Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Bantuan ADL pada kelompok lansia”. Makalah ini dibuat dengan tujuan
menambah pengetahuan penulis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Gerontik.

Dalam penulisan makalah ini kami masih merasa banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang kami miliki.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih


kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya
kepada Dosen kami, Ibuk Ns. Lola Felnanda Amri, S.Kep, M.Kep yang telah
memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Padang,11 Juli 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................................. 2

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4

1.2 Rumusan masalah.......................................................................................... 5

1.3 Tujuan ........................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN TEORI ......................................................................................... 6

2.1 Definisi ADL.............................................................................................. 8

2.2 Manfaat ADL............................................................................................. 8

2.3 Klasifikasi ADL......................................................................................... 9

2.4 Jenis Pelayanan Pada Lansia...................................................................... 9

2.5 Batasan Usia Lansia................................................................................... 10

2.6 Macam-macam ADL.................................................................................. 11

2.7 Tugas perkembangan pada lansia .............................................................. 12

2.8 Tingkat ketergantungan lansia ................................................................... 12

2.9 Instrument pengkajian ADL....................................................................... 13

2.10 Strategi pembelajaran pada lansia............................................................ 17

2.11 Prosedur ADL pada lansia ....................................................................... 18

2.12 Evaluasi pada Lansia................................................................................ 25

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 27


2
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 27

3.2 Saran .............................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 28

3
BAB 1

PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang 

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah


mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang
kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan
kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup.   

Diseluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun
dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Sedangkan menurut
Badan kesehatan dunia WHO bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020
mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya
tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia (Badan
Pusat Statistik (BPS)).  

Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan


pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang
perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala
keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi
dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang
menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai
macam gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial
ekonomi, akan mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001).  

Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan


termasuk kesehatannya. Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian

4
khusus dengan tetap memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup
secara produktif sesuai kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan
tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak
menggunakan otak dari pada otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
(Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan. 

Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam
diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toieting (Brunner & Suddart,
2001). Untuk memenuhi kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif dan
sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian pemenuhan
kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan
ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon,
menghargai, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu
terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara
yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu terbentuk di
dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang
(faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor
internal). Oleh karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang saling
mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada
lansia. Setiap insan manusia merupakan makhluk hidup yang unik yang tidak bisa
sama atau ditiru satu sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada berbagai
kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja definisi ADL?

2. Apa saja manfaat ADL?


5
3. Apa saja klasifikasi ADL?

4. Apa saja Jenis pelayanan pada Lansia?

5. Apa saja Batasan Usia Lansia?

6. Apa saja macam-macam ADL?

7. Apa saja tugas perkembangan pada lansia ?

8. Apa saja tingkat ketergantungan lansia ?

9. Apa saja instrument pengkajian ADL?

10. Apa saja strategi pembelajaran pada lansia ?

11. Apa saja prosedur ADL pada lansia ?

12. Apa saja Evaluasi pada Lansia?

C. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat mengetahui bantuan ADL pada lansia

b. Tujuan Khusus  

1. Untuk mengetahui definisi ADL

2. Untuk mengetahui manfaat ADL

3. Untuk mengetahui klasifikasi ADL

4. Untuk mengetahui Jenis Pelayanan

5. Untuk mengetahui Batasan Lansia

6. Untuk mengetahui macam-macam ADL

7. Untuk mengetahui tugas perkembangan pada lansia

6
8. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan lansia

9. Untuk mengetahui instrument pengkajian ADL

10. Untuk mengetahui strategi pembelajaran pada lansia

11. Untuk mengetahui Evaluasi Lansia

7
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

1. Definisi ADL
Stanley (2007), mengemukakan bahwa lansia mengalami penuaan yang
optimal akan tetap aktif dan mengalami penyusutan dalam kehidupan sehari-hari
adalah aktifitas fisik, aktivitas fisik merupakan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga dimana sangat penting bagi kesehatan mental.
Aktifitas sehari-hari merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh lanjut
usia setiap hari. Aktifitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras.
Aktivitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan atau melakukan
mobilisasi. Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduran
kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut
usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai
aktivitas seharu-hari tersebut (Stanley, 2007).
2. Manfaat ADL
Menurut Stanley (2007), manfaat mempertahnkan aktifitas sehari-hari yaitu:
a.Manfaat fisiologis
a) Membantu peningkatan kualitas dan kuantitas tidur
b) Meningkatakan kekuatan otot
c) Meningkatkan keseimbangan dan koordinasi gerak sehingga dapat mencegah
terjadinya kecelakaan
b. Manfaat psikologis
a) Memberi perasaan santai
b) Mengurangi ketegangan dan kecemasan
c) Meningkatkan perasaan senang
d) Meningkatkan kesegaran jasmani ndan rohani
e) Meingkatkan fungsi kognitif
c.Manfaat sosial
a) Membantu pemberdayaan usia lanjut

8
b) Meingkatkan hubungan kesetiakawanan sosial
c) Meningkatkan jaringan kerja sama sosial budaya
d) Meningkatkan pertahanan peranan dan pembentukan peran baru

3. Klasifikasi Aktifitas Kehidupan sehari-hari


Menurut wiraguna (2014), klasifikasi aktifitas sehari-hari sebagai berikut:
a.ADL dasar yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat
dirinya sendiri meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias,
kontineansa BAB dan BAK serta mobilitas.
b. ADL instrumental yaitu ADL yang berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda peninjang kehidupan sehari-hari seperti menyiapkan makanan,
menggunakan telefon, menulis, mengetik dan mengelola uang
c.ADL vokasional yaitu ADL yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan
sekolah
d. ADL non vokasional yaitu ADLyang bersifat rekreasional, hobo dan mengisi
waktu luang

4. Jenis – jenis pelayanan Kesehatan


1. Promotif
Prinsip – prinsip:
a. Mencegah cedera, dilakukan dengan tujuan mengurangi kejadian jatuh,
mengurangi bahaya kebakaran dalam rumah, meningkatkan penggunaan
alat pengaman, dan mengurangi kejadian keracuan makanan atau zat
kimia.
b. Meningkatkan keamanan
c. Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk, bertujuan
untuk mengurangi penggunaan semprotan bahan-bahan kimia, mengurangi
radiasi dirumah, meningkatkan pengelolaan rumah tangga terhadap bahan
berbahaya, serta mengurangi kontaminasi makanan dan obat-obatan

9
d. Meningkatkan perhatian terhadap kebersihan diri seperti mandi,
kebersihan mulut dan gigi, cara berpakaian dll
2. Preventif
Prisip – prinsip:
a. Melakukan pencegahan primer, meliputi pencegahan pada lansia sehat,
terdapat faktor resiko, tidak ada penyakit, dan promosi kesehatan
b. Melakukan pencegahan sekuder, meliputi pemeriksaan terhadap penderita
tanpa gejala, dari awal penyakit hingga terjadi gejala belum tampak secara
klinis.
c. Melakukan pencegahan tersier, dilakukan sesudah terdapat gejala penyakit
3. Rehabilitatif
Prinsip – prinsip :
a. Pertahankan lingkungan yang aman
b. Pertahankan kenyamaan, istirahat, aktivitas dan mobilitas
c. Pertahankan kecukupan gizi
d. Pertahankan fungsi pernapasan
e. Pertahanankan fungsi aliran darah
f. Pertahankan kulit
g. Pertahankan fungsi pencernaan
h. Perthanakan komunikasi
i. Meningkatkan fungsi psikososial

5. Batasan Lanjut Usia

Menurut Organisaso Kesehatan Dunia (WHO), Batasan Lajut Usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 – 59 tahun


2. Lanjut Usia (elderly) usia antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun

10
6. Macam-macam Aktifitas Sehari-hari pada Lansia:
a.Mandi (spon, pancuran, atau bak)
Tidak menerima bantuan (masuk dan keluar bak mandi sendiri jika mandi dengan
menjadi kebiasaan), menerima bantuan untuk mandihanya satu bagian tubuh
(seperti punggung atau kaki), menerima bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh (atau tidak dimandikan)

b. Berpakaian
Mengambil baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan, mengambil
baju dan memakai baju dengan lengkap tanpa bantuan kecuali mengikat sepatu,
menerima bantuan dalam memakai baju, atau membiarkan sebagian tetap tidak
berpakaian.
c.Ke kamar kecil
Pergi kekamar kecil membersihkan diri, dan merapikan baju tanpa bantuan (dapat
mengunakan objek untuk menyokong seperti tongkat, walker, atau kursi roda, dan
dapat mengatur bedpan malam hari atau bedpan pengosongan pada pagi hari,
menerima bantuan kekamar kecil membersihkan diri, atau dalam merapikan
pakaian setelah eliminasi, atau mengunakan bedpan atau pispot pada malam hari,
tidak ke kamar kecil untuk proses eliminasi.
d. Berpindah
Berpindah ke dan dari tempat tidur seperti berpindah ke dan dari kursi tanpa
bantuan (mungkin mengunakan alat/objek untuk mendukung seperti tempat atau
alat bantu jalan), berpindah ke dan dari tempat tidur atau kursi dengan bantuan,
bergerak naik atau turun dari tempat tidur.
e.Kontinen
Mengontrol perkemihan dan defekasi dengan komplit oleh diri sendiri, kadang-
kadang mengalami ketidak mampuan untuk mengontrol perkemihan dan defekasi,
pengawasan membantu mempertahankan control urin atau defekasi, kateter
digunakan atau kontnensa.
f. Makan
11
Makan sendiri tanpa bantuan, Makan sendiri kecuali mendapatkan bantuan dalam
mengambil makanan sendiri, menerima bantuan dalam makan sebagian atau
sepenuhnya dengan menggunakan selang atau cairan intravena.

7. Tugas perkembangan pada lansia :


a) Beradaptasi terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan fisik
b) Beradapatasi terhadap masa pension dan penurunan pendapatan
c) Beradaptasi tehadap kematian pasangan
d) Menerima diri sebagai individu yang menua
e) Mempertahankan kehidupan yang memuaskan
f) Menetapkan kembali hubungan dengan anak yang telah dewasa
g) Menemukan cara mempertahankan kualitas hidup

8. Tingkat ketergantungan lansia:


a) Tentang mandi, dinilai kemampuan klien untuk menggososk/membersihkan sendiri
seluruh bagian badannya, atau dalam hal mandi dengan cara pancuran (shower)
atau dengan cara masuk dan keluar sendiri dari bath tub. Di katakan dependen bila
klien memerlukan bantuan untuk lebih dari satu bagian badannya. Juga bila klien
tak mampu masuk keluar bath tub sendiri.
b) Dalam hal berpakaian, dikatakan independen bila tak mampu mengambil sendiri
pakaian dalam lemari atau laci misalnya, mengenakan sendiri bajunya, memasang
kancing atau resleting (mengikat tali sepatu,dikecualikan)
c) Ke toilet, dikatakan independen bila lansia tak mampu ke toilet sendiri, beranjak
dari kloset, merapikan pakaian sendiri, membersihkan sendiri organ ekskresi, bila
harus menggunakan bed pan hanya digunakan di malam hari. Tergolong dependen
bila memang klien memerlukan bed pan atau pispot. Untuk keluar masuk toilet
menggunakan serta merapikan pakaiannya selalu memerlukan bantuan.
d) Transferring. Dikatakan independen bila mampu naik-turun sendiri ke/dari tempat
tidur dan atau kursi/kursi roda. Bila hanya memerlukan sedikit bantuan atau
bantuan yang bersifat mekanis, tidak termasuk. Sebaliknya, dependen bila selalu
12
memerlukan bantuan untuk kegiatan tersebut diatas. Atau tak mampu melakukan
satu/lebih aktivitas transferring.
e) Kontinensia. Tergolong independen bila mampu buang hajat sendiri (urinasi dan
defekasi). Sebaliknya, termasuk dependen bila pada salah satu atau keduanya (niksi
atau defekasi) memerlukan enema dan atau kateter. Juga bila klien menggunakan
bedpan secara regular.
f) Makan. Dikatakan independen, bila mampu menyuap makanan sendiri, mengambil
dari piring. Dalam penilaian tidak termasuk mengisi potongan daging. Misalnya,
juga menyiapkan hidangan seperti mengoles selai atau mentega pada roti tak
termasuk. Keadaan sebaliknya tergolong dependen.

9. Instrument Pengkajian ADL dengan Indeks Barthel (IB) dan indeks Kats:

1. Indeks Barthel (IB)


Merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur
kemandirian fungsional dalamhal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai criteria dalam menilai kemampuan fungsonal bagi pasien-
pasen yang mengalami gangguan keseimbangan menggunakan 10 indikator:

No Item yang dinilai Skor Nilai


1 Makan (Feeding) 0= tidak mampu
1= butuh bantuan memotong,mengoles
mentega,dll
2= mandiri
2 Mandi (Bathing) 0= tergantung orang lain
1= mandiri
3 Perawatan diri 0= membutuhkan bantuan orang lain
(Grooming) 1=mandiri dalam perawatan
muka,rambut,gigi, dan bercukur
4 Berpakaian 0= tergantung orang lain
(Dressing) 1=sebagian dibantu(missal mengancing

13
baju)
2= mandiri
5 Buang air kecil 0= inkontinensia/pakai kateter dan tidak
(Bowel) terkontrol
1= kadang inkotenensia (maks,1X24 Jam)
2= kontinensia (teratur ntuk leih dari 7
hari)
6 Buang auir besar 0= ikontinensia (tidak teratur/perlu enema)
(Bladder) 1=kadang inkontenensia (sekali seminggu)
2= kontinensia (teratur)
7 Penggunaan toilet 0= tergantung bantuan orang lain
1= membutuhkan bantuan, tapi dapat
melakukan beberapa hal sendiri
2= mandiri
8 Transfer 0= tidak mampu
1= butuh bantuan untuk bisa duduk (2
orang)
2= bantuan kecil (1 orang)
3= mandiri
9 Mobilitas 0= immobile (tidak mampu)
1= menggunakan kursi roda
2= berjalan degan bantuan 1 orang
3= mandiri (meskipun menggunakan alat
bantu seperti,tongkat)
10 Naik turun tangga 0= tidak mampu
1= membutuhkan bantuan atau alat bantu
2= mandiri

Interpretasi hasil:

20= mandiri

12-16= ketergantungan ringan


14
9-11= ketergantungan sedang

5-8= ketergantungan berat

0-4 = ketergantunga total

2. Indeks Katz
Indeks Katz adalah suatu instrument pengkajian dengan system penilaian
yang didasarkan kemampuan seseorang untuk melakukan aktifitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat
mengidentifiksikan kemampuan dan keterbatasan klien sehingga memudahkan
pemilihan intervensi yang tepat(Maryam, R.Siti,dkk,2011)
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz untuk aktifitas
kehidupan sehar-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungs mandiri atau
begantung dari klien dalam hal 1) makan, 2) kontinen(BAB atau BAK), 3)
Berpindah, 4) kekamar kecil, 5) mandi dan berpakaian (Maryam,
R.Siti,dkk,2011)

Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK),


berpindah, kekamar kecil, mandi, dan berpakaian

B Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi


tambahan.

D Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakain, dan


satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua hal kecuali madi, berpakaian,

15
kekamar keci, dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua hal kecuali mandu, berpakaian,


kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut

Lain- Tergntung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di


lainnya klasifikasikan sebagai C, D, E atau F

Keterangan:
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan, atau bantuan aktif dari
orang lain. Seseorang yang menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.
1. Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Berpakakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakakian, melepaskan
pakaian, mengancingi atau mengikat pakaian.
Bergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju hanya sebagian.
3. Ke kamar kecil
Mandiri : masuk dan keluar dari kama kecil kemudian memberisihkan
genitalia sendiri
Bergantung : menerima bantuan untuk masuk kekamar kecil dan
menggunakan pispot.
4. Berpindah
16
Mandiri : berpindah ked an dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari
kursi sendiri
Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dar tempat tidur atau kursi,
tidak melakukan satu atau lebi berpindah.
5. Kontinen
Mandir : BAK dan BAB seluruh di control sendiri
Bergantung : inkontinensia parsial atau lokal, penggunaan kateter, pispot,
enema dan pembalut ( pampers)
6. Makan
7. Mandiri : mengambil makan dari piring dan menyuapi nya sendiri
Bergantung :bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT) .

10. Strategi Pengajaran pada lansia :

a) Pastikan klien siap untuk belajar. Perhatikan tanda yang menunjukan bahwa
klien terlalu sibuk atau gelisah untuk memahami materi
b) Duduk berhadapan dengan klien sehingga ia dapat memperhatikan gerakan
bibir dan ekspresi wajah anda
c) Bicara dengan perlahan
d) Bicara dengan nada suara yang rendah, lanisa mendengar nada rendah lebih
baik dibandingkan nada tinggi
e) Berikan satu materi paad setiap satu waktu
f) Berikan materi yang konkret yang bukan materi abstrak
g) Berikan waktu untuk merespons yang cukup karena lansia membutuhkan
waktu bereaksi yang lebih lama dibandingkan dewasa muda
h) Focus pada satu topic untuk membantu klien berkonsentrasi
i) Usahakan sebisa mungkin menghilngkan pengalih perhatian pada lingkungan
j) Tunda pengajara jika klien kehilangan kinsentrasi atau lelah
k) Ajak anggota keluarga mengikuti diskusi

17
l) Gunakan petunjuk audio, visual, dan taktil untuk meningkatkan pembelajaran
dan membantu klien mengingat informasi
m) Minta umpan balik dari klien untuk memastikan bahwa ia memahami
informasi yang diberikan
n) Gunakan pengalaman sebelumnya, hubungkan pembelajaran baru dengan
pengetahuan sebelumnya
o) Berikan kompensasi untuk ketidaknyamanan fisik dan penurunan fungsi
sensorik
p) Dukung citra diri yang positif
q) Gunakan strategi pembelajaran yang kreatif
r) Berikan respons terhadap minat yang tertentu
s) Tekankan dan integrasikan nilai emosional dan pribadi dalam perolehan
ketrampilan dan ide

11. Prosedur perawatan sehari-hari pada lansia


1. Perawatan mulut dan gigi
Kebersihan mulut dan gigi harus tetap dijaga dengan menyikat gigi dan
berkumur secara teratur meski pin sudah ompong. Bagi yang masih aktif dan
masih mempunyai gig yang cukup lengkap dia dapat menyikat giginya sendiri
sekurang-kurangnya 2X sehari, pagi saat bangun tidur dan malam sebelum
tidur. Bagi lanjut usia yang memilki gigi palsu dapat melakukan perawatan gigi
palsu.

Perawatan gigi lansia:

Alat :

1. Sikat gigi (oleskan pasta gigi secukupnya diatas sikat gigi)


2. Air bersih dalam gelas untuk kumur
3. Baskom plastic berukuran sedang untuk membuang air kumur
18
4. Handuk untuk alas di dada, agar tidak basah dan untuk mengelap mulut
setelah sikat gigi selesai

Cara:

1. Alat (baskom, sikat gigi, pasta gigi, dan handuk),diletakkan di atas meja kecil
atau kursi di dekat tempat tidur
2. Usahakan duduk dengan posisi yang nyaman. Bila tidak dapat duduk,
usahakan untuk dapat duduk setengah miring dengan cara meninggikan bantal
untuk menahan punggungnya.
3. Handuk dilentangkan melebar sehingga menutup dada agar tidak basah.
4. Sikap gigi secara perlahan mualai dari bagian luar, lalu ke dalam dan
belakang gigi. Arah menyikat dari atas ke bawah untuk gigi bagian atas, dan dari
bawah ke atas, untuk gigi bagian bawah agar kotoran/sisa makanan dapat tersapu.
5. Beri air bersih untuk kumur sampai bersih.
6. Sisa air kumur dituangkan dan ditampung di dalam baskom plastic
7. Bersihkan sekitar mulut dengan handuk hingga bersih dan kering .

2. Kebersihan kulit dan badan


Kulit menerima berbagai ransangan dari luar. Kulit merupakan pintu
masuk ke dalam tubuh. Kebersihan kulit mencerminkan kesadaran seseorang
terhadap pentingnya arti kebersihan. Kebersihan kulit dan kerapian dalam
berpakaian klien lanjut usia perlu diperhatikan agar penampilan mereka tetap
segar. Usaha membersihkan kulit dapat dilakukan dengan cara mandi setiap
hari secara teratur paling sedikit 2 kali sehari.
Manfaat mandi ialah menghilangkan bau, menghilangkan kotoran,
merangsangan peredaran darah, dan member kesegaran pada tubuh.
Pengawasan yang perlu dilakukan selama perawatan kulit adalah :
1. Memeriksa ada atau tidaknya lecet
2. Mengoleskan minyak pelembab kulit setiap selesai mandi agar kulit
tidak terlalu kering atau keriput

19
3. Menggunakan air hangat untuk mandi, yang berguna untuk merangsang
peredaran darah dan mencegah kedinginan
4. Menggunakan sabun yang halus dan jangan terlalu sering, karena hal ini
dapat mempengaruhi keadaan kulit yang sudah kering dan keriput

Memandikan klien lanjut usia :


Persiapan :
1. Sediakan air hangat kuku dalam 2 baskom
2. Sediakan waslpa (handuk kecil) dan handuk. Jika mungkin masing-
masing 2 buah
3. Sabun mandi dalam tempatnya
4. Talk bedak atau lotion badan (krem pelembab)
5. Pakaian dan sapu tangan bersih, sisir untuk wanita, mungkin juga
bedak.

Pelaksanaan :

1. Setelah semua alat tersedia, tutup pintu dan jendela


2. Jelaskan kepada klien mengenai kegiatan yang akan dilakukan
3. Buka pakaian klien bagian atas, bentangkan handuk di atas dada,
kemudian mulai menyeka bagian wajah (tanpa sabun, kecuali
diminta)
4. Bilas dengan waslap hingga bersih dan kering
5. Kemudian , berturut-turut menyeka tangan dan lengan. Mulai lengan
dan tangan yang jauh dari penolong, kemudian tangan dan lengan
yang dekat. Seka di bagian dada seperti lengan dan tangan, lalu
keringkan dan beri lotion dan talk
6. Setelah selesai, tutup dada dengan kain selimut, keringkan. Beri
lotion atau talk
7. Bagian akhir yang di seka adalah keanggota badan bagian
bawah.seka anggota badan bagian bawah sebelumnya. Lalu, seka

20
selangkangan atau bagian kemaluan. Jangan sampai ada sisa sabun
tertinggal
8. Ganti pakaian bersih dan rapikan tempat tidur

Factor penyebab dekubitus :

1. Factor intrinsic (tubuh sendiri)


a) Status gizi
b) Anemia
c) Adanya hipoalbuminemia
d) Adanya penyakit neurologis
e) Adanya penyakit pembukuh darah
f) Adanya dehidrasi
2. Factor ekstrinsik
a) Tempat tidur kurang bersih
b) Alat tenun yang kusut dan kotor
c) Kurangnya perawatan atau perhatian yang baik dari perawat

Perawatan dekubitus :

1. Dekubitus derajat I
Kulit yang kemerahan dibersihkan secara hati-hati dengan air hangat dan
sabun, diber lotion, kemudian di masase 2-3 kali sehari, dan di lakukan
perubahan posisi tidur (miring kanan/miring kiri dan telentang)
2. Dekubitus derajat 2
Disini sudah terjadi ulkus yang dangkal. Saat merawat luka, peraat harus
memperhatikan syarat anti septic. Daerah bersangkutan di gosok dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi.
3. Dekubitus derajat 3
Ulkus sudah dalam dan menggaung atau cekung sampai paad bungkus otot dan
sering sudah ada infeksi, bila perlu lakukan lakukan pengompresan karena akan

21
mempermudah regenerasi sel kult. Jika luka kotor cuci dngan larutan NaCl, jika
perlu berikan anti biotic sistematik
4. Dekubitus derjat 4
Ulkus meluas sampai pada dasar dan sering pula di sertai jaringan nekrotik.
Semua langkah di atas tetap di kerjakan dan jaringan nekrotik yang ada harus di
bersihkan.

3. Kebersihan kepala dan Rambut

Tujuan membersihkan kepala adalah menghilangkan debu dan kotoran yang melekat
dirambut dan kulit kepala. Klien lanjut usia yaang masih aktif dapat mencuci
rambutnya sendiri. Hal yang perlu diperhatikan :

1. Bila terdapat ketombe atau kutu rambut, obat dapat diberikan, misalnya
peditox.
2. Untuk rambut yang kering, bisa diberi minyak atau orang-aring atau lainnya.
3. Untuk mereka yang sama sekali tidak mencuci rambutnya sendiri, baik karena
sakit atau kondisi fisiknya yang tidak memungkinkan, dapat mencuci rambut
ditempat tidur dengan bantuan salah satu anggota keluarga atau perawat.
4. Bila lanjut usia lebih sering atau banyak berbaring di tempat tidur, perawat
haru lebih memperhatikan kebersihan rambut klien, mengingat posisi tidur
sering membuat rambut sering kusut, kering, bau, dan gatal.

Perawatan mencuci rambut pada pasien lanjut usia

Persiapan :
1. Sediakan air hangat secukupnya di bakom?ember plastik. Satu ember
berisi air hangat dan satu lagi untuk menampung air kotor.
2. Siapkan shampo, sisir, handu, dn alas dari kain karet atau plastik.
Pelaksanaan

22
1. Letakkan kepala di tempat tidur dan beri alas kain karet atau kain platik
dibawah kepala, yang dihubungkan dengan ember kosong penampung air
kotor, yang diletakkan dibawah tempat tidur.
2. Basahi rambut sedikit demi sedikit dan bubuhkan shampo. Lakukan 2 kali,
kemudian bilas sampai bersih.
3. Usapkan dan gosok sampo itu dikepala hingga rata.
4. Bilas sampai bersih
5. Keringkan dengan handuk.

4.Pemberian makanan

A. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian makanan:

1. Apakah makanan yang disajikan memenuhi kebutuhan gizi


2. Sajikan makanan tersebut pada waktunya secara dan dalam porsi yang
kecil saja.
3. Jangan menunjukkan rasa bosan dalam melayani klien lanjut usia,
tunjukkan wajah yang cerah dan gembira.
4. Beri makan secara bertahap dan bervariasi.
5. Perhatikan makanan apa yang disukai atau tidak, agar dapat menentukan
jenis makanan yang sesuai dengan seleranya.
6. Jika mendapat diet tertentu, perhatikan apakah diet tersebut sesuai dengan
petunjuk dokter , misalnya untuk diabetes dan tekanan darah tnggi.
7. Beri makanan yang lunak untuk menghindari konstipasi serta
memudahkan mengunyah, terutama bagi klien lanjut usia, yang sudah
ompong, misalnya dalam bentuk nasi tim atau bubur.
B. Cara pemberian makan lanjut usia
1. Posisiskan klien setengah duduk
2. Periksa apakah mulutnya dalam keadaan bersih
3. Letakkan lap makan atau serbet diatas dadanya, guna mencegah bajunya
tidak menjadi kotor.

23
4. Suapi dengan sendok yang tidak terlalu penuh, lalu masukkan kedalam
mulutnya.
5. Penolong atau perawat dapat duduk atau berdiri disisi tempat tidur.
6. Sediakan waktu yang cukup untuk memberi makan.
7. Jangan tergesa-gesa agar jalan makanan tidak terganggu dan juga tidak
mengganggu ata mengurangi nafsuk makan.
C. Perencanaan makan untuk lanjut usia
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam merencanakan makan untuk klien
lanjut usia:
1. Porsi makan perlu diperhatikan jangn terlalu kenyang .
2. Banyak minuman kurangi garam.banyak minum dapat memperlancar
sisa makanana. Menghindari makanan yang terlalu asin akan
mengurangi kerja ginjal dan mencegah kemungkinan terjadinya
tekanan darah tinggi.
3. Membatasi pengguaan kalori hingga berat badan dalam batas ,
terutama makanan yang manis ata gula dalam makanan yang berlemak.
Kebutuhan usia diatas 60 tahun adalah 1700 kaloro dan diatas 70 tahun
adalah 1500 kalori.
4. Bagi lanjut usia yang proses penuaanya adalah lebih lanjut , yang harus
diperhatikan:
1. Mengonsumsi makanan yang mudah dicerna
2. Hindari makanan yang terlalumani
3. Makan dalam porsi kecil, tap sering
4. Makanan kudapan, susu, buah dan sari buah sebaiknya diberikan .

5. Batasi minum kopi dan teh. Minuman tersebut boleh diberikan, tetapi
harus diencerkan karena beruba untuk merangsang gerakan usus dan
menambah nafsu mkan.

12. Evaluasi pada Lansia

24
a. Evaluasi struktur

Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau keadaan sekeliling
tempat pelayanan keperawatan diberikan. Aspek lingkungan secara langsung atau
tidak langsung mempengaruhi dalam pemberian pelayanan. Persediaan perlengkapan,
fasilitas fisik, rasio perawat-klien, dukungan administrasi, pemeliharaan dan
pengembangan kompetensi staf keperawatan dalam area yang diinginkan.

b. Evaluasi proses

Evaluasi proses berfokus pada penampilan kerja perawat, dan apakah perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan merasa cocok, tanpa tekanan, dan sesuai
wewenang. Area yang menjadi perhatian pada evaluasi proses mencakup jenis
informasi yang didapat pada saat wawancara dan pemeriksaan fisik, validasi dari
perumusan diagnosa keperawatan, dan kemampuan tehnikal perawat.

c. Evaluasi hasil

Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Respons perilaku lansia
merupakan pengaruh dari intervensi keperawatan dan akan terlihat pada pencapaian
tujuan dan kriteria hasil. Evaluasi formatif dilakukan sesaat setelah perawat
melakukan tindakan pada lansia. Evaluasi hasil/sumatif: menilai hasil asuhan
keperawatan yang diperlihatkan dengan perubahan tingkah laku lansia setelah semua
tindakan keperawatan dilakukan. Evaluasi ini dilaksanakan pada akhir tindakan
keperawatan secara paripurna.

Hasil evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak
teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP (Subjektive-Objektive-
Assesment-Planning) dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.

S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari lansia setelah
tindakan diberikan.

O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,

25
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.

A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective


dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah
teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi.

P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan


hasil analisis.

26

Anda mungkin juga menyukai