CM Lki Pr.03 02 Penuntun Praktikum 2020
CM Lki Pr.03 02 Penuntun Praktikum 2020
Oleh :
LKIUPI
LABORATORIUM KIMIA INSTRUMEN
Page 1 of 23
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Alloh SWT, buku penuntun praktikum Kimia
Pemisahan dan Pengukuran ini dapat diselesaikan
Buku ini berisi tentang instruksi kerja, kewajiban mahasiswa, dan berbagai ketentuan-
ketentuan selama pelaksanaan praktikum. Instruksi kerja meliputi lima instrumen yaitu
Spektrofotometer Uv/Vis, Spektrofotometer IR, AAS, HPLC dan GC.
Penyusun menyadari bahwa buku penuntun ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
akan senantiasa diperbaiki dari tahun ke tahun berdasarkan masukan ketika buku penuntun
ini diaplikasikan. Semoga bermanfaat
Page 2 of 23
DAFTAR ISI
Kata pengantar 2
Alur layanan praktikum 4
Alur pelaksanaan praktikum 6
Kewajiban mahasiswa praktikan 8
Ketentuan pembuatan jurnal 8
Ketentuan pelaksanaan pretes dan tes akhir praktikum 9
Ketentuan pembuatan laporan praktikum 9
Standar Penilaian Praktikum 11
Instruksi kerja Spektrofotometer UV/Vis 13
Instruksi kerja Spektrofotometer IR 15
Instruksi kerja HPLC 17
Instruksi kerja GC 21
Instruksi kerja AAS 24
Page 3 of 23
ALUR LAYANAN PRAKTIKUM
Mulai
KL CM-LKI-PR.01-02
Menyerahkan daftar Fasilitator kepada KLPr
Selesai
Page 4 of 23
ALUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
T
DP Sesuai?
Y
Melakukan analisis/pengukuran
MP & OI
MP
Membuat analisis data dan kesimpulan
Selesai
Page 5 of 23
KEWAJIBAN MAHASISWA PRAKTIKAN
1. Menghadiri dan melaksanakan seluruh kegiatan praktikum (100%)
2. Menggunakan jas lab selama kegiatan praktikum di laboratorium
3. Membawa kertas milimeter block
4. Membawa kit praktikum yang terdiri dari lap, 5 pipet tetes, korek api, tissu gulung,
sabun cuci, sikat tabung, kertas label, gunting, dan botol vial
5. Membuat jurnal sebelum melaksanakan praktikum
6. Mengikuti dan lulus pretes sebelum melaksanakan praktikum
7. Mengikuti seluruh tahapan kegiatan praktikum
8. Membuat laporan setelah melaksanakan praktikum
9. Mengikuti tes akhir praktikum
Page 6 of 23
KETENTUAN PELAKSANAAN PRETES DAN TES AKHIR PRAKTIKUM
1. Pretes dilakukan secara lisan dan/atau tertulis oleh dosen praktikum sesuai judul
praktikum
2. Pretes dilaksanakan sebelum praktikum sesuai jadwal/perjanjian
3. Komponen-komponen pertanyaan pretes meliputi : prinsip kerja instrumen, komponen-
komponen instrumen dan fungsinya, serta ruang lingkup kegiatan praktikum
4. Tes akhir praktikum dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau tes keterampilan
5. Tes akhir dilaksanakan setelah mahasiswa praktikan menyelesaikan praktikum dan telah
mengumpulkan laporan praktikum
6. Komponen-komponen pertanyaan tes akhir praktikum difokuskan kepada cara
pengoperasoian alat, preparasi sampel, penyiapan larutan standar dan interpretasi hasil
pengukuran instrumen
Page 7 of 23
6. Apabila dalam satu judul praktikum, ditemukan 2 atau lebih laporan yang diduga “copy
paste” maka laporan-laporan tersebut tidak syah dan nilainya 0 (nol)
A. PRETES
Nilai Pretes maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Menjelaskan prinsip kerja instrumen 30 %
2 Mengetahui komponen-komponen instrumen dan fungsinya 30 %
3 Menjelaskan ruang lingkup praktikum yang akan dilakukan 40 %
B. KINERJA
Nilai kinerja maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Menyiapkan alat dan bahan dengan benar 10 %
2 Melakukan preparasi larutan standar dengan benar 20 %
3 Mendapatkan hasil pengukuran yang baik 25 %
4 Melakukan pekerjaan secara berkelompok 10 %
5 Menginterpretasi hasil analisis dengan benar 25 %
6 Memperhatikan penanganan limbah dan lingkungan 10 %
C. LAPORAN
Nilai laporan maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Mencantumkan tanggal dan judul praktikum 5%
2 Menuliskan tinjauan pustaka yang meliputi prinsip dasar analis suatu 20 %
instrumen, gambar skema instrument dan fungsi setiap komponen-
komponen dari instrumen
3 Menuliskan alat praktikum dengan ukuran dan jumlah yang benar 10 %
4 Menuliskan prosedur kerja praktikum secara lengkap, jelas tahapan- 10 %
tahapannya dan sesuai dengan pekerjaan praktikum
5 Menuliskan hasil percobaan, analisis data dan kesimpulan sesuai 30 %
tujuan percobaan
6 Mengutip daftar pustaka yang relevan 10 %
Page 8 of 23
7 Menuliskan lampiran yang terdiri dari cara pembuatan larutan, data 15 %
pengamatan, dan perhitungan yang diperlukan
D. UJIAN AKHIR
Nilai ujian akhir maksimum 100 dengan kriteria sebagai berikut :
Bobot
No Indikator
Penilaian
1 Menjelaskan cara preparasi sampel dan standar 35 %
2 Menjelaskan cara pengoperasian instrumen 30 %
3 Menafsirkan hasil pemisahan/pengukuran instrumen 35 %
Page 9 of 23
INSTRUKSI KERJA SPEKTROFOTOMETER UV/VIS
1. Tujuan
Mahasiswa dapat menentukan kadar Fe(II) dalam sampel dengan menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis dan dapat mengoperasikan alat spektrofotometer UV-Vis.
2. Prinsip Dasar
Penentuan kadar besi berdasarkan pada pembentukan senyawa kompleks berwarna
antara besi (II) dengan orto-fenantrolin yang dapat menyerap sinar tampak secara
maksimal pada panjang gelombang tertentu. Banyak sinar yang diserap akan berkorelasi
dengan kuantitas analit yang terkandung di dalamnya sesuai dengan Hukum Lambert-
Beer.
Page 11 of 23
INSTRUKSI KERJA SPEKTROFOTOMETER IR
1. TUJUAN
1. Menentukan keberadaan zat aditif pada plastik kemasan melalui perlakuan
pemanasan.
2. Memahami prinsip dasar spektrometri inframerah dan menggunakannya untuk
identifikasi zat.
3. Mengembangkan kemampuan komunikasi verbal dan non verbal berkaitan dengan
hasil analisis.
2. PRINSIP DASAR
Senyawa kimia tertentu (hasil sintesa atau alami) mempunyai kemampuan menyerap
radiasi elektromagnetik dalam daerah spektrum inframerah (IR). Absorpsi radiasi IR
pada material tertentu berkaitan dengan fenomena bergetarnya molekul atau atom.
Spektrum serapan inframerah suatu senyawa mempunyai pola yang khas, sehingga
berguna untuk identifikasi senyawa (identifikasi keberadaan gugus-gugus fungsi yang
ada)
Posisi pita dalam analisa inframerah dinyatakan dalam satuan frekuensi. Frekuensi
sering dinyatakan sebagai bilangan gelombang, yakni jumlah gelombang atau panjang
gelombang per centimeter (cm –1). Daerah yang sering dianalisa dengan spektroskopi
inframerah adalah dalam kisaran 4000-600 cm-1 (setara dengan 2,5 – 25 mm) atau lebih
rendah. Hasil analisa dicatat dalam modus pemancar (%T) atau serapan (Abs).
Plastik merupakan polimer sintetik yang terbentuk dari reaksi polimerisasi monomer-
monomernya, seperti diperlihatkan pada reaksi berikut:
R R
R = -H (Polietilena)
-
= CH3 (Polipropilena)
= -C6H5 (Polistirena)
= -CH2CONH2 (Poliamida)
Page 12 of 23
Keberadaan gugus R akan mempengaruhi jenis, sifat kimia, sifat mekanik, dan
penggunaan polimer. Jenis-jenis polimer karena perbedaan gugus R dapat ditentukan
melalui metode spektrometri inframerah.
Zat aditif bermassa molekul rendah sering ditambahkan ke dalam polimer untuk
memperoleh sifat-sifat berkaitan dengan keterbakaran dan keluwesannya. Zat aditif ini
dapat berpindah ke dalam makanan-minuman jika mengalami kontak yang cukup lama
dengan makanan-minuman atau terkena perlakuan panas. Metode spektrometri
inframerah dapat digunakan untuk menentukan keberadaan zat aditif ini jika diberikan
perlakuan panas.
4. LANGKAH KERJA
a. Sediakan sampel film plastik kemasan dan gunting dengan ukuran (2 x 1) cm.
b. Buatlah dua buah guntingan film. Film pertama akan langsung diukur sedangkan
film kedua ditempatkan dalam labu erlenmeyer berisi 10 mL pelarut diklorometana.
c. Panaskan dan aduk dengan pengaduk magnet pelarut diklormetana dan film dalam
labu erlenmeyer selama 2 jam.
d. Dapatkan spektra inframerah film tanpa perlakuan dan film setelah perlakuan, dan
bandingkan spektra keduanya.
e. Dapatkan pula spektra inframerah pelarut diklorometana awal dan setelah perlakuan,
dan bandingkan spektra keduanya.
Page 13 of 23
INSTRUKSI KERJA HPLC
1. Tujuan
b. Mahasiswa memahami cara kerja instrumen HPLC untuk analisis kuantitatif.
c. Mahasiswa dapat melakukan preparasi dengan tepat dan akurat , serta dapat
mengikuti manual pengoperasian HPLC.
d. Mahasiswa dapat menentukan/menghitung kadar zat aditif dalam sampel minuman.
2. Prinsip Dasar
Teknik HPLC merupakan suatu metode kromatografi cair-cair, yang dapat
digunakan baik untuk keperluan pemisahan maupun analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif
dengan teknik HPLC didasarkan pada pengukuran luas area puncak analit dalam
kromatogram, dibandingkan dengan luas area standar. Pada prakteknya, metode
pembandingan area standar dan sampel kurang menghasilkan data yang akurat bila hanya
melibatkan satu konsentrasi standar. Oleh karena itu, dilakukan dengan menggunakan
teknik kurva kalibrasi.
Terdapat berbagai zat aditif yang digunakan oleh produsen makanan dan minuman
diantaranya : natrium benzoat, vitamin C,dan kafein untuk masing-maing tujuan tertentu.
Ketiga zat aditif tersebut merupakan senyawa yang memiliki sifat kepolaran yang berbeda,
dan memiliki gugus kromofor yang menyebabkan senyawa tersebut dapat menyerap sinar
UV. Berdasarkan karaktersitik senyawa ini memungkinkan dilakukannya analisis dengan
teknik HPLC menggunakan kolom nonpolar seperti C-18 dan fasa gerak polar.
Page 14 of 23
Gelas kimia 20 mL
Gelas ukur 500 mL
Ultrasonic vibrator
Pipet seukuran (1,2,3,4, dan 5 mL)
kertas saring whattman
membrane PTFE dan selulosa nitrat
b. Bahan
Natrium benzoat p.a 20 mg
Vitamin C standar 20 mg
Kafein 20 mg
Metanol for HPLC
Sampel minuman yang mengandung vit. C
Kalium dihidhirogenfosfat
Aquabides
asetonitril
4. Langkah Kerja
a. Pembuatan fasa gerak (Pelarut)
Hitunglah jumlah KH2PO4 yang diperlukan untuk membuat larutan KH2PO4
0.01 M sebanyak 500mL dalam akuades. Kemudian ‘ajust’ pH pada nilai 2,65
dengan asam fosfat.
Lakukan penyaringan untuk larutan KH2PO4 menggunakan membran selulosa
nitrat
Lakukan penyaring pula untuk asetonitril dengan PTFE
Hilangkan gelembung pada larutan dengan ultrasonic vibrator selama 15 menit.
Buatlah campuran larutan fasa gerak KH2PO4 dan asetonitril (60:40) untuk
keperluan larutan standar dan larutan sampel, sesuai kebutuhan
Page 15 of 23
b. Pembuatan larutan induk natrium benzoat, Vit C, dan kafein
Timbanglah zat standar natrium benzoat 20mg, vit C 20 mg dan kafein 20 mg
Campurkan ketiga zat standar dengan melarutkan dalam 50 mL fasa gerak secara
kuantitatif pada labu ukur.
Homogenkan selama 5 menit menggunakan ultra sonic vibrator.
5.3 Pembuatan deret larutan standar natrium benzoat, Vit C, dan kafein
Pipet larutan induk masing-maing 1 mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, dan 5 mL encerkan
dengan fasa gerak dalam labu ukur 10 mL.
Page 16 of 23
Waktu(menit) % asetonitril %KH2PO4
0 60 40
1 40 60
2 20 80
3 30 70
4 40 60
5 60 40
Page 17 of 23
Tutup file sesuai petunjuk, lalu matikan computer.
Untuk mematikan, tekan tombol “Off” pada pompa, detector dan power secara
berurutan. Putuskan sambungan listrik.
Page 18 of 23
INSTRUKSI KERJA GC
1. Tujuan
1.1. Mahasiswa dapat mengenal cara pengoperasian instrumen GC
1.2. Mahasiswa dapat memahami cara kerja instrumen GC untuk analisis kualitatif
1.3. Peserta dapat menentukan beberapa komponen dalam sampel premium, pertamak,
dan pertamak plus
2. Prinsip Dasar
Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan komponen-komponen dalam suatu
campuran berdasarkan perbedaan distribusi komponen-komponen ke dalam 2 fasa, yaitu
fasa gerak berupa gas dan fasa diam bisa cairan atau padatan. Selain pemisahan,
kromatografi gas juga dapat melakukan pengukuran kadar komponen-komponen dalam
sampel.
Kromatografi gas merupakan salah satu teknik kromatografi yang bisa digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa organik. Senyawa-senyawa tersebut harus mudah
menguap dan stabil pada temperatur pengujian. Senyawa yang sukar menguap atau tidak
stabil juga apat diukur tetapi harus melalui proses derivatisasi terlebih dahulu.
Komponen-komponen utama dalam instrumentasi kromatografi gas terdiri dari gas
pembawa, injektor, kolom, detektor dan recorder.
Kromatografi gas dapat digunakan untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif. Analisis
kualitatif dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi, ko-kromatografi atau
spiking, dan spektrometri.
Page 19 of 23
Standar Xilen p.a
Sampel Pertalite
Sampel pertamak
Sampel pertamak plus
4. Langkah Kerja
4.1. Siapkan Larutan standard dengan cara mencampurkan 0,5 mL hexane; 0,5 mL
toluene dan 0,5 mL xilena.
4.2. Siapkan larutan sampel pertalite/pertamax/pertamax plus sebanyak 1 mL
4.3. Siapkan larutan campuran sampel dan standar masing-masing 0,5 mL
4.4. Simaklah operator dalam menyiapkan dan menjelaskan cara mengoperasikan
instrumen GC.
Seting gas pembawa dan gas pembakar
Menyalakan GC, diikuti computer.
Mengatur parameter operasional GC
suhu injector 150ºC, suhu detector 250ºC, suhu awal kolom pada 40ºC kemudian
diprogram dengan kenaikan 8ºC permenit sampai 150ºC dipertahankan selama 2
menit , detector FID, kolom DB-5, gas pembawa H2 tekanan 4-5 Bar.
4.5. Ukurlah larutan standar, sampel dan campuran yang sudah disiapkan dengan
instrumen GC
Ambil sebanyak 0,5 µL larutan yang akan diukur dengan syringe dan injeksikan
pada GC.
4.6. Simaklah operator mengukur dan mencetak hasil
4.7. Diskusikan hasil pengukuran dengan dosen praktikum
Page 20 of 23
INSTRUKSI KERJA AAS
1. Tujuan
Melalui kegiatan ini diharapkan mahasiswa dapat:
a. mempreparasi sampel air limbah yang akan ditentukan kadar tembaganya dengan
alat spektrometer serapan atom.
b. menyiapkan larutan kerja dari larutan “stock” yang tersedia.
c. memahami prinsip penentuan kadar logam dalam suatu sampel dengan alat
spektrometer serapan atom.
2. Prinsip Dasar
Metode AAS adalah metode spektrometri yang didasari oleh adanya serapan/absorpsi
cahaya ultra violet (uv) atau visible (vis) oleh atom-atom suatu unsur dalam keadaan
dasar yang berada di dalam nyala api. Cahaya UV atau vis yang diserap berasal dari
energi yang diemisikan oleh sumber energi tertentu.
Besarnya cahaya yang diserap oleh suatu atom dalam keadaan dasar sebanding dengan
konsentrasinya. Hal ini berdasarkan hukum Lambert-Beer yang secara sederhana
dirumuskan sebagai berikut:
A=abC
Keterangan:
A = absorbansi/ daya serap
a = absorftivitas
b = lebar kuvet (cm)
C = konsentrasi
Dengan cara kurva kalibrasi, yaitu hubungan linier antara absorbansi (sumbu Y) dan
konsentrasi (sumbu X), kita dapat menentukan konsentrasi suatu sampel.
Ada tiga komponen alat yang utama dalam SSA, yaitu (1) unit atomisasi, berupa nyala
api dari pembakaran bahan bakar tertentu dengan oksidan; (2) sumber energi, berupa
hollow cathode; dan (3) unit pengukur fotometrik, terutama berupa detektor yang
dapat mendeteksi intensitas cahaya yang melaluinya.
Page 21 of 23
3. Alat dan Bahan
a. Alat
Labu takar 50 mL 2 buah
Labu takar 25 mL 4 buah
Pipet tetes 1 buah
Gelas kimia 100 mL 1 buah
Gelas kimia 600 mL 1 buah
Corong kecil 1 buah
Pipet ukur 1 mL 1 buah
Hot plate 1 buah
Kaca arloji 1 buah
b. Bahan
Larutan HNO3 0,2M
Larutan stock Cu(II) 1000 ppm
4. Langkah Kerja
a. Preparasi sampel
Ambil 50 mL sampel dan masukkan ke dalam gelas kimia 100 mL.
Tambahkan 2,5 mL HNO3 pekat, aduk, kemudian uapkan di atas hot plate sampai
volumenya menjadi + 15 mL.
Tambahkan lagi 2,5 mL HNO3 pekat, tutup dengan kaca arloji dan panaskan
kembali sampai warna larutan jernih.
Dinginkan larutan sampel, tambahkan sedikit aquades dan tuangkan ke dalam
labu takar 50 mL
Tepatkan volume sampel sampai dengan 50 mL dengan cara menambahkan
aquades.
Jika masih ada yang tidak larut saring dengan kertas saring Whatmann.
b. Pembuatan Larutan blanko
Buatlah larutan blanko berupa larutan HNO3 yang memiliki pH 2,0.
c. Pembuatan larutan kerja Cu (II)
Page 22 of 23
Buatlah larutan kerja Cu(II) dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm; dengan
cara mengencerkan larutan stock dengan larutan blanko.
Catatan:
Untuk larutan kerja konsentrasi terkecil dibuat dalam labu takar 50 mL, sedangkan
untuk larutan standar lainnya dibuat dalam labu takar 25 mL.
d. Pembuatan kurva kalibrasi dan pengukuran konsentrasi sampel
Ukur absorbansi masing-masing larutan kerja yang telah anda siapkan dimulai
dari konsentrasi terendah.
Ukur absorbansi larutan sampel.
Buat grafik hubungan absorbansi vs. konsentrasi dengan program Excell,
Tentukan persamaan matematik hubungan linier antara absorbansi dengan
konsentrasi.
Tentukan konsentrasi (ppm) tembaga(II) dalam larutan contoh uji.
Page 23 of 23