Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MASAILUL FIQHIYAH

Batasan Aurat Wanita Bagi Lelaki Ajnabiy

Dosen Pengampu : Muhammad Ilham. M.H

Disusun Oleh
Kelompok 4:

Fatimah Azzahra
Nur Mutmainnnah

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) MUHAMMADIYAH BIMA


TAHUN AKADEMIK
2020/2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karna dengan rahmat
dan hidayah-Nya, kami dapat menulis makalah MASAILUL FIQHIYAH ,sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarganya dan para sahabatnya, dan juga kepada kita semua
selaku umatnya yang insya Allah selalu mengikuti ajaran sunahnya.
Rasa terimakasih saya tidak terkirakan kepada yang terhormat
Bapak.Muhammad Ilham selaku pembimbing materi dalam pembuatan makalah ini.
Harapan saya bahwa karya tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembanca
untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna dengan keterbatasan yang saya miliki. Kritik dan saran dari para pembaca akan
saya terima dengan tangan terbuka demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Bima, 16 November 2020

2
DAFTAR ISI
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................4
A. Latar Belakang......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.................................................................................................5
BAB II ..............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
A. Batasan-Batasan Aurat Wanita Bagi Lelaki Ajnabiyah......................................6
B. Pendapat Ulama tentang Menutup Aurat...........................................................7
C. Hikmah Menutup Aurat........................................................................................9
BAB III............................................................................................................................11
PENUTUP.......................................................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Wanita adalah makhluk yang sangat unik, sehingga setiap apapun darinya sangat
menarik untuk dibahas. Al-Qur‟an menyebutnya dalam satu surat khusus tentang wanita
yaitu pada QS. al-Nisa’ atau biasa disebut al-Nisa’ al-kubrâ. Selain itu al-Qur’an juga
menyebutnya dalam surat-surat lain tetapi hanya dalam pembahasan kecil. Masalah yang
dibahas pun tidak hanya dalam hal beragama saja, tapi juga dalam hal sosial, berpakaian dan
sikap. Salah satu hal yang penting untuk dikaji adalah tentang “jilbab” dimana dalam
penafsirannya, para ulama berbeda pendapat.
Perintah Allah mengenai jilbab yang terkandung di dalam al-Qur’an selalu diawali
dengan kata-kata wanita yang beriman,kalimat ini menunjukkan betapa asasinya kedudukan
jilbab bagi wanita-wanita yang beriman. Oleh karena itu, alangkah baiknya bila memusatkan
perhatian dan pikiran mengenai pembahasan tentang jilbab atau pakaian muslimah, terlebih
dahulu dibahas mengenai persoalan iman yang merupakan dasar perintah dan dasar dalam
mentaati Allah dan Rasulnya termasuk di dalamnya persoalan perintah berpakaian dan
berjilbab.
Allah Telah Berfirman:

ْ َ‫سو َرةٌ فَ ِم ْن ُه ْم َمنْ يَقُو ُل أَيُّ ُك ْم زَ ا َد ْتهُ ٰ َه ِذ ِه إِي َمانًا ۚ فَأ َ َّما الَّ ِذينَ آ َمنُوا فَ َزا َد ْت ُه ْم إِي َمانًا َو ُه ْم ي‬
ِ ‫ستَ ْب‬
َ‫شرُون‬ ُ ْ‫َوإِ َذا َما أُ ْن ِزلَت‬
َ‫س ِه ْم َو َماتُوا َو ُه ْم َكافِرُون‬ ِ ‫سا إِلَ ٰى ِر ْج‬ ٌ ‫َوأَ َّما الَّ ِذينَ فِي قُلُوبِ ِه ْم َم َر‬
ً ‫ض فَ َزا َد ْت ُه ْم ِر ْج‬

Dan apabila diturunkan suatu surah, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata. Siapakah di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surah
ini? Adapun orang-orang beriman, maka surah ini menambah imannya, sedang- kan mereka
merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka
dengan surah ini bertambahlah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada).
(QS. At-Taubah [9]: 124-125)

Dalam hati para kaum beriman,selalu tumbuh pengendalian diri untuk tidak
melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Jelaslah bahwa hanya imanlah yang semata-
mata mengikat seseorang untuk tetap taat, patuh pada hukum Allah dalam semua urusan
hidup mereka. Oleh karena itu, Islam lebih dahulu mengajarkan kepada umat manusia untuk
beriman dan mengukuhkan iman agar terpatri dalam hati manusia. Hal ini ditanamkan lebih
awal sebelum diajarkan terkait dengan ibadah, muamalah dan akhlak termasuk didalamnya
adalah akhlak berpakaian atau berjilbab yang terkandung dalam al-Qur’an dan Al Hadits.
Oleh karena itu, kajian ini mencoba mengungkap lebih dalam mengenai pembahasan dalil-
dalil yang terkandung dalam-al-Qur’an dan al-Hadits mengenai jilbab. Dengan harapan agar
menjadi bagian dari khasanah kajian dan pembahasan kaum muslimin mengenai tuntunan
ajaran agama Islam yang terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits.

4
B. Rumusan Masalah
1. Batasan-Batasan Aurat Wanita Bagi Lelaki Ajnabiyah
2. Pendapat Ulama tentang Menutup Aurat
3. Hikmah Menutup Aurat

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Batasan-Batasan Aurat Wanita Bagi Lelaki Ajnabiyah


Aurat wanita ditinjau dari pandangan laki-laki bukan mahramnya, adalah sekujur
tubuhnya . Tentang aurat perempuan, Allah SWT berfirman dalam al-Qur’an an-Nur : 31

‫ر ِه َّن َعلَ ٰى‬Q ِ Q‫ ِر ْبنَ بِ ُخ ُم‬Q‫ض‬ ْ َ‫ا ۖ َو ْلي‬QQَ‫ َر ِم ْنه‬Qَ‫ا ظَه‬Q‫ين ِزينَتَه َُّن إِاَّل َم‬ Qَ ‫ ِد‬Qْ‫رُو َجه َُّن َواَل يُب‬Qُ‫ظنَ ف‬ ْ َ‫ ِر ِه َّن َويَحْ ف‬Q‫ْص‬َ ٰ ‫نَ ِم ْن أَب‬Q‫ُض‬ ْ ‫ت يَ ْغض‬ ِ َ‫ؤ ِم ٰن‬Qْ Q‫َوقُل لِّ ْل ُم‬
‫ ٰ َونِ ِه َّن‬Q‫ين ِزينَتَه َُّن إِاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن أَوْ َءابَٓائِ ِه َّن أَوْ َءابَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن أَوْ أَ ْبنَٓائِ ِه َّن أَوْ أَ ْبنَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن أَوْ إِ ْخ ٰ َونِ ِه َّن أَوْ بَنِ ٓى إِ ْخ‬ Qَ ‫ُجيُوبِ ِه َّن ۖ َواَل يُ ْب ِد‬
‫ُوا َعلَ ٰى‬ ۟ ‫ر‬Q َ‫ظه‬ ْ َ‫ل ٱلَّ ِذينَ لَ ْم ي‬Q ِ Q‫ ا ِل أَ ِو ٱلطِّ ْف‬Q‫ ِة ِمنَ ٱل ِّر َج‬Q َ‫ر أُ ۟ولِى ٱإْل ِ رْ ب‬Q Qَ ‫ت أَ ْي ٰ َمنُه َُّن أَ ِو ٱل ٰتَّبِ ِع‬
ِ Q‫ين َغ ْي‬ ْ ‫ا َملَ َك‬QQ‫ٓائِ ِه َّن أَوْ َم‬Q ‫ ٰ َوتِ ِه َّن أَوْ نِ َس‬Q‫أَوْ بَنِ ٓى أَ َخ‬
َ‫ت ٱلنِّ َسٓا ِء ۖ َواَل يَضْ ِر ْبنَ بِأَرْ ُجلِ ِه َّن لِيُ ْعلَ َم َما ي ُْخفِينَ ِمن ِزينَتِ ِه َّن ۚ َوتُوب ُٓو ۟ا إِلَى ٱهَّلل ِ َج ِميعًا أَيُّهَ ْٱل ُم ْؤ ِمنُونَ َل َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ ِ ‫عَوْ ٰ َر‬

Terjemah Arti:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali
yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami
mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Aurat perempuan terhadap laki-laki,para ulama berbeda pendapat tentang aurat


perempuan terhadap laki-laki, dan di antara pendapat-pendapat tersebut ada dua pendapat
yang diikuti oleh banyak orang, yaitu Asy-Syafi’iyah dan al-Hanabilahmadzhab ini
berpendapat bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat, dengan alasan: Firman Allah: Wala
Yubdina Zinatahunna (dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya). (an-Nur (24):
31).
Ayat tersebut dengan tegas melarang memperlihatkan perhiasannya. Mereka
membagi zinah (perhiasan) menjadi dua macam:
1. Pertama zinah khalqiyyah (perhiasan yang berasal dari penciptaan Allah), seperti
wajah, ia adalah asal keindahan dan menjadi sumber fitnah.
2. Kedua zinah muktasabah (perhiasan yang dibuat manusia), seperti baju, gelang dan
bedak, dsb.

Ayat tersebut mengharamkan kepada wanita menampakkan perhiasan secara mutlak,


baik perhiasan khalqiyyah maupun perhiasan muktasabah, maka haram bagi wanita
menampakkan sebagian anggota badannya atau perhiasaannya dihadapan orang laki-laki.

6
Mereka mena’wilkan firman Allah: “Illa ma zahara minha” (kecuali apa yang biasa tampak
daripadanya), bahwa yang dimaksudkan dengan ayat tersebut ialah: “menampakan tanpa
sengaja”, seperti tersingkap karena angin, baik wajah atau anggota badan lainnya, sehingga
makna ayat tersebut menjadi sebagai berikut: “Janganlah mereka menampakkan perhiasannya
selama-lamanya”.
Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, ia menceritakan, bahwa Nabi Saw
memboncengkan al-Fadl ibnul-Abbas pada hari Nahr di belakangnya, dia adalah orang yang
bagus rambutnya, dan berkulit putih. Ketika itu datanglah seorang wanita minta fatwa kepada
beliau, kemudian al-Fadl melihatnya dan wanita itupun melihat al-Fadl. Kemudian Rasulullah
Saw memalingkan wajah al-Fadl kearah lain. (ditahrijkan oleh al-Bukhari, dari Ibni Abbas,
bab Hajji Wada’)
Apabila keharaman melihat rambut dan kaki telah disepakati oleh para ulama, maka
keharaman melihat wajah adalah lebih pantas disepakati, sebab wajah adalah asal keindahan
dan juga sumber fitnah, maka bahaya memandang wajah adalah lebih besar.

B. Pendapat Ulama tentang Menutup Aurat


Pendapat Ulama Tentang Menutup Aurat Secara normatif aturan hukum baku
berkenaan dengan perintah berpakaian dan menutup aurat beserta batasan-batasannya
diungkapkan secara eskplisit dalam al-Qur’an.
Beberapa ayat yang terkait dengan hal tersebut memberikan rambu-rambu bagi para
wanita mukallaf untuk memenuhi batasan yang diberikan oleh kitab yang diturunkan pada
Nabi akhir zaman. Menurut syariat Islam menutup aurat hukumnya wajib bagi setiap orang
mukmin baik laki-laki maupun perempuan terutama yang telah dewasa dan dilarang
memperhatikannya kepada orang lain dengan sengaja tanpa ada alasan yang dibenarkan
syariat, demikian juga syariat Islam pada dasarnya memerintahkan kepada setiap mukmin,
khususnya yang sudah memiliki nafsu birahi untuk tidak melihat dan tidak memperlihatkan
auratnya kepada orang lain terutama yang berlainan jenis.
Adapun melihat aurat orang lain atau memperlihatkan aurat kepada orang lain yang
dibenarkan syariat seperti sesama mahram dan terutama suami atau istri, hukumnya boleh
sebagaimana terdapat dalam surah an-Nur ayat 30-31. Demikian pula orang muslim boleh
melihat aurat orang lain atau memperlihatkan auratnya kepada orang lain (walaupun bukan
mahram) jika ada alasan yang dibenarkan syariat seperti ketika berobat atau mengobati
penyakit yang pengobatannya memerlukan melihat atau memperlihatkan aurat karena darurat.
Q.S. An-Nur : 30 Surah al-Nur ayat 30 memerintahkan kepada kaum mukmin untuk
menundukkan pandangannya dari perkara yang diharamkan dan menjaga kemaluannya.
Karena hal tersebut dapat menyebabkan perantara penyakit hati dan menyebabkan seseorang
terjerumus dalam perbuatan tercela. Dan menundukkan pandangan merupakan sebab
keselamatan dari hal tersebut. Ayat tersebut juga mengandung perintah wajib untuk ditaati
berupa larangan melihat wanita asing atau pria asing, merupakan suatu larangan mutlak yang
diharamkan, tanpa adanya suatu keperluan yang dibenarkan oleh syara'.
Pandangan yang bisa memunculkan rangsangan pria, sehingga menimbulkan sikap
mengabaikan nilai moral dan penyimpangan perilaku individu dalam masyarakat. Sehingga
Allah memerintahkan pada kaum wanita menggunakan hijab untuk menjaga terlepasnya
kobaran nafsu seksual, sehingga pria dan wanita yang dekat dan yang jauh tidak akan saling

7
menarik karena secara fitrah wanita dan pria selalu tarik menarik dan ini merupakan sunnah
kehidupan atau hukum alam.
Karena itu Allah melarang apabila dua orang yang berlainan jenis menyepi karena
sudah pasti syaitan akan menjadi yang ketiga di antara mereka dan mengganggunya, lalu
mereka berbuat tidak senonoh sebagaimana firman Allah dalam surah Yusuf ayat 53 yang
berisi bahwa “sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan kecuali nafsu yang
telah diberkahi oleh Allah”.
Para ahli hukum Islam berbeda pendapat dalam menentukan batas-batas aurat itu
sendiri, baik aurat laki-laki maupun perempuan. Menurut kebanyakan ulama’ batas aurat
orang laki-laki ialah anggota-anggota tubuh yang terletak antara pusat dan lutut, terutama alat
kelamin dan dubur di samping juga paha. Sedangkan menurut sebagian ulama’ yang lain,
aurat orang laki-laki hanyalah alat vital dan dubur, sedangkan paha tidak termasuk ke dalam
kategori aurat yang wajib ditutup. Jumhur ulama’ berpendapat bahwa aurat laki-laki yang
tidak boleh diperlihatkan kepada orang lain terutama kepada kaum wanita, ialah anggota-
anggota badan yang berkisar antara pusat dan lutut. Sementara sebagian kecil ulama’ yang
pendapatnya dianggap lemah oleh kebanyakan ulama’, menyatakan bahwa aurat laki-laki di
hadapan kaum wanita yang bukan mahramnya adalah seluruh anggota badannya. Adapun
aurat kaum wanita, menurut kebanyakan ulama’ ialah seluruh anggota tubuhnya selain muka
dan kedua telapak tangan, kedua telapak kaki menurut sebagian ulama’ seperti Imam Abu
Hanifah juga merupakan aurat.
Di samping itu ada sebagian ulama’, di antaranya Imam Ahmad bin Hanbal yang
memandang seluruh anggota badan wanita (termasuk muka dan kedua telapak tangan) adalah
aurat. Para ulama’ membedakan antara aurat kaum wanita di hadapan kaum pria dengan aurat
kaum wanita di hadapan sesama wanita. Aurat wanita sebagaimana tersebut di atas, sesuai
dengan perbedaan pendapat para ulama’ tidak diperbolehkan diperlihatkan kepada kaum laki-
laki selain suami dan mahramnya atau orang lain yang oleh syariat diperbolehkan melihatnya.
Adapun aurat wanita terhadap sesama wanita yang tidak boleh dilihat atau
diperlihatkan ialah sama dengan aurat laki-laki yakni anggota-anggota tubuh yang berkisar
antara pusat dan lutut. Masalah aurat sangat erat dengan soal pakaian, karena aurat wajib
ditutup dan alat penutupnya adalah pakaian. Pakaian setiap muslim adalah harus menutup
batas-batas aurat seperti yang dikemukakan di atas. Namun karena para ulama’ berbeda
pendapat mengenai batas-batas aurat terutama aurat bagi wanita, maka perbedaan pendapat
pun muncul pula dalam masalah pakaian kaum wanita. Sebagian mengharuskan menutup
seluruh anggota badan selain mata, sedangkan sebagian yang lain menambahkan selain muka,
yaitu kedua telapak tangan dan kaki.
Untuk menghindari dari hal-hal yang tidak diinginkan dan menjaga kesucian, maka
seorang wanita diwajibkan untuk berhijab dan anggota badan yang boleh diperlihatkan adalah
wajah dan kedua telapak tangan. Penggunaan hijab antara pria dan wanita mengandung
hikmah bahwa sebenarnya Allah bermaksud menata hubungan interpersonal dalam
masyarakat dan menjaga kesucian pria dan wanita agar dapat mencapai kesempurnaannya
demi terwujudnya masyarakat yang sehat dan dibangun atas akhlak mulia serta nilai-nilai
moralitas yang tinggi

8
C. Hikmah Menutup Aurat
Berikut ini adalah beberapa kegunaan, kelebihan, fungsi, kebaikan, manfaat yang bisa
didapatkan dari menutup aurat:
1. Menghindarkan diri dari dosa akibat mengumbar aurat Salah satu yang
menyebabkan banyak wanita masuk neraka adalah karena mereka tidak menutup aurat
mereka di mata orang-orang yang bukan mahramnya. Dari begitu besarnya mudharat
yang bisa didapat dari membuka aurat, maka Tuhan melarang kita membuka aurat.

2. Menghindari fitnah, tuduhan atau pandangan negative Orang-orang yang


gemar membuka auratnya secara terang-terangan bisa saja dituduh sebagai wanita
nakal, pelacur, cewek penggoda, wanita murahan, tukang rebut suami orang,
perempuan eksperimen, dan lain-lain. Untuk itu hindari memakai pakaian minim yang
memperlihatkan bagian tubuh yang dapat merangsang lawan jenis untuk meredam
berbagai fitnah.

3. Mencegah timbulnya hawa nafsu lawan jenis maupun sesama jenis Secara
umum laki-laki normal akan terangsang melihat wanita yang memakai pakaian ketat,
modis, celana pendek atau rok mini ketat, rambut disalon, wajah dimakeup seksi, dan
lain sebagainya. Banyak lelaki yang ingin menzinahi perempuan yang seperti itu baik
secara paksa maupun tanpa paksaan.

4. Menunjukkan diri sebagai bukan perempuan / laki-laki murahan Menutup


aurat adalah suatu identitas orang-orang yang baik. Ditambah lagi dengan perilaku
yang baik dan sopan maka tidak mungkin ada orang yang mengatakan kita sebagai
perempuan murahan atau pria murahan.

5. Melindungi tubuh dan kulit dari lingkungan Dengan pakaian yang menutupi
tubuh secara sempurna maka kita tidak akan merasakan kepanasan saat mentari
bersinar terik, tidak merasakan kedinginan saat suhu sedang dingin. Begitu pun
dengan debu dan kotoran akan terhalang mengenai kulit kita langsung sehingga
kebersihan tubuh dapat tetap terjaga dengan baik.

6. Mencegah rasa cemburu pasangan hidup kita Jika suami atau istri suka tampil
seksi maka pasangannya bisa saja merasa cemburu jika ada orang yang menggoda
atau bahkan hanya sekedar melihat dengan pandangan penuh nafsu syahwat. Jangan
biarkan rasa cemburu muncul dalam kehidupan rumahtangga kita, karena hal itu
merupakan awal dari kehancuran sebuah keluarga yang bahagia.

7. Mencegah terkena penyakit dan gangguan kesehatan Penyakit-penyakit yang


dapat muncul jika kita tampil terbuka auratnya di ruang terbuka adalah bisa seperti
kanker kulit, kulit terbakar, kulit menjadi hitam, noda flek di kulit, dan lain
sebagainya. Cegah penyakit dan gangguan kesehatan tersebut dengan memakai
pakaian yang tertutup yang dapat melindungi tubuh dari faktor-faktor penyebab
penyakit atau gangguan kesehatan tersebut.

9
8. Memberikan sesuatu yang spesial bagi suami atau istri kita Buka-bukaanlah
pada saat di depan suami atau istri kita saja. Orang yang demikian biasanya akan
sangat dihargai dan disayangi oleh pasangan hidupnya. Terlebih lagi bisa menjaga
kesucian dirinya hingga adanya pernikahan. Di depan orang lain yang bukan
mahwam, aurat selalu terjaga dengan baik.

9. Melindungi diri kita dari berbagai tindak kejahatan Biasanya wanita yang
auratnya terbuka adalah yang paling sering menjadi korban perkosaan maupun tindak
kriminal lainnya seperti perampokan, penjambretan, hipnotis, dan lain sebagainya.
Bandingkan dengan wanita bercadar yang tampil tidak menarik di mata penjahat
karena penampilannya yang misterius membuat pelaku kejahatan enggan
menjahatinya.

10. Menutupi aib rahasia yang ada pada diri kita Jika ada cacat pada tubuh
maupun kulit kita bisa kita tutupi dengan menggunakan pakaian yang tertutup
sehingga tidak ada seorang pun yang tahu kecacatan yang terjadi pada diri kita. Jika
diumbar di depan orang banyak ya sudah pasti orang-orang akan tahu cacat yang kita
punya.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasansebelumnya dapat disimpulkan:1.Aurat adalah sesuatu yang
terbuka tidak tertutup, kemaluan, telanjang, aib dan cacat.Artinya aurat difahami sebagai
sesuatu yang oleh seseorang ditutupi karena merasamalu atau rendah diri jika sesuatu
itu kelihatan atau diketahui orang lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abd al-Baqī, Muhammad Fuad.Al-Lu’lu’u Wal-Marjān,Juz I-III, Beirut: Dār al-Hayā’


al-Turāṡi al-‘Arabī, t.th.al-Aṡqalanī, Ibnu Hajar.Faṭhul Barrībī al-SyarhṢahihal-Bukhāri,Juz
III,Beirut: Dāral-Fikr, t.th.Bahtiar, Deni Sutan.Berjilbab & Tren Buka Aurat, Yogyakarta:
Mitra Pustaka, 2009.al-Dār al-Quṭnī, Imam.Musnad Imam Dār al-Quṭnī, Juz I,Beirut: Dār al-
Fikr, t.th.al-Haiṭami,Syihabuddin Ahmad bin Hajar.Manhaj al-Qawīm, Juz 1,Mesir: Dār
al-Maktabah, t.th.

12

Anda mungkin juga menyukai