Kelompok 2
Dosen : Drh. Surachmi Setiyaningsih, PhD (SUS)
Anggota kelompok:
1. M. Fikram ( B04180058 )
IPB UNIVERSITY
2021
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Avian Influenza
Virus AI dapat diklasifikasi ke dalam virus yang Low Pathogenic Avian Influenza
(LPAI) dan Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI). Pembagian ini berdasar bentuk
genetik virus. Pada umumnya strain virus AI ada dalam bentuk
LPAI dan umumnya menyebabkan gejala klinis ringan atau bahkan tidak
memperlihatkan gejala klinis. Angka kematian hewan yang terinfeksi virus LPAI sangat kecil
bila tidak terjadi infeksi sekunder. Beberapa strain LPAI mampu bermutasi dibawah kondisi
lapang menjadi virus HPAI. Virus HPAI bersifat sangat infeksius dan fatal pada unggas dan
dapat menyebabkan kematian hingga 90 sampai 100% dalam waktu yang cepat dengan atau
tanpa memperlihatkan gejala klinis, dan ketika ini terjadi, maka penyakit dapat menyebar
dengan cepat antar flock (Swayne dan Suarez 2003).
Patogenesis
Patogenesis Penyebab AI adalah virus influenza tipe A subtipe H5, H7, dan H9, virus
H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya bagi burung, tidak seperti H5 dan H7. Awalnya
virus influenza A (H5N1) hanya ditemukan di hewan seperti: burung, bebek, dan ayam, tetapi
sejak 1997 virus ini mulai menjangkiti manusia (penyakit zoonosis)
Faktor virulen H5N1 termasuk kemampuan yang tinggi memecah hemaglutinin yang
dapat diaktifkan oleh multipel seluler protease, spesifik substitusi di polymerase dasar protein
2 (Glub627Lys) yang menguntungkan replikasi, dan substitusi di nonstruktural protein 1
(Asp92Glu) yang meningkatkan hambatan oleh interferon dan tumor necrosis factor α (TNF-
α) in vitro dan terjadi perbanyakan (replikasi) di babi, seperti terurai menjadi cytokine,
sebagian TNF-α di makrofag manusia yang terpajan virus (WHO, 2005)
Umumnya virus influenza, baik di manusia atau unggas adalah kelompok famili
Orthomyxoviridae. Berinteraksi dengan mucin, berdiameter 80–110 nm, mempunyai 8
segmen genom RNA (rybonucleic acid) rantai tunggal, mempunyai envelope atau
pembungkus, merupakan partikel pleiomorphic berukuran sedang yang terdiri atas 2 lapis
lemak dan. terletak di atas matriks M1 (M1) yang mengelilingi genom. Di permukaan
envelope terdapat dua tonjolan glikoprotein yaitu hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).
Protein lain selain H dan N, virus influenza A juga mempunyai protein matriks M1, M2,
nukleoprotein (NP), polimerase (PB1, PB2, PA), NS1, dan NEP. Masing-masing protein
mempunyai fungsi yang berbeda (Horimoto et.al. 2001)
Diagnosis
Penyakit Avian Infuenza memberikan gambaran gejala klinis dan perubahan patologik
yang bervariasi, oleh karena itu diagnosa definitif dari penyakit ini didasarkan atas isolasi dan
identifikasi virus. Polymerase Chain Reaction (PCR) merupakan suatu teknik untuk
memperbanyak molekul DNA yang sangat spesifik dengan menggunakan sepasang
oligonukleotida yang terhibridisasi pada utas DNA yang berlawanan dan mengapit sekuen
DNA target. PCR merupakan salah satu alternatif metode yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi virus Influenza walaupun gen virus ada dalam jumlah sedikit pada suatu
sampel (Poddar 2002; Payungporn 2004). Karena genom virus influenza merupakan RNA
utas tunggal, perlu dilakukan sintesis copy DNA (cDNA) yang bersifat komplementer
terhadap RNA viral. Enzim Reverse Transcriptase (RT) merupakan enzim polimerase yang
digunakan untuk mensintesa cDNA (WHO 2003).)
Deteksi dini yang sensitif untuk AI saat ini adalah metode Real Time Reverse
Transcriptase Polymerase Chain Reaction (Real Time RT-PCR). Walaupun kultur virus AI
merupakan standar emas, akan tetapi metode ini memakan waktu yang lama dan
membutuhkan kerja yang berat. Metode Real Time RT-PCR di lain pihak telah terbukti
merupakan deteksi yang sensitif dan cepat dalam mendeteksi kasus AI (Ng et al., 2006
.
METODOLOGI
Metodologi
HASIL DAN PEMBAHASAN
15 - -
16 - -
17 - -
18 - -
19 - -
20 - -
21 - +
22 - -
23 - +
24 + -
25 - -
26 - -
27 + -
28 - -
29 - -
30 - -
Keterangan:
(- ) = Negatif AI
(+) = Positif AI
Pada Praktikum ini kita melakukan pengujian terhadap adanya paparan virus Avian
Influenza pada 30 sampel swab oropharynx dan cloaca yang didapatkan dari 3 pedagang
ayam di pasar unggas kemudian dibagi dengan 2 kelompok. Kelompok kami mendpatkan
sampel uji nomor 15 sampai dengan sampel ke-30 yang diambil dari 5 sampel pada
setiap pedagang ayam. Pedagang Pertama dengan sampel nomor 15 sampai sampel
nomor 20 menunjukan adanya hasil negative pada swab daerah oropharynx maupun
cloaca. Pada sampel dari pedagang ayam yang kedua dengan sampel nomor 21 sampai
sampel nomor 25 menunjukkan adanya hasil positif adanya infeksi virus Avian Influenza
pada sampel nomor 24 osopharynx dan dua sampel pada sampel nomor 21 dan nomor 24
menunjukan adanya hasil positif terinfeksi virus Avian Influenza pada swab daerah
cloaca
PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Capua I et al. 1999. Outbreaks of highly pathogenic avian influenza (H5N2) in Italy during
October 1997 to January 1998. Avian Pathol 28: 455-460.
Committee of the World Health Organization (WHO) Consultation of Human Influenza A/H5.
Current concepts avian influenza A (H5N1) infection in humans. N Engl J Med.
September 2005, 353(13):1374–85.
EASTERDAY, B.C., V.S. HINSHAW and D.A. HALVORSON. 1997. Influensa, diseases of
poultry. In: Disease of Poultry, 9th ed. B.W. CALNEK, H.J. BARNES, C.W. BEARD,
L.R. MCDOUGALD and Y.M. SAIF (Eds.). Ames, Iowa State University Press. pp.
583-605
Horimoto, T., Kawaoka, Y. Jan 2001. Pandemic threat posed by avian influenza A viruses.
Clinical microbiology reviews, , 14(1):129–49.
Maines TR et al. 2005. Avian influenza (H5N1) viruses isolated from human in Asia in 2004
exhibit increased virulence in mammals. J Virol 79: 11788-11800.