosit dalam batas normal

f. Melakukan tindakan untuk mengurangi resiko infeksi personal

(Nurarif dan Kusuma, 2015).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai