Anda di halaman 1dari 10

Hari, tanggal : Selasa, 20 April 2021

Kelompok 2
Dosen : Drh. Surachmi Setiyaningsih, PhD (SUS)

DIAGNOSIS AVIAN INFLUENZA

Anggota kelompok:

1. M. Fikram ( B04180058 )

2. Firda Hikmarizky ( B04180059 )

3. Oktaviani Putri ( B04180060 )

4. Endi Juniardi ( B04180061 )

5. Muklas Setia Almahdi ( B04180062 )

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

IPB UNIVERSITY

2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Virus influenza termasuk dalam famili Orthomyxoviridae yang dapat menginfeksi


beragam spesies termasuk unggas, babi, kuda, hewan air dan manusia (EASTERDAY et al.,
1997). Avian Influenza (AI) atau lebih dikenal oleh masyarakat sebagi “Flu Burung” adalah
penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Penyakit yang
pertama diidentifikasi di Italia lebih dari 100 tahun yang lalu, kini muncul di seluruh dunia
(Capua et al. 1999).
Avian Infuenza telah meresahkan dunia karena penyakit ini menyebar sangat cepat dan
mengakibatkan kematian unggas dalam jumlah yang sangat besar. Di Asia, wabah virus AI
mulai merebak sekitar tahun 90-an di Hongkong, dan selanjutnya virus ini telah menyebar ke
beberapa negara yaitu Thailand, Malaysia, China, Korea, Kamboja, Jepang, Vietnam, dan
termasuk Indonesia (OIE 2005; Meines et al. 2005) Virus flu burung H5N1 mewabah pada
unggas di Indonesia sejak tahun 2003 (Wuryastuti dan Wasito, 2003), dan juga negara negara
Asia sejak tahun 2004 ( Webster et al., 2006). Virus influenza A merupakan virus yang
menyebar luas dan menginfeksi banyak spesies hewan. Inang alami dari virus influenza A
adalah unggas air, dimana pada inangnya tersebut virus ini berada dalam keadaan seimbang
dan tidak menimbulkan penyakit (Webster et al. 1992). Secara periodik virus influenza
disebarkan/ditularkan ke inang lain, termasuk mamalia, dan menyebabkan infeksi yang
sifatnya sementara dan kadang-kadang menimbulkan kematian (Whittaker 2005).
Diagnosis flu burung dapat ditegakkan dengan 1 dari 3 pemeriksaan penunjang, berupa
pemeriksaan RT-PCR (Reverse-Transcriptase Polymerase Chain Reaction) untuk RNA avian
influenza A (H5N1), kultur virus, atau peningkatan empat kali lipat antibodi spesifik H5
Pemeriksaan fisik pada penyakit flu burung dapat ditemukan peningkatan suhu tubuh, laju
nadi, dan napas. Temuan pemeriksaan fisik lain dapat berupa sianosis pada bibir, ruam
kemerahan, mata merah dan berair, kongesti nasal, dan mukosa tenggorok hiperemis. Selain
itu, jika terjadi pneumonia akan ditemukan crackles atau wheezing di paru (Wu et al. 2013)

Tujuan

Praktikum bertujuan mengetahui tekhnik dan pembacaan hasil diagnosis terhadap


virus Avian Influenza.

TINJAUAN PUSTAKA
Avian Influenza

Virus AI dapat diklasifikasi ke dalam virus yang Low Pathogenic Avian Influenza
(LPAI) dan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI). Pembagian ini berdasar bentuk
genetik virus. Pada umumnya strain virus AI ada dalam bentuk
LPAI dan umumnya menyebabkan gejala klinis ringan atau bahkan tidak
memperlihatkan gejala klinis. Angka kematian hewan yang terinfeksi virus LPAI sangat kecil
bila tidak terjadi infeksi sekunder. Beberapa strain LPAI mampu bermutasi dibawah kondisi
lapang menjadi virus HPAI. Virus HPAI bersifat sangat infeksius dan fatal pada unggas dan
dapat menyebabkan kematian hingga 90 sampai 100% dalam waktu yang cepat dengan atau
tanpa memperlihatkan gejala klinis, dan ketika ini terjadi, maka penyakit dapat menyebar
dengan cepat antar flock (Swayne dan Suarez 2003).

Patogenesis

Patogenesis Penyebab AI adalah virus influenza tipe A subtipe H5, H7, dan H9, virus
H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya bagi burung, tidak seperti H5 dan H7. Awalnya
virus influenza A (H5N1) hanya ditemukan di hewan seperti: burung, bebek, dan ayam, tetapi
sejak 1997 virus ini mulai menjangkiti manusia (penyakit zoonosis)
Faktor virulen H5N1 termasuk kemampuan yang tinggi memecah hemaglutinin yang
dapat diaktifkan oleh multipel seluler protease, spesifik substitusi di polymerase dasar protein
2 (Glub627Lys) yang menguntungkan replikasi, dan substitusi di nonstruktural protein 1
(Asp92Glu) yang meningkatkan hambatan oleh interferon dan tumor necrosis factor α (TNF-
α) in vitro dan terjadi perbanyakan (replikasi) di babi, seperti terurai menjadi cytokine,
sebagian TNF-α di makrofag manusia yang terpajan virus (WHO, 2005)
Umumnya virus influenza, baik di manusia atau unggas adalah kelompok famili
Orthomyxoviridae. Berinteraksi dengan mucin, berdiameter 80–110 nm, mempunyai 8
segmen genom RNA (rybonucleic acid) rantai tunggal, mempunyai envelope atau
pembungkus, merupakan partikel pleiomorphic berukuran sedang yang terdiri atas 2 lapis
lemak dan. terletak di atas matriks M1 (M1) yang mengelilingi genom. Di permukaan
envelope terdapat dua tonjolan glikoprotein yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).
Protein lain selain H dan N, virus influenza A juga mempunyai protein matriks M1, M2,
nukleoprotein (NP), polimerase (PB1, PB2, PA), NS1, dan NEP. Masing-masing protein
mempunyai fungsi yang berbeda (Horimoto et.al. 2001)

Gejala Klinis AI pada Unggas


Masa inkubasi virus AI berlangsung beberapa jam sampai 3 hari. Masa inkubasi virus
AI tergantung pada jumlah virus, subtipe virus dan spesies unggas yang terserang (Elbers et
al. 2005). Sebagian besar infeksi oleh virus AI (LPAI) pada unggas liar tidak menimbulkan
gejala klinis (Capua dan Mutinelli 2001). Berdasarkan hasil penelitian pada itik mallard
infeksi oleh virus LPAI akan menekan fungsi sel T dan menyebabkan penurunan produksi
telur (Takizawa et al. 1995). Pada unggas-unggas domestik seperti ayam dan kalkun, gejala
klinis yang dapat diamati berupa bersin, batuk serta produksi air mata yang berlebihan.
Namun beberapa strain LPAI separti H9N2, dapat beradaptasi pada unggas dan dapat
menimbulkan gejala yang lebih nyata dan juga mengakibatkan kematian (Li 2005). Infeksi
LPAI H7N1 tahun 1999 di Italia yang menyerang peternakan kalkun menimbulkan gejala
klinis seperti batuk, bersin, kebengkakan pada sinus infraorbitalis, menurunnya produksi telur
(30% sampai 80%) serta kematian 5% sampai 20% dari populasi (Capua et al. 2003).
Infeksi oleh Virus AI yang patogenitasnya tinggi (HPAI) pada burung dan unggas air
hanya menyebabkan sedikit gejala klinis. Hal ini disebabkan karena pada spesies hewan
tersebut replikasi virus menjadi terbatas (Swayne dan Halvorson dalam Phuong 2005). Pada
unggas domestik seperti ayam dan kalkun, gejala klinis yang ditimbulkan oleh infeksi virus
HPAI menggambarkan replikasi virus dan kerusakan pada berbagai organ pencernaan, jantung
dan pembuluh darah serta sistem syaraf. Gejala klinis yang dapat diamati berupa jengger dan
pial yang berwarna biru keunguan, pembengkakan disekitar kepala dan muka, cairan yang
keluar dari hidung dan mata, pendarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki dan telapak
kaki, batuk, bersin, dan ngorok (Soejoedono dan Handharyani 2005).

Diagnosis

Penyakit Avian Infuenza memberikan gambaran gejala klinis dan perubahan patologik
yang bervariasi, oleh karena itu diagnosa definitif dari penyakit ini didasarkan atas isolasi dan
identifikasi virus. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik untuk
memperbanyak molekul DNA yang sangat spesifik dengan menggunakan sepasang
oligonukleotida yang terhibridisasi pada utas DNA yang berlawanan dan mengapit sekuen
DNA target. PCR merupakan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi virus Influenza walaupun gen virus ada dalam jumlah sedikit pada suatu
sampel (Poddar 2002; Payungporn 2004). Karena genom virus influenza merupakan RNA
utas tunggal, perlu dilakukan sintesis copy DNA (cDNA) yang bersifat komplementer
terhadap RNA viral. Enzim Reverse Transcriptase (RT) merupakan enzim polimerase yang
digunakan untuk mensintesa cDNA (WHO 2003).)
Deteksi dini yang sensitif untuk AI saat ini adalah metode Real Time Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction (Real Time RT-PCR). Walaupun kultur virus AI
merupakan standar emas, akan tetapi metode ini memakan waktu yang lama dan
membutuhkan kerja yang berat. Metode Real Time RT-PCR di lain pihak telah terbukti
merupakan deteksi yang sensitif dan cepat dalam mendeteksi kasus AI (Ng et al., 2006
.

METODOLOGI

Alat dan Bahan

Metodologi
HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Hasil Ct ayam dipasar unggas

Perlakuan Oropharynx Cloaca

15 - -

16 - -

17 - -

18 - -

19 - -

20 - -

21 - +

22 - -

23 - +

24 + -

25 - -

26 - -

27 + -

28 - -

29 - -

30 - -

Keterangan:
(- ) = Negatif AI
(+) = Positif AI

Pada Praktikum ini kita melakukan pengujian terhadap adanya paparan virus Avian
Influenza pada 30 sampel swab oropharynx dan cloaca yang didapatkan dari 3 pedagang
ayam di pasar unggas kemudian dibagi dengan 2 kelompok. Kelompok kami mendpatkan
sampel uji nomor 15 sampai dengan sampel ke-30 yang diambil dari 5 sampel pada
setiap pedagang ayam. Pedagang Pertama dengan sampel nomor 15 sampai sampel
nomor 20 menunjukan adanya hasil negative pada swab daerah oropharynx maupun
cloaca. Pada sampel dari pedagang ayam yang kedua dengan sampel nomor 21 sampai
sampel nomor 25 menunjukkan adanya hasil positif adanya infeksi virus Avian Influenza
pada sampel nomor 24 osopharynx dan dua sampel pada sampel nomor 21 dan nomor 24
menunjukan adanya hasil positif terinfeksi virus Avian Influenza pada swab daerah
cloaca

PENUTUP

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

Capua I et al. 1999. Outbreaks of highly pathogenic avian influenza (H5N2) in Italy during
October 1997 to January 1998. Avian Pathol 28: 455-460.

Committee of the World Health Organization (WHO) Consultation of Human Influenza A/H5.
Current concepts avian influenza A (H5N1) infection in humans. N Engl J Med.
September 2005, 353(13):1374–85.

EASTERDAY, B.C., V.S. HINSHAW and D.A. HALVORSON. 1997. Influensa, diseases of
poultry. In: Disease of Poultry, 9th ed. B.W. CALNEK, H.J. BARNES, C.W. BEARD,
L.R. MCDOUGALD and Y.M. SAIF (Eds.). Ames, Iowa State University Press. pp.
583-605

Horimoto, T., Kawaoka, Y. Jan 2001. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses.
Clinical microbiology reviews, , 14(1):129–49.

Maines TR et al. 2005. Avian influenza (H5N1) viruses isolated from human in Asia in 2004
exhibit increased virulence in mammals. J Virol 79: 11788-11800.

WHO. Influenza (Avian and Other Zoonotic). 2018. https://www.who.int/news-room/fact-


sheets/detail/influenza-(avian-and-other-zoonotic)

Wu C, Huang R, Chen J, Gu Q, Zhu B. Avian Influenza A(H7N9) Virus Screening in Patients


with Fever and Flu-Like Symptoms in a Tertiary Hospital in an Area with Confirmed
Cases. PLoS One. 2013; 8(12): e82613.

Anda mungkin juga menyukai