DINDHA PRAMESTY
B300220004
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa skripsi ini telah
selesai dikerjakan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen kami. Dalam
proses pembuatan skripsi ini kami sebagai penyusun mengalami berbagai hambatan dan
gangguan, akan tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari media yang memadai,
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak ketinggalan pula kami sebagai penyusun
skripsi mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan dan pembuatan skripsi ini. Tentunya sebagai manusia yang tak sempurna, kami
selaku penyusun tak lepas dari kesalahan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca sebagai bahan evaluasi atas makalah yang kami buat. Harapannya agar kami
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
terutama pada anak yang tubuhnya masih rentan terhadap penyakit. Demam ditandai
dengan meningkatnya suhu di atas ambang normal. Peningkatan suhu tubuh dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu peningkatan suhu yang tergolong normal (bersifat
fisiologis) dan peningkatan suhu yang abnormal (patologis). Peningkatan suhu tubuh
dalam keadaan normal, misalnya peningkatan suhu setelah anak beraktivitas, setelah
mandi air panas, setelah makan, atau anak yang kurang minum. Peningkatan suhu yang
abnormal misalnya akibat penyakit. Beragam penyakit memang biasanya dimulai dengan
dilakukan berbagai cara mulai dari sederhana sampai harus ke pelayanan kesehatan.
Demam merupakan kasus tersering yang menyebabkan orang tua membawa anak ke
pelayanan kesehatan dan terkadang membuat orang tua panik (Lusia, 2015 dalam jurnal
Ada hal-hal yang harus mendapat perhatian khusus sehubungan dengan demam
pada anak di masa tumbuh kembangnya, yaitu anak dengan kejang demam. Anak yang
kejang demam merupakan masalah penting yang harus diketahui untuk melakukan
tindakan yang tepat jika terjadi, agar tidak membawa dampak yang serius. Kondisi demam
sebenarnya tidak berbahaya, tetapi jika demam tinggi dapat membahayakan anak. Demam
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial (Bararan dan Jaumar, 2013 dalam jurnal Jenyfer P. Kakalang 2016). Lebih
dari 90% penderita kejang demam terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun. Terbanyak
bangkitan kejang demam terjadi pada anak berusia antara usia 6 bulan sampai dengan 22
bulan. Insiden bangkitan kejang demam tertinggi terjadi pada usia 18 bulan. Kejang
demam merupakan kelainan neurologis yang paling sering ditemui pada anak. Pendapat
para ahli terbanyak kejang demam terjadi pada waktu anak berusia antara 3 bulan sampai
dengan 5 tahun.
Menurut The International League Against yang dikutip oleh Veisani, et al. 2014,
kejadian kejang demam pada bayi atau anak-anak pasti disertai suhu lebih dari 38°C tanpa
bukti adanya ketidakseimbangan elektrolit akut dan infeksi Central Nervous System
mendapatkan kejang demam pertamanya sebelum umur 6 bulan. Insidensi kejang demam
dibeberapa negara berbeda-beda. Di Amerika Serikat dan Eropa 2-5%, India 5-10%,
Jepang 8,8%, Guam 14% (Waruiru, 2014; Fadila, 2014 dalam jurnal Muhammad Arip
2014).
subjektif, yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan
sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan terhadap kejadian yang tidak diketahui
dengan pasti (Varcarolis, 2007). Pendapat lain juga menyatakan Kecemasan merupakan
reaktivitas emosional berlebihan, depresi yang tumpul, atau konteks sensitif, respon
emosional (Clift, 2011) Tingkat pengetahuan orang tua yang berbeda dapat
mempengaruhi pencegahan kejang demam pada anak saat anak mengalami demam tinggi
(Riandika, 2012). Kecemasan berlebihan disebabkan karena edukasi yang tidak memadai
Kota Parepare” maka diperoleh data dari RS Andi Makkasau Kota Parepare pada tanggal
05-20 Juni 2019 terdapat jumlah ibu dengan anak kejang demam yang sedang dirawat
selama 2 bulan terakhir yaitu sebanyak 45 ibu. Studi awal yang dilakukan dari penelitian
ini ada 15 orang ibu maka tingkat Kecemasan Pre Pendidikan Kesehatan terdapat
kategori rendah 1 ibu, 5 ibu tingkat kecemasan kategori sedang dan 9 ibu tingkat
kecemasan pada Ibu. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test dimana nilai p value = 0,001.
kecemasan responden menurun menjadi tingkat kecemasan sedang (Andriani dkk, 2016)
Balita Terhadap Tingkat Kecemasan Pada Ibu di RS Andi Makkasau Kota Parepare”.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
demam pada anak balita dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu?”.
1.3 Tujuan
b. Untuk mengetahui tingkat kecemasan ibu tentang kejang demam pada anak
keperawatan anak.
masalah yang ditemukan terhadap tingkat kecemasan pada ibu yang terkadang
penyembuhan anak.
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi rumah sakit. Penelitian
ini juga dapat digunakan untuk sumber pengetahuan bahwa orang tua khususnya ibu
juga mengalami kecemasan pada saat anak mengalami sakit sehingga perawat dapat
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang
direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok atau masyarakat,
sehingga mereka melakukan apa yang di harapkan oleh pelaku pendidikan, yang tersirat
dalam pendidikan adalah: input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, dan
masyarakat), pendidik adalah (pelaku pendidikan), proses adalah (upaya yang direncanakan
untuk mempengaruhi orang lain), output adalah (melakukan apa yang diharapkan atau
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi, dan
menurutWHO yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan
batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah keadaan sempurna, baik fisik
maupun mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan dalam bidang kesehatan.
Secara opearasional pendidikan kesehatan adalah semua kegiatan untuk memberikan dan
meningkatkan pengetahuan, sikap, praktek baik individu, kelompok atau masyarakat dalam
Menurut WHO (1954) pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku orang
atau masyarakat dari perilaku tidak sehat menjadi perilaku sehat. Seperti kita ketahui bila
perilaku tidak sesuai dengan prinsip kesehatan maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan terhadap kesehatan. Masalah ini harus benar-benar dikuasai oleh semua kader
kesehatan di semua tingkat dan jajaran, sebab istilah sehat, bukan sekedar apa yang
terlihat oleh mata yakni tampak badannya besar dan kekar. Mungkin saja sebenarnya ia
menderita batin atau menderita gangguan jiwa yang menyebabkan ia tidak stabil, tingkah
laku dan sikapnya. Untuk menapai sehat seperti definisi diatas, maka orang harus
mengikuti berbagai latihan atau mengetahui apa saja yang harus dilakukan agar orang
Sikap dan perilaku adalah bagian dari budaya. Kebiasaan, adat istiadat, tata nilai atau
norma, adalah kebudayaan. Mengubah kebiasaan, apalagi adat kepercayaan yang telah
menjadi norma atau nilai di suatu kelompok masyarakat, tidak segampang itu untuk
mengubahnya. Hal itu melalui proses yang sangat panjang karena kebudayaan adalah
suatu sikap dan perilaku serta cara berpikir orang yang terjadinya melalui proses belajar.
Meskipun secara garis besar tujuan dari pendidikan kesehatan mengubah perilaku belum
sehat menjadi perilaku sehat, namun perilaku tersebut ternyata mencakup hal yang luas,
macam yaitu :
2) Secara mandiri mampu menciptakan perilaku sehat bagi dirinya sendiri maupun
menciptakan perilaku sehat di dalam kelompok. Itulah sebabnya dalam hal ini
ada secara tepat. Ada kalanya masyarakat memanfaatkan sarana kesehatan yang
ada secara berlebihan. Sebaliknya sudah sakit belum pula menggunakan sarana
dalam kelompok khusus ini adalah kelompok pendidikan mulai dari TK sampai
yaitu :
(interview)
b. Metode Kelompok
Metode kelompok ini harus memperhatikan apakah kelompok tersebut besar atau
kecil, karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung
a) Kelompok besar
- Ceramah
Metode yang cocok untuk yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
- Seminar
menengah atas. Seminar sendiri adalah presentasi dari seorang ahli atau
b) Kelompok kecil
- Diskusi kelompok
kelompok.
kesimpulannya.
Metode ini merupakan gabungan antara role play dengan diskusi kelompok.
c. Metode Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan ini dilakukan secara tidak langsung atau
untuk mengkaji kekuatan dan dampak yang ditimbulkan oleh intervensi keperawatan terhadap
perilaku subyek yang dapat memperkaya, memberikan informasi dan melengkapi perilaku
subyek yang diinginkan. Model pendidikan kesehatan yang dapat digunakan oleh perawat
Ada dua model yang sering digunakan untuk menjelaskan faktor penentu dari
perilaku preventif, yaitu model nilai kesehatan dan model promosi kesehatan. Secara
sehat daripada mengulangi faktor penyebab. Model ini berfokus pada orientasi
mencegah penyakit yang spesifik. Dimensi yang digunakan pada model nilai
Perubahan perilaku yang terjadi pada individu belum membawa dampak yang berarti
dan keluarga yang telah berubah perilakunya yang ditampilkan pada komunitas.Fokus
edukasi (KIE) yang ditujukan pada individu, keluarga, dan kelompok. Strategi yang
dapat digunakan oleh perawat dalam rangka KIE adalah pembelajaran pemecahan
yang dipakai untuk mengirimkan pesan kesehatan. Media dibagi menjadi 3, yaitu: cetak,
a. Media cetak
- Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk pesan tulisan maupun gambar,
- Leaflet : penyampaian pesan melalui lembar yang dilipat biasanya berisi gambar atau
berbentuk buku. Biasanya berisi gambar dibaliknya berisi pesan kalimat berisi
- Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai hal yang berkaitan
b) Media elektronik
- Televisi : dalam bentuk ceramah di TV, sinetron, sandiwara, dan vorum diskusi tanya
- Radio : bisa dalam bentuk ceramah radio, sport radio, obrolan tanya jawab dan lain
sebagainya.
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum dan dapat dipakai dan diisi pesan-pesan
kesehatan.
2.1 Pengertian
Kejang demam adalah serangkaian kejang yang terjadi karena peningkatan suhu
akibat proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan- 4 tahun, lamanya
kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya
demam. Pada kejang demam, wajah anak akan mejadi biru, matanya berputar-putar,
Kejang demam adalah kejang yang dihubungkan dengan suatu penyakit yang
gangguan transien pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Keadaan
ini merupakan salah satu gangguan neurologik yang paling sering dijumpai pada masa
kanak-kanak dan menyerang sekitar 4%. Kebanyakan serangan kejang demam terjadi
setelah usia 6 bulan dan biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
kesadaran utuh atau hilangnya kesadaran. Kejang dengan kesadaran utuh disebut
sebagai kejang parsial. Kejang parsial dibagi menjadi parsial sederhana (kesadaran
utuh) dan parsial kompleks (kesadaran berubah tetapi tidak hilang). Pada kasus
kejang demam sederhana, kejang biasanya hanya berdurasi beberapa detik hingga 15
menit dan umumnya akan berhenti sendiri. Meskipun terjadi pada seluruh tubuh,
kejang tidak akan berulang dalam waktu 24 jam. Sedangkan pada kejang demam
kompleks, durasi kejang berlangsung lebih dari 15 menit, serta bisa terjadi lebih dari
satu kali dalam 24 jam. Kejang demam kompleks bisa terjadi pada sebagian tubuh
anak saja.
Kejang demam kini belum diketahui dengan pasti. Pada sebagian besar anak,
tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu, menjadi faktor pencetus
serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih besar 38,8ºC dan terjadi pada
saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama.
Kejang demam sering disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas, infeksi
saluran kemih, roseola, otitis media akut, pneumonia, dan gastroenteritis. Walaupun
vaksin pertusis tidak menyebabkan kejang demam, namun imunisasi ini merupakan
faktor pencetus serangan awal kejang demam pada anak-anak yang mudah menderita
kejang demam (Cherry dkk, 1993 dalam buku Donna L.Wong 2008) .
Kejang terjadi akibat lepas muatan paroksimal yang berlebihan dari sebuah fokus
kejang atau dari jaringan normal yang terganggu akibat suatu keadaan patologik.
Aktivitas kejang sebagian bergantung pada lokasi lepas muatan yang berlebihan
tersebut. Lesi di otak tengah, talamus, dan korteks serebrum kemungkinan besar
bersifat epileptogenik sedangkan lesi di serebelum dan batang otak umumnya tidak
memicu kejang.
neuron. Selama kejang, kebutuhan metabolik secara drastis meningkat, lepas muatan
listrik sel-sel saraf motorik dapat meningkat menjadi 1000 per detik. Aliran darah
otak meningkat, demikian juga respirasi dan glikolisis jaringan. Asetilkolin muncul
dicairan serebrospinalis (CSS) selama dan setelah kejang. Asam glutamat mungkin
Secara umum tidak dijumpai kelainan yang nyata pada autopsi. Bukti
struktural. Belum ada faktor patologik yang secara konsisten ditemukan. Kelainan
fokal pada metabolisme kalium dan asetilkolin dijumpai diantara kejang. Fokus
b. Penurunan kesadaran.
pengamatan menyeluruh.
demam.
b. Defisit koordinasi motorik ialah kelainan fungsi harmonis bagian tubuh yang
d. Epilepsi merupakan suatu gangguan pada sistem saraf otak manusia karena
terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak
kejang.
g. Sepsis adalah suatu keadaan dimana tubuh bereaksi hebat terhadap bakteria
pada anak yang berisiko untuk berkembang epilepsi. Pada anak dengan kejang
demam, temuan EEG cenderung menjadi abnormal seiring dengan pertambahan usia,
a. Pemeriksaan CSS dan penentuan elektrolit, gula, dan kalsium serum serta
dan ensefalitis. Pada bayi-bayi kecil seringkali gejala meningitis tidak jelas
sehingga pungsi lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 6
demielinasi.
b. Non farmakologi
dingin.
kejang.
UGD.
2.3 Kecemasan
menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.
diobservasi secara langsung serta merupakan suatu keadaan emosi tanpa objek yang
hidup.
Kecemasan adalah respons emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif
Kecemasan memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek yang
2) Pernafasan, antara lain nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas
terengah-engah.
rasa tidak nyaman pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati,
dan diare.
5) Saluran perkemihan, antara lain tidak dapat menahan kencing, dan sering
berkemih.
gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat
seluruh tubuh.
2.3.4 Respons perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan.
waspada.
dan malu.
Menurut Freud dalam jurnal Dona Fitri dan Ifdil 2016, membedakan
diketahui. Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan id.
b. Kecemasan moral adalah berakar dari konflik antara ego dan superego.
a. Gejala Fisik
lelah.
6) Sering berkemih.
b. Gejala Psikologis
3) Sulit berkonsentrasi.
5) Sulit tidur.
6) Mudah tersinggung.
7) Hipersensitif.
Blacburn & Davidson dalam jurnal Dona Fitri dan Ifdil 2016, menjelaskan
Kemudian Adler dan Rodman dalam jurnal Dona Fitri dan Ifdil 2016,
pengalaman negatif pada masa lalu dan pikiran yang tidak rasional.
Empat tingkatan kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang,
a. Kecemasan ringan.
kreativitas.
b. Kecemasan sedang.
c. Kecemasan berat.
pada sesuatu yang rinci (spesifik) dan tidak berpikir tentang hal lain.
ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu
tetap dominan ketika kecemasan menjadi lebih intens. Kecemasan ringan sering
KERANGKA KONSEP
Penanganan Kejang
Tingkat Kecemasan
Demam Pada Anak
pada Ibu
Balita
Keterangan: Variabel Independen yaitu Penanganan Kejang Demam Pada Anak Balita
dimana variable tersebut mempengaruhi variable dependen yaitu Tingkat Kecemasan
pada Ibu’
3.4 Hipotesis
Ada hubungan pemberian pendidikan kesehatan dengan kecemasan pada Ibu terhadap
penanganan kejang demam pada anak balita di RS Andi Makkasau Parepare.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode
Quasi Experiment dengan pretest-posttest one group design. Teknik penentuan sampel
menggunakan rumus uji beda 2 proporsi.
Rancangan Penelitian Pretest-posttest one group
Pengukuran Perlakuan Pengukuran
Pretest Treatment Posttest
1 Mean 2
5 Minimum 9
9 Maximum 4
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Andi Makkasau Kota Parepare pada bulan juni
2019.
e. Tabulating
Merupakan langkah memasukan data – data hasil penelitian kedalam tabel – tabel sesuai kriteria.
Bantelu, F.E.M, (2015). Perbedaan tingkat kecemasan dalam proses menyusui antara
ibu primipara dan multipara di RS Pancaran Kasih Manado.
Sukarmin dan Sujono Riyadi. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu
Dona Fitri dan Ifdil. 2016. Konsep Kecemasan (Anxiety) pada Lanjut Usia (Lansia) dikutip
dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor/artic le/view/6480, diakses 21
Maret 2021
Jenyfer P. Kakalang, dkk. 2016. Profil Kejang Demam di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dikutip darihttps://
ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/14396, diakses 21 Maret 2021