Hubungan Motivasi Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Dalam Mengikuti Program Pengobatan Sistem DOTS Di Wilayah Puskesmas Genuk Semarang
Hubungan Motivasi Pasien TB Paru Dengan Kepatuhan Dalam Mengikuti Program Pengobatan Sistem DOTS Di Wilayah Puskesmas Genuk Semarang
- Jaka Prasetya
Jaka Prasetya *)
*) Staf pengajar Fakultas Kesehatan UDINUS
ABSTRACT
46
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009
minum obat sehingga seringkali penderita budaya masyarakat Indonesia yang malu
menghentikan pengobatan sebelum masa apabila dinyatakan menderita TB Paru, serta
pengobatan selesai. motivasi dan keinginan berobat dari penderita
Menurut WHO (1999) Indonesia berada sendiri kurang dan pengetahuan masyarakat
pada peringkat terbesar ketiga setelah Cina Indonesia yang rata-rata masih kurang
dan India dengan prevalensi 583.000 kasus paham betul terhadap penyakit TB Paru dan
baru setiap tahun di Indonesia, sedangkan program pengobatannya, hal ini merupakan
angka kematian akibat penyakit TBC di Indo- salah satu factor penyulit terdeteksinya
nesia diperkirakan 175.000 orang / tahun. penyakit TB Paru.
Menurut Kresnajaya (2003), sementara Menurut Spencer bahwa perilaku yang
jumlah penderita TB Paru berdasarkan baik didukung dari motivasi yang tinggi, tanpa
catatan dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah motivasi orang tidak akan dapat berbuat apa
tahun 2003 mencapai 53.448 orang. Dikota - apa dan tidak akan bergerak. Motivasi
Semarang jumlah penderita yang diduga TB merupakan tenaga penggerak, dengan
Paru adalah 1.240 orang, sedangkan adanya motivasi manusia akan lebih cepat
diwilayah Puskesmas Genuk Semarang melakukan kegiatan, hal ini penting dan
Timur, diperkirakan suspect TB Paru dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Motivasi
sebanyak 369 orang, dari perkiraan BTA merupakan kunci menuju keberhasilan
Positif dan foto rongten positif 58 orang serta semakin tinggi motivasi maka semakin patuh,
47 orang dinyatakan Droup Out. Data ini dalam hal ini adalah kepatuhan meminum
menunjukkan bahwa motivasi pasien TB Paru obat dalam program pengobatan. Sementara
tentang penyakit TB Paru adalah penting, kendala pengobatan TB Paru di Indonesia
sehingga kalo sudah ada dorongan, keinginan meliputi kondisi ekonomi masyarakat dan
yang timbul dalam diri penderita maka akan kepatuhan menjalani pengobatan yang masih
melaksanakan ketentuan yang harus rendah, sehingga banyak penderita yang
dilakukan oleh penderita, guna kesembuhan Droup Out dari pengobatan.
penyakit yang dideritanya. Pengobatan TB Paru memerlukan jangka
Sehubungan denan program pengobatan waktu yang lama antara 6 sampai 9 bulan,
TB Paru dibutuhkan waktu yang relative lama, hal ini yang menjadikan penderita mempunyai
maka dibutuhkan adanya penyebarluasan motivasi atau keinginan yang kurang karena
informasi tentang program pengobatan TB putus asa, serta resiko tinggi tidak patuh bila
Paru, baik pada penderita maupun keluarga. dalam berobat dan meminum obat. Untuk
Lewat Gerakan Terpadu Nasional menjamin keteraturan, keinginan dalam
(GERDUNAS) TB Paru, pemerintah berobat dan meminum obat diperlukan suatu
menyebarluaskan strategi DOTS (Directly motivasi baik internal maupun eksternal dan
Observed Treatment Shortcourse), dengan PMO, yang berperan dalam mengawasi
tujuan program tersebut bias menjadikan satu penderita setiap minum obat. Dengan
persepsi, baik oleh penderita maupun PMO didampingi PMO dalam setiap berobat dan
(Pengawas Menelan Obat). Strategi DOTS minum obat diharapkan angka kesembuhan
merupakan strategi yang direkomendasikan minimal 85 % dari kasus baru BTA positif.
WHO, dalam pengendalian Tuberkulosis
Nasional untuk mencapai kesembuhan mini- TUJUAN PENELITIAN
mal 85% penderita BTA positif yang diobati. 1. Tujuan Umum
Hal yang menghambat dalam pencegahan TB Mengetahui hubungan antara motivasi
Paru karena masih besarnya pengaruh pasien TB Paru dengan kepatuhan dalam
47
Hubungan Motivasi Pasien TB Paru... - Jaka Prasetya
48
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009
penyakit missal zat kimia, debu, asap, gas Penghasilan akan erat kaitannya dengan
beracun, lingkungan kotor banyaknya kuman kemampuan orang untuk memenuhi gizi,
atau bakteri. Tingkat social ekonomi perumahan yang sehat, pakaian dan
menunjukkan bahwa mayoritas penyakit TB kebutuhan yang berkaitan dengan
Paru menyerang pada tingkat ekonomi yang pemeliharaan kesehatan. Terkait dengan so-
rendah sebesar 50,00%. Hal ini menunjukkan cial ekonomi yang rendah maka yang paling
dengan tingkat social yang rendah penting adalah tindakan pencegahan daripada
mengakibatkan kurangnya kesejahteraan pengobatan, juga perlu upaya pencegahan
dalam kehidupan dan menjaga kesehatan. yang lebih intensive dari pemerintah terhadap
2 Tingkat Pendidikan
3 5,17
- Tidak sekolah
41 70,69
- Lulusan SD
8 13,79
- Lulus SLTP
6 10,35
- Lulus SLTA
3 Usia
3 5,17
- < 25 tahun
14 24,14
- 26 – 35 tahun
29 50,00
- 36 – 45 tahun
12 20,69
- 46 – 55 tahun
4 Perkawinan
3 5,17
- Tidak kawin
49 84,49
- Kawin
4 6,89
- Janda
2 3,45
- Duda
5 Pekerjaan
2 3,45
- PNS
6 10,35
- Wiraswasta
36 62,06
- Karyawan pabrik
14 24,14
- Ibu rumah tangga
49
Hubungan Motivasi Pasien TB Paru... - Jaka Prasetya
keluarga dengan social ekonomi rendah. klien TB Paru dalam mengikuti program
Berdasarkan table diatas menyatakan pengobatan sistem DOTS, ternyata motivasi
adanya hubugan yang bermakna antara dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
motivasi pasien TB Paru dengan kepatuhan internal dan eksternal. Faktor internal meliputi
dalam mengikuti program pengobatan sys- keinginan dari dalam diri sendiri, pengetahuan
tem DOTS di Wilayah Puskesmas Genuk individu, tingkat pendidikan, pengelolaan diri
Semarang, yang dihubungkan dengan (p dan usia. Sedangkan faktor eksternal yaitu
value) = 0.0001 lebih kecil daripada alpha = faktor ekonomi, agama, faktor pendukung
0,05 sehingga hipotesis nol ditolak, berarti ada keluarga dan perawat. Motivasi penderita TB
hubungan antara motivasi dengan kepatuhan. Paru dipengaruhi oleh dua hal tersebut yaitu
dari dalam diri penderita TB Paru itu sendiri
PEMBAHASAN dengan adanya dorongan, keinginan untuk
Motivasi pasien TB Paru dalam mengikuti berobat atau melakukan sesuatu yang lebih
Program Pengobatan Sistem DOTS. baik dan dukungan dari keluarga, masyarakat
Berdasarkan tinjauan teori motivasi maupun petugas kesehatan dalam
merupakan suatu kondisi yang menyebabkan menangani kasus penyakit TB Paru tersebut
atau menimbulkan keinginan, dorongan melalui pendidikan kesehatan, memberi sup-
perilaku tertentu dan yang memberi arah, port, dorongan sesuai dengan tujuan yang
ketahanan pada tingkah laku serta respon diharapkan. Motivasi dikatakan baik bilamana
intrinsic yang mengarahkan perilaku kearah seseorang mampu untuk mengendalikan
pemuasan kebutuhan atau pencapaian tujuan. dirinya menuju hal yang baik. Untuk
Berkaitan dari analisis data melalui statistic, meningkatkan motivasi maka perlu adanya
skor rerata motivasi responden TB Paru penyuluhan tentang penyakit dan bahayanya
sebagain besar rendah diperoleh 74,14 % dari penyakit tersebut terhadap ancaman
58 responden. Sesuai dengan data hasil kehidupan manusia.
penelitian tentang motivasi bahwa motivasi
50
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009
Kepatuhan pasien TB Paru dalam baik pada tahap intensif maupun pada tahap
mengikuti Program Pengobatan Sistem lanjutan, sesuai program pengobatan yang
DOTS. ditentukan dihadapan Pengawas Menelan
Dalam penelitian ini dari 58 responden Obat (PMO) dan pertanyaan ketiga,
hanya 15 responden (25,86%), yang pertanyaan tentang keteraturan pemeriksaan
memenuhi criteria kepatuhan, serta memiliki dahak ulang selama masa pengobatan untuk
kartu TB-01 yang selalu dibawa dan melihat kemajuan pengobatan serta akhir
merupakan bukti keteraturan dalam minum pengobatan untuk menentukan hasil
obat.Angka tersebut sangatlah kecil jika pengobatan, disamping itu juga harus di-
dibandingkan dengan ketidakpatuahn, yaitu 1 cross chek-kan dengan acuan program
: 3. Maka dari itu dalam upaya mengantisipasi pengobatan TB Paru Departemen Kesehatan
ketidakpatuhan kepada penderita TB Paru RI, yaitu dengan menggunakan kartu TB-01
dalam berobat, perlu adanya penyampaian dan disesuaikan juga dengan tata laksana
informasi seakurat mungkin, dengan penderita dalam berobat. Penderita TB Paru
pendidikan kesehatan atau penyuluhan yang dikatakan patuh, apabila minum obat dengan
dilakukan oleh setiap UPK (Unit Pelayanan jumlah waktu yang sesuai dengan aturan
Kesehatan). paket obat dan ketepatan waktu dalam
Sebagaimana hasil penelitian ini yang mengambil obat ke Puskesmas. Kepatuhan
menunjukkan masih adanya sekitar 74,14% berobat penderita TB Paru adalah upaya
responden, yang memiliki perilaku tidak patuh. penderita minum OAT (Obat Anti
Seorang dikatakan patuh apabila memenuhi Tuberkulosa) secara teratur sesuai standart
ketiga criteria yaitu pertama keteraturan dari kategori obat yang digunakan. Dikatakan
berobat sesuai jadwal berobat, yang patuh apabila seseorang telah mampu
diprogramkan oleh Puskesmas, kedua melaksanakan, menjalankan, segala
pertanyaan tentang keteraturan minum obat, ketentuan yang telah ditetapkan dan
Total 58 100%
Tabel 5. Hubungan Antara Motivasi dengan Kepatuhan Pasien TB Paru dalam Program
Pengobatan
Kepatuhan P value
Prosentase
Variabel Tidak Patuh X²
(%)
Patuh
Tingkat Motivasi
- Rendah 43 0 74,14%
- Tinggi 0 15 25,86% 58,000 0,0001
Total 43 (74,14%) 15 (25,86%) 100 %
51
Hubungan Motivasi Pasien TB Paru... - Jaka Prasetya
52
JURNAL VISIKES - Vol. 8 / No. 1 / Maret 2009
53