Anda di halaman 1dari 4

1.

Apa yang dimaksud dengan imunsasi PCV, Kapan diberikan, dan bagaimana
prosedur pemberiannya ?

JAWAB :

Vaksin pneumokokus (atau PCV : Pneumococcal Conjugate Vaccine) adalah


vaksin berisi protein konjugasi yang bertujuan mencegah penyakit akibat infeksi bakteri
Streptococcus pneumoniae atau lebih sering disebut kuman pneumokokus. Vaksin ini
ditujukan untuk mereka yang memiliki risiko tinggi terserang kuman pneumokokus.
Penyakit yang disebabkan oleh kuman pneumokokus sering juga disebut sebagai penyakit
pneumokokus. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja dengan angka tertinggi
menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan usia di atas 50 tahun. Terdapat kelompok
lain yang memiliki resiko tinggi terserang pneumokokus (meskipun dari segi usia bukan
risiko tinggi), yaitu anak dengan penyakit jantung bawaan, HIV, thalassemia, dan anak
dengan keganasan yang sedang mendapatkan kemoterapi serta kondisi medis lain yang
menyebabkan kekebalan tubuh berkurang.

Vaksin pneumokokus memiliki efek samping yang lebih kecil dibandingkan


dengan vaksin jenis lain, seperti vaksin DPT. Tidak ada kontraindikasi absolut
memberikan vaksin, hanya saja pemberian pada bayi yang sedang demam dapat
mempengaruhi rasa nyaman bayi. Pemberian vaksin tersebut ditakutkan akan
menimbulkan kekhawatiran orangtua terhadap perjalanan penyakitnya yang semakin
berat padahal tidak terkait imunisasi. Untuk itu, idealnya vaksin diberikan pada saat
kondisi bayi atau anak yang sehat, meskipun kondisi sakit ringan bukan kontraindikasi
pemberian vaksin.

Vaksin pneumokokus berguna mencegah penyakit pneumokokus, seperti penyakit


radang paru (pneumonia), radang selaput otak (meningitis) dan infeksi darah
(bakteremia). Penyakit pneumokokus merupakan penyebab kematian yang paling tinggi
pada anak balita. Berdasarkan data Badan PBB untuk Anak-Anak (UNICEF), pada 2015
terdapat kurang lebih 14 persen dari 147.000 anak di bawah usia 5 tahun di Indonesia
meninggal karena pneumonia. Dari statistik tersebut, dapat diartikan sebanyak 2-3 anak
di bawah usia 5 tahun meninggal karena pneumonia setiap jamnya. Hal tersebut
menempatkan pneumonia sebagai penyebab kematian utama bagi anak di bawah usia 5
tahun di Indonesia.
Apabila diberikan pada usia 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali dengan interval 2 bulan;
dan pada usia lebih dari 1 tahun diberikan 1 kali. Keduanya perlu booster pada usia lebih
dari 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak usia di atas 2 tahun
PCV diberikan cukup satu kali.

Vaksin pneumokokus pada anak diberikan dalam 3 kali dosis dasar dan 1 kali dosis
boosting. Pada dewasa pemberian vaksin dibagi menjadi dua tahapan. Pertama, vaksin
pneumokokus jenis konjugasi dan selanjutnya diberikan jenis vaksin pneumokokus
polisakarida. Sedangkan pada anak diberikan pada usia di bawah 1 tahun dengan dosis 3
kali, yaitu pada usia 2, 4 dan 6 bulan (Lihat Jadwal Imunisasi IDAI). Prinsip pemberian
vaksin pneumokokus pada anak adalah vaksin diberikan pada anak usia 2 bulan dengan
interval  4 – 8 minggu dan diberikan selama 3 kali.

Tabel . Jadwal dan Dosis Pemberian Imunisasi Pneumokokus

Usia Dosis dan Interval Ulangan


3 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15
2 - 6 bulan
8 minggu bulan
2 dosis, interval 6 - 1 dosis, 12 - 15
7 - 11 bulan
8 minggu bulan
2 dosis, interval 6 -
12 - 23 bulan  
8 minggu
> 24 bulan 1 dosis
Cara pemberian dan Dosis: 

Injeksi intramuskular, diberikan dengan hati-hati agar tidak mengenai saraf atau
pembuluh darah. Lokasi suntik yang disarankan untuk bayi, pada bagian anterolateral
panggul atau untuk anak, pada otot deltoid di lengan bagian atas. Jangan disuntikan pada
area gluteal. Jangan disuntikan secara intradermal, subkutan atau intravena karena
keamanan dan imunogenitas melalui rute ini belum diketahui dengan pasti.

Sumber : IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

2. Cara interpretasi kurva pertumbuhan ?


Jawab :
Cara menginterpretasikan kurva pertumbuhan WHO
1. Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan media, atau rata-rata
2. Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini
diberi angka positif (1,2,3) atau negatfd (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari
garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
3. Titik temu yang berada anatara garis z-score -2 dan -3 diartikan dibawah -2.
4. Titik temu yang berada anatara garis z-score 2 dan 3 diartikan diatas 2.
5. Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan table berikut ini.

Catatan :
1. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini masih normal.
Singkirkan kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tingi.
2. Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik
jika diukur menggunakan perbandingan berat badan dan terhadap panjang/tinggi atau
IMT terhadap umur.
3. Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin
mengarah ke garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat
4. Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi
lebih
5. Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMC (Integrated
Management of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).

Sumber : IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)

Anda mungkin juga menyukai