DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
SRI DEVI
SRI DJULIANTI
OKTAVIYANI
ROSANTI
NUR AISYAH
NURMAIYA
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena dengan rahmat dan
karunianya Kami dapat menyusun makalah ini tanpa suatu halangan apapun. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi Kami selaku penulis dan umumnya bagi para pembaca agar dapat mengetahui
tentang gerakan kerja sama dan instrumen internasional pencegahan korupsi.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
masih jauh dari sempurnah. Oleh karena itu, Kami harapkan kritik dan saran dari pembaca
sehingga dalam pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi Kita semua.
Kelompok VI
A. PENGERTIAN
Korupsi adalah salah satu masalah dan tantangan besar yang dihadapi oleh
masyarakat internasional pada saat ini. Keinginan masyarakat internasional untuk
memberantas korupsi dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang lebih baik, lebih
bersih dan lebih bertanggung-jawab sangat besar.
Menurut Jeremy Pope, agar strategi pemberantasan korupsi berhasil, penting
sekali melibatkan masyarakat sipil. Upaya apapun yang dilakukan untuk
mengembangkan strategi anti korupsi tanpa melibatkan masyarakat sipil akan sia-sia
karena umumnya negara yang peran masyarakat sipilnya rendah, tingkat korupsinya akan
tinggi.
1. Masalah pencegahan
Tindak pidana korupsi dapat diberantas melalui Badan Peradilan.
Salah satunya dengan mengembangkan model kebijakan preventif seperti :
a. pembentukan badan anti-korupsi;
b. peningkatan transparansi dalam pembiayaan kampanye untuk pemilu dan partai
politik;
c. promosi terhadap efisiensi dan transparansi pelayanan publik;
d. rekrutmen atau penerimaan pelayan publik (pegawai negeri) dilakukan
berdasarkan prestasi;
e. adanya kode etik yang ditujukan bagi pelayan publik (pegawai negeri) dan
mereka harus tunduk pada kode etik tsb.;
f. transparansi dan akuntabilitas keuangan publik;
g. penerapan tindakan indisipliner dan pidana bagi pegawai negeri yang korup;
h. dibuatnya persyaratan-persyaratan khusus terutama pada sektor publik yang
sangat rawan seperti badan peradilan dan sektor pengadaan publik;
i. promosi dan pemberlakuan standar pelayanan publik;
j. untuk pencegahan korupsi yang efektif, perlu upaya dan keikutsertaan dari
seluruh komponen masyarakat;
k. seruan kepada negara-negara untuk secara aktif mempromosikan keterlibatan
organisasi non-pemerintah (LSM/NGOs) yang berbasis masyarakat, serta unsur-
unsur lain dari civil society;
l. peningkatkan kesadaran masyarakat (public awareness) terhadap korupsi
termasuk dampak buruk korupsi serta hal-hal yang dapat dilakukan oleh
masyarakat yang mengetahui telah terjadi TP korupsi.
2. Kriminalisasi
Perbuatan yang dikriminalisasi tidak terbatas hanya pada tindak pidana
penyuapan dan penggelapan dana publik, tetapi juga dalam bidang perdagangan,
termasuk penyembunyian dan pencucian uang (money laundring) hasil korupsi.
Konvensi juga menitikberatkan pada kriminalisasi korupsi yang terjadi di sektor
swasta.
3. Kerjasama internasional
Negara-negara yang menandatangani Konvensi juga bersepakat untuk
memberikan bantuan hukum timbal balik dalam mengumpulkan bukti untuk
digunakan di pengadilan serta untuk mengekstradisi pelanggar. Negara-negara juga
diharuskan untuk melakukan langkah-langkah yang akan mendukung penelusuran,
penyitaan dan pembekuan hasil tindak pidana korupsi.