Anda di halaman 1dari 17

Vol. 15 No.

1, Juni 2014: 83-99

Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup


Michael HB Raditya1
Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

ABSTRAK
We Are One atau “Ole Ola” merupakan lagu resmi dari gelaran World Cup. Setiap World Cup
mempunyai lagu resminya ditiap gelarannya. Dalam keberlangsungannya, setiap lagu world cup
membutuhkan pertimbangan dalam pembentukannya. Aspek-aspek seperti budaya, sosial, politik
dan lainya menjadi alasan penting dalam pembentukannya. Pembentukan Ole Ola didasarkan pada
proses hibriditas budaya lokal dan global. Perpaduan samba dan hip hop menjadi variant dalam
pembentukannya. Perpaduan tersebut membentuk identitas untuk lagu itu sendiri, dan untuk gelaran
world cup. Eksistensi dari lagu sehingga makin terasa karena perpaduan yang membentuk identitas.
Terlebih lagu tersebut tercipta tidak hanya karena gelaran, tetapi mempunyai fungsi dan guna untuk
masyarakat. Musik sebagai media dalam mengkonstruksi pesan atas kepentingan. Musik membentuk
identitas, dan mempunyai eksistensi dalam keberlangsungannya. Musik tidak lagi hanya berfungsi
sebagai musik saja, tetapi musik mempunyai peran dalam pembentukan identitas dan menjamin
eksistensi.
Kata kunci: musik, World Cup, identitas musik, hibriditas

ABSTRACT
Music as a form of Existance in the World Cup Performance. We are one or Ole Ola is the official
song of the world cup performance. Every world cup has its official song in each event. In its development of
existance, every song in world cup needs requires of consideration for creating process. Aspects such as cultural,
social, politics and others become the important reason for creation. The creating proses of Ole Ola song is
based on the local and global cultural hybridity. The combination of samba and hip hop is a primary variant
on creating process. The combination creates an identity for the song itself, and for world cup identity. The
existance of Ole Ola is stronger because the combination may create the new identity. Moreover, the song
created is not only for the event, but also has a function and purpose to society. Music is as a medium in
constructing the messages of interest. Music creates an identity, and has an existance in its continuty. Music
is not only for music itself, but also has a role in creating identity and ensures the existance.
Keywords: Music, World Cup, Music Identity, Hibridity

Pendahuluan menemukan juara. Eksistensi WC sangat terjaga,


terbukti dengan telah dihelatnya event ini sejak
World Cup atau Piala Dunia merupakan se- tahun 1930 –walaupun mengalami perubahan
buah event pertandingan sepak bola dengan taraf sistem dan teknis dalam perkembangannya– dan
Internasional yang digelar per-empat tahun-an berlangsung hingga kini.
(World Cup atau Piala Dunia selanjutnya dising- World Cup sebagai kejuaraan sepak bola
kat WC). WC mempertemukan 32 Tim terbaik di paling bergengsi dalam setiap perhelatannya
seluruh dunia yang telah melewati masa kualifikasi. selalu menimbulkan demam sepak bola
Masa kualifikasi dilakukan sebelum WC berlang- dimana-mana. Bermiliar-miliar orang dari
rakyat kecil sampai pejabat tinggi, dari
sung, sekitar 160 Negara peserta yang mempunyai
yang gibol (gila bola) sampai mereka yang
peringkat atas kualitasnya di FIFA akan bertarung sekedar mencari hiburan, bersama-sama
memperebutkan posisi. WC akan mempertemu- menonton setiap pertandingan yang digelar
kan tim-tim perserta pada 64 pertandingan hingga selama Piala Dunia. (Handoko, 2008:24)
1
Alamat korespondensi:Prodi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa. Jln. Teknika Utara, Pogung, Sle-
man, Yogyakarta 55281. HP: +628568780707. E-mail: michael.raditya@gmail.com
83
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

Setelah digelar pada tahun 2010 di Afrika Selatan, WC dihelat. Pernyataan Soemanto secara eksplisit
pada bulan Juni-Juli ini WC digelar di Brazil. Hal ini mengatakan bahwa sepak bola tidak lagi sebagai
menunjukan bahwa tuan rumah WC tidak terbatas ajang adu kekuatan, kepiawaian dalam mengolah
pada satu negara saja, tetapi negara manapun dapat bola kaki dan memasukannya ke gawang lawan.
menggelar ini tanpa persetujuan FIFA. FIFA Sepak bola telah menjadi sebuah budaya populer
merupakan sebuah federasi Internasional yang yang dinikmati oleh jutaan pasang bola mata.
membawahi asosiasi sepak bola, FIFA bertugas Popularitas dari sepak bola semata-mata tidak hanya
mengatur stabilitas atas sepak bola dunia. Pada berasal dari permainan bola kaki saja, tetapi lebih
hal ini, WC ditentukan oleh FIFA, baik dari peserta dari itu. Popularitas sepak bola terbentuk karena
WC itu sendiri, tempat dan keseluruhannya (www. terdapat perasaan emosi-emosi yang terkandung
fifa.com). WC merupakan event terbesar sepak didalamnya, terlebih ketika WC dihelat. Bisa saja
bola yang ditunggu oleh setiap pasang bola mata diibaratkan bahwa event WC ini layaknya perang
di seluruh dunia. Seperti pernyataan Handoko, “modern” dari tiap Negara peserta, karena terdapat
penonton pada gelar WC ini tidak mengenal euphoria, nasionalisme hingga kekerasan terjadi di
status sosial, hobi atau kesukaan, gender dan usia. dalamnya. Semua bercampur baur menjadi satu
Semua berbaur dalam menyaksikan pertandingan dengan apa yang dinamakan sepak bola. Serupa
yang digelar. Pernyataan serupa juga diungkapkan dengan pernyataan diatas, bahwa sepak bola tidak
Stratton (2004:1). lagi menyajikan pertandingan si kulit bundar,
Association football, otherwise known as Anwar (2012 :87) menyatakan:
soccer, the most popular global sport with Sepak bola seperti menghasilkan magis
millions of male and females participating the yang mengajak untuk tenggelam dalam
game. The production line of young footballer intensitasnya yang menggugah emosi
operates non-stop either each individual penonton. Peristiwa terjadinya gol dalam
having dreams and aspiration of ‘making it olahraga ini begitu penting banyak orang
to the top’ and emulating his/her superheroes. yang dapat menangis dan teriak kegirangan
saat menyaksikannya.
Sepak bola yang ditonton jutaan khalayak bahkan
Perasaan menangis, teriak, tertawa, bahagia dime-
mengkonstruksi para penontonnya untuk menjadi
yang mereka idolakan. Penampilan yang superior diasi dalam sebuah pertandingan. Mereka yang
dan berkapasitas tinggi dari tim juga para pemain menang akan sangat bangga, dan yang kalah akan
menjadi sebuah komoditi idola bagi masyarakat. sangat menyesal dan sedih, serupa dengan konsep
Sepak bola menjadi olahraga terpopuler yang perang.
ada di muka bumi, hal tersebut terwujud ketika WC seakan menjadi perang antar seluruh
event WC dihelat. Sepak bola dengan event-event warga dunia dan membuktikan siapa yang
yang dihelat menjadi komoditas populer untuk terbaik. Soemanto menyatakan bahwa “Sepak
masyarakat. Hal tersebut juga diyakinkan oleh bola kadang-kadang seperti perang. Kita memang
Soemanto (2008: 11). menyaksikannya sendiri jika ada piala dunia.
Dimana-mana, di Koran-koran, majalah, dan
Tampaklah bahwa jagat pertandingan media elektronik maupun media mulut biasa,
sepak bola bukan saja dihadirkan sebagai
membicarakan pertandingan sepak bola” (2008:12
persitwia olahraga, olah tubuh untuk
mengucurkan keringat, atau tidak hanya via Handoko). Semua media mengekspose siapa
suatu deskripsi tentang pertandingan dua yang menjadi juara dan berpenampilan baik, lalu
tim untuk memperebutkan piala, tetapi bagaimana tidak sebuah permainan bola kaki
suatu peristiwa budaya pop yang mampu tidak menjadi sebuah perang jika terdapat siapa
menarik perhatian ratusan bahkan ribuan pemenang dan siapa yang kalah. Sindhunata (2002:
juta manusia seluruh dunia. 45) juga menjelaskan bahwa:
Kepopuleran sepak bola menjadi superior, telebih Pada saat itu sepak bola memberikan ilusi,
ketika event paling bergengsi dalam olahraga yakni yang tidak pernah diberikan segala macam

84
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

utopi sosial dan janji keselamatan. Dalam ra eksplisit dapat dirasakan bahwa WC sebagai
ilusi itu orang mengkhayalkan: mereka sebuah pesta besar, pesta atas perang yang akan
yang kaya bersatu dengan yang miskin, merepresentasikan Negara terbaik di Dunia.
serigala merumput bersama anak domba, Terkait atas perang, pesta dan penebusan,
dan kedamaian lahir menggantikan nasib
Anwar menyatakan bahwa “Piala dunia dan sepak
yang kejam.
bola sebagai sebuah dunia yang penuh hura-hura
Telaah Sindhunata atas sepak bola merupakan se- seperti halnya pesta. Kehadirannya selalu ditunggu
buah wadah baru yang tidak dapat memberikan sebagai ajang pelepasan” (Anwar, 2012:83). Pesta
sesuatu struktur yang sudah ada. Sepak bola mem- perayaan dan pelepasan dari segela bentuk struktur
berikan sesuatu yang lain yang tidak didapatkan yang mengikat seperti ekonomi, sosial, politik dan
dimanapun. Ada kesamaan rasa dan anti struktur agama. WC merupakan bentuk sublime-itas atas
yang terkonstruksi dari pernyataan Sindhunata segala bentuk struktur yang mengikat. Dalam
atas Sepak bola. Sepak bola dianggap Ratu Adil telaahnya, Baudrillard (1993:8) menyatakan:
baru dalam kehidupan bermasyarakat. Sepak bola
Politics is no longer restricted to the political
merupakan media perang antar kesebelasan untuk
sphere, but infects every sphere – economics,
menunjukan siapa yang terbaik. Baik penonton science, art, sport. Sport itself, meanwhile, is
dan pemain akan melakukan yang terbaik, perilaku no longer located in sports as such, but instead
ini dikenal dengan nasionalisme. Menurut Yunita in business, in sex, in politics, in the general
(2012:162): style of performance.
Nasionalisme di Indonesia adalah kualitas Sublime terjadi dalam bentuk apapun, hal tersebut
kejiwaan yang didasarkan pada kesadaran secara eksplisit mengungkapkan bahwa sepak bola
nasional yang mempunyai daya pemersatu merupakan manifestasi wujud holistik dalam
seluruh bangsa untuk hidup bersama dan
dunia populer kini. Semua terkandung dalam
bekerja sama berdasarkan atas harga diri
yang timbul dari masyarakat kebudayaan satu kesatuan dan menyeluruh. Saling terikat atas
Indonesia. bentuk satu dengan yang lainnya.
Keterkandungan tersebut dibuktikan bahwa
Selain rasa Nasionalis yang terpupuk, sepak bola event WC saling berelasi dengan unsur-unsur dalam
juga memerangi dan menawarkan sesuatu keseta- keberlangsungan hidup, terlebih event tersebut di-
raan yang baru, kemenangan yang bisa dirasakan perkuat dan hakiki karena keterlibatan masyarakat.
oleh semua masyarakat tanpa pandang bulu. Bah- WC semakin menyeluruh pada tiap aspek karena
kan sepak bola menjadi sebuah penebusan dan peran dari masyarakat –baik penggila atau penon-
pembebasan atas hal tertentu. Brown (1998: 28) ton biasa– yang besar. Terkait atas penonton, Soe-
menyatakan bahwa: manto (2008: 14) sependapat bahwa penonton
Football became a popular forum for the merupakan aspek terbesar dalam event ini.
expression of republican aspirations during
Pertandingan sepak bola tidak akan
the struggle for independence. In the post-
gayeng tanpa penonton. Dengan kata
colonial era, in the absence of military might
lain, bagaimana keberadaan pertandingan
and economic power, in regions such as sub-
Saharan Africa, football has been adopted as sepak bola hanya dimungkinkan kalau
one of the most potent symbols for the assertion orang memperhitungkan penonton. Pada
of national identity and peer recognition in hemat saya, penonton bisa dibagi dalam
the international arena. dua golongan. Pertama, penonton yang
murni ingin menikmati permainan cantik
Dalam telaah yang lebih dalam, Brown seca-ra saja, tidak peduli dari tim mana pun,
eksplisit menyatakan bahwa sepak bola merupa-kan dan kedua, ada penonton yang berpihak
tempat perjuangan dalam merengguh kemerde- pada tim tertentu. Yang kedua inilah
kaan. Sepak bola menjadi simbol identitas dan kemudian disebut dengan istilah khusus
pengakuan di dunia internasional. Sehingga seca- supporters. Supporters tidak dapat berdiri

85
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

objektif, karena demikian kondisinya, bisa acara tersebut, seperti akomodasi, transportasi,
dibayangkan bahwa pada pendukung itu hiburan, keamanan, dan banyak lainnya. Pada
pastilah mereka yang lebih emosional. tekstual disini adalah unsur-unsur yang menjadi
Telaah Soemanto atas penonton menspesifikan satuan dalam WC itu sendiri, seperti stadion,
penonton dalam dua kategorial, yakni penonton bola, pusat informasi, hingga WC Anthem atau
yang menjunjung pemainan, dan penonton yang Official Song (penyebutan Worldcup Anthem
menjunjung pemain atau tim tertentu. Dari hal atau Official Song akan digantukan selanjutnya
ini, secara implisit dapat diketahui bahwasanya per- dengan “Lagu WC”. WC Anthem atau Official
helatan ini dipatron oleh masyarakatnya, sehingga Song merupakan sebuah lagu yang diciptakan
keberlangsungannya tetap terjaga. Jika konsep pa- dalam rangka kebutuhan event tersebut. Layaknya
tron ini diletakan pada WC, masyarakat penonton sebuah Negara yang mempunyai Lagu kebangsaan,
WC itu sendiri akan terdiri dari, penonton yang event berkaliber ini mempunyai lagunya sendiri.
menonton karena permainan yang baik, dan pe- Lagu ini akan didistribusikan sebelum event WC
nonton yang menonton karena pemain, atau dapat dihelat, dan akan dipertunjukan secara langsung
dikatakan bahwa tim yang bermain adalah tim yang ketika pembukaan serta penutupan event. Lagu ini
mewakili Negaranya. Jikalau dihubungkan, hal pe- akan berkumandang sekiranya 2-3 bulan di masa
nonton dan supporter ini merupakan manifestasi WC berlangsung, yakni pra event, ketika event dan
dari nasionalisme kini. paska event. Adapun data yang didapat atas Lagu
Hal tersebut yang menjadikan sepak bola – WC tercantum dalam tabel 1.
terlebih WC– menjadi sebuah komoditas utama Tabel 1 menjelaskan bahwa keberadaan Lagu
di zaman modern kini. Menilik lebih lanjut atas WC sangatlah esensial. Maka dari itu menjadi
WC, event ini dibuat sedemikian seriusnya, maksud ketertarikan bagi penulis atas keberadaan Lagu WC
dari keseriusan ini adalah event ini secara teks dan tersebut. Keberadaan akan dielaborasi dalam fungsi
kontekstual sangat diperhatikan. Kontekstual disini dan guna dari lagu dan identitas dari lagu tersebut.
adalah unsur-unsur yang mendukung WC diluar Lagu WC yang menjadi ketertarikan lebih lanjut

No Tahun Tempat Penyanyi Judul Anthem


1. 1962 Chile Los Ramblers El Rock del Mundial
2. 1966 Inggris Lonnie Donegan World Cup Willie (Where in this World
are We Going)
3. 1970 Meksiko Roberto do Nascimento Futbol Mexico 70
4. 1974 Jerman Lonnie Donegan Futbol
5. 1978 Argentina Buenos Aires Municipal Symphony Anthem
6. 1982 Spanyol Placido Domingo Mundial ‘82
7. 1986 Mexico Stephanie Lawrence A Special Kind of Hero
8. 1990 Italia Edoardo Bennato, Gianna Nannini Un’estate Italiana (To Be Number One)
9. 1994 Amerika Serikat Daryl Hall and Sounds of Blackness Gloryland
10. 1998 Prancis Ricky Martin La Copa de la Vida (The Cup of Life)
11. 2002 Korea Selatan dan Jepang Anastacia Boom
12. 2006 Jerman Il Divo feat. Toni Braxton The Times of Our Lives
13. 2010 Afrika Selatan Shakira feat. Freshlyground Waka Waka
14. 2014 Brazil Pitbull feat. JLo & Claudia Leitte We Are One (Ole Ola)
Tabel 1. Lagu World Cup ƚĂŚƵŶλσπμƐĂŵƉĂŝμκλξ;^ƵŵďĞƌ͗ƌĞƉƵďůŝŬĂ͘ĐŽ͘ŝĚͿ

86
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

adalah lagu yang dicipta untuk gelaran 2014 ini, Lagu pada WC 2014 berjudul We Are One
yakni lagu yang dinyanyikan oleh Pitbull, Jennifer atau dikenal dengan Ole Ola. Ole Ola merupakan
Lopez dan Claudia Leitte yang berjudul We Are One sebuah lirik yang dominan pada lagu tersebut. Jenis
atau Ole Ola (penyebutan judul lagu selanjutnya musik yang dominan dari Ole Ola ini merupakan
menggunakan “Ole Ola” saja). jenis musik dengan aliran Hip Hop. Ole Ola
Dalam menjawab permasalahan yang ada, dinyanyikan oleh tiga orang penyanyi terkenal
penelitian dilakukan dengan menggunakan metode dunia, yakni Pitbull, Jennifer Lopez dan Claudia
penelitian seni dalam menginterpretasikan Lagu Liette. Pitbull merupakan penyanyi asal Amerika
WC yakni Ole Ola. Pembacaan notasi musik akan yang membawakan aliran hip hop dengan balutan
memberikan intepretasi tersendiri dalam esensi latin, 3 tahun terakhir merupakan masa dimana
musik ini. Lebih mudahnya, pembacaan lebih eksistensinya berada di top performa. Jennifer
mendalam atas permasalahan dapat dilakukan Lopez merupakan penyanyi asal Amerika yang 10
dengan metode ini. Teknik pengumpulan data tahun terakhir berkiprah pada musik Internasional.
berdasarkan sumber primer dan sumber sekunder Sedangkan, Claudia Liette merupakan penyanyi
menjadi pilihan yang tepat dalam mengumpulkan asal Brazil yang mempunyai kiprah setidaknya 10
data. Pembacaan seni yang dikhususkan pada tahun terakhir pada musik Amerika Latin
korelasi notasi dianggap bisa menjawab secara Keberlangsungan lagu WC 2014 ini mempu-
eksplisit atas seni tersebut. Hasil temuan akan nyai kontroversi tersendiri, sebagian mengatakan
menjadi refleksi dalam melihat keberadaan Lagu bahwa lagu ini sangat buruk dan tidak mencer-
WC dalam melihat seni sebagai sebuah manifesto minkan keragaman Brazil sebagai negara penye-
kebudayaan. lenggara. Seorang jurnalis musik Brazil, Gaia Pas-
sarelli (http://www.syracuse.com/) mengatakan
Membongkar “Ole Ola” bahwa:
“What I don’t like about the music is that it’s
Setiap WC mempunyai lagu resmi, lagu
a poor, dull, generic pop theme, It’s a shame
kebangsaan atau semacam lagu soundtrack considering Brazil’s rich musical tradition,
dari event tersebut. Lagu akan selalu didengar which is admired all over the world. In the
setidaknya pra dari event (setengah-satu bulan), end, we lost a chance to do something rich,
waktu event digelar (satu bulan penuh) dan inspiring and cool. I’m feeling ‘saudades’ for
paska event (setengah bulan setelah event). Tidak Shakira,” Passarelli said, using a Portuguese
terlalu muluk-muluk bahwasanya lagu WC dapat word that roughly translates as painful
menyatukan masyarakat dunia yang dipenuhi longing”
dengan atmosfer perang pertandingan adu bola
Dari pernyataan di atas, jelas bahwa lagu tersebut
kaki tersebut. Asumsi berani ini dikuatkan dengan
bukti bahwa lagu tersebut baik secara keseluruhan sangatlah miskin kreatifitas yang mencerminkan
atau sebagian diingat dan diucap oleh masyarakat. musik Brazil yang sangat kaya. Tetapi, beberapa
Lagu WC dalam penciptaannya tidak merujuk orang pun mengatakan bahwa lagu ini sangat
pada satu gaya dan aliran musik tertentu saja. Lagu emosional dan riang yang mencerminkan Brazil.
dari WC akan lebih dihubungkan dengan jenis Hal ini terlihat dari pembukaan dan keserentakan
musik apa yang sedang berkembang dan dapat para penonton dalam menyaksikan lagu Ole
menyatukan beberapa tahun terakhir. Hal tersebut Ola ini dimainkan. Kontroversi atas lagu ini
dapat dilihat dari rekam jejak Lagu WC itu sendiri, merupakan sebuah ketertarikan tersendiri bagi
bila halnya ketika tahun 1930 musik yang digelar penulis dalam melihat lebih lanjut keberadaan
adalah musik chamber klasik di pinggir lapangan, lagu ini. Mengkaitkan teks dan kontekstual serta
tetapi pada tahun 2014 ini, musik yang dipilih membawanya dalam analisa diharapkan dapat
adalah jenis aliran musik menghentak atau nge- menjawab pertanyaan dan menjadikan lagu WC
beat yang digelar di tengah lapangan. menjadi refleksi atas keberadaannya kini.

87
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

Tataran tekstual pada lagu Ole Ola, lagu terbagi the tough get going
atas 3 partikel besar yang dicoba dihubungkan One love, one life, one world
menjadi satu bagian besar. Partikel tersebut terbagi One fight, whole world, one night, one place
atas tiga penyanyi, dan dimulai berdasarkan giliran. Brazil, everybody put your flags
Partikel ini digambarkan sebagai satu putaran in the sky and do what you feel
lagu, yang terdiri dari Intro, Verse, Chorus, dan Refrain
Refrain. Secara eksplisit terlihat bahwa dalam lagu It’s your world, my world, our world today
WC ini terjadi 3 kali pengulangan bentuk putaran And we invite the whole world, whole world to
yang sama. Pembeda antar partikel ini ada pada play
karakter penyanyi, teks yang dinyanyikan, bahasa It’s your world, my world, our world today
yang dibawakan dan gaya musikal yang mengiringi And we invite the whole world, whole world to
penyanyi. Pada bagian pertama lagu, penyanyi play
yang membawakan adalah Pitbull, bagian kedua Es mi mundo, tu mundo, el mundo de nosotros
dibawakan oleh Jennifer Lopez dan bagian ketiga Invitamos a todo el mundo a jugar con nosotros
dibawakan oleh Claudia Liette. Dalam format
susunan lagunya terdiri dari: Pada bagian pertama, Pitbull merupakan seorang
Partikel Format Bagian dalam Lagu penyanyi Amerika yang membawa unsur latin yang
Intro dipadukan dengan gaya rap. Musik rap merupakan
Pitbull Verse Chorus Verse Refrain jenis musik yang secara umum dilakukan dengan
Jennifer Lopez Verse Chorus Verse Refrain cara berbicara secara cepat dan dalam tempo yang
Claudia Liette Verse Chorus Verse
cepat pula, dibandingkan dengan menyanyi seperti
pengertian menyanyi pada umumnya (Rustiana,
Outro Verse Chorus
2004: 571). Jenis musik hip-hop kini dipadu-
Partikel utama dalam lagu terdiri atas 3 unsur, di padankan dengan rapping dari seorang rapper.
tambah dengan intro dan outro dalam format lagu. Pitbull menyanyikan 4 unsur dalam partikelnya,
Tiga bagian besar dibedakan atas jenis suara Verse 1 lalu disambung dengan Chorus, kembali
penyanyi, gender penyanyi, teks, dan musikalitas dimulai dengan Verse 2 dan diakhiri dengan sebuah
pada tiap bagiannya. Berikut ini akan disertakan Refrain.
sebuah tabel yang berisikan lirik dari 3 bagian Bagian selanjutnya adalah, partikel yang
tersebut: dibawakan oleh Jennifer Lopez (JLo). JLo
Verse 1 merupakan seorang penyanyi asal Amerika yang
Put your flags up in the sky multitalent. Dia mengawali jenis musiknya dengan
(put them in the sky) aliran musik pop, tetapi keberadaannya kini, ia juga
And wave them side to side piawai dalam melakukan rapping layaknya rapper.
(side to side) Eksistensi JLo terjaga karena JLo berani melakukan
Show the world where you’re from transformasi atas kebudayaan yang ada, dan hal
(show them where you’re from) tersebut menjaga stabilitas dari keberlangsungan
Show the world we are one JLo di kancah Internasional. Partikel JLo terbagi
(one love, life) atas:
Chorus Verse 1
Ole ole ole ola Put your flags up in the sky
Ole ole ole ola (put them in the sky)
Ole ole ole ola And wave them side to side
Ole ole ole ola (side to side)
Verse 2 Show the world where you’re from
When the going gets tough (show them where you’re from)

88
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

Show the world we are one (one love, life)


(one love, life) Chorus
Chorus Ole ole ole ola
Ole ole ole ola Ole ole ole ola
Ole ole ole ola Ole ole ole ola
Ole ole ole ola Ole ole ole ola
Ole ole ole ola Verse 2
Verse 2 Claudia Leitte, obrigado
One night watch the world unite É meu, é seu
Two sides, one fight and a million eyes Hoje é tudo nosso
Full heart’s gonna work so hard Quando chamo o mundo inteiro pra jogar é pra
Shoot, fall, the stars, mostrar que eu posso
Fists raised up towards the sky Torcer, chorar, sorrir, gritar
Tonight watch the world unite, world unite, Não importa o resultado, vamos extravasar
world unite Kembali ke Verse 1 dan Chorus
For the fight, fight, fight, one night
Watch the world unite Sebenarnya alasan kuat Claudia Liette ikut
Two sides, one fight and a million eyes serta dalam lagu ini, karena alasan Brazil sebagai
Refrain tuan rumah WC, tetapi dalam keberlangsungannya
Hey, hey, hey, força força come and sing with me Liette memberikan roh Brazil yang sangat kuat.
Hey, hey, hey, allez allez come shout it out with Hal tersebut dapat dilihat dari suara yang berat dan
me bahasa yang dibawakan oleh Liette. Bahasa yang
Hey, hey, hey, come on now digunakan adalah bahasa Portugis. Bahasa Portugis
Hey, hey, hey, come on now digunakan penjajah saat Portugis mengkolonialisasi
Hey, hey, hey, hey, hey Brazil, dan bahasa Portugis menjadi bahasa nasional
masyarakat Brazil. Di Benua Amerika Latin, hanya
Dari Partikel di atas dapat dilihat bahwa terdapat Brazil yang menggunakan Bahasa Portugis. Format
kesamaan partikel pada format dengan partikel dalam Partikel yang dinyanyikan Liette berbeda
yang dibawakan oleh Pitbull. Partikelnya tetap dengan partikel yang dinyanyikan oleh Pitbull
terbagi atas unsur Verse 1 dan Chorus dimulai dan JLo. Bila halnya Pitbull dan JLo menyanyikan
kembali dengan Verse kedua dan diakhiri dengan format Verse 1 dan Chorus kembali ke Verse 2 dan
Refrain. Pembedaan dengan Pitbull adalah pada diakhiri dengan Refrain, Liette tidak mendapatkan
Verse 2 dan Refrain yang dinyanyikan oleh JLo. partikel tersebut. Partikel Liette hanya terbagi atas
Verse 1 dan Chorus, dan diakhiri dengan Verse 2.
Pada bagian selanjutnya, partikel ketiga di-
Setelah Verse 2 dari Liette, lagu diulangi kembali
nyanyikan oleh Claudia Liette. Claudia Liette
pada verse 1 dan Chorus, bagian ini menjadi Outro
merupakan penyanyi kebangsaan dan kebanggan
dalam lagu. Dalam Verse 1 hingga Chorus, Liette
publik Brazil. Partikel Liette sebagai berikut:
menyanyikan layaknya Pitbull dan JLo. Verse 1
Verse 1 dan Chorus merupakan pesan utama dalam lagu,
Put your flags up in the sky sehingga dinyanyikan berulang-ulang dalam tiap
(put them in the sky) partikel. Pembeda antara Liette dengan Pitbull
And wave them side to side dan JLo adalah pada verse kedua. Verse kedua
(side to side) merupakan verse dimana bahasa yang digunakan
Show the world where you’re from merupakan bahasa Brazil. Pada dasarnya yang
(show them where you’re from) menjadi kekuataan dari lagu ini selain Verse 1 dan
Show the world we are one Chorus, adalah Verse 2 milik Liette. Penggunaan

89
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

bahasa lokal mengindikasikan lagu tersebut Malacacheta


mempunyai rasa dan identitas dari sebuah tempat. Malacacheta merupakan perkusi yang mem-
Selain pada unsur lirik dalam ranah punyai dobel-head. Malacacheta bermembrankan
tekstual, adapun pembeda antara lagu WC kali seperti Snare pada Drum. Malacacheta dimainkan
ini dengan lagu lainnya, yakni pada alat musik yang dengan menggunakan 2 stik. Bunyi yang diproduk-
digunakan. Secara organologi, dari pendengaran si lebih tajam dibanding tamborim.
dan videoklip yang ada Ole Ola ini menggunakan Maracas
beberapa alat musik modern dan tradisional, asal Maracas merupakan perkusi yang dimainkan
Brazil. Hal ini dipercaya penulis untuk menambah dengan cara dikocok atau digoyangkan berkali-kali.
nilai ke-Brazil-an dari lagu ini, dan menunjukan Maracas merupakan perkusi yang dapat dimainkan
keberagaman dengan adanya alat musik modern. dengan mudah, cukup dengan menggoyangkannya
Alat musik modern yang digunakan adalah musik di tangan pemain. Biasanya satu pasang maracas
digital atau pemutar piringan hitam yang dimainkan terdiri dari 2 maracas, diletakan di tangan yang
oleh DJ. Alat musik lain yang mendominasi lagu kanan dan yang kiri. Bunyi maracas akan baik jika
adalah alat musik diatonis, Gitar dan Bass. Pada beriringan. Bunyi yang diproduksi akan seperti
alat musik tradisi yang digunakan merujuk pada desisan pasir.
alat musik Samba. Adapun beberapa alat musik Shekere
yang digunakan dalam lagu ini, adalah: Surdo, Shekere tidak berbeda jauh dengan Maracas,
Tamborim, Malacacheta, Maracas/Shekere. Shekere dimainkan dengan cara mengocok atau
Alat musik pada gambar 1 merupakan alat menggoyang-goyangkannya. Berbeda dengan
musik yang digunakan dalam permainan musik maracas, Shekere dimainkan tunggal, tidak seperti
samba. Adapun penjelasan dari alat musik tersebut: maracas yang dimainkan di tangan kiri dan kanan
Surdo (www.brazilproductions.com).
Surdo merupakan perkusi jenis drum yang Alat musik samba inilah yang digunakan
memiliki dobel-head yang besar. Bunyi yang dalam mengisi kekosongan dan pembentukan
diproduksi surdo mempunyai peran sebagai identitas dari lagu tersebut. Dari alat musik diatas,
pemegang ritmik untuk para pemain. Surdo secara eksplisit dapat dilihat bahwasanya alat musik
dapat memberikan suara singkup-singkup dalam samba yang digunakan lebih pada perkusi-perkusi.
alunannya. Biasanya Surdo dimainkan sambil Perkusi memang menghasilkan suara yang tegas
berdiri dengan digantung ke leher atau dipinggang. dan menghentak. Pemilihan perkusi samba ikut
Surdo dimainkan dengan sebuah stik. berpartisipasi dalam lagu adalah mempertegas
Tamborim bahwasanya nilai ke-Brazil-an menjadi nilai yang
Tamborim merupakan instrumen perkusi telah terintegrasi. Dalam beberapa kesenian Brazil,
yang mempunyai single-head yang kecil, diletakan alat musik perkusi memang lebih sering digunakan
di tangan. Bunyi yang diproduksi merupakan masyarakatnya. Beberapa kesenian Brazil yang
bunyi yang tajam. Biasanya Tamborim diisi di sela bersifat kolektif memerlukan sebuah alunan tegas
singkup yang tercipta. dan ritmik seperti halnya perkusi, sehingga perkusi

dĂďĞůλ͘Ăƌŝ<ŝƌŝŬĞ<ĂŶĂŶ͗^ƵƌĚŽdĂŵďŽƌŝŵ͕DĂůĂĐĂĐŚĞƚĂ͕DĂƌĂĐĂƐ͕ĚĂŶ^ŚĞŬĞƌĞ͘
;^ƵŵďĞƌ͗ǁǁǁ͘ďƌĂnjŝůƉƌŽĚƵĐƟŽŶƐ͘ĐŽŵĚŝĂŬƐĞƐƉĂĚĂƚĂŶŐŐĂůλμ:ƵŶŝμκλξͿ

90
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

di Brazil dalam penggunaannya sangat kuat. Dalam Ola ini. Keberadaannya kini sudah mengundang
lagu Ole Ola ini penggunaan beberapa alat musik kontroversi, dengan anggapan tidak mencerminkan
asal Brazil memberikan kesan bahwa musik tersebut keberagaman Brazil, apalagi tidak terkandung un-
merupakan variant musik milik Brazil. sur Brazil di dalamnya. Oleh karena itu, dalam sub
Setelah pembahasan pada bentuk luar dari bab sebelumnya, penulis mencoba merunut dan
lagu Ole Ola, adapun beberapa notasi dalam lagu mengkorelasikan wujud dalam tiap partikel yang
Ole Ola yang disertakan sebagai bentuk isi dari menjadi manifestasi dalam proses pengintegrasinya.
lagu. Notasi yang menjadi perhatian utama dari Pada dasarnya unsur Brazil sudah terbentuk pada
penulis adalah pada bagian yang paling dominan lagu Ole Ola ini, hal tersebut dapat dilihat dan di-
pada lagu, bagian tersebut ada pada bagian Verse rasa dari bahasa portugis yang digunakan walaupun
1 dan Chorus. Notasi yang disertakan merupakan hanya di verse kedua milik Claudia Liette dan alat
notasi dari melodi lagu dan mempunyai tempo musik seperti halnya Surdo, Tamborim, Malaca-
4/4. Notasi Verse 1 dan Chorus. cheta, Maracas/Shekere yang digunakan. Karakter
suara dari Claudia Liette yang terkesan berat dan
menggunakan bahasa Portugis sebenarnya sudah
dapat mewakili karakter dari suara Brazil, tetapi
memang tidak cukup kuat. Karakter musikal dari
permainan perkusi Samba juga sangat mengindi-
kasi bahwa terdapat nilai ke-Brazil-an yang ada
dalam lagu. Adapun notasi musik dari perkusi yang
dimainkan pada lagu Ole Ola.

Notasi melodi diatas, mengikuti pola ritmik dari Notasi diatas merupakan notasi dari
lagu. Pola ritmik merupakan pola penentu dari permainan Surdo pada bagian verse 2. Jenis suara
keseluruhan lagu, dengan adanya pola ritmik Surdo yang menyerupai bass drum mendominasi
lagu dapat berjalan sesuai tempo dan ritme yang dalam permainan ritmik dari verse 2 ini. Jenis suara
sudah ditentukan. Pada lagu Ole Ola ritmik yang yang berat dengan tempo yang cepat menjadi ciri
terbentuk sebagai berikut. khas permainan samba, dan terlihat dalam lagu
ini. Notasi selanjutnya adalah notasi dari dominasi
permainan Surdo dan Malacacheta pada bagian
refrain dari lagu. Dalam notasi di bawah, X
Pola ritmik yang terbentuk 4/4, yang berarti merupakan notasi dari Malacacheta yang suaranya
dalam 1 bar terjadi 4 ketukan dan itu terjadi pada menyerupai snare drum, sedangkan merupakan
keseluruhan pada lagu. Terbentuknya pola ritmik notasi dari Surdo. Bagian ini akan terulang-ulang
dan melodi mempermudah dan memberikan dalam permainan lagunya (lihat tabel format lagu
pengetahuan lebih lanjut terhadap proses hibriditas yang dibuat penulis).
yang terjadi, sehingga dalam penelusurannya proses
integrasi akan semakin nampak.

Saling Silang Ole Ola

Brazil sebagai tuan rumah sangat mempu- Dari Notasi musik lagu Ole Ola diatas, lagu ini
nyai pengaruh terhadap proses penciptaan lagu Ole berirama 4/4, sehingga tempo yang terbentuk

91
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

terkesan cepat. Dominasi Bass Drum atau Surdo, eight years travelling the country, learning
dan Snare atau Malacacheta menjadi yang utama. its music through intuition whilst repeatedly
Surdo dan Malacacheta saling mengisi satu sama rejecting academic training.
lain membentuk pola ritmik dalam musik. Bila Seorang pemusik yang merubah musik Brazil
dirunut dengan permainan perkusi samba. adalah Heitor Villa Lobos, ketika musik gereja
Ketukan yang dibentuk oleh permainan ritmik dan musik barat diacu oleh setiap masyarakat
samba dengan permainan ritmik dari lagu Ole Ola latin Amerika. Lobos lebih menciptakan musik
terkesan mempunyai kemiripan. Hal tersebut dapat yang melawan dalam tataran disini adalah, Lobos
dilihat pada notasi samba: melakukan mixing antara musik tradisi Portugis,
Negro dan Indian berintegrasi menjadi satu sintesa
kesatuan.
Lobos mengutamakan bunyi otentik dari
setiap bunyi musik yang diproduksi dan dalam
memproduksi bunyi yang mempunyai otentisitas,
alat musik yang digunakan adalah alat musik tradi-
si. Kepiawaian Lobos dalam menciptakan musik
adalah pada memadu-padankan unsur-unsur kebu-
dayaan yang teridentifikasi lewat musik. Maksud
dari kebudayaan disini adalah integrasi kebuda-
yaan lokal dan global. Menurut Sumaryono bahwa
Perpaduan tersebut berupa hubungan yang saling
Ketukan ritmik yang tercipta memang mem- terkait dan satu kesatuan tak terpisahkan yang
punyai pola yang sama dengan pola lagu Ole Ola, menghasilkan suatu seni pertunjukan yang khas
sehingga secara eksplisit dalam ketukan sudah (Sumaryono, 2011:166). Pada lagu Ole Ola meru-
dapat diketahui bahwa lagu Ole Ola mempunyai pakan hasil perpaduan seperti yang telah dilakukan
identifikasi musikal dari musik samba, Brazil. Pada oleh Lobos, yakni perpaduan dengan samba seba-
dasarnya musik Brazil terproduksi karena adanya gai musik asli Brazil dan Hip hop sebagai musik
perpaduan. Secara implisit dapat diketahui bahwa global. Pada dasarnya Hip Hop merupakan sebuah
musik Brazil, seperti samba atau lainnya meru- gerakan, Rabaka (1972: 5) menyatakan bahwa:
pakan musik kolektif, musik yang dikonsumsi ber-
Hip Hop generation is employed to
sama karena mengedepankan perpaduan yang ada.
conceptually capture not only black popular
Serupa dengan arah musik Brazil, Bethel (1998:
culture and black popular music after the
98) menyatakan bahwa: Black Arts and Feminist Art movements, but
The Brazilian panorama was dominated by also African American sociopolitical traditions
the giant figure of Heitor Villa-Lobos (1887- and movements after the Civil Rights, Black
1959), ‘the Rabelais of Latin American Power, Women’s Liberation, and Homophile
music’, incomparably the most popular serious movements of the 1960s and 1970s.
composer to have emerged from the continent. Rabaka menjelaskan bahwasanya, musik hip hop
He composed over a thousand works for all merupakan musik yang terbentuk secara konteks-
media and in all genres, fusing the musical tual yang kuat. Hal ini secara eksplisit menunjuk-
traditions of Portuguese, Negro and Indian
an bahwa jenis musik ini mempunyai semangat
into one vast synthesis, embracing every
perlawanan yang besar terhadap segala dominasi.
Brazilian region and social stratum past and
present. No wonder he boasted: ‘I am folklore; Menambahkan, Watkins (2005: 62) menyatakan
my melodies are just as authentic as those bahwa:
which originate in the souls of the people’. Hip hop movement was beginning to come
Once a popular musician himself, he spent to terms with itself: its rise and the enormous

92
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

influence it wielded in America and beyond. Menurut Watkins, musik rap terintegrasi dengan
In his assessment of the power of the moment, hip hop menjadi musik industry dan mendapat
the music, and the movement, John Forte, a perhatian lebih pada tahun 1998. Dimana musik
successful rap producer, explained that hip rap menjadi bagian terpenting dalam hip hop dan
hop has endure so many thing, from being menjadikan musik tersebut dimiliki oleh masyarakat
spit at by mainstream media and musicians luas. Musik Hip Hop yang berisikan beat-beat statis
to the deaths of Eazy-E, TuPac, Scott La Rock,
dan bertempo cepat dirasa mempunyai kesesuaian
and Biggie. And here it is, still standing, still
dengan perpaduan dengan samba. Selain itu Hip
powerful, having even more influence.
Hop memang sedang mengalami puncak musik
Watkins menyatakan musik hip hop merupakan industri, sehingga peminat lagu sudah terbiasa
musik percampuran yang mempunyai semangat dan mempermudah penerimaan. Dari telaah
dan menentang, sehingga dalam perkembangannya ini, perpaduan merupakan wujud pembentukan
musik Hip Hop menjadi musik yang diminati budaya yang berintegrasi menciptakan sesuatu yang
di seluruh dunia. Musik Hip Hop mempunyai baru. Sependapat dengan Lobos, Raditya (2013:
pengaruh yang besar pada perkembangan musik 13) menyatakan bahwa:
itu sendiri dan jenis musik lainnya. Secara spesifik,
Global dan lokal bercampur menjadi satu
adapun ciri-ciri yang bisa diketahui dari nada-nada kesatuan membentuk nilai baru yang tidak
Hip Hop, Rabaka (1972: 8) menyatakan: meninggalkan kedua nilai percampuran,
Hip Hop inheritance emphasizes: black music tetapi memperkaya. Hibriditas atas
has always been much more than music. It semua unsur musikal membuat kekuata
is the music of the outcast and opperessed, pertunjukan semakin kuat.
the “blue notes” and break-beats, the dark
Percampuran, seperti halnya yang dilakukan
rhythms and rhymes emerging from the
Lobos merupakan sebuah langkah efektif dalam
underbelly of and exiles in America, and as
such it has historically and currently continues memanfaatkan setiap aspek untuk berintegarsi dan
to serve sociopoliticial purposes. This means, berkorelasi. Nilai baru yang muncul pun menjadi
the rap music, as the major soundtrack of hip variatif dan menawarkan pembaruan. Pembaruan
hop culture. yang terjadi sangat memperkaya musik sebelumnya.
Pada musik Ole Ola ini, perpaduan antar
Secara Implisit, Rabaka menyatakan bahwa budaya lokal Brazil dan Global seperti Hip Hop
musik-musik perlawanan yang mempunyai dapat dirasa dalam alunan musiknya. Pertama,
tujuan dalam sosial politik dari sebuah gerakan perpaduan antara musik Brazil dan musik Modern,
dapat direpresentasikan lewat musik. Musik yang yakni perpaduan samba dengan hip hop. Kedua,
dinyanyikan adalah musik rap, dan kesamaan bahasa yang digunakan dipadu-padankan. Ketiga,
ideologi pada rap dan hip hop menjadikan rap jenis alat musik yang digunakan satu sama lain
menjadi yang utama dalam kebudayaan hip hop. saling berintegrasi. Sehingga wujud perpaduan
Kesamaan tujuan dan mediasi menjadikan Rap atau sering disebut hibriditas sangatlah kental
merupakan unsur terpenting dalam Hip Hop. terasa. Hibriditas adalah sebuah proses penciptaan
Watkins (2005: 61) menambahkan terkait Rap: identitas kultural menjadi jelas. Hasil jadi dari
Rap was the biggest story of the year in the hibriditas adalah perubahan identitas yang
music industry. Though the genre’s journey mengutamakan subjektivitas (Bhaba, 2007:124-
toward the mainstream began as far back as 126). Secara eksplisit, Bhaba menggambaran atas
the middle 1980’s, its most important and bergabungnya dua bentuk budaya yang mempunyai
impressive gains came in the late nineties. In sifat-sifat tertentu dari tiap bentuknya. Hibriditas
1998 proved to be a great year in hip hop. It
was the year that rap music’s ongoing flirtation tidak mengalahkan salah satu kebudayaan, tetapi
with the mainstream became real and unde- lebih pada penyatuan kedua unsur. Perpaduan
niable for the players that really matter, the antara satu unsur dengan unsur lain menjadi kunci
executives who run the major music groups. dalam penerapan hibriditas.

93
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

Pada proses hibridasi, terdapat proses imitasi Widayanti mengelaborasikan pembentukan


dan mimesis dalam keberlangsungannya. Bhabha identitas pada 3 tataran cara pembentukannya.
menyatakan bahwa mimikri adalah proses peniruan Pertama, adalah primordial, yaitu primordial
yang terjadi antara dua identitas berbeda dan juga merupakan pembentukan identitas yang lebih
tanda dari yang tidak teraproproasi, dan mimikri menekankan pada identitas yang didapat
merupakan suatu tindakan yang sengaja atau tanpa secara alami, yakni dengan identitas yang telah
sadar dilakukan pada interaksi atau hubungan membudaya. Identitas pada primordial merupakan
sosial dalam mempertahankan dominasi (Bhabha, proses turun menurun, sehingga Identitas
2007:126). Dalam pembentukannya, mimikri primordial merupakan identitas yang sangat kuat.
teraplikasikan dengan dua cara, yakni: tanpa sadar Kedua adalah konstruktivisme, konstruktivisme
dan disengaja. Secara general, mimikri dapat terjadi merupakan pembentukan identitas yang lebih
dengan secara tidak sengaja ketika ‘penubuhan’ atas menekankan pada identitas yang didapat dengan
sebuah budaya telah terjadi. Proses perpaduan antar proses interaksi. Interaksi yang dimaksud dari proses
kebudayaan sehingga memunculkan identitas baru. ini adalah proses sosial kekinian yang membentuk
Hibriditas pada lagu Ole Ola sangatlah terasa, tidak identitas, dengan kekuataan kultural-kultural yang
hanya karena alasan Brazil sebagai tuan rumah, diciptakan oleh masyarakat itu sendiri. Ketiga
tetapi karena alasan perpaduan budaya lokal dan adalah Instrumentalisme, instrumentalisme
global membuat musik dapat lebih mudah diterima merupakan pembentukan identitas yang terjadi
oleh para pendengar dan penonton. karena konstruksi penguasa, adanya kepentingan
yang membentuk identitas ini terjadi.
Ole Ola sebagai Identitas World Cup Aplikasinya terhadap lagu, dalam satu sudut
pandang Ole Ola merupakan wujud pembentukan
Berpangkal pada pembentukan identitas identitas Instrumentalisme. Hal ini dengan sangat
baru, memadu-padankan pengaruh kebudayaan mudah terlacak karena adanya kepentingan
yang ada menciptakan suatu bentuk yang baru WC dalam keberlangsungannya. Pembentukan
dan tidak membunuh satu sama lain, tetapi Identitas terjadi karena adanya pengaruh kuasa
saling meperkaya satu sama lain merupakan dari penguasa. Secara eksplisit, terdapat banyak
usaha hibriditas dalam pembentukan identitas. kepentingan dalam pembentukan lagu Ole Ola
Secara eksplisit pembentukan identitas terbentuk karena adanya kepentingan yang dilegitimasi
karena transformasi kebudayaan yang ada, yakni oleh WC sebagai sebuah event. Tetapi, ada satu
dengan hibriditas salah satunya. Membicarakan hal yang menjadi ketertarikan bila dirunut dengan
pembentukan identitas, pembentukan identitas pembentukan identitas melalui hibriditas, dalam
pada dasarnya terklafisikasikan kedalam tiga hibriditas terjadi perpaduan budaya sehingga
bentuk pembentukan, yakni, primordialisme, menciptakan suatu identitas baru, terdapat ikatan
konstruktivisme, dan instrumentalisme. Widayanti kultural yang ada di dalamnya.
(2009: 14) menyatakan bahwa: Secara implisit dapat diketahui bahwa
Pendekatan primordialisme menekankan pembentukan yang terjadi karena ikatan kultural
identitas sebagai sesuatu yang diperoleh yang membentuk identitas dari konstuktivisme.
secara alami (given), yang terbentuk melalui Penciptaan Ole Ola merupakan wujud dari proses
sosialisasi turun-temurun. Berbeda dengan sosial yang melalui ikatan-ikatan kultural yang ada,
pendekatan primordialisme, pendekatan yaitu ikatan kultural membentuk identitas kultural
konstruktivisme memandang identitas dalam keberlangsungannya. Keberadaan Ole Ola
sebagai proses sosial yang kompleks melalui
secara khusus, dan Official Lagu WC secara umum
ikatan-ikatan kultrural yang dibangun di
dalam masyarakat. sedangkan pendekatan dalam pembentukannya terjadi karena adanya
intrumentalisme memandang identitas konteks-konteks yang ada.
sebagai seseuatu yang dikonstuksikan untuk Alasan pembentukan terbagi atas tiga bentuk
kepentingan elit dan demi kekuasaan. pembentukan, terdapat dua alasan posisi subjek

94
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

dalam pembentukan Identitas. Pembentukan pembentukan dari adanya kesadasaran kesamaan.


identitas dengan cara melihat posisi subjek dalam Pernyataan ini diperkuat dengan pendapat
identitas dikemukakan oleh Hall (1990:223-228) Hall bahwa “Identitas budaya sebagai refleksi
yang memberikan dua pandangannya: pengalaman historis bersama, semacam ‘aneka
Pandangan esensialime dan anti esensial- diri’ yang dimiliki secara bersama-sama oleh orang-
isme. Pandangan yang pertama, identitas orang yang memiliki sejarah dan asal usul yang
kultural dimaknai sebagai sesuatu yang satu, sama” (Hall, 1996: 223). Peryataan tersebut lebih
budaya yang digunakan bersama, semacam menekankan pada kolektifitas, senada dengan Hall,
‘jati diri’ kolektif, bersembunyi di dalam Barker (2004: 22) menyatakan bahwa:
banyak hal yang lain, lebih superficial atau
Culture identity is a matter of “becoming”
artifisialitas yang dipaksakan pada ‘diri’. Di
mana kelompok orang dengan sebuah seja- as well as of “being”. It belongs to the future
rah bersama dan keturunan yang didasar- as much as to the past. It is not something
kan dalam kesamaan. Dengan pengertian which already exists, transcending place, time
seperti ini identitas kultural merefleksikan and culture. Culture identities come from
pengalaman sejarah yang sama dan berba- somewhere, have histories.
gai kode-kode kultural yang membawa kita Pernyataan Barker di sini menekankan pada
sebagai satu masyarakat. Pandangan yang identitas yang terbentuk karena “menjadi” dan
kedua, sebuah persoalan menjadi sepadan
dengan being. Jauh dari menjadi ‘selesai’ “tinggal di dalamnya”. Identitas seperti halnya
(fixed) mereka adalah subjek dari keber- sesuatu yang sudah mempunyai eksistensinya
lanjutan ‘bermain’ (play) dari sejarah, ke- sendiri, dalam tempat, waktu dan budaya yang
budayaan dan kekuasaan. transenden. Identitas berasal di suatu tempat yang
Pembentukan identitas memperlihatkan dimana mempunyai sejarah. Identitas dapat dibentuk karena
posisi subjek berada, dalam pandangan esensialis adanya kesamaan, baik sejarah, pengalaman, sosial
menyatakan bahwa identitas dimiliki dan digu- dan budaya. Lagu Ole Ola ini merupakan bentuk
nakan bersama. Identitas seakan dipatri dalam diri, kesadaran atas kolektif, sehingga pembentukan
dalam contoh yang lebih mudah adalah keturunan identitas merupakan tujuan dari keberadaan lagu
tionghoa identitasnya akan tionghoa dengan me- ini. Identitas terbentuk karena adanya persepsi yang
lihat ciri fisik (hal-hal yang terlihat tanpa harus kuat dan menjadi landasan atas sebuah hal.
dipikirkan). Dapat dikatakan bahwa posisi subjek Pembentukan identitas terdiri dari unsur-
disini adalah meneruskan identitas esensialis, di- unsur tertentu yang saling terkait, seperti halnya
mana dengan keberadaan subjek yang teregenerasi yang dinyatakan Burke bahwa dalam identitas,
terus menerus membuat pembentukan identitas identas seseorang atau kelompok merupakan
akan terbentuk. Pandangan sebaliknya adalah wilayah dimana bermacam-macam agensi berperan
anti esensial, pandangan ini lebih menitik berat- (Burke, 2009:7). Pernyataan Burke menekankan
kan bahwa seorang atau lebih subjek merupakan bahwa dalam pembentukannya, terdapat agensi-
partikel atau bagian dari identitas tersebut. Sub- agensi yang berperan. Terdapat faktor-faktor yang
jek merupakan partikel dalam sejarah, kebudayaan menjadikan sesuatu menjadi identitas. Agensi-
dan kekuasaan. Pembeda dari dua pandangan ini agensi disini berperan sebagai pembentuk identitas.
adalah, yang satu subjek diposisikan sebagai ahli Identitas dimiliki individu maupun kolektif,
waris, dan yang kedua subjek diposisikan sebagai sehingga dalam penerimaannya, identitas didasarkan
bagian dari identitas. pada kesamaan atas pengalaman, penubuhan dan
Tataran ini penciptaan lagu Ole Ola konteks tertentu. Castells menyatakan bahwa dalam
dalam pembentukannya dengan identitas lebih melihat identitas, identitas sebagai sumber makna
menekankan pada pandangan esensial. Lagu Ole dan pengalaman manusia, dan dari perspektif
Ola merupakan manifestasi dari proses integrasi sosiologi, semua identitas dikonstruksi (Castells,
yang berkorelasi. Ole Ola merupakan wujud 2010:6-7). Pernyataan Castells disini menguatkan

95
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

bahwa pembentukan identitas didasarkan ada nilai antar kebudayaan yang satu dengan yang lain telah
kesamaan pada pembentukan dan keberlangsungan mempunyai identitas sebelumnya. Dapat dikatakan
dari identitas itu nanti. Identitas terbentuk karena proses hibridasi menggabungkan identitas yang
kesamaan atas hal-hal tertentu sehingga individu ada dan membentuk identitas baru yang dapat
maupun kolektif merasakan dan bernaung pada dimaknai secara kolektif.
identitas tersebut.
Ole Ola secara khusus atau Official Song WC Esensi Ole Ola dalam Keberlangsungan
secara umum merupakan identitas dari gelaran WC
itu sendiri. Stokes (1994: 10) menyatakan bahwa: Secara retoris sebuah musik atau seni
Music is intensely involved in the propagation terbentuk tidak didasarkan pada teks saja, tetapi
of dominant classifications, and has been a tool kontekstual juga menjadi alasan seni terbentuk.
in the hands of new states in the developing Keterkaitan antara teks dan konteks membentuk
world, or rather, of those classes which have the esensi dari kesenian tersebut semakin kuat. Telaah
highest stake in these new social formations. lebih lanjut atas esensi sebuah seni didasarkan atas
fungsi dan kegunaan dari seni tersebut. Jikalau seni
Dalam hal ini, musik merupakan pralambang
tidak mempunyai alasan kepentingan maka seni
dari penguat dan penyebar atas kelas dominasi.
akan punah. Seni-seni tradisi yang hingga kini
Musik dapat menstimulasi pendengar untuk lebih
dipegang teguh karena mempunyai esensi, fungsi
menguatkan seseorang atau kolektif pada satu hal
dan kegunaan. Bagi seni yang tidak mempunyai
tertentu. Ole Ola mempunyai dominasi stimulant
fungsi dan guna, untuk keberlangsunganya
dalam membentuk identitas dan menguatkan
akan mengalami transformasi atas percampuran
identitas yang ada. Cohen (1994: 131) menyatakan:
dari fungsi dan guna baru dan lagu WC juga
Transnational trens or styles are received, terbentuk karena konteks-konteks tertentu. Lagu
mediated and appropriated within a local WC mempunyai nilai fungsi dan nilai guna dalam
context, and although popular music’s
keberlangsungannya, sehingga musik tersebut
communication networks are not restricted to
local or national boundaries, they increasingly menjadi simbol dari WC. Seperti yang telah
enable cultural productions within localities dibahas sebelumnya, secara implisit menyatakan
and the expression of local identity defined, bahwa lagu WC merupakan musik perwakilan dan
or perhaps emphasized, in relation to the non penyatu dari keberagaman budaya yang ada.
local. Locality (representing a district, city, Merriam dengan studinya yang menggaris-
region) can thus be seen as apolitical strategy bawahi fungsi dan guna pada sebuah kesenian
within a global, plural system. Within this menjadi hal yang penting, dalam Lagu WC, menilik
strategy, music exercises territorializing power, fungsi dan guna atas keberadaannya menjadi asalan
framing public and private spaces or domains. kuat dari esensi dan eksistensinya. Berhubungan
Ole Ola merupakan sebuah lagu yang menguta- dengan fungsi dan guna itu sendiri Merriam (1964:
makan transnational dengan menerima, memedia- 222-226) menyatakan bahwa fungsi:
si, dan mengakui konteks lokal mempunyai esensi Music can function as a mechanism of
yang kuat. Penggunaan musik populer seperti Ole emotional relase for a large group of people
Ola mengkomunikasikan hubungan antara lokal acting together.. an important function of
dan nasional, bahkan global. Lokalitas yang ada music, the, is the opportunity it gives for a
merupakan sebuah strategi dalam menghadapi ke- variety of emotional expressions- the release of
ragaman yang ada. Musik memberikan kekuataan otherwise unexpressible thoughts and ideas, the
tersendiri dalam masyarakat, baik publik ataupun correlation of a wide variety of emotions and
personal. music, the opportunity to “let off steam” and
Lagu Ole Ola terbentuk karena hibridasi perhaps to resolve social conflicts, function: the
budaya yang membentuk identitas baru, yakni function of aesthetic enjoyment, function of
identitas dari budaya yang dihibridasi. Perpaduan entertainment, function of communication,

96
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

function of symbolic representation and terkesan profan atau bersifat hiburan layaknya
function of physical response, function of pesta yang menjadi poin kunci dari lagu tersebut.
enforcing conformity to social norms, function Lagu yang dipenuhi beat dan tempo yang cepat
of validation of social institutions and memberikan stimulant pada tubuh untuk ikut
religious rituals, function of contribution to bergoyang sesuai dengan tempo dan maksud lagu.
the continuity and stability of cultre, function Lagu WC ini juga merupakan bentuk manifestasi
of contribution to the interagation of society.
dalam komunikasi tidak lagi antar kelompok mikro,
Secara eksplisit Merriam menyatakan bah- tetapi pada kelompok makro, dalam hal ini Negara.
wasannya musik berfungsi pada afektif dari Keberadaan lagu ini merupakan representasi simbol
penggunanya. Musik disini berfungsi pada tataran WC, simbol konsep unity atau kesatuan dalam
kolektif. Komunalistik emosional menjadi alasan kompetisi WC. Sifatnya yang kolektif membentuk
fungsi dari musik. Merriam mengisyaratkan lagu ini dapat dinyanyikan bersama pada bagian
bahwa musik merupakan kesempatan untuk Ole Ola dan mengundang respon psikomotorik
melepaskan emosi dari realitas yang ada. Realitas untuk ikut berjoged sesuai irama yang ada.
yang terbentuk atas konflik sosial, ekonomi dan Lagu WC yang berjudul we are one merupakan
segala bentuk manifestasi kontekstual. Merriam penegakan keselarasan dari konsep kesatuan
dalam kajiannya menspesifikasikan fungsi dari terhadap diskriminasi, penindasan, kekerasan
musik, yakni berfungsi sebagai kenikmatan estetis, dan konflik yang terjadi pada realitas sebenarnya.
berfungsi sebagai hiburan, berfungsi sebagai media Lagu WC dalam keberlangsungannya membentuk
berkomunikasi, berfungsi sebagai representasi integritas terhadap masyarakat, sekiranya dalam
simbol, dan berfungsi sebagai respon psikomotorik. tiga bulan lagu ini akan didengar setiap hari oleh
Musik juga berfungsi dalam menegakan keselarasan masyarakat, sehingga baik secara sadar maupun
dengan norma sosial yang ada, selain itu musik tidak sadar, lagu ini akan menubuh terhadap si
berfungsi sebagai validitas dari lembaga sosial yang pendengar. Beberapa faktor bahwa We Are One
ada, berfungsi sebagai partikel dalam budaya dan sebagai lagu WC mempunyai fungsi dari musik,
berintegrasi dengan masyarakat. sehingga lagu ini tidak dapat dipatahkan dalam
Fungsi dari Lagu WC mempunyai kesamaan keberlangsungannya. Setelah pada tataran fungsi
pada fungsi musik yang ditelaah oleh Merriam dan telah ditelaah lebih lanjut, adapun nilai kegunaan
lagu WC didasarkan tidak pada tataran individu dari musik, hal ini sudah berkorelasi, ketika
tetapi lebih pada kolektif. Lagu WC layaknya membicarakan fungsi, guna juga akan mejadi
penyetaraan atas struktur-sturktur yang ada, semua muatan di dalamnya.
struktur dikonstruksi kembali dengan perspektif Musik dalam keberadaannya memiliki guna,
baru. Perspektif yang menekankan kesetaraan dan baik secara konsep digunakan, berguna, atau guna
kesatuan, hal tersebut dibuktikan dengan judul dari itu sendiri. Merriam (1964:210) turut menjelaskan
Lagu WC itu sendiri, We Are One. Kesatuan dan nilai kegunaan dari musik itu sendiri, yaitu:
penyetaraan atas semua tim dalam pertandingan When we speak of the uses of music, we
sepak bola. Fungsi musik lagu WC ini merupakan are referring to the ways in which music is
bentuk pelepasan emosi atas realitas yang ada employed in human society, to the habitual
dan realitas yang terjadi seakan dipinggirkan dan practice or customary exercise of music either
membentuk realitas semu yang baru. as a thing in itself or in conjunction with other
Fungsi yang lebih spesifik, dalam lagu activities.. music is used in certain situations
Ole Ola mempunyai kenikmatan estetis dan pada and becomes a part of them, but it may or
dasarnya estetis dibentuk berdasarkan proses may not also have a deeper junction . Use
yang ada, dalam tataran ini estetis terjadi karena then, refers to the situation in which music
adanya unsur hibrida antara lokal Brazil dan musik is employed in human action.
Internasional. Lagu Ole Ola merupakan bentuk Merriam secara eksplisit menyatakan bahwa
perpaduan atas keberagaman. Lagu ini sangat penggunaan musik lebih mengacu kepada bagaima-

97
Michael HB Raditya, Musik sebagai Wujud Eksistensi dalam Gelaran World Cup

na masyarakat menggunakan musik tersebut. Mer- menjadi perihal utama dalam nilai guna. Dalam
riam menitikberatkan pada praktek kebiasaan atau keberlangsungannya, musik mempunyai nilai guna
latihan musik yang menjadi habit atau kebiasaan. pada situasi terkini dan menjadikan musik bagian
Pembiasaan pada musik menjadikan kegunaan dari kehidupan. Konteks pada kehidupan dalam
musik semakin esensial. Keberlangsungan sebuah musik menjadi nilai kegunaan dari sebuah kesenian.
musik menjadi bagian dari masyarakat, secara im- Mengartikan esensi dari sudut pandang fungsi dan
plisit Merriam menyatakan bahwa penggunaan guna menjadi hal yang menarik. Dari analisa diatas
musik dalam manifestasi tindakan menjadi per- secara eksplisit menyatakan bahwa keberadaan Ole
hatian utama dalam pola kegunaannya. Ola sangat kuat, tidak hanya karena bersamaan
Jika telaah Merriam diaplikasikan pada lagu dengan event, tetapi mempunyai fungsi dan guna
WC, Ole Ola sebagai official song dari gelaran WC yang larut menjadi esensi dari musik itu sendiri.
mempunyai nilai kegunaan bagi masyarakat. Dalam
keberlangsungannya lagu ini digunakan masyarakat Penutup
penyedia dan masyarakat penikmat. Penyedia disini
adalah official resmi penyiar WC, yang notabene Hasil telaah di depan menyatakan bahwa lagu
menjadikan Lagu WC layaknya lagu kebanggaan Ole Ola dalam gelaran WC diciptakan bukanlah
pada gelaran WC ini. Baik secara sadar dan tidak tanpa maksud dan tujuan, walaupun secara sekilas
sadar, para penikmat sepak bola atas musik seakan lagu tersebut tidak lain dengan lagu soundtrack
terkonstruksi untuk mendengar musik ini ketika sebuah film drama atau pertunjukan lain. Ole
melihat gelaran WC. Hal ini dapat dirasakan ketika Ola secara khusus dan Lagu WC lainnya secara
penulis pergi ke sebuah café, toko buku atau warung umum mempunyai kekuataan yang lebih besar
makan, yang memutar lagu ini secara berulang. dibandingkan soundtrack atas hal tertentu. Alasan
Lagu WC ini digunakan masyarakat karena kon- terkuat yang menjadikan lagu WC ini lebih kuat
tekstualnya sangat kuat. Gelaran WC ini memberi adalah durasi waktu yang lama dan dilagukan
stimulant tersendiri bagi masyarakat untuk turut setiap hari, baik oleh penyelenggara, pembuat
mendengarkan lagu ini, lebih mudahnya adalah, acara, dan pendengar saja. Secara implisit, tidak
terbiasa mendengar maka yang didengar akan me- dapat diperkirakan berapa juta kali lagu ini diputar
nubuh. Bahkan ketika melihat WC, secara tidak setiap harinya. Lalu, WC merupakan manifestasi
sadar karena terbentuknya penubuhan, lagu ini terpopuler di bumi ini. Tidak dapat dipungkiri
seakan terngiang-ngiang. Kegunaan membentuk bahwa setiap orang baik penonton biasa sampai
musik menjadi semakin esensial. Pada keberlang- penggila akan menyaksikan gelaran ini dari awal
sungannya, lagu Ole Ola telah menjadi bagian dari hingga WC berakhir. Bermiliar pasang bola mata
masyarakat dan secara otomatis terlihat ketika WC menyaksikan dan mengkumandangkan hal ini.
disaksikan dan dibicarakan. Lagu Ole Ola mempunyai kekuataan untuk
Adanya perbedaan yang jelas antara fungsi dan didengar karena penciptaan lagu hasil dari proses
guna dari sebuah hal, ketika Fungsi dititikberatkan hibriditas yang tidaklah merujuk pada musik
pada fungsi musik terhadap masyarakat. Merriam tertentu saja, tetapi lebih pada penggabungan
juga menambahkan bahwa kolektivitas dalam atas kebudayaan setempat dan kebudayaan global.
fungsi musik merupakan yang utama, mengingat Kebudayaan setempat adalah kebudayaan Brazil,
kesepuluh fungsi yang bersifat kolektif dan tujuan dalam tataran ini adalah Samba. Sedangkan,
penggunaannya. Dari fungsi yang dijabarkan kebudayaan global yang digunakan adalah
oleh Merriam, dikatakan bahwa fungsi bersifat kebudayaan populer, dalam tataran ini adalah
pada kontur budaya sosial masyarakat dalam Hip Hop. Penggabungan atas kedua unsur
keberlangsungannya. Pada nilai kegunaan, ini membentuk saling silang perpaduan yang
Merriam menegaskan bahwa kegunaan lebih menciptakan rasa baru dalam pengaplikasiannya.
mengutamankan musik dalam kehidupan sosialnya, Proses hibriditas yang terjadi ikut membentuk
dapat dikatakan disini adalah konteks dari teks identitas bagi lagu dan WC tersebut dan identitas

98
Vol. 15 No. 1, Juni 2014

terbentuk karena menjunjung kesamaan dan rasa Publication.


kolektif yang ada. Pembauran budaya membentuk Handoko, Anang. 2008. Sepak Bola Tanpa Batas.
identitas baru dan proses penerimaannya lebih Yogyakarta: Kanisius
cukup mudah, ditambah dengan adanya kuasa WC Merriam, Allan P. 1964. The Anthropology of Music.
sebagai event terbesar. Selain membentuk identitas, Northwestern: University Press.
keberadaan lagu WC juga tidak dapat dipandang Rabaka, Reiland, 1972. Hip Hop’s Inheritance: From
sebelah mata, karena pada keberlangsungannya the Harlem Renaissance to the Hip Hop Feminist
lagu WC mempunyai fungsi dan guna terhadap Movement. Maryland: Lexington Books
masyarakat. Ketika sebuah hal mempunyai fungsi Raditya, Michael HB. 2013. “Hibriditas Musik
dan guna maka eksistensinya akan terjaga. Dangdut dalam Masyarakat Urban” dalam
Journal of Urban Society’s Arts, Vol 13. No.1
Kepustakaan April 2013, 1-14
Rustiana dan Muhni, Djuhertati Imam. 2004.
Anwar, Khoirul. 2012. “Euforia Sepak bola, Studi “Musik Rap: Suatu Kajian Budaya Populer
Semiotika dalam iklan Piala Dunia History Amerika” dalam Humanika, Vol 17 No.4,
of Celebration”. [Tesis]. Program Pascasarjana Oktober 2004: 567-576.
Sosiologi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Sindhunata. 2002. Air Mata Bola: Catatan Sepak
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. bola Sindhunata. Jakarta: Kompas.
Bakdi Soemanto, 2008. “Sekapur Sirih” dalam Stratton, Garreth., Reilly, Thomas. 2004. Youth
Handoko, Anang. Sepak bola tanpa batas. Soccer: From Science to Performance. New York:
Yogyakarta: Kanisius Routledge
Barker, Chris. 2004. Cultural studies, theory & Stokes, Martin. 1994. Ethnicity, Identity and Music.
practice. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Oxford: Berg Publishers
Baudrillard, Jean 1993. The Transparency of Evil. Sumaryono, 2011. “Pertunjukan Wayang Topeng
London: Verso Pedalangan Yogyakarta” dalam Resital Jurnal
Bhaba, Homi. K. 2007. The Location of Culture. Seni Pertunjukan, Vol. 12 No.2, Desember
London: Routledge. 2011, 166-175.
Bethel, Leslie. 1998. A Cultural History Of Latin Watkins, Craig S. 2005. Hip Hop Matters. Boston:
America. Cambridge: Cambridge University Beacon Press
Press. Young, Robert J.C. 1995. Hybridity in Theory,
Brown, Adam. 1998. Fanatics! Power, Identity and Culture and Race. London: Routledge
Fandom in Football. London: Routledge. Yunita, Ayu Tresna, 2012. “Nasionalisme Eropa dan
Burke, J.P. 2009. Identity Theory. Oxford: Oxford Pengaruhnya Pada Lagu Seriosa di Indonesia”
University Press. dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan, Vol 13
Castells, M. 2010. The Power of Identity Second No. 2 Desember 2012, 159-165.
Edition. United Kingdom: Wiley- Blackwell. Widayanti, Titik. 2009. Politik Subaltern: pergulatan
Cohen, Sara. 1994. “Identity, Places and The identitas Waria. Jogjakarta: Polgov UGM.
Liverpool Sound” dalam Martin Stokes (ed)
Ethnicity, Identity and Music. Oxford: Berg Webtografi
Publishers
Hall, S. 1990. “Cultural Identity and Diaspora”, www.fifa.com
dalam Jonathan Rutherford (ed) Identity, www.republika.co.id
Culture, Difference. London: Lawrance and www.brazilproductions.com
Wishart. http://www.syracuse.com/entertainment/index.
Hall, Stuart. 1996. “Who Needs an Identity?” ssf/2014/05/pitbull_world_cup_anthem_
dalam Stuart Hall dan Paul du Gay (eds) jennifer_lopez_upsets_soccer_fans_in_brazil.
Questions of Cultural Identity.) London: Sage html

99

Anda mungkin juga menyukai