Anda di halaman 1dari 18
Reni Yuli Astutik Dwi Ertiana Anemia dalam Kehamilan Copyright © 2018 Reni Yuli Astutik & Dwi Ertiana All rights reserved Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang. Pertama kali diterbitkan di Indonesia dalam bahasa Indonesia oleh Pustaka Abadi. Hak moral atas buku ini eh Penulis. Hak ekonomi atas buku ini dimiliki oleh Penulis dan Penerbit sesuai dengan perjanjian. Dilarang mengutip atau memperbanyak baik sebagian atau keseluruh isi ‘buku dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.. Penulis Reni Yuli Astutik, Dwi Ertiana Pemeriksa Aksara: Fonitri Oktavia Pribadi Desain Sampul dan Tata Letak: Triana Novitasari Cetakan pertama Desember, 2018, 15,5 x 23 cm; 118 him; ISBN 978-602-5570-64-3 Diterbitkan Oleh: CV. Pustaka Abadi ‘Anggota IKAPI No. 185/JT1/2017 Kantor 1, Perum ITB Cluster Majapahit Blok P No. 2, Jember, Jawa Timur, 68132 Kantor 2, Jl. Jawa 2, D-1, Jember, Jawa Timur, 68121, Email: redaksi@pustakaabadi cod Website: wwwpustakaabadi.co.id Dipindai dengan CamScanner BAB 1 Konsep Anemia Pendahuluan Anemia atau sering disebut dengan istilah kurang darah merupakan suatu kondisi dengan jumlah sel darah merah berkurang dan mengakibatkan oxygen-carrying capacity tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis tubuh bervariasi dan setiap orang berbeda tergantung usia, jenis kelamin, ketinggian tempat tinggal di atas permukaan laut, merokok, dan tahap kehamilan. Diperkirakan 18% wanita yang tinggal di negara industri mengalamianemia, sedangkan di negara berkembang jumlahnya meningkat hingga 56% dan merupakan faktor yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan pada wanita serta kematian selama kehamilan dan persalinan. 1.1 Pengertian Anemia Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa hemoglobin Anemia dalam Ke Dipindai dengan CamScanner (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Pengertian anemia menurut Bakta (2009) anemia secara labolatorik adalah suatu keadaan apabila terjadinya penurunan kadar Hb di bawah normal, kadar eritrosit dan hematrokrit (packedredcell). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO, 1992) anemia adalah suatu keadaan yang ditunjukkan dengan kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Anemia juga didefinisikan sebagai suatu penurunan massa sel darah merah atau total Hb, secara lebih tepat dikatakan kadar Hb normal pada wanita yang sudah menstruasi adalah 12,0 dan untuk ibu hamil 11,0 g/dL. Namun tidak ada efek merugikan bila kadarnya <10,0 8/dL (Varney, 2006). Anemia adalah suatu konsentrasi apabila hemoglobin <105 g/L atau penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen, hal tesebut terjadi akibat penurunan produksi sel darah merah, dan/atau penurunan Hb dalam darah. Anemia sering didefinisikan sebagai penurunan kadar Hb darah sampai di bawah rentang normal 13,5 g/dL (pria); 11,5 g/ dL (wanita); 11,0 g/dL (anak-anak) (Fraser dan Cooper, 2011) 1.2 Patofisiologi Anemia Patofisiologi Anemia dapat dilinat pada Gambar 1: 2 Reni Yuli Astutik & Dwi Erti Dipindai dengan CamScanner ‘ied 4 enrepaless Kehlangyn évvah ‘Desa r “Vas earah mera L hemoglobin hondi nemt) Tiewamsuan membown clsgenthipokzems) ro Tena Tremonton] [ema rae ‘econ masta || ‘bose it Tone ove Tenhwtiees | eaoeae neue keris jantung T Heerth Rate, diletes! kapiler, in Aldosteron T 4p atewsen meat rover ‘t Ertrepolien v n Tanner Sanaa? Tain ne aT nomwimone | [Loni Gambar 1. Patofisiologi Anemia (Sumber: Sylvia Anderson Price & Lorraine M. Wilson) 1.3 Kriteria Anemia Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO (1992) adalah: 1. Laki-laki dewasa : Kadar Hb <13g/dL 2. Wanita dewasa tidak hamil : Kadar Hb <12¢/dL 3. Wanita hamil : Kadar Hb <11g/dL 4, Anak umur 6-14 tahun : Kadar Hb <12g/dL. 5. Anak umur 6 bulan-6 tahun : Kadar Hb <11g/dL Anemia dalam Kehamilan 3 Dipindai dengan CamScanner Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya jika dari hasil laboratorium didapatkan: 1. 2. 3. Kadar Hb <10 g/dL Hematokrit <30 g/dL Eritrosit < 2,8 juta/mm3 (Bakta, 2009). 1.4 Klasifikasi Anemia 1. Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis ‘Anemia berdasarkan Etiopatogenesisnya dapat diklasifi- kasikan sebagai berikut: a. b. 4 Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang 1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit a) Anemia defisiensi besi b) Anemia defisiensi asam folat c) Anemia defisiensi vitamin B12 2) Gangguan penggunaan besi a) Anemia akibat penyakit kronik b) Anemia sideroblastik 3) Kerusakan sumsum tulang. a) Anemia aplastik b) Anemia mieoloplastik c) Anemia pada keganasan hematologi d) Anemia diseritropoietik e) Anemia pada sindrom mielodisplastik 4) Kekurangan eritropoietin Anemia pada gagal ginjal kronik Anemia akibat perdarahan 1) Pasca perdarahan akut 2) Akibat perdarahan kronik 3) Anemia hemolitik Reni Yuli Astutik & Dwi Dipindai dengan CamScanner a) Anemia hemolitik intrakorpuskular (1) Gangguan membran eritrosis (membranopati) (2) Gangguan enzim eritrosit (enzinopati): akibat defisiensi G6PD (3) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) (a) Thalassemia (a) Hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dan lain-lain b) Anemia hemolitik ekstrakorpuskuler (1) Anemia hemolitik autoimun (2) Anemia hemolitik mikroangiopati, dan lain-lain c. Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan patogenesis yang kompleks. 2. Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi Klasifikasi lain dari anemia dapat dibedakan berdasarkan morfologi dan dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepi dan berdasarkan etiologinya. Berdasarkan klasifi- kasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan: a. Anemia hipokromik mikrositer MCV<80 fl dan MCH<27 pg Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata. merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam kilometer kubik, dengan batas normal 81-96 mm’, apabila kurang dari 81 mm®. Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau konsen- trasi hemoglobin rata-rata adalah mengukur banyak he- moglobin yang terdapat dalam satu sel darah merah. Nilai normainya kira-kira 27-31 pikogram/sel darah merah. 4) Anemia defisiensi besi 2) Thalassemia mayor 3) Anemia akibat penyakit kronik 4) Anemia sideroblastik Anemia dalam Kehamilan 5 Dipindai dengan CamScanner b. Anemia normokromik normositer MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg 1) Pasca perdarahan akut 2) Aplastik Hemolitik didapat 3) Akibat penyakit kronik 4) Pada gagal ginjal kronik 5) Sindrom mielodiplastik 6) Keganasan hematologik c. Anemia makrositer MCV > 95 fl 1) Bentuk megaloblastik, kejadian 29,00% a) Defisiensi asam folat b) Defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa 2) Bentuk non-megaloblastik a) Pada penyakit hati kronik b) Pada hipotiroidisme c) Pada sindrom mielodisplastik. (Bakta, 2009) 3. Anemia Berdasarkan Penyebab Klasifikasi anemia yang lain dibedakan berdasarkan fak- tor penyebab. Berdasarkan penyebabnya, anemia dapat dike- lompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Anemia karena hilangnya sel darah merah Anemia Karena hilangnya sel darah merah dapat diakibatkan adanya perdarahan. Perdarahan yang dapat menyebabkan hilangnya sel darah merah di antaranya Karena perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, maupun perdarahan akibat operasi. Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan kurangnya jumlah darah dalam tubuh, sehingga terjadi anemia. Anemia karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini jarang terjadi. Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan 6 utik & Dwi Ertinna Dipindai dengan CamScanner dan bahaya yang diakibatkannya. Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah disebabkan oleh proses perdarahan akibat penyakit atau trauma, atau akibat Pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluer selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisiensi zat besi (Arisman, 2009). Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah ‘Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena kekurangan unsur penyusun. sel darah merah (asam folat, vitamin B 12, dan zat besi), gangguan fungsi sumsum tulang misalnya adanya tumor, Pengobatan, toksin serta tidak adekuatnya stimulasi karena berkurangnya eritropoitin misalnya pada penyakit Binjal kronik. Jumlah sel darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kKerusakan pada daerah sumsum tulang atau bahan dasar produksi tidak tersedia. Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah dapat terjadi karena overactive-nya Recitu Leondothelial System (RES). Meningkatnya destruksi sel darah merah dan tidak adekuatnya produksi sel darah merah biasanya karena faktor: 1) Kemampuan respon sumsum tulang terhadap penurunan sel darah merah kurang karena mening- katnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi darah. Meningkatnya sel darah merah yang masih muda da- lam sumsum tulang dibanding yang matur/matang. Ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam sirkulasi (seperti meningkatnya kadar bilirubin) (Tarwoto, Wasnidar, 2007). 2 3 Anemia dalam Kehamilan 7 Dipindai dengan CamScanner Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sumsum tulang akan beredar melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang berlebihan belum matur (muda) dapat juga disekresi ke dalam darah. Sel darah yang usianya muda biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia (Proverawati, 2011). Penyebab anemia khususnya di negara berkembang (Afrika Sub Sahara) selama kehamilan seringkali dipercaya disebabkan dari kekuranggan nutrisi, terutama kekurangan zat besi, kekurangan folat, kekurangan- kekurangan vitamin lain yang juga dapat menyebabkan anemia. Di Indonesia menunjukkan bahwa kekurangan vitamin A dapat menyebabkan anemia dalam kehamilan. Penyebab lain anemia yang tersering di negara berkembang adalah infeksi parasitic, termasuk disentri amuba, malaria, cacing tambang, hemoglobinopati dan schistosomiasis. Faktor-faktor yang bertanggung jawab pada anemia sangat banyak dan kontribusi relatif mereka dapat diharapkan beragam pada berbagai area geografis dan berbagai musim. Pengetahuan penting tentang sebab-sebab yang berbeda seharusnya membentuk basis atau dasar untuk strategi-strategi dalam memberikan intervensi untuk mengontrol anemia. Nilai Hb yang tinggi (>130 g/L) ternyata juga berhubungan dengan kenaikan risiko mortalitas. Hasil ini diperoleh melalui inklusi data dari Harrison dan Rossiter yang menunjukkan bahwa suatu peningkatan dalam risiko mortalitas pada para wanita dengan hematokrit >0,45. Penjelasan ini belum diketahui dengan pasti, namun dapat dikaitkan dengan bagian dari dehidrasi dan hemokonsentrasi dalam kegawatdaruratan (Fraser dan Cooper, 2011). 8 Reni Yuli Astutik & Dwi Ertiana Dipindai dengan CamScanner 4. Anemia Berdasarkan Ukuran Sel Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel antara lain: a. Anemia mikrositik Sebab utamanya defisiensi dan talasemia (gangguan Hb). b. Anemia normositik Disebabkan karena penyakit kronis, misal penyakit ginjal. c. Anemia makrositik Penyebab utamanya adalah anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi alkohol dan anemia megaloblastik. 1.5 Pemeriksaan untuk Menentukan Ane- mia Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk menentukan derajat anemia dan pengujian defisiensi zat besi, yang dapat menggunakan pemeriksaan laboratorium. Penentuan derajat anemia dapat dilakukan melalui pemerik- saan darah rutin, seperti pemeriksaan HB, Ht, hitung jumlah RBC, bentuk RBC, jumlah retikulosit sementara uji defisiensi zat besi melalui pemeriksaan feritin serum, kejenuhan transferin dan protoporfirin eritrosit (Arisman, 2009). Tes lain dapat dilakukan untuk mengidentifikasi masalah medis yang dapat menyebabkan anemia. Tes darah digunakan untuk mendiagnosa beberapa jenis anemia yang mencakup: 1. Darah kadar vitamin B12, asam folat, dan vitamin dan mineral Pemeriksaan sumsum tulang .. Jumlah darah merah dan kadar hemoglobin Hitung terikulosit Kadar feritin Kadar besi (Proverawati, 2011). PA Pw Anemia dalam Kehamilan 9 Dipindai dengan CamScanner BAB 2 Anemia dalam Kehamilan Pendahuluan Prevalensi anemia yang tinggi hampir menyerang seluruh kelompok umur di masyarakat. Salah satu kelompok masyarakat yang memiliki prevalensi tinggi yakni kelompok wanita hamil. Berbagai negara termasuk Indonesia melaporkan angka prevalensi anemia pada wanita hamil tetap tinggi meskipun bervariasi. Prevalensi pada kehamilan di negara maju yaitu rata-rata 18%, sedangkan prevalensi rata- rata anemia pada wanita hamil di negara berkembang sekitar 63,5%-80%. Prevalensi anemia di dunia diperkirakan 30% dari populasi dunia dan sekitar 500 juta orang diyakini menderita anemia. WHO (2012) melaporkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil di dunia berkisar rata-rata 41,8%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia sebesar 37,1%. 10 Reni Yuli Astutik & Dwi Ertiana Dipindai dengan CamScanner 2.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan Anemia dalam kehamilan dapat diartikan ibu hamil yang mengalami defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu anemia dalam kehamilan dapat dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) <14 gr% pada trimester | dan lit sedangkan pada trimester Il kadar hemoglobin <10,5 1%. Anemia kehamilan disebut “potentional danger to mother and child” (potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Bobak, 2005; Manuaba, 2007). Pengertian anemia dalam kehamilan yang lain dikemukakan oleh Myers (1998 dalam Ertiana, Astutik, 2016), yaitu suatu kondisi adanya penurunan sel darah merah atau menurunnya kadar Hb, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. 2.2 Etiologi Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh kekurangan besi (anemia defisiensi besi) yang dikarenakan kurangnya masukan unsur besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan, misalnya pada perdarahan (Wiknjosastro, 2006). Menurut Soebroto (2009), anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang disebabkan oleh bermacam- macam penyebab. Selain disebabkan oleh defisiensi besi, kemungkinan dasar penyebab anemia di antaranya adalah penghancuran sel darah merah yang berlebihan dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kehilangan darah atau Jam Kehamilan U1 Dipindai dengan CamScanner perdarahan kronik, produksi sel darah merah yang tidak optimal, gizi yang buruk misalnya pada gangguan penyerapan protein dan zat besi oleh usus, gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang. 2.3 Tanda dan Gejala Gejala umum anemia seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya disebut juga sebagai mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan kadar Hb. Gejala ini muncul pada setiap kasus anemia setelah penurunan Hb sampai kadar tertentu (Hb <8 g/dl). Sindrom anemia terdiri atas rasa lemah, lesu, cepat lelah, telinga mendenging, mata berkunang-kunang, kaki terasa dingin, dan sesak nafas. Pada pemeriksaan seperti kasus anemia lainnya, ibu hamil tampak pucat, yang mudah dilihat pada konjungtiva, mukosa mulut, telapak tangan dan jaringan dibawah kuku (Bakta, 2009). Menurut Soebroto (2009), gejala anemia pada ibu hamil di antaranya adatah: Cepat lelah Sering pusing Mata berkunang-kunang . Lidah luka Nafsu makan turun Konsentrasi hilang Nafas pendek Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda OPNOATEWN PE Sedangkan tanda-tanda anemia pada ibu hamil di antaranya yaitu: 4. Terjadinya peningkatan kecepatan denyut jantung karena tubuh berusaha memberi oksigen lebih banyak ke jaringan 2. Adanya peningkatan kecepatan pernafasan karena tubuh berusaha menyediakan lebih banyak oksigen pada darah 12. Reni Yuli Astutik & Dwi Ertiana Dipindai dengan CamScanner 3. Pusing akibat kurangnya darah ke otak 4. Terasa lelah karena meningkatnya oksigenasi berbagai organ termasuk otot jantung dan rangka 5. Kulit pucat karena berkurangnya oksigenasi 6. Mual akibat penurunan aliran darah saluran cerna dan susunan saraf pusat 7. Penurunan kualitas rambut dan kulit Gejala anemia dalam kehamilan yang lain menurut American Pregnancy (2016) di antaranya adalah: Kelelahan Kelemahan . Telinga berdengung . Sukar konsentrasi Pernafasan pendek Kulit pucat. Nyeri dada Kepala terasa ringan . Tangan dan kaki terasa dingin OMNDARYNE 2.4 Derajat Anemia Penentuaan anemia tidaknya seorang ibu hamil menggu- nakan dasar kadar Hb dalam darah. Dalam penentuan dera- jat anemia terdapat bermacam-macam pendapat, yaitu: 1. Derajat anemia berdasar kadar Hb menurut WHO adalah: a. Ringansekali : Hb 10 g/dl- batas normal b. Ringan b 8 B/0L9,9 g/dL. c. Sedang b 6 g/dL-7,9 g/dL. d. Berat b< 5 g/d 2. Derajat anemia menurut Manuaba (20014) yaitu: a. Tidakanemia :Hb 11 gr% b. Anemia ringan : Hb 9-10 gr% Anemia dalam Kehamilan 13 Dipindai dengan CamScanner c. Anemia sedang: Hb 7-8 gr% d. Anemia berat :Hb <7 gr% 3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes Rl) menetapkan derajat anemia sebagai berikut: a. Ringan sekali : Hb 11 g/dL- Batas normal b. Ringan :Hb 8 g/dL -< 11 g/dl c. Sedang :Hb 5 g/di- <8 g/dl d. Berat :Hb <5 g/dl Klasifikasi anemia pada ibu hamil berdasarkan berat ringannya, anemia pada ibu hamil dikategorikan adalah anemia ringan dan anemia berat. Anemia ringan apabila kadar Hb dalam darah adalah 8 gr% sampai kurang dari 11 81%, anemia berat apabila kadar Hb dalam darah kurang dari 8 gr% (Depkes RI, 2009). Dari keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa selama kehamilan, indikasi terjadi anemia jika konsentrasi Hb <10,5-114 g/dl. 2.5 Macam Anemia dalam Kehamilan Menurut Prawirohardjo (2009) berdasarkan faktor penyebab, anemia dalam kehamilan meliputi: 1. Anemia defisiensi besi Anemia defisiensi besi akan dibahas lebih lanjut dalam bab 3. 2. Anemia megaloblastik Anemia megaloblastik akan dibahas lebih lanjut dalam bab 4, 3. Anemia hipoplastik Anemia hipoplastik akan dibahas lebih lanjut pada bab 5. 4. Anemia himolitik Anemia himolitik akan dibahas lebih lanjut dalam bab 6. 14 Reni Yuli Astatik & Dwi Dipindai dengan CamScanner 5. Anemia-anemia lain Selain keempat faktor penyebab anemia di atas, menurut Soebroto (2009) seorang ibu hamil dapat menderita ane- mia dikarenakan sebab lain yang digolongkan sebagai anemia-anemia lain, misalnya berbagai jenis anemia hemolitik herediter atau yang diperoleh seperti anemia karena malaria, cacing tambang, penyakit ginjal mena- hun, penyakit hati, tuberculosis, sifilis, tumor ganas. Jika ibu mengalami kondisi tersebut dan dalam kondisi hamil, anemia yang dialami akan menjadi lebih berat, selain itu akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap ibu dalam masa kehamilan, persalinan, nifas dan bagi janin dalam kandungan. 2.6 Penanganan Anemia dalam Kehamilan Berikut penanganan anemia dalam kehamilan menurut tingkat pelayanan: (Saifuddin, 2002). 1. Pondok Bersalin Desa (Polindes) Anemia pada ibu hamil idealnya harus dideteksi dan ditangani sejak pelayanan kesehatan dasar. Di desa, ibu hamil perlu berkunjung ke Polindes untuk mengetahui kondisi kehamilannya dan mengetahui jika ibu hamil terjadi anemia. Penanganan anemia di Polindes meliputi: a. Membuat diagnosis Klinik dan rujukan pemeriksaan laboratorium ke tingkat pelayanan yang lebih lengkap b. Memberikan terapi oral pada ibu hamil yang berupa pemberian tablet besi 90 mg/hari cc. Penyuluhan gizi ibu hamil dan menyusui 2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Wewenang Puskesmas untuk menangani kasus anemia pada ibu hamil di antaranya dengan cara: Anemia dalam Kehamilan 15 Dipindai dengan CamScanner a, Membuat dignosis dan terapi. b. Menentukan penyakit kronik (malaria, TBC) dan penanganannya. 3. Rumah Sakit Rumah sakit merupakan layanan kesehatan tingkat. lanjutan jika polindes dan puskesmas tidak dapat. menangani kasus anemia pada ibu hamil. Wewenang rumah sakit dalam menangani kasus anemia pada ibu hamil meliputi: a. Membuat diagnosis dan terapi b. Diagnosis thalasemia dengan elektroforesis Hb, bila ibu ternyata pembawa sifat, perlu tes pada suami untuk menentukan risiko pada bayi. 16 Reni Yuli Astutik & Dwi E Dipindai dengan CamScanner

Anda mungkin juga menyukai