Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Desa

2.1.1 Pengertian Desa

Secara etimologi istilah desa berasal dari bahasa sansekerta,

yaitu dari kata deshi yang artinya tanah kelahiran atau tanah tumpah darah.

Secara istilah desa diartikan sebagai suatu wilayah yang letaknya jauh dari

keramaian kota, serta dihuni oleh sekelompok masyarakat yang sebagian

besar mata pencahariannya disektor pertanian. Menurut Sutardjo

Kartohardikusumo (Luthfia, 2013) desa merupakan kesatuan hukum

dimana masyarakat yang bertempat tinggal di desa tersebut mengatur

pemerintahannya sendiri. Dalam menjalankan pemerintahan desa,

penduduk memiliki lembaga- lembaga dan peraturan yang ditetapkan dan

dibentuk sendiri oleh masyarakat desa. Desa merupakan suatu komunitas

kecil yang terikat pada lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal

(secara menetap) maupun bagi pemenuhan kebutuhannya sangat

bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama

masyarakat di desa. Sedangkan pengertian desa menurut para ali sebagai

berikut:

1. Paul H. Landis, mendefinisikan desa dalam 3 definisi yaitu desa

sebagai suatu lingkungan yang memiliki penduduk kurgai suatu

lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan yang akrab dan


serba informal diantara sesama, sebagai suatu lingkungan yang

penduduknya tergantung kepada pertanian.

2. R. Bintarto (Soleh, 2017) mendefinisikan desa sebagai perwujudan

geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial,

ekonomis politik, kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh

timbal balik dengan daerah lain.

3. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 pasal 1 ayat 1 tentang desa,

desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

desa merupakan suatu tempat terpencil atau terpelosok yang padat akan

penduduk, dimana mata pencahariannya rata rata di sektor petanian.

2.1.2 Karakteristik Desa

Karakteristik desa secara umum dapat dilihat dari kondisi alam

dan kehidupan masyarakatnya. Kondisi alam di desa ditunjukkan dengan

lahan yang di dominasi oleh sawah, kebun, ladang yang dimanfaatkan

penduduk sebagai sumber penghasilan. Karakteristik mayarakat desa yang

masih menjunjung tinggi etika dan budaya setempat seperti suka

bergotong royong, kekeluargaan, suka bermusyawarah, religius, hidup

sederhana, ramah, saling mengenal dengan baik sesama tetangga karena


corak kehidupan masyarakat desa relatif homogen dan memiliki hubungan

yang intim dan awet. Menurut Jamaludin (2015) kehidupan masyarakat

desa dicirikan dengan karakteristik diantaranya:

1. Umumnya hidup dalam situasi kemiskinan dengan pencaharian

yang bergantung pada kondisi geografis desa seperti petani,

nelayan, ternak, kerajinan tangan dan pedagang kecil.

2. Masyakarakat memenuhi kebutuhan untuk makan dari bahan-

bahan yang ditanam sendiri di kebun atau sawah miliknya.

3. Dalam kehidupan sehari-hari sangat memegang teguh tradisi, nilai-

nilai dan adat secara turun-temurun untuk memelihara

kelangsungan hidupnya dan lingkungannya

4. Secara psikologis, masyarakat desa cenderung memiliki sifat yang

suka curiga terhadap orang luar. Disisi lain, masyarakat desa dapat

bersikap suka membantu, cermat, dan menghormati orang lain.

Beberapa ciri khas yang menggambarkan penduduk desa ialah

sebagai berikut:

1. Kehidupan dan mata pencaharian di desa sangat erat hubungannya

dengan alam

2. Pada umumnya anggota keluarga mengambil peran dalam

kegiatan bertani dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda

3. Masyarakat desa sangat terikat dengan lingkungan dan nilai-nilai

yang dianutnya
4. Terbangun kekerabatan yang kuat, pola kehidupan keluarga dan

masyarakat yang saling bergantung sehingga berkembang nilai

gotong royong dan suka bekerja sama, memiliki perasaan

sepenanggungan dan tolong-menolong

5. Kehidupan masyarakat desa masih tampak bercorak feodalisme

meskipun dalam perkembangannya mulai berkurang

6. Masyarakat desa banyak yang berkaitan dengan tradisi, norma, adat

yang berkembang secara turun-temurun dan rutin dilakukan

sehingga masyarakat desa cenderung dikatakan "statis"

7. Keterbukaan dan Keterlibatan dalam hal keagamaan sangat kental.

8. Angka kemiskinan di desa cukup tinggi disebabkan karena kondisi

alam atau kepadatan penduduk dengan beban tanggungan keluarga

besar dan lahan pekerjaan bagi masyakarat yang terbatas

2.1.3 Tipiologi Desa

Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan daerah

tertinggal dan transmigrasi Nomor 16 Tahun 2018 menyebutkan bahwa

tipologi desa merupakan fakta, karakteristik dan kondisi nyata yang khas

dengan keadaan terkini di desa maupun keadaan yang berubah

berkembang dan diharapkan terjadi di masa depan (visi desa). Tipologi

desa mempertimbangkan keadaan geografis, sosiologis, ekonomi, serta

perubahan atau perkembangan dan kemajuan desa. Berikut merupakan

tipologi desa ditinjau dari tingkat perkembangan suatu desa (Jamaludin,

2015):
1. Pradesa Bentuk ini merupakan tipologi paling sederhana dan disebut

sebagai permukiman sementara. Permukiman sementara yang dimaksud

ialah desa hanya dijadikan tempat persinggahan dalam satu perjalanan bagi

orang-orang yang memiliki kebiasaan berpindah-pindah dan kemudian

ditinggalkan lagi. Tipologi pradesa dicirikan sebagai berikut:

a. Tidak ada orang atau keluarga yang menetap secara permanen

b. Semua penghuni akan berpindah lagi pada saat panen selesai atau

saat lahan sebagai sumber perekonomian tidak memberikan hasil

yang memadai

c. Tidak memungkinkan berkembangnya organisasi atau lembaga

sosial karena masyarakat hanya tinggal secara sementara.

2. Desa Swadaya Tipologi desa ini merupakan desa yang paling terbelakang

apabila ditinjau dari produksi desa yang tergolong rendah. Disisi lain

sarana dan prasarana juga masih minim serta perekonomian masyarakat

sangat bergantung dengan kondisi alam sehingga pendapatan masyarakat

tidak stabil. Desa swadaya memiliki masyarakat yang masih kental dengan

budaya dan kehidupan tradisional serta sangat terikat dengan adat istiadat.

Secara umum, ciri-ciri desa swadaya adalah sebagai berikut:

a. Lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian pada sektor

primer (berburu, menangkap ikan, dan bercocok tanam secara

tradisional)

b. Produksi desa sangat rendah, yaitu di bawah 50 juta rupiah per

tahun
c. Adat-istiadat masih mengikat kuat. d. Pendidikan dan

keterampilan rendah, kurang dari 30% yang lulus sekolah dasar

d. Prasarana masih sangat kurang

e. Kelembagaan formal ataupun informal kurang berfungsi dengan

baik

f. Swadaya masyarakat masih sangat rendah sehingga

pembangunan desa sering menunggu instruksi dari atas.

3. Desa Swakarsa Desa swakarsa merupakan desa yang mengalami

perkembangan lebih maju dibandingkan desa swadaya. Kemajuan desa

swakarsa ditunjukkan dengan karakteristik penduduknya yang mulai

beralih dari hal-hal yang bersifat tradisional menjadi modern seperti

memanfaatkan teknologi dalam menunjang mata pencahariannya. Hal itu

menyebabkan penduduk pada desa swakarsa mulai melakukan peralihan

mata pencaharian dari sektor primer ke sektor lain. Secara umum, ciri-ciri

desa swakarsa adalah sebagai berikut:

a. Mata pencaharian penduduk mulai bergeser dari sektor primer ke

industri. Penduduk desa mulai menerapkan teknologi pada usaha

taninya. Selain itu, kerajinan dan sektor sekunder mulai

berkembang

b. Produksi desa masih pada tingkat sedang, yaitu 50- 100 juta

rupiah setiap tahun

c. Kelembagaan formal dan informal mulai berkembang, yaitu 4-6

lembaga yang hidup


d. Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat

sedang, sektor 30-60% telah lulus SD, bahkan ada beberapa yang

telah lulus sekolah lanjutan

e. Fasilitas dan prasarana mulai ada meskipun tidak lengkap, yaitu

4-6 sarana umum yang tersedia di masyarakat

f. Swadaya masyarakat dan gotong royong dalam pembangunan

desa mulai tampak, meskipun tidak sepenuhnya

4. Desa Swasembada merupakan desa yang memiliki kemandirian lebih

tinggi dalam segala bidang yang berkaitan dengan aspek sosial dan

ekonomi. Desa swasembada mulai berkembang dan maju serta penduduk

sudah tidak terikat dengan adat-istiadat atau pola tradisional. Prasarana dan

sarana lebih lengkap dengan perekonomian lebih mengarah pada industri

barang dan jasa. Sektor primer dan sekunder lebih berkembang. Ciri-ciri

desa swasembada adalah sebagai berikut.

a. Sebagian besar mata pencaharian penduduk berada dalam sektor

jasa dan perdagangan atau lebih dari 55% penduduk bekerja pada

sektor tertier

b. Produksi desa tinggi dengan penghasilan usaha di atas 100 juta

rupiah setiap tahun

c. Adat-istiadat tidak mengikat lagi meskipun sebagian masyarakat

masih menggunakannya

d. Kelembagaan formal dan informal telah berjalan sesuai fungsinya

dan telah ada 7-9 lembaga yang hidup


e. Keterampilan masyarakat dan pendidikannya pada tingkat 60%

telah lulus SD, sekolah lanjutan, bahkan ada beberapa yang telah

lulus perguruan tinggi

f. Fasilitas dan prasarana mulai lengkap dan baik

g. Penduduk sudah memiliki inisiatif sendiri melalui swadaya dan

gotong royong dalam pembangunan desa.

2.2 Konsep Penyakit COVID-19

2.2.1 Pengertian COVID-19

Covid-19 COVID-19 merupakan singkatan dari Coronavirus

disease 2019 adalah penyakit jenis baru yang disebabkan oleh virus Severe

Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-Cov-2) yang

sebelumnya disebut Novel Coronavirus (2019-nCov). Virus baru ini sangat

menular dan cepat menyebar secara global. Infeksi coronavirus ditandai

dengan analis Kebijakan Puslitbang Sumberdaya dan Pelayanan Kesehatan

dengan demam dan gejala pernapasan seperti batuk, sesak napas, dan

kesulitan bernapas. Pada kondisi parah dapat menyebabkan pneumonia,

sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, bahkan kematian. Kasus penyakit

ini bermula dari penemuan kasus pneumonia dengan etiologi tidak jelas di

Wuhan, Provinsi Hubei, Cina yang diinformasikan WHO pada 31

Desember 2019.

Kasus penyakit tersebut terus berkembang dan dilaporkan

menyebabkan kematian serta menyebar ke luar Cina. Sesuai dengan

International Health Regulation 2005, pada tanggal 30 Januari 2020 WHO


menyatakan wabah ini sebagai Public Health Emergency of International

Concern (PHEIC) atau kita sebut sebagai Kedaruratan Kesehatan

Masyarakat yang Meresahkan Dunia/KKMMD karena telah menyebar ke

18 negara dengan 4 negara yang melaporkan transmisi ke manusia. Pada

perkembangan selanjutnya Covid-19 menyebar ke 114 negara sehingga

pada tanggal 11 Maret 2020 WHO menetapkan sebagai pandemik. SARS-

Cov-2 ditetapkan oleh International Committee on Taxonomy of Viruses

(ICTV) dan diumumkan sebagai nama virus baru pada tanggal 11 Februari

2020. Karena berdasarkan hasil analisis filogenik, coronavirus yang

menyebabkan Covid-19 adalah betacoronavirus, subgenus yang sama

dengan SARS tetapi dalam clade yang berbeda. Struktur wilayah gen

pengikat reseptor sangat mirip dengan coronavirus SARS.

2.2.2 Etiologi

Corona virus adalah virus RNA untai positif dengan penampilan

seperti mahkota di bawah mikroskop elektron karena adanya lonjakan

glikoprotein pada amplop. Seperti telah diketahui di atas, virus penyebab

Covid-19 adalah SARS-Cov2 yang termasuk dalam kategori

betacoronavirus. Virus ini memiliki bentuk bulat atau ellips dan sering

pleomorfik dengan diameter sekitar 60-140 nanometer dan sensitif

terhadap sinar ultraviolet dan panas serta dapat dinonaktifkan oleh pelarut

lipid seperti eter (70%), etanol, desinfektan yang mengandung chlorin,

asam peroksiasetat dan chloroform (kecuali chlorheksidin). Genom RNA

untai tunggalnya mengandung 29891 nukleotida yang mengkode 9860


asam amino. Hasil analisis genom, menunjukkan SARS-cov-2 mungkin

berevolusi dari strain yang ditemukan pada kelelawar. Lama virus corona

bertahan di permukaan benda berbeda-beda. Lembaga Eikjman melalui

facebook menyatakan bahwa virus corona dapat bertahan di benda masing-

masing sebagai berikut: aluminium (2-8 jam), besi (48 jam), kaca (4 hari),

plastik (5 hari), sarung tangan medis (8 jam), kertas (4-5 hari), dan kayu 4

hari.

2.2.3 Transmisi

Penularan covid-19 ini terjadi dikarenakan, dari hewan ke

manusia yang merupakan mekanisme utama pertama kali kasus Covid-19

di Wuhan karena terkait paparan langsung ke pasar grosir makanan laut

Huanan. Selanjutnya penularannya dari manusia ke manusia dan orang

yang bergejala yang merupakan sumber penyebaran Covid-19 yang paling

sering. Terakhir, Penularan dari orang ke orang melalui kontak langsung

dan percikan (droplet). Menurut sumber dari CDC penularan orang ke

orang meliputi kontak erat satu sama lain dalam jarak sekitar 6 kaki dan

melalui droplet. Pada penularan melalui droplet, virus dilepaskan dalam

sekresi pernapasan ketika seseorang infeksi batuk, bersin atau berbicara.

Hal tersebut dapat menginfeksi orang lain bila melakukan kontak langsung

dengan selaput lendir. Droplet biasanya tidak bergerak lebih dari 6 kaki

atau sekitar dua meter dan tidak berlama-lama udara.

Selain itu, seseorang mungkin bisa mendapatkan Covid-19

dengan menyentuh permukaan atau benda yang memiliki virus di atasnya


kemudian menyentuh mulut, hidung atau mata mereka sendiri, tetapi ini

bukan cara penularan yang utama.' Transmisi aerosol juga dimungkinkan

dalam kasus paparan yang berkepanjangan terhadap peningkatan

konsentrasi aerosol di ruang tertutup. Penularan dari orang yang belum

bergejala jarang terjadi, namun tidak dapat dikesampingkan. Pada buku

Panduan Menghadapi Virus Corona 2019 Model RRC di Cina yang sudah

diperbaharui, sumber infeksi utama adalah pasien konfirmasi positiv

Covid-19 dan pembawa (carier) Covid-19 yang tidak menunjukkan gejala

klinis juga dapat menjadi sumber infeksi. Informasi terakhir, WHO

mengatakan penyakit pernapasan menyebar melalui kontak manusia ke

manusia, butiran-butiran yang dibawa melalui bersin dan batuk serta

kuman yang tertinggal pada benda mati. Virus corona dapat melayang di

udara dan tetap menggantung di udara tergantung pada faktor panas dan

kelembaban. Pejabat kesehatan merekomendasikan staf medisnya

menggunakan masker N95 karena dapat menyaring semua partikel cair

maupun udara/airborne sekitar 95%.

2.2.4 Masa Inkubasi

Masa inkubasi merupakan periode saat pasien terpapar virus

pertama kali sampai timbul gejala klinis. Masa inkubasi Covid-19

diperkirakan dalam 14 hari setelah paparan, namun sebagian besar kasus

terjadi sekitar 4-5 hari setelah paparan. Hasil penelitian terhadap 1099

pasien positif Covid-19 yang dilakukan Guan et all, masa inkubasi rata-

rata adalah 4 hari dengan rentang interkuartil 2-7 hari.


2.2.5 Manifestasi Klinis dan Keparahan

Manifestasi klinik paling serius dari Covid-19 adalah

pneumonia yang ditandai terutama dengan demam, batuk, sesak napas dan

infiltrate di kedua paru pada pemeriksaan chest imaging. Tidak ada

gambaran klinis spesifik yang dapat membedakan penyakit ini dengan

infeksi pernapasan virus lainnya. Hasil penelitian dari 138 pasien dengan

pneumonia Covid-19 di Wuhan. Gejala klinis yang umum pada awal

penyakit adalah demam (99%), kelelahan dalam (70%), batuk kering

(59%), anoreksia (40%), myalgia (35%), dispnea (31%), produksi dahak

(27%). Dalam penelitian lain, demam dilaporkan pada hampir semua

pasien tetapi sekitar 20% memiliki demam dengan tingkat sangat rendah

(<38 C). Gejala lain adalah sakit kepala, sakit tenggorokan dan rhinorea.

Gejala gastrointestinal seperti mual diare juga dilaporkan pada beberapa

pasien tetapi relative jarang gterjadi. Komplikasi utama pada pasien yang

parah adalah acute respiratory distress syndrome (ARDS). Usia lebih 65

tahun, diabetes mellitus dan hipertensi masing-masing dikaitkan dengan

ARDS. Komplikasi lain aritmia, acut cardiac injury dan syok masing-

masing dilaporkan 17,7% dan 9%. Waktu pemulihan pasien Covid-19

menurut WHO sekitar 2 minggu untuk infeksi ringan dan 3-6 minggu

untuk penyakit parah. Hasil temuan Guan et all, gejala Covid-19 yang

paling umum adalah demam (43,8% saat masuk dan 88,7% selama rawat

inap), dan batuk (67,8%). Gejala diare jarang terjadi, hanya 3,8% kasus.

Spektrum klinis Covid-19 bervariasi mulai dari tanpa gejala/asimptomatik

sampai kondisi klinis berat yang ditandai kegagalan pernapasan yang


membutuhkan ventilasi mekanis dan perawatan di ICU hingga manifestasi

multi organ dan sistemik, sepsis, syok septic dan sindrom disfungsi

multiorgan.

Penulis laporan Pusat pengendalian dan Pencegahan Penyakit

Tiongkok, membagi manifestasi klinis penyakit Covid-19 berdasarkan

tingkat keparahan sebagai berikut:

a. penyakit: ringan (non pneumonia atau pneumonia ringan) terjadi

pada 81% kasus.

b. penyakit berat (dispnea, frekuensi pernapasan >30x/menit, saturasi

oksigen/SpO2 < 93%, rasio Pa02/FiO2 < 300 dan atau infiltrat paru

50% dalam 24-48 jam), terjadi pada 14% kasus.

c. Penyakit kritis (gagal napas, syok septik atat disfungsi multiorgan)

yang terjadi pada 5% kasus. Tingkat fatalitas kasus secara

keseluruhan adalah 2,3%. Pada kasus-kasus non kritis tidak

dilaporkan ada kematian. Menurut WHO, tingkat fatalitas kasus

berkisar 5,8% di Wuhan hingga 0,7% di seluruh Tiongkok. Sebagian

besar kasus fatal terjadi pada pasien usia lanjut atau komorbiditas

medis yang mendasari di antaranya penyakit kardiovaskuler,

diabetes mellitus, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, dan kanker.

2.2.6 Pengobatan

Pengobatan Tidak ada antivirus khusus yang

direkomendasikan untuk Covid-19 dan tidak ada vaksin sampai saat ini.

Perawatan dilakukan simptomatik dan terapi oksigen untuk pasien dengan


infeksi berat. Untuk kasus-kasus kegagalan pernapasan yang refrakter

terhadap terapi oksigen mungkin diperlukan ventilasi mekanik dan

dukungan hemodinamik sangat pentik untuk mengelola syok septik. Dari

pengalaman negara yang sudah banyak pasien sembuh dan hasil penelitian

bahwa invitro, Chloroquin dan hydroxychloroquin memiliki aktivitas

antivirus di mana keduanya dapat mengurangi replikasi virus. Namun,

hydroxykhloroquin menunjukkan aktivitas anti SARS-Cov-2 in vitro yang

lebih baik." Karena masih belum ditemukannya terapi khusus yang

tersedia untuk SARS-Cov-2, penanganan awal dan pencegahan

penyebaran lebih lanjut akan sangat penting untuk menghentikan wabah

yang sedang berlangsung dan untuk mengendalikan infeksi Novel

Coronavirus.

2.2.7 Pencegahan

Tindakan pencegahan merupakan strategi untuk membatasi

penyebaran kasus. Strategi pencegahan difokuskan pada isolasi pasien dan

pengendalian infeksi secara hati-hati termasuk langkah-langkah yang tepat

untuk diadopsi selama diagnosis dan pemberian perawatan klinis kepada

pasien yang terinfeksi. Kesehatan Internasional (WHO) dan organisasi lain

telah mengeluarkan rekomendasi umum di antaranya hindari kontak dekat

dengan subyek yang menderita infeksi pernapasan akut (Physical

Distancing), cuci tangan sesering mungkin terutama setelah kontak dengan

orang yang terinfeksi atau lingkungannya, hindari kontak tanpa


perlindungan dengan peternakan atau hewan liar, orang dengan gejala

infeksi saluran napas akut harus menjaga jarak.

Kesehatan Internasional (WHO) dan organisasi lain telah

mengeluarkan rekomendasi umum di antaranya hindari kontak dekat

dengan subyek yang menderita infeksi pernapasan akut (Physical

Distancing), cuci tangan sesering mungkin terutama setelah kontak dengan

orang yang terinfeksi atau lingkungannya, hindari kontak tanpa

perlindungan dengan peternakan atau hewan liar, orang dengan gejala

infeksi saluran napas akut harus menjaga jarak, menutupi batuk atau bersin

dengan tissue atau kain sekali pakai dan mencuci tangan, memperkuat

langkah- langkah kebersihan yang ketat untuk pencegahan dan

pengendalian infeksi khususnya departemen darurat medis, individu yang

immunocompromise harus menghindari pertemuan publik. Strategi yang

paling penting dilakukan masyarakat adalah sering cuci tangan,

menggunakan handsanitizer dan menghindari kontak langsung dengan

orang lain. Serta petugas kesehatan yang merawat pasien terinfeksi harus

menggunakan tindakan pencegahan dengan menggunakan APD seperti

masker N95, pelindung mata, baju, dan sarung tangan untuk mencegah

penularan.

Rekomendasi standar dari WHO dan Kementerian Kesehatan

untuk mencegah penyebaran infeksi termasuk mencuci tangan secara

teratur, menutupi mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, memasak

daging dan telur dengan saksama. Hindari kontak dekat dengan siapa pun
yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.

adalah sering cuci tangan, menggunakan handsanitizer dan menghindari

kontak langsung dengan orang lain. Serta petugas kesehatan yang merawat

pasien terinfeksi harus menggunakan tindakan pencegahan dengan

menggunakan APD seperti masker N95, pelindung mata, baju, dan sarung

tangan untuk mencegah penularan. Rekomendasi standar dari WHO dan

Kementerian Kesehatan untuk mencegah penyebaran infeksi termasuk

mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika batuk

dan bersin, memasak daging dan telur dengan saksama. Hindari kontak

dekat dengan siapa pun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan

seperti batuk dan bersin.

2.3 Konsep Penerapan PHBS

2.2.8 Pengertian PHBS

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan suatu cara

yang harus dilakukaan untuk menjaga kesehatan yang optimal untuk

semua orang. PHBS adalah bagian dari perilaku yang dipraktekan oleh

semua orang atas dasar kesadaran akan hidup sehat atas dasar itulah,

masyarakat harus diberikan informasi untuk meningkatkan

pengetahuaanya dalam menghadapi dan melewati pandemic COVID-19.

Dalam hal ini diperlukan adanya sosialisasi berkelanjutan terkait perilaku

hidup sehat dikarenakan kebanyakan masyarakat masih belum mengerti

dan mereka masih menganggap PHBS ini tidak penting.

2.2.9 Indikator PHBS


PHBS terdiri diantara beberapa indikator diantaranya

melakukan 3M dimasa pandemik; Memakai masker, Mencuci tangan

dengan sabun, dan Menjaga jarak dari kerumunan.

1. Memakai masker

Penggunaan masker merupakan metode utama untuk mengantisipasi

pencegahan penyebaran COVID-19. Memakai masker merupakan salah

satu cara yang paling efektif untuk mencagah terjadinya penularan

COVID-19. Masker yang direkomendasikan bukanlah sembarang masker,

namun diupayakan untuk memakai masker yang terbuat dari kain. Dalam

artian, masker ini terdiri dari 3 lapis. Lapisan pertama adalah adalah

lapisan kain hidrofilik contohnya kain katun, yang kemudian lapisan kedua

dan ketiga menggunakan kain yang dapat mendukung filtrasi yang lebih

optimal. Alasan dianjurkannya menggunakan maske kain karena pertama,

masker kain bisa digunakan maksimal 4 jam. Kedua, masker kain dengan

praktis dapat digunakan secara berulang dengan cara di cuci. Ketiga, harga

masker kain dapat dijangkau oleh masayarakat dan juga dapat diproduksi

oleh warga sendiri untuk meningkatkan taraf perekonomian.

Adapun hal-hal yang harus dihindari saat menggunakn masker kain

sebagai berikut:

a. Jangan gunakan masker yang sudah dicuci berulang kali (yang sudah

rusak)

b. Hindari pemakaian masker dibawah hidung

c. Jangan membuka masker ketika berada didekat orang lain

d. Jangan memakai masker yang membuat susah bernapas


e. Jangan memakai masker yang basah dan kotor

f. Jangan pernah meminjamkan masker kepada orang lain

2. Mencuci tangan dengan sabun

Cuci tangan dengan sabun merupakan salah satu cara yang efektif

untuk mencegah penyebaran COVID-19. Cuci tangan dengan sabun adalah

tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan sela sela jari

menggunakan air dan sabun hingga bersih. Tangan merupakan salah satu

bagian organ tubuh yang paling mudah terkontaminasi dengan bakteri,

virus, dan parasit. Ketika memegang sesuatu dan berjabat tangan tentunya

terdapat virus dan kuman yang menempel pada tangan kita. Oleh karena

itu, pada masa pandemi untuk selalu mencuci tangan sebelum atau sesudah

melakukan aktivitas.

Langkah – langkah mencuci tangan yang baik dan benar menurut

WHO sebagai berikut:

 Menggunakan sabun cair

a. Basahi tangan dengan air mengalir

b. Tuangkan sabun dengan secukupnya untuk menutupi semua

permukaan tangan

c. Gosok kedua telapak tangan

d. Telungkukkan kedua tangan secra bergatian

e. Mengatup mengunci kedua telapak tangan secara bergantian

f. Memutar ibu jari secara bergantian

g. Menggosok ujung jari

h. Bilaslah dengan air sampai bersih


 Menggunakan hand rub

a. Semprotkan atau tuangkan hand rub secukupnya untuk

menutupi semua peemukaan tangan

b. Gosok kedua telapak tangan yang sudah basah dengan hand

rub

c. Telungkukkan kedua telapak tangan secara begantian

d. Mengatup mengunci kedua telapak tangan secara begantian

e. Memutar ibu jari secara bergantian

f. Mnggosok ujung jari

3. Menjaga jarak dari kerumunan

Mejaga jarak atau dikenal dengan Physical Distancing merupakan

salah satu metode untuk mengurangi penyebaran COVID-19 karena

dengan menjaga jarak diharapkan dapat memutus mata rantai penyebaran

virus corona. Virus tersebut dapat menular melalui percikan cairan ludah

dan ingus dari orang yang positif interfeksi corona, jika droplet tersebut

mengenai seseorang dan terpegang dengan jari maka sangat dimungkinkan

akan menular kepada orang tersebut sehingga pemerintah menganjurkan

untuk melakukan jaga jarak. Anjuran pemerintah untuk mealkukan jaga

jarak tersebut diiringi dengan perintah dirumah saja (stay at home) dalam

kurun waktu minimal 14 hari atau lebih untuk menekan jumlah

penyebaran virus corona tersebut.

Berdasarkan pernyataan diatas sosial distancing/ Physical

Distancing atau menjaga jarak dapat diartikan berupa serangkaian tindakan

pengendalian infeksi nonfarmasi yang dimaksudkan untuk menghentikan


atau memperlambat penyebaran COVID-19. Jaga jarak yang dimaksudkan

minimal 1 – 2 meter untuk menghindari paparan virus corona.

Anda mungkin juga menyukai