2. Orang tua dan saudara yang telah memberikan dukungan moril dan materiil
selama penulis kuliah dan menyelesaikan proposal ini
Penyusun
Daftar isi
1. Sampul ...............................................................................................................
2. Kata pengantar...................................................................................................
3. Daftar isi ............................................................................................................
4. Bab 1:Pendahuluan............................................................................................ 1
1.1.................................................................................................................... Latar
belakang..................................................................................................... 1
1.2.................................................................................................................... Rumus
an masalah................................................................................................. 3
1.3....................................................................................................................... Tuju
an penelitian................................................................................................. 3
1.4....................................................................................................................... Man
faat penelitian............................................................................................... 4
5. Bab 2 :Pembahasan ............................................................................................. 5
2.1. Pengertian dan perbedaan minimarket dengan pasar tradisioanl..................... 5
2.1.1.Pengertian minimarket.......................................................................... 5
2.1.2. Pengertian pasar tradisional................................................................. 6
2.2.3. Perbedaan minimarket dan pasar tradisional....................................... 7
2.2. Prosedur penerbitan perizinan dalam mendirikan minimarket........................ 8
2.3. Pelanggaran pelanggaran yang dilakukan minimarket.................................... 23
2.4. Sanksi yang dijatuhkan bagi pelanggar............................................................ 25
6. Bab 3 : Penutup................................................................................................ 26
3.1. Kesimpulan.................................................................................................. 26
3.2. Saran-saran.................................................................................................. 27
7. Lampiran........................................................................................................... 28
8. Daftar pustaka.................................................................................................. 29
BAB I
PENDAHULUAN
1
biasanya ada proses tawar menawar serta tempat belanja yang kurang
nyaman.
Minimarket merupakan salah satu bentuk dari pasar modern.
Minimarket adalah sarana/tempat usaha untuk melakukan penjualan barang-
barang kebutuhan sehari-hari secara eceran dan langsung kepada konsumen
akhir dengan cara swalayan. Lahirnya minimarket di Indonesia diperkirakan
pada tahun 1988 yang dipelopori oleh perusahaan Indofood Group, kemudian
disusul oleh perusahaan lainya seperti Hero Supermarket, Alfamart dan lain
sebagainya. minimarket telah banyak berkembang termasuk ke daerah seiring
dengan perubahan pola belanja masyarakat. Dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, 3 ini tahun minimarket
telah banyak berkembang termasuk ke daerah seiring dengan perubahan pola
belanja masyarakat. Perkembangan pasar modern khususnya minimarket saat
ini sangat agresif. Minimarket tidak hanya berada di kota besar, melainkan
telah memasuki wilayah pedesaan bahkan wilayah pemukiman rakyat.
Persaingan antara pasar tradisional dan pasar modern pun tidak dapat
dihindari. Pelayanan dan kualitas barang di minimarket relatif lebih baik serta
harga promosi yang ditawarkan relatif lebih murah. Selain itu minimarket juga
mempromosikan harga barang dengan cukup menarik misalnya dengan
spanduk atau baliho. Akibatnya persaingan ketat antara pasar tradisional/
pedagang eceran dan pasar modern tidak dapat dihindari. Hal ini
mengharuskan penjual di pasar tradisional mangalami penurunan omset
penjualan, jumlah pelanggan dan persentase keuntungan dan pada akhirnya
bagi pedagang kecil yang tidak dapat mempertahankan usahanya tersebut
maka akan mengalami “gulung tikar‟.
Selain faktor semakin meningkatnya pertumbuhan minimarket dan
sistem promosi yang menarik yang dilakukan oleh pasar modern, jarak antara
minimarket dan pasar tradisional sangat berdekatan, hal ini tidak sesuai
dengan konsistensi penerapan syarat “jarak” dalam penerbitan perizinan
minimarket, sehingga tidak dapat dipungkiri bisa membawa permasalahan bagi
2
pasar tradisional khususnya pedagang kecil yang berada di sekitar lokasi
minimarket.
Perkembangan pasar modern dikhawatirkan dapat mematikan usaha
kecil dan menengah (UKM), untuk itu keberadaan pasar modern ini perlu ditata
dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sehingga
perekonomian daerah dapat berjalan dengan baik dan estetika ruang kota
dapat terwujud. Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo) mendesak
pemerintah untuk dibuatkan kuota yang membatasi jumlah minimarket di suatu
wilayah, terkait dengan semakin menjamurnya toko modern skala kecil
tersebut. Dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan yang diatur baik dalam
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 tahun 2007 tentang
Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern maupun peraturan Mentri Perdagangan Republik Indonesia Nomor :
53/MDAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pelaksanaan kebijakan
tersebut masih belum terealisasi dengan baik. misalnya beberapa saat ini masih
sering ditemui minimarket yang berada tidak jauh dari pasar
tradisional/pedagang eceran atau kurang dari 250 meter. Maka dari itu pada
kesempatan ini kami akan membahas tentang “Konsistensi penerapan syarat
“jarak” dalam penerbitan perizinan minimarket di Kabupaten Lumajang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana konsistensi penerapan jarak dalam penerbitan perizinan
minimarket dikabupaten Lumajang
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memahami
penerapan syarat “jarak” dalam penerbitan perizinan minimarket.
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitain ini adalah
1. Akademis
Memperkaya Khazanah keilmuan Ilmu Pemerintahan dan menambah
wawasan bagi penulis dan para pembaca pada umumnya mengenai
implementasi kebijakan tentang persyaratan dan penataan minimarket.
2. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
kepada instansi pemerintah dalam hal ini pembuat kebijakan.
3. Masyarakat
a. Pengusaha dan pedagang eceran
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pengusaha
minimarket terkait persyaratan dan penataan minimarket.
b. Masyarakat/ konsumen
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana kepada masyarakat
umum mengenai implementasi peraturan pemerintah tentang
Persyaratan dan Penataan Minimarket.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan perbedaan minimarket dan pasar tradisional
2.1.1 Pengertian minimarket/pasar modern
Menurut peraturan menteri perdagangan republik indonesia
nomor : 53/m-dag/per/12/2008
Toko Modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri,
menjual berbagai jenis barang secara eceran yang berbentuk
Minimarket, Supermarket, Department Store, Hypermarket ataupun
grosir yang berbentuk Perkulakan..
Pengertian Minimarket Secara Kata merupakan gabungan dari kata,
“mini” dan “market”. Mini berarti “kecil” sedang market berarti
“pasar”.
Jadi minimarket adalah sebuah pasar yang kecil, atau diperjelas
menjadi sebuah tempat yang kecil tapi menjual barang-barang
bervariatif dan lengkap seperti di dalam pasar. Minimarket dan toko
kelontong memiliki banyak kesamaan. Toko kelontong kini juga
sudah banyak yang menggunakan komputer. Toko kelontong juga
sudah banyak yang menggunakan rak standar.Secara bahasa
Pengertian minimarket adalah pasar swalayan kecil.
Sebuah minimarket sebenarnya adalah semacam "Toko Kelontong"
atau yang menjual segala macam barang dan makanan, perbedaan
nya disini biasa nya minimarket menerapkan sebuah sistem mesin
kasir point of sale untuk penjualan nya, namun tidak selengkap dan
sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong,
minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli
mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak minimarket
dan membayarnya di meja mesin kasir. Sistem ini juga membantu
agar pembeli tidak berhutang.
5
2.1.2 Pengertian pasar tradisional
Menurut peraturan menteri perdagangan republik indonesia
nomor : 53/m-dag/per/12/2008
Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara
dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta
dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang
dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya
masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Pasar tradisional adalah pasar yang pelaksanaannya bersifat
tradisional tempat bertemunya penjual pembeli, terjadinya
kesepakatan harga dan terjadinya transaksi setelah melalui proses
tawar-menawar harga. Biasanya pasar tradisional umumnya
menyediakan berbagai macam bahan pokok keperluan rumah
tangga, dan pasar ini biasanya berlokasi di tempat yang terbuka.
Bangunan di pasar ini berbentuk toko dan kios. Toko semi
permanen umumnya digunakan untuk berjualan aneka kue, pakaian,
dan barang atau perabotan lainnya. Adapun los-nya yang digunakan
untuk berjualan buah-buahan, sayuran, ikan, daging dan
sebagainya. Penerangan di pasar tradisional secukupnya, dan tidak
ber-AC. Kebersihan juga kadang kurang terjaga, seperti sampah
banyak berserakan dan bertumpukan sehingga sering menimbulkan
bau. Akibatnya jika turun hujan, akan becek dan kotor. Tapi semakin
kesini kebersihan di pasar tradisional mulai di tingkatkan, bahkan
sekarang ada pasar tradisional yang rapi dan bersih sehingga
nyaman untuk dikunjungi.
6
2.1.3 Perbedaan minimarket dan pasar tradisional
Ciri-ciri pasar moderen yaitu tidak adanya tawar menawar,
pembeli tidak di layani langsung oleh pembeli namun pembeli
melayani diri sendiri ataupun di layani oleh pramuniaga, harga
sudah terteradi dekat barang yang akan di beli atau sudah ada di
barang yangdi jual (barcode) dan biasanya memiliki kualitas yang
baik. Barang – barang yang di jual di pasar moderen beraneka
ragam dan pada umumnya bisa bertahan lama, contoh nya sepeda,
baju, cosmetik dan lian-lain. Pasar moderen berada dalam
lingkungan yang bersih, berACdan barang-barang yang di jual di
tata sangat teratur agar para pembeli mudah untuk
menemukannya.pembayaran di lakukan dengan membawa barang
ke kasir.
Pasar moderen biasanya berlokasi di perkotaan, atau daerah –
daerah yang sudah sangat ramai. Namun juga ada beberapa yang
berada di daerah kecil. Sedangkan pasar tradisional biasanya banyak
terdapat di daerah – daerah, namun bukan berarti di kota tidak ada
pasar tradisional. Pasar tradiosonal di perkotaan lebih sedikit dari
pada di pedesaaan, karena biasanya warga kota lebih memilih
berbelanja kepasar moderen yang lebih lengkap, nyaman dan bersih
tanpa perlu melakukan tawar menawar. Dan sebagaian pasar
tradisonal di kota tidak lagi berada di pinggir jalan, namun sudah
berada di gedung atau pun ruko-ruko yang telah di sediakan oleh
pemerintah, yang lebih bersih dan tidak becek. Biasnya pasar
tradisional yang pindah ke gedung disebut pasar bersih. Walaupun
sudah pindah ke gedung tetapi tetap disebut pasar tradisional karena
dalam bertransaksi pembeli langsung di layani oleh penjual dan
terdapat tawar menawar harga dalam pembelian barang.
7
Struktur di pasar moderen juga lebih tertata di bandingkan
dengan pasar tradisional. Lembaga pengelola pasar juga berbeda,
pasar tradisional di kelola oleh Dinas pasar yang merupakan bagian
dari birokrasi, sedangkan pasar moderen di kelola oleh oleh
pembisnis dengan pendekatan bisnis. Selain itu, sistem
pengelolaanpasar tradisional umumnya terdesentralisasi dimana
setiap pedagang mengatursistem bisnisnya masing-masing.
Sedangkan pada pasar modern, sistem pengelolaan lebih terpusat
yang memungkinkan pengelola induk dapat mengatur standar
pengelolaan bisnisnya.
8
banyak pihak. persoalan ini harus terdapat penyelesaian yang akan
menguntungkan banyak pihak.
Dalam menghadapi persaingan pasar-pasar modern dalam era
globalisasi saat ini setiap pasar-pasar tradisional dituntut untuk
dapat bersaing dengan pasar-pasar modern yang berkembang bak
jamur di musim hujan. Pada prinsipnya, perusahaan retail tidak akan
terlepas dengan permasalahan seberapa besar kemampuan
perusahaan retail dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan
digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya.
Sumber dana perusahaan retail dapat diperoleh dari sumber
dana internal dan perusahaan. Sumber dana internal artinya dana
yang diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan, yang terdiri
atas laba. Sedangkan sumber dana eksternal merupakan sumber
dana yang berasal dari luar perusahaan, yang terdiri dari hutang
(pinjaman) dan modal sendiri. Berbeda dengan pasar tradisional
yang masih morat-marit dalam pengelolaan dana. maka dari itu
kebijakan-kebijakan pemerintah haruslah saling menguntungkan
antara berbagai pihak terkait. dan juga dapat menjadi solusi terbaik
dalam perkembangan dan penyejahteraan dalam masyarakat.
Pertumbuhan pasar modern jauh lebih pesat dibanding
pertumbuhan toko atau pasar tradisional sehingga banyak penduduk
perkotaan lebih memilih pusat perbelanjaan modern seperti
supermarket atau mall-mall sebagai tempat belanja mereka yang
menawarkan one stop shopping, seperti untuk produk makanan,
fashion, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Hal ini didukung pula
oleh data dari Dinas Koperasi UKM & Perindustrian Perdagangan.
Perkembangan pasar modern dapat menimbulkan
kekhawatiran peritel di pasar tradisional. Walaupun kehadiran pasar
modern dirasa lebih menguntungkan konsumen karena
memunculkan berbagai alternatif tempat untuk berbelanja dengan
fasilitas yang menyenangkan dan rasa yang lebih nyaman
sementara pasar tradisional lambat merespon perubahan perilaku
9
berbelanja konsumen dan memberikan atmosfer yang kurang
nyaman, lingkungan yang kurang kondusif dan minimnya keamanan.
Peritel di pasar tradisional perlu mengantisipasi perubahan perilaku
konsumennya, tuntutan konsumen dalam pelayanan pasar yang
professional dan persaingan bisnis diantara mereka. Intropeksi diri
perlu dilakukan dengan melihat kebutuhan dan keinginan konsumen,
agar mereka dapat tetap survive.
Persepsi konsumen tentang hal-hal yang dipertimbangkan
dalam mengambil keputusan belanja di pasar tradisional perlu dikaji
dengan seksama, sehingga dari sini dapat dianalisis variabel
lingkungan eksternal yang paling dominan dalam pengambilan
keputusan belanja konsumen di pasar tradisional antara faktor
budaya dan faktor sosial.
Faktor perizinan juga ikut memainkan peranan penting dalam
perkembangan pembangunan toko modern. Faktor ini harus mampu
memberikan motivasi yang dapat mendorong dan menarik minat
para pengusaha untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya
suatu izin dalam mendirikan bangunan tempat usaha. Namun dalam
kenyataannya disinyalir terdapat sebagian para pengusaha yang
belum menyadari pentingnya memperoleh izin tempat usaha.
Banyak dijumpai dalam membangun tempat-tempat usaha, seperti
kegiatan mendirikan, memperbaharui, mengganti seluruh atau
sebagian dan memperluas bangunan tempat usaha tanpa mengurus
izin tempat usaha, dengan alasan yang bermacam-macam. Akan
tetapi prosedur perizinan di Indonesia dewasa ini masih beraneka
ragam, rumit dan sukar ditelusuri, sehingga sering merupakan
hambatan bagi kegiatan dunia usaha.
10
Sistem perizinan sebagaimana telah disinggung di atas,
sangat berpengaruh terhadap aspek fisik lingkungan, penataan
kawasan usaha, pembinaan usaha dan perekonomian, nampaknya
dampak dari tidak efektifnya sistem perizinan tersebut dapat
dijumpai di Kota Lumajang.
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan pada
bisnis ritel ini sangat penting bagi masyarakat. Hal ini disebabkan
selain karena adanya perubahan pola berbelanja masyarakat yang
semakin selektif, juga karena adanya perbedaan cara pandang
konsumen terhadap bisnis ritel, yang semula dipandang hanya
sebatas penyedia barang dan jasa saja, sekarang menjadi suatu
bisnis yang semakin inovatif dan dinamis.
Minimarket, dalam peraturan perundang-undangan termasuk
dalam pengertian “Toko Modern”. Peraturan mengenai toko modern
diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern (“Perpres 112/2007”). Pengertian toko modern
menurut Pasal 1 angka 5 Perpres 112/2007 adalah toko dengan
sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket ataupun grosir yang berbentuk Perkulakan. Setiap toko
modern wajib memperhitungkan kondisi sosial ekonomi mayarakat
sekitar serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional
yang telah ada (Pasal 4 ayat (1) Perpres 112/2007). Antara lain
sebagai berikut :
1) Minimarket berjarak minimal 0,5 km dari pasar tradisional
dan 0,1 km dari usaha kecil sejenis yang terletak di pinggir
jalan kolektor/arteri.
2) Supermarket dan Departement store berjarak minimal 1,5
km dari pasar tradisional yang terletak di pinggir jalan
kolektor/arteri;
11
3) Hypermarket dan perkulakan berjarak minimal 2,5 km dari
pasar tradisional yang terletak di pinggir jalan
kolektor/arteri;
4) Minimarket yang terletak di pinggir jalan lingkungan dengan
luas gerai sd 200 m2 berjarak minimal 0,5 km dari pasar
tradisional dan usaha kecil sejenis;
5) Penempatan pedagang tradisional dalam rangka kemitraan
dilarang menggunakan ruang milik jalan; dan
6) Pengaturan jarak sebagaimana ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan
ayat 4 tidak berlaku untuk kawasan pusat primer.
Sementara itu Pasal 25 menjelaskan bahwa setiap pengelola
pusat pembelanjaan dan toko modern wajib melaksanakan
kemitraan dengan usaha kecil. Pasal 33 menjelaskan aturan waktu
pelayanan yang meliputi antara lain untuk Pusat pembelanjaan
dan/atau toko modern dimulai pukul 10.00 WIB sampai dengan
pukul 22.00 WIB. Sementara itu pasal 39 menjelaskan bahwa
pelanggaran peraturan daerah ini dapat dikenakan sanksi
administrasi berupa peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan
izin usaha.
Dan dalam peraturan menteri perdagangan republik indonesia
nomor : 53/m-dag/per/12/2008 tentang pedoman penataan dan
pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern pada bab 2 tentang pendirian pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern pasal 2-4 yang berbunyi
12
Pasal 2
(1) Lokasi untuk Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.
(2) Kabupaten/Kota yang belum memiliki Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota dan Rencana Detail Tata Ruang
Wilayah Kabupaten/Kota tidak diperbolehkan memberi izin
lokasi untuk pembangunan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern.
Pasal 3
(1) Pendirian Pasar Tradisional atau Pusat Perbelanjaan atau
Toko Modern selain Minimarket harus memenuhi persyaratan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan harus
melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat,
keberadaan Pasar Tradisional dan UMKM yang berada di
wilayah bersangkutan.
(2) Analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat dan keberadaan
Pasar Tradisional dan UMKM sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. Struktur penduduk menurut mata pencaharian dan
pendidikan;
b. Tingkat pendapatan ekonomi rumah tangga; c.
Kepadatan penduduk;
d. Pertumbuhan penduduk;
e. Kemitraan dengan UMKM lokal;
f. Penyerapan tenaga kerja lokal;
g. Ketahanan dan pertumbuhan Pasar Tradisional
sebagai sarana bagi UMKM lokal;
h. Keberadaan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang
sudah ada;
13
i. Dampak positif dan negatif yang diakibatkan oleh
jarak antara Hypermarket dengan Pasar Tradisional
yang telah ada sebelumnya; dan
j. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibility).
14
(7) Toko Modern yang terintegrasi dengan Pusat Perbelanjaan
atau bangunan lain wajib memiliki persyaratan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(8) Toko Modern sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
dikecualikan untuk Minimarket.
Pasal 4
(1) Pasar Tradisional atau Pusat Perbelanjaan atau Toko Modern
harus menyediakan areal parkir yang cukup dan sarana
umum lainnya.
(2) Penyediaan sarana parkir sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilakukan berdasarkan kerjasama dengan pihak
lain.
15
Berdasarkan peraturan menteri perdagangan republik indonesia
nomor : 53/m-dag/per/12/2008
Tentang batasan luas lantai penjualan pada pasar modern yaitu
terdapat dalampasal 9 yang berbunyi:
(1) Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah
sebagai berikut:
a. Minimarket, kurang dari 400 m2 (empat ratus meter
persegi);
b. Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter persegi)
sampai dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi);
c. Hypermarket, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter
persegi); d. Department Store, lebih dari 400 m2
(empat ratus meter persegi); dan
e. Perkulakan, lebih dari 5.000 m2 (lima ribu meter
persegi).
(2) Usaha Toko Modern dengan modal dalam negeri 100%
(seratus persen) adalah:
a. Minimarket dengan luas lantai penjualan kurang dari
400 m2 (empat ratus meter persegi);
b. Supermarket dengan luas lantai penjualan kurang dari
1.200 m2 (seribu dua ratus meter persegi); dan
c. Department Store dengan luas lantai penjualan
kurang dari 2.000 m2 (dua ribu meter persegi).
16
Di dalam peraturan menteri perdagangan republik indonesia
nomor : 53/m-dag/per/12/2008 juga berisikan
Jenis dan kewenangan penerbitan izin
Pasal 10
Pelaku usaha yang akan melakukan kegiatan usaha di bidang
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, wajib
memiliki:
a. IUP2T untuk Pasar Tradisional;
b. IUPP untuk Pertokoan, Mall, Plasa dan Pusat
Perdagangan;
c. IUTM untuk Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket dan Perkulakan.
Pasal 11
(1) Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
diterbitkan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
(2) Bupati/Walikota selain Gubernur Pemerintah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta melimpahkan kewenangan
penerbitan:
a. IUP2T kepada Kepala Dinas/Unit yang bertanggung
jawab di bidang perdagangan atau di bidang
pembinaan Pasar Tradisional atau Pelayanan
Terpadu Satu Pintu setempat;
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 53/M-
DAG/PER/12/2008
b. IUPP atau IUTM kepada Kepala Dinas/Unit yang
bertanggung jawab di bidang perdagangan atau
pejabat yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
setempat.
17
(3) Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta melimpahkan kewenangan penerbitan:
a. IUP2T kepada Kepala Dinas/Unit yang bertanggung
jawab di bidang perdagangan atau di bidang
pembinaan Pasar Tradisional atau Pelayanan
Terpadu Satu Pintu setempat;
b. IUPP atau IUTM kepada Kepala Dinas/Unit yang
bertanggung jawab di bidang perdagangan atau
pejabat yang bertanggung jawab dalam
pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
setempat.
Pasal 12
(1) Permohonan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 diajukan kepada Pejabat Penerbit izin usaha.
(2) Persyaratan untuk memperoleh IUP2T bagi Pasar
Tradisional yang berdiri sendiri atau IUTM bagi Toko
Modern yang berdiri sendiri atau IUPP bagi Pusat
Perbelanjaan meliputi:
a. Persyaratan IUP2T melampirkan dokumen:
1. Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati/Walikota atau
Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
2. Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
serta rekomendasi dari instansi yang berwenang;
3. Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN);
4. Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO);
5. Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
6. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan
pengesahannya; dan
7. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan
mematuhi ketentuan yang berlaku.
18
b. Persyaratan IUPP dan IUTM melampirkan dokumen:
1. Copy Surat izin prinsip dari Bupati/Walikota atau
Gubernur Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
2. Hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat;
serta rekomendasi dari instansi yang berwenang;
3. Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan
Nasional (BPN);
4. Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO);
5. Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
6. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan
pengesahannya;
7. Rencana kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha
Kecil; dan 8. Surat pernyataan kesanggupan
melaksanakan dan mematuhi ketentuan yang
berlaku.
(3) Persyaratan untuk memperoleh IUP2T bagi Pasar
Tradisional atau IUTM bagi Toko Modern yang terintegrasi
dengan Pusat Perbelanjaan atau bangunan lain terdiri dari:
a. Hasil analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2);
b. Copy IUPP Pusat Perbelanjaan atau bangunan lainnya
tempat berdirinya Pasar Tradisional atau Toko Modern;
c. Copy Akte Pendirian Perusahaan dan pengesahannya;
d. Surat pernyataan kesanggupan melaksanakan dan
mematuhi ketentuan yang berlaku; dan
e. Rencana kemitraan dengan Usaha Mikro atau Usaha Kecil
untuk Pusat Perbelanjaan atau Toko Modern.
19
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada Pejabat Penerbit izin usaha dengan mengisi Formulir
Surat Permohonan sebagaimana tercantum dalam Lampiran
I Peraturan ini yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan Peraturan Menteri ini, dengan
melampirkan dokumen persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).
(5) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditandatangani oleh pemilik atau penanggungjawab atau
pengelola perusahaan.
(6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang
diajukan secara benar dan lengkap, maka Pejabat Penerbit
izin usaha dapat menerbitkan Izin Usaha paling lambat 5
(lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya Surat
Permohonan.
(7) Apabila Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dinilai belum benar dan lengkap, maka Pejabat Penerbit izin
usaha memberitahukan penolakan secara tertulis disertai
dengan alasan-alasannya kepada pemohon paling lambat 3
(tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya Surat
Permohonan.
(8) Perusahaan yang ditolak permohonannya dapat
mengajukan kembali Surat Permohonan izin usahanya
disertai kelengkapan dokumen persyaratan secara benar
dan lengkap.
(9) Rencana kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b angka 7 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
Peraturan Menteri ini.
(10) Pengurusan permohonan izin usaha tidak dikenakan biaya.
20
Pasal 13
(1) Pejabat Penerbit Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 12 ayat (1) sebagai berikut:
a. Penerbit IUP2T sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 huruf a,Dinas Kabupaten/Kota yang bertanggung
jawab di bidang perdagangan atau di bidang
pembinaan Pasar Tradisional atau Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Setempat;
b. Penerbit IUPP dan IUTM sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 huruf b dan c, Dinas
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan atau Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Setempat;
c. Penerbitan izin usaha sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b sesuai dengan pelimpahan
wewenang dari Bupati/Walikota atau Gubernur
untuk Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11.
(2) Apabila penerbitan IUP2T oleh:
a. Dinas yang bertanggung jawab di bidang pembinaan
Pasar Tradisional atau Pelayanan Terpadu Satu
Pintu, maka rekomendasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a angka 2, diterbitkan
oleh Dinas yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan;
b. Dinas yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan, maka rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf a angka 2
mengenai kelayakan pemberian izin usaha kepada
perusahaan yang bersangkutan, dilakukan oleh
Dinas yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan.
21
(3) Apabila penerbitan IUPP atau IUTM oleh:
a. Dinas yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan, maka rekomendasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) huruf b angka 2
mengenai kelayakan pemberian izin usaha kepada
perusahaan yang bersangkutan, dilakukan oleh
Dinas yang bertanggung jawab di bidang
perdagangan;
b. Pelayanan Terpadu Satu Pintu, maka rekomendasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
huruf b angka 2, diterbitkan oleh Dinas yang
bertanggung jawab di bidang perdagangan.
Pasal 14
(1) Perusahaan pengelola Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern yang telah memperoleh Izin
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 tidak diwajibkan
memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). 14
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor : 53/M-
DAG/PER/12/2008
(2) Apabila terjadi pemindahan lokasi usaha Pasar Tradisional,
Pusat Perbelanjaan, dan Toko Modern,
pengelola/penanggung jawab perusahaan wajib
mengajukan permohonan izin baru.
(3) Izin Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 berlaku
a. hanya untuk 1 (satu) lokasi usaha;
b. selama masih melakukan kegiatan usaha pada lokasi
yang sama.
(4) Izin Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
wajib dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun.
22
2.3 pelanggaran pelanggaran yang dilakukan minimarket.
23
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan tergerusnya
pasar tradisional diantaranya :
1) Pasar tradisional tidak mampu bersaing; ketidakberdayaan
pasar tradisional dalam bersaing adalah kurangnya
permodalan yang dimiliki. Akibat dari keterbatasan modal
yang dimiliki, fasilitasnyapun tidak sebaik toko modern.
2) Tergerus oleh pola bisnis; pasar modern seringkali menjual
harga yang jauh dibawah pasar. Keberadaan toko
modern/minimarket yang dekat dengan pasar tradisional
menjadikan pasar tradisional kesulitan untuk bersaing
bahkan dalam hal promosipun lebih unggul toko modern.
3) Tergerus oleh aktor pengambil kebijakan yaitu pemerintah,
peraturan pemerintah yang mengharuskan minimarket
zonasi jarak dengan pasar tradisional 0,5 km ternyata tidak
dipatuhi oleh para pengusaha minimarket akan tetapi lebih
parah jika pemerintah tidak mampu menegakkan peraturan
yang dibuatnya.
24
2.4 sanksi yang dapat dijatuhkan bagi pelanggar
Pasal 21
a. Pasal 7 ayat (2), Pasal 8, Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 dikenakan sanksi
administratif;
(3) Pembekuan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a apabila
telah dilakukan peringatan secara tertulis berturut-turut 3 (tiga) kali dengan
tenggang waktu paling lama 1 (satu) bulan.
(4) Pencabutan izin usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b dilakukan
apabila Pelaku Usaha tidak mematuhi peringatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
25
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Bisnis retail toko modern berupa minimarket di Kabupaten Lumajang,
belakangan semakin menjamur. Bahkan, saking banyaknya minimarket yang
dibangun, jarak antar lokasi minimarket yang satu dengan yang lain saling
berdekatan. Kondisi inilah yang kemudian memaksa Pemkab Lumajang untuk
melakukan pembatasan dan berkomitmen untuk menyetop pengajuan izin
penambahan operasional toko modern ini. Hal ini dilakukan karena Pemkab
Lumajang tidak ingin keberadaan minimarket sebagai bagian dari konsep pasar
modern mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada keberadaan pasar
tradisional yang ada dan menyebabkan persaingan yang tidak sehat. Untuk itu
pemkab lumajang memberikan perizinan pembukaan pasar modern seperti
contoh minimarket dengan jarak minimal 500 meter dengan pasar
tradisional.namun pada kenyataan dilapangan masih banyak toko minimarket
yang berdiri kurang dari 500 meter dari pasar tradisional,bahkan ada yang
tepat di depan pasar tradisional.untuk itu pengawasan dari dinas terkait harus
dilakukan dengan sungguh sungguh.
26
3.2 Saran saran
27
Lampiran
28
Daftar Pustaka
http://pratamacomputer07.blogspot.co.id/2014/09/pengertian-
minimarket.html. Diakses tgl 1 Mei 2017
http://www.kemendag.go.id/files/draft_regulasi/2016/03/24/pengembangan-
penataan-pembinaan-pasar-rakyat-pusat-perbelanjaan-dan-toko-
swalayan-id-1458806574.pdf. Diakses tgl 10 Mei 2017
http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/positioning_paper_ritel.pdf
Diakses tgl 4 Mei 2017
http://www.jdih.setjen.kemendagri.go.id/files/KAB_LUMAJANG_2_2013.pdf
Diakses tgl 4 Mei 2017
http://www.ekspedisiilmu.web.id/2016/07/membuka-waralaba-indomaret-
beserta-modal.html. Diakses tgl 10 Mei 2017
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fceff7b57828/ketentuan-tentang-
jarak-minimarket-dari-pasar-tradisional Diakses tgl 14 Mei 2017
http://hadihartonotangerang.blogspot.co.id/2012/06/minimarket-harus-diatur-
perda.html Diakses tgl 14 Mei 2017
https://niaas8.wordpress.com/2010/05/13/pengertian-pasar-tradisional-dan-
modern/. Diakses tgl 1 Mei 2017
29
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl521/prosedur-mendirikan-toko-
ritel-tradisional-dan-ritel-modern. Diakses tgl 10 Mei 2017
30