Oleh Kelompok 1 :
1. FINZA ERZAL RIVANTO (P17211193063)
2. VEBIOLLA MAYA DWI SAPUTRI (P17211193070)
3. ANDRIANA OLIVIA S.S. (P17211193074)
4. RIZKY DWI NOVIRIANTI (P17211193081)
5. ALMIRA FRIMADANI (P17211193091)
6. NILAM SUCI ASRIANI (P17211193098)
7. ANIN TIFFANI ANGGI JIHANA (P17211193105)
8. RIZKI ANANDA PRAMUDYANI (P17211193113)
9. MOCH.AGIEL DEVANY PUTRO (P17211193117)
10. YENI FATIKA OKTAVIANI (P17211193120)
LAPORAN PENDAHULUAN
1.1 PENGERTIAN
Nefrotik Sindrom (NS) adalah salah satu penyakit glomerulus yang paling sering terjadi pada anak-anak.
Nefrotik Sindrom (NS) adalah keadaan klinis yang ditandai proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema
anasarka, dan hiperlipidemia (Dew, 2019).
Nefrotik sindrom merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis yang di tandai dengan edema
anasarka, proteinuria masif > 3,5 g/hari, hipoalbuminemia <3,5 g/dl, hiperkolesterol dan lipiduria. Pada
proses awal atau nefrotik sindrom ringan untuk menegakan diagnosis tidak perlu semua gejala ditemukan.
Proteinuria masif merupakan tanda khas nefrotik sindrom, akan tetapi pada nefrotik sindrom berat yang
disertai kadar albumin serum rendah, ekskresi protein dalam urin juga berkurang (Kharisma, 2017).
1.2 PREVALENSI
Sindrom nefrotik paling sering terjadi pada masa anak-anak (Leliana et al, 2012; Radde & Macleod, 1999).
Sindrom Nefrotik dapat digolongkan menjadi penyakit glomerolus primer dan penyakit glomerolus
sekunder yang disebabkan oleh suatu penyakit sistemik. Penyebab yang sering terjadi pada anak-anak
adalah penyakit kelainan minimal dan pada orang dewasa yang paling sering terjadi adalah
glomerulonefritis membranosa dan penyakit sistemik seperti Diabetes Melitus (Burgess & Bakris, 2001).
Angka kejadian sindrom nefrotik pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-7
kasus baru per 100.000 anak per tahun, dengan prevalensi berkisar 12–16 kasus per 100.000 anak. Di
negara berkembang angka kejadiannya lebih tinggi (Trihono et al, 2012). Angka kejadian di Negara
berkembang seperti Indonesia diperkirakan berkisar 6 kasus per tahun tiap 100.000 anak berusia kurang
dari 14 tahun dengan perbandingan anak laki-laki dan perempuan adalah 2:1 (Leliana et al, 2012; Radde &
Macleod, 1999). Dalam laporan ISKDC (International Study for Kidney Diseases in Children), pada
sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) ditemukan 22% dengan hematuria mikroskopik, 15-20%
disertai hipertensi, dan 32% dengan peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.
Sindrom nefrotik primer pada anak sebagian besar (80%) mempunyai gambaran patologi anatomi kelainan
minimal (SNKM). Gambaran patologi anatomi lainnya adalah glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
7%-8%, mesangial proliferatif difus (MPD) 2%-5%, glomerulonefritis membranoproliferatif (GNMP) 4%-
6% dan nefropati membranosa (GNM) 1,5%. Pada pengobatan kortikosteroid inisial sebagian besar SNKM
(94%) mengalami remisi total (responsif), sedangkan pada GSFS 80-85% tidak responsif (resisten steroid)
(Trihono et al, 2012)
1.3 ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Nefrotik sindrom yang pasti belum diketahui. Akhir-akhir
ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi
dibagi menjadi:
a. Nefrotik sindrom bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap suatu
pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus
tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
b. Nefrotik sindrom sekunder
Disebabkan oleh :
1) Malaria quartana atau parasit lainnya
2) Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
3) Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan lebah, racun otak, air
raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif
hipokomplementemik
1.4 KLASIFIKASI
Menurut International Study of Kidney Disease in Children (ISKDC), pada SNKM ditemukan 22% dengan
hematuria mikroskopi, 15- 20% dengan hipertensi, dan 32% dengan peningkatan kadar kreatinin dan
ureum darah yang bersifat sementara. Pasien Nefrotik Sindrom biasanya datang dengan edema palpebra
atau pretibia. Bila lebih berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema skrotum (pada laki-laki).
Kadang-kadang disertai oligouria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang dan diare.
Bila disertai sakit perut, hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis. Adapun tanda dan gejala
lainnya adalah:
a. Proteinuria
Proteinuria disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler terhadap protein akibat kerusakan
glomerulus. Dalam keadaan normalmembran basal glomerulus mempunyai mekanisme penghalang
untuk mencegah kebocoran protein. Mekanisme penghalang pertama berdasarkan ukuran molekul (size
barrier) dan yang kedua berdasarkan muatan listrik (charge barrier). Pada Nefrotik Sindrom mekanisme
barrier tersebut akan terganggu. Selain itu konfigurasi molekul proteinjuga menentukan lolos tidaknya
protein melalui membran basal glomerulus (Kharisma, 2017).
b. Hipolbuminemia
Konsentrasi albumin plasma ditentukanoleh asupan protein, sintesis albumin hati dan kehilangan
protein melalui urin. Pada Nefrotik Sindrom hipoalbuminemia disebabkan oleh proteinuria masif
dengan akibat penurunan tekanan onkotik plasma. Untuk mempertahankan tekanan onkotik plasma
maka hati berusaha meningkatkan sintesis albumin. Peningkatan sintesis albumin hati tidak berhasil
menghalangi timbulnya hipoalbuminemia. Diet tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin hati
akan tetapi dapat mendorong peningkatan ekskresi albumin melalui urin (Kharisma, 2017).
c. Edema
Edema pada Nefrotik Sindrom dapat diterangkan dengan teori underfill dan overfill. Teori underfill
menjelaskan bahwa hipoalbuminemia merupakan faktor kunci terjadinya edema pada Nefrotik sindrom.
Hipoalbuminemia menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma dan bergesernya cairan plasma
sehingga terjadi hipovolemiadan ginjal melakukan kompensasi dengan meningkatkan retensi air dan
natrium. Mekanisme kompensasi ini akan memperbaiki volume inravaskular tetapi juga
mengeksaserbasi terjadinya hipoalbuminemia sehingga edema semakin berlanjut.
Teori overfill menjelaskan bahwa retensi natrium sebagai defek renal utama. Retensi natrium oleh
ginjal menyebabkan cairan ekstraseluler meningkat sehingga terjadi edema. Penurunan laju
filtrasiglomerulus akibat kerusakan ginjal akan menambah terjadinya retensi natrium dan edema.
Kedua mekanisme tersebut ditemukan pada pasien Nefrotik Sindrom. Faktor seperti asupan natrium,
efek diuretik atau terapi steroid, derajat gangguanfungsi ginjal, jenis lesi glomerulus, dan keterkaitan
dengan penyakit jantung dan hati akan menentukan mekanisme mana yang lebih berperan.
1.6 PATOFISOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein plasma dan
kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia. Dengan
menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga cairan intravaskular berpindah ke dalam
interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang kemudian terjaddi retensi
natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma. Adanya hiperlipidemia
juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi
hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria. Menurunnya respon imun karena sel
imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia (Kharisma,
2017).
1.7 PENATALAKSANAAN
Perawatan di rumah sakit pada penderita Nefrotik Sindrom penting dengan tujuan untuk mempercepat
pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan edema, memulai pengobatan steroid dan
edukasi orang tua.
a. Edukasi kepada pasien dan orang tua mengenai penyakit ini dan prosedur apa yang dilakukan.
Penjelasan mengenai penyakit Nefrotik Sindrom bisa sembuh namun juga dapat kambuh lagi perlu
disampaikan dengan baik agar tidak tejadi kesalah pahaman.
b. Restriksi cairan dianjurkan selama edema berat. biasanya diberikan loop diuretic seperti furosemid 1-
2 mg/kgBB/hari, bila perlu dikombinasikan dengan spironalokton (antagonis aldosteron, diuretik
hemat kalium) 2-3 mg/BBkg/hari. Pada pemakaian diuretik lebih lama dari 1-2 minggu perlu
dilakukan pemantauan elektrolit darah (kalium dan natrium)
c. Medikamentosa Kortikosteroid sudah dipakai sebagai terapi lini pertama Nefrotik Sindrom karena
diyakini efektif dalam menyembuhkan penyakit ini. Kortikosteroid merupakan terapi pilihan utama
Nefrotik Sindrom idiopatik pada anak kecuali jika ada kontraindikasi. Steroid yang diberikan adalah
jenis prednison dan prednisolon. Pengobatan imunosupresif ini dapat menimbulkan remisi proteinuria
dan melindungi fungsi ginjal untuk beberapa jenis glomerulonefritis primer (DR.Trihono, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien dengan kasus Sindroma Nefrotik meliputi:
1) Identitas, seperti :nama, tempat tanggal lahir/umur, berat badan lahir, panjang badan lahir, serta
apakah bayi lahir cukup bulan atau tidak, jenis kelamin, anak ke, jumlah saudara dan identitas
orang tua.
2) Keluhan Utama
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya orang tua anak mengeluhkan sembab pada beberapa bagian tubuh anak seperti pada
wajah, mata, tungkai serta bagian genitalia. Orang tua anak biasanya juga mengeluhkan
anaknya mudah demam dan daya tahan tubuh anaknya terbilang rendah.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada orangtua berat badan anak dahulu untuk menilai adanya peningkatan
berat badan. Perlu dikaji riwayat keluarga dengan sindroma nefrotik seperti adakah saudara-
saudaranya yang memiliki riwayat penyakit ginjal dan riwayat tumbuh kembang anak yang
terganggu, apakah anak pernah mengalami diare atau sesak napas sebelumnya, serta adanya
penurunan volume haluaran urine.
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Perlu dikaji adanya penyakit pada ibu saat masa kehamilan adakah menderita penyakit lupus
eritematosus sistemik atau kencing manis, konsumsi obat-obatan maupun jamu tradisional yang
diminum serta kebiasaan merokok dan minum alcohol selama hamil.
d. Riwayat Pertumbuhan
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan pertumbuhan karena keletihan akibat
lambung yang mengalami tekanan oleh cairan intrastisial dan memberikan persepsi kenyang
pada anak.
e. Riwayat Psikososial dan Perkembangan
Penurunan nilai cardiac output dapat mengakibatkan penurunan perfusi darah ke otak. Hal ini
dapat berdampak pada ketidakseimbangan perfusi jaringan cerebral pada anak. Sehingga anak
perlu mendapatkan stimulasi tumbuh kembang dengan baik.
3) Pemeriksaan Fisik
a) TTV
Tekanan Darah: Pada masa anak-anak tekanan darah sistole normal 80 sampai 100 mmHg
dan nilai diastole normal 60 mmHg. Anak dengan hipovolemik akan mengalami hipotensi,
maka akan ditemukan tekanan darah kurang dari nilai normal atau dapat ditemukan anak
dengan hipertensi apabila kolesterol anak meningkat.
Nadi: berdasarkan usia, frekuensi nadi anak usia 2-6 tahun 105x/ menit, frekuensi nadi anak
usia 6-10 tahun 95x/menit, frekuensi nadi anak usia 10-14 tahun 85x/menit dan frekuensi
nadi anak usia 14-18 tahun 82x/menit.
Pernapasan: frekuensi napas anak usia 2-6 tahun 21- 30x/menit, anak 6 sampai 10 tahun 20-
26x/menit dan anak usia 10-14 tahun 18-22x/menit.
b) Postur
BB Ideal: bagi anak usia 2-12 tahun dengan cara 2n (umur dalam tahun) + 8. Perlu ditanyakan
kepada orangtua, BB anak sebelum sakit untuk menentukan adanya peningkatan BB pada anak
dengan sindroma nefrotik. Edema pada anak juga dapat ditandai dengan peningkatan Berat
Badan >30%.
c) Kepala-leher
Pada umumnya tidak ada kelainan pada kepala, normalnya Jugularis Vein Distention (JVD)
terletak 2 cm diatas angulus sternalis pada posisi 450, pada anak dengan hipovolemik akan
ditemukan JVD datar pada posisi supinasi, namun pada anak dengan hipervolemik akan
ditemukan JVD melebar sampai ke angulus mandibularis pada posisi anak 450.
d) Mata
Biasanya pada pasien dengan Sindroma Nefrotik mengalami edema pada periorbital yang akan
muncul pada pagi hari setelah bangun tidur atau konjunctiva terlihat kering pada anak dengan
hipovolemik.
e) Hidung
Pada pemeriksaan hidung secara umum tidak tampak kelainan, namun anak dengan Sindroma
Nefrotik biasanya akan memiliki pola napas yang tidak teratur sehingga akan ditemukan
pernapasan cuping hidung.
f) Mulut
Terkadang dapat ditemukan sianosis pada bibir anak akibat penurunan saturasi oksigen. Selain
itu dapat ditemukan pula bibir kering serta pecah-pecah pada anak dengan hipovolemik .
g) Kardiovaskuler
Inspeksi, biasanya tampak retraksi dinding dada akibat pola napas yang tidak teratur
Palpasi, biasanya terjadi peningkatan atau penurunan denyut jantung
Perkusi, biasanya tidak ditemukan masalah
Auskultasi, biasanya auskultasi akan terdengar ronki serta penurunan bunyi napas pada lobus
bagian bawah Bila dilakukan EKG, maka akan ditemukan aritmia, pendataran gelombang T,
penurunan segmen ST, pelebaran QRS, serta peningkatan interval PR.
h) Paru-Paru
Inspeksi, biasanya tidak ditemukan kelainan
Palpasi, biasanya dapat ditemukan pergerakan fremitus tidak simetris bila anak mengalami
dispnea
Perkusi, biasanya ditemukan sonor
Auskultasi, biasanya tidak ditemukan bunyi napas tambahan. Namun, frekuensi napas lebih dari
normal akibat tekanan abdomen kerongga dada.
i) Abdomen
Inspeksi, biasanya kulit abdomen terlihat tegang dan mengkilat bila anak asites
Palpasi, biasanya teraba adanya distensi abdomen dan bila diukur lingkar perut anak akan
terjadi abnormalitas ukuran
Perkusi, biasanya tidak ada kelainan
Auskultasi, pada anak dengan asites akan dijumpai shifting dullness
j) Kulit
Biasanya, pada anak Sindroma Nefrotik yang mengalami diare akan tampak pucat serta keringat
berlebihan, ditemukan kulit anak tegang akibat edema dan berdampak pada risiko kerusakan
integritas kulit.
k) Ekstremitas
Biasanya anak akan mengalami edema sampai ketungkai bila edema anasarka atau hanya edema
lokal pada ektremitas saja. Selain itu dapat ditemukan CRT > 2 detik akibat dehidrasi.
l) Genitalia
Biasanya pada anak laki-laki akan mengalami edema pada skrotum dan pada anak perempuan
akan mengalami edema pada labia mayora.
4) Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Urine
a) Urinalisis
Proteinuria, dapat ditemukan sejumlah protein dalam urine lebih dari 2 gr/m2/hari.
Ditemukan bentuk hialin dan granular.
Terkadang pasien mengalami hematuri.
b) Uji Dipstick urine, hasil positif bila ditemukan protein dan darah.
c) Berat jenis urine akan meningkat palsu karena adanya proteinuria ( normalnya 50-1.400
mOsm).
d) Osmolaritas urine akan meningkat.
b. Uji Darah
a) Kadar albumin serum akan menurun, dengan hasil kurang dari 2 gr/dl (normalnya 3,5-5,5
gr/dl).
b) Kadar kolesterol serum akan meningkat, dapat mencapai 450-1000 mg/dl (normalnya <200
mg/dl).
c) Kadar hemoglobin dan hematokrit akan meningkat atau mengalami hemokonsentrasi
( normalnya Ht pada laki-laki 44-52% dan pada Perempuan 39-47% ).
d) Kadar trombosit akan meningkat, mencapai 500.000- 1.000.000/ µl (normalnya 150.000-
400.000/µl).
e) Kadar elektrolit serum bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan (normalnya
K+ 3,5-5,0 mEq/L, Na+ 135-145 mEq/L, Kalsium 4-5,5 mEq/L, Klorida 98-106 mEq/L )
c. Uji Diagnostik
Biopsi ginjal dapat dilakukan hanya untuk mengindikasikan status glomerular, jenis sindrom
nefrotik, respon terhadap penatalaksanaan medis dan melihat proses perjalanan penyakit. (Betz
& Sowden, 2009)
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan Diagnosis Keperawatan 2012-2014, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan tekanan osmotic koloid
2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan.
3) Nyeri Kronis berhubungan dengan agen biologis.
4) Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekuder,imunosupresan.
5) Diare berhubungan dengan edema mukosa usus.
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis.
7) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penurunan imunologik.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan NIC NOC
1. Kelebihan volume cairan 1. Keseimbangan cairan 1. Manajemen cairan
Batasan Karakteristik : Kriteria Hasil: 1. Timbang berat badan
1. Gangguan elektrolit 1. Keseimbangan intake dan setiap hari dan monitor
2. Anasarka output dalam 24 jam status pasien
3. Perubahan tekanan darah 2. Berat badan stabil 2. Jaga dan catat
4. Perubahan pola napas 3. Turgor kulit intake/output
5. Penuruna hematokrit 4. Asites 3. Monitor status hidrasi
6. Penurunan hemoglobin 5. Edema perifer 4. Monitor tanda- tanda
7. Edema 2. Eliminasi urine vital pasien
8. Asupan melebihi haluaran Kriteria hasil : 5. Monitor kelebihan
9. Oliguri 1. Pola eliminasi cairan atau retensi
10. Distensi vena jugularis 3. Bau urine (misalnya edema,
11. Efusi pleura 4. Jumlah urine distensi vena jugularis
12. Penambahan berat badan 5. Warna urine dan edema)
2. dalam waktu singkat 6. Kaji luas dan lokasi
Faktor Berhubungan edema
dengan : 7. Monitor status gizi
1. Gangguan mekanisme 8. Berikan cairan dengan
regulasi tepat
2. Kelebihan asupan cairan 9. Berikan diuretic yang
3. Kelebihan asupan natrium diresepkan
2. Monitor Cairan
1. Tentukan riwayat, jumlah
dan tipe intake/output
2. Monitor serum dan
elektrolit urine
3. Monitor TD, HR dan RR
4. Catat intake/output akurat
3. Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu dan status
pernapasan dengan tepat
2. Monitor irama dan laju
pernapasan
3. Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
4. Monitor sianosis sentral
dan perifer
2. Ketidakefektifan pola napas 1. Status pernapasan Monitor pernapasan
Batasan Karakteristik : Kriteria hasil : 1. Monitor kecepatan, irama,
1. Bradipnea 1. Frekuensi pernapasan kedalaman dan kesulitan
2. Penurunan tekanan ekspirasi 2. Irama pernapasan dalam bernapas
3. Pernapasan cuping hidung 3. Kedalaman inspirasi 2. Catat pergerakan dada, catat
4. Fase ekspirasi memanjang 4. Suara auskultasi pernapasan ketidaksimetrisan,
5. Pernapasan bibir 5. Penggunaan otot bantu penggunaan otot-otot bantu
Faktor Berhubungan napas pernapasan dan retraksi dada
dengan : 6. Retraksi dinding dada 3. Monitor suara napas
1. Obesitas 7. Sianosis tambahan seperti ngorok
2. Nyeri 8. Pernapasan cuping hidung 4. Monitor pola napas
3. Posisi tubuh (misalnya:bradipnea
,takipnea, hiperventilasi,
kusmaul)
5. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
6. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
Manajemen Jalan Napas
1. Atur posisi pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
2. 2.Catat adanya suara napas
tambahan
Monitor tanda-tanda vital
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu dan status pernapasan
dengan tepat
2. Monitor irama dan laju
pernapasan
3. Monitor warna kulit, suhu
dan kelembaban
4. Monitor sianosis sentral dan
perifer
3. Pengecekan kulit
1. Amati warna, kehangatan,
bengkak, pulsasi, tekstur,
edema dan ulserasi pada
ekstremitas
2. Monitor warna dan suhu
kulit
3. Monitor warna kulit untuk
memeriksa adanya ruam
atau lecet
4. Monitor kulit untuk adanya
kekeringan atau
kelembaban
5. Monitor infeksi, terutama
dari daerah edema
2. Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap
hari dan monitor status pasien
2. Jaga intake dengan akurat dan
hitung output pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor tanda- tanda vital
pasien
3. Pengecekan Kulit
1. Amati warna kulit
2. Monitor suhu kulit
3. Monitor kulit dan selaput
lendir
4. Monitor adanya kelembaban
atau kekeringan yang berlebihan
5. Dokumentasi membrane
mukosa
2. Monitor nutrisi
1. Timbang berat badan pasien
2. Lakukan pengukuran
antropometrik pada komposisi
tubuh
3. Monitor kecenderungan naik
dan turunnya berat badan anak
4. Identifikasi perubahan berat
badan terakhir
5. Monitor adanya mual dan
muntah
6. Identifikasi abnormalitas
eliminasi bowel
7. Monitor diet dan asupan kalori
8. Identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktivitas akhir- akhir
ini
9. Tentukan pola makan
(misalnya makanan yang disukai
dan tidak disukai, konsumsi
makanan cepat saji, makan
tergesa-gesa)
3. Penahapan diet
1. Berikan nutrisi peroral sesuai
kebutuhan
2. Monitor toleransi peningkatan
diet
3. Tawarkan kemungkinan makan
6 kali dalam porsi kecil
4. Ciptakan lingkungan yang
memungkinkan makanan
disajikan sebaik mungkin
3. Manajemen cairan
1. Timbang berat badan setiap
hari dan monitor status pasien
2. Jaga intake dengan akurat dan
hitung output pasien
3. Monitor status hidrasi
4. Monitor kelebihan cairan atau
retensi (misalnya edema, distensi
vena jugularis dan edema)
5. Kaji luas dan lokasi edema
6. Monitor status gizi
7. Berikan cairan dengan tepat
8. Berikan diuretik yang
diresepkan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
CONTOH KASUS
Ny. D usia 30 tahun jenis kelamin perempuan .alamat jl. Jombang no 58 Kab. Malang datang ke RS pada
tanggal 19 april 2021 pukul 10.00 WIB dengan suaminya dengan keluhan demam , tanda – tanda edema dan
nafsu makan menurun namun dalam 2 bulan terakhir berat badan bertambah sebanyak 2 kg. ditemukan pasien
mengalami edema di daerah wajah , abdomen , ekstermitas bawah dan atas selama 3 hari. Turgor kulit pasien
tidak elastis saat di tekan >3 detik dengan derajat edema 3 . orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun
terakhir pasien mengalami 6 kali demam dan 4 kali batuk pilek . pasien pernah di rawat di rumah sakit dengan
keluhan yang sama selama 10 hari 2 bulan yang lalu . pasien tidak memiliki riwayat operasi namun alergi pada
udang . suami mengatakan keluarga nya ada yang memiliki penyakit sindrom nefrotik. TTV ditemukan suhu
38,5 C , RR : 26 x/menit , T : 130/100 mmHg , N : 99 X/menit , TB : 140 , BB : 55 Kg.
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN DASAR
Hari rawat ke : Ke 1
IDENTITAS
1. Nama Pasien : Ny. D
2. Umur : 30 tahun
3. Suku/ Bangsa: Jawa / Indonesia
4. Agama : islam
5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : karyawan swasta
7. Alamat : Jl. Jombang no 58 Kab. Malang
8. Sumber Biaya : suaminya
KELUHAN UTAMA
Ny. D mengalami edema pada daerah wajah , abdomen , ekstermitas atas dan bawah disertai dengan demam
selama 3 hari
3. Riwayat alergi:
Obat ya tidak jenis……………………
5. Lain-lain:
= memiliki riwayat s.
nefrotik
= An. D
Masalah Keperawatan :
Hipertemia
Keterangan : ..............................
Masalah Keperawatan :
4. Sistem Endokrin
a. Pembesaran tyroid : ya tidak
b. Pembesaran Kelj getah bening : ya tidak
c. Hipoglikemia : ya tidak
d. Hiperglikemia : ya tidak
e. Masalah DM : ya tidak
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
POLA KESEHATAN
1. Kemampuan perawatan diri :
Dibantu Dibantu alat Bantuan
Aktivitas Mandiri Dibantu alat
orang dan orang total
Makan minum
Mandi
Berpakaian / dandan
Toileting
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
POLA ELIMINASI
1. BAB :...1........ x / hari terakhir tanggal :..18 april 2021 ...................
2. Konsistensi : keras lunak cair lendir / darah
3. Keluhan saat
BAB nyeri keluar darah lainnya :.....................
Masalah Keperawatan :
Infus : Muntah :
AM : 230 Lainnya :
Jumlah : Jumlah :
2230 cc 1150 cc
Kelebihan / kekurangan :....1080.................. cc
Masalah Keperawatan :
Hipervolemia
lainnya : ..................................
Masalah Keperawatan :
.
Tidak ada masalah keperawatan
.......................................................................................
Masalah Keperawatan :
5. Jumlah anak
: ..1..........................................................................................................................................................
6. Masalah dalam reproduksi lain :
...................................................................................................................................................................................
.....................................................................................................................
Masalah Keperawatan :
Masalah Keperawatan :
Pemeriksaan urin lengkap: proteinuria masif (≥ 3,5 g per 24 jam), hipoalbuminemia (≤ 3,0 g/dL)
tes darah , biopsy ginjal
................................................................................................................................................................................................
TERAPI
(Kelompok 1)
ANALISADATA
Ggg. Termoregulasi
Hipertermia
19 April DS: suami Ny. D mengatakan nafsu Kelainan pada glomerulonefritis Hipervolemia
2021/ 10.00 makan Ny. D menurun namun berat
badannya bertambah 2 kg. di Permeabilitas dinding kapiler
beberapa bagian tubuhnya seperti glomerulus meningkat
pada daerah wajah, abdomen,
ekstermitas atas dan bawah bengkak, Hilangnya protein plasma menyebabkan
Ny. D juga mengatakan frekuensi Proteinuria
BAK nya juga menurun meskipun
sudah banyak minum. Albumin menurun (Hipoalbuminenia)
dan penurunan tekanan osmotik plasma
DO : terlihat adanya edema di
beberapa bagian tubuh Ny. D seperti Perpindahan cairan intravascular ke
pada daerah wajah , abdomen , dalam intertisial
ekstermitas atas dan bawah,
Kelebihan cairan 1080 cc, output Volume cairan intravascular berkurang
urine kurang dari input yaitu
sebanyak 500 cc. Menurunkan jumlah aliran darah ke renal
TTV :
S = 38,5 C Ginjal merangsang produksi renin
N = 99 x/menit angiotensin dan peningkatan sekresi ADH
RR = 26 x/menit
T = 130/100 mmHg Retensi natrium dan air
Edema
Hipervolemia
DAFTAR PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NamaPasien : Ny. D
No RM :……………………………………………..
NamaPasien : Ny. D
No RM :……………………………………………..
No Hari/tgl/jam Diagnosis keperawatan Luaran Keperawatan (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI) TTD/
Inisial
perawat
1. Senin, 19 D.0130 L. 14134 Manajemen Hipertermia (1. 15506)
April 2021/
10.00 Hipertermia b.d Proses Setelah diberikan asuhan
Observasi
penyakit d.d suhu tubuh keperawatan selama 3 x 24 jam, a. Identifikasi penyebab hipertermia (dehidrasi,
lingkungan panas, penggunaan incubator)
di atas normal, kulit diharapkan Termoregulasi Membaik
b. Monitor suhu tubuh
merah, takipnea, kulit dengan kriteria hasil :
c. Monitor keluaran urine
terasa hangat. d. Monitor komplikasi akibat hipertermia
a) Kulit merah menurun dari skala
Terapeutik
35
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b) Takikardi menurun dari skala 3
b. Longgarkan atau lepaskan pakaian
5 c. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
c) Takipnea menurun dari skala 3 d. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hiperhidrosis (keringat berlebi)
5
e. Lakukan pendinginan eksternal (selimut hipotermia
d) Suhu tubuh membaik dari skala atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
2 5
Edukasi
e) Tekanan darah membaik dari
Anjurkan tirah baring
skala 2 5
Senin, 19 Hipervolemia b.d L. 03114 Kolaborasi
2. April 2021/
Gangguan mekanisme
10.00 Setelah diberikan asuhan
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena,
regulasi d.d edema jika perlu
keperawatan selama 3 x 24 jam,
anasarka dan/atau edema Manajemen Hipervolemia (1. 03114)
diharapkan keseimbangan cairan
perifer, berat badan Observasi
Meningkat dengan kriteria hasil :
meningkat dalam waktu a. Identifikasi penyebab hipervolemia
singkat, oliguria, intake a) Keluaran urin meningkat dari b. Monitor intake dan output cairan
lebih banyak dari output skala 1 5 Terapeutik
(balance cairan positif). b) Kelembaban membran mukosa a. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang
sama
meningkat dari skala 35
b. Batasi asupan cairan dan garam
c) Asupan makanan meningkat dari c. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40 ̊
skala 35 Edukasi
d) Edema menurun dari skala 25 Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan
keluaran cairan
e) Tekanan darah membaik dari
Kolaborasi
skala 35
Kolaborasi pemberian diuretik
f) Turgor kulit membaik dari skala
35
IMPLEMENTASI/TINDAKAN
KEPERAWATAN
14. Menimbang BB
14.25 WIB BB : 40 Kg
15.30 WIB
16.15 WIB
16.30 WIB
Senin/19 April
2021/ 16.45
WIB
IMPLEMENTASI/TINDAKAN KEPERAWATAN
6. Mengganti linen
1 KEL 1
Linen pasien terganti
13.00 WIB
16.30 WIB
16.35 WIB
16.50 WIB
IMPLEMENTASI/TINDAKAN
KEPERAWATAN
12.00 WIB
Evaluasi
Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses penilaian
pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk pengkajian
ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Tujuan asuhan keperawatan dikatakan
berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan kriteria evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Burgess, D. N., Bakris, G. L., 2001. Kelainan ginjal dan elektrolit. Dalam: S. Komala., A. H.
Santoso., Ilmu penyakit dalam, Jakarta: Buku kedokteran EGC.
Dewi, D. A. (2019). Risk factors for steroid resistant nephrotic syndrome in children.
MEDICINA, 67
Trihono, P.P., Alatas, H., Tambunan, T., Pardede, S.O., 2012. Tata laksana sindrom nefrotik
idiopatik pada anak. Edisi ke-2, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia.