Anda di halaman 1dari 3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Baja Karbon Rendah

Baja karbon rendah (BKR) merupakan paduan besi-karbon yang mengandung karbon
hingga 0,25% dan unsur besi sebagai komponen penyusun utamanya. Beberapa unsur penyusun
BKR yang lain yaitu mangan, silikon, tembaga dengan presentase komposisi masing-masing
tidak lebih dari 1,65%, 0,6%, dan 0,6%. BKR banyak dimanfaatkan karena memiliki ketahanan
yang baik, keras, lentur, serta ketersediaannya yang melimpah. BKR sering digunakan dalam
komponen bodi mobil, bentuk struktural (besi saluran dan siku), pipa, komponen konstruksi,
jembatan, dan kaleng makanan. Namun, dalam pemanfaatannya BKR memiliki kecenderungan
alami menimbulkan produk korosi setiap kali terjadi kontak dengan udara dan air (Kwon et al.
2020).
Unsur penyusun utama BKR, besi terdiri dari dua bentuk kristal yaitu kubus berpusat
muka/ Face Center Cubic (FCC) dan kubus berpusat badan/ Body Center Cubic (BCC). Dalam
susunan bentuk BCC, ada atom besi ditengah-tengah kubus atom, dan susunan FCC memiliki
atom besi disetiap sisi pada enam sisi kubus atom. Pada temperatur dibawah 1333ºF (723ºC)
struktur kristal besi berupa BCC dan dinamakan besi alpha atau ferrite dan apabila berada diatas
temperatur kritis, maka susunan atomnya berbentuk FCC dan namakan besi gamma
atau austenite.

2.2 Korosi

Korosi merupakan degradasi sifat suatu logam, sebagai akibat dari interaksi terhadap
lingkungannya selama beberapa waktu tertentu. Lingkungan tersebut bermakna segala sesuatu
disekitarnya yang berinteraksi dengan metrial tersebut (Emori et al. 2020). Logam akan
mengalami korosi bila terkena bahan gas, seperti uap asam, gas formaldehida, gas amonia, dan
gas yang mengandung sulfur yang menyebabkan penurunan kualitas hingga kerusakan (Rivera-
Grau et al. 2013). Adapun proses korosi yang terjadi disamping oleh interaksi dengan
lingkungan, juga diakibatkan oleh proses elektrokimia yang melibatkan perpindahan elektron-
elektron, entah dari reduksi ion logam maupun pengendapan logam dari lingkungan sekeliling.
Korosi dapat terjadi di dalam medium kering (dry corrosion) dengan media elektrolitnya
tanah dan juga medium basah (wet corrosion) dengan media elektrolitnya air. Sebagai contoh
korosi yang berlangsung di dalam medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas
oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO 2). Di dalam medium basah, korosi dapat terjadi
secara seragam maupun secara terlokalisasi. Dengan demikian, apabila di dalam usaha
pencegahan korosi dilakukan melalui penggunaan inhibitor korosi.

2.2.1. Korosi pada Baja Karbon Rendah

Korosi pada BKR merupakan proses pengkaratan pada logam besi yang disebabkan
karena adanya reaksi antara permukaan logam dengan air dan udara (Alvarez et al. 2018).
Mekanisme korosi yang terjadi pada logam besi (Fe) dituliskan sebagai berikut:

Fe(s) + H2O(l) + ½ O2(g) → Fe(OH)2(s)

Fero hidroksida (Fe(OH)2) yang terjadi merupakan hasil sementara yang dapat teroksidasi
secara alami oleh air dan udara menjadi ferri hidroksida (Fe(OH) 3), sehingga mekanisme reaksi
selanjutnya adalah:

4 Fe(OH)2(s) + O2(g) + 2H2O(l) → 4Fe(OH)3(s)

Ferri hidroksida yang terbentuk akan berubah menjadi Fe2O3 yang berwarna merah
kecoklatan yang biasa disebut dengan karat (Swetha et al. 2018). Reaksinya yaitu sebagai
berikut:

2Fe(OH)3(s) → Fe2O3(s) + 3H2O(l)

Secara umum mekanisme korosi yang terjadi di dalam suatu larutan berawal dari logam
yang teroksidasi di dalam larutan, dan melepaskan elektron untuk membentuk ion logam yang
bermuatan positif. Larutan akan bertindak sebagai katoda dengan reaksi yang umum terjadi
adalah pelepasan H2 dan reduksi O2, akibat ion H+ dan H2O yang tereduksi. Reaksi ini terjadi
dipermukaan logam yang akan menyebabkan pengelupasan akibat pelarutan logam ke dalam
larutan secara berulang-ulang. Gambar 2.1 menunjukkan mekanisme korosi pada permukaan
logam.
Gambar 2.1 Mekanisme Pembentukan Korosi
2.2.2. Pengendalian Korosi

Pengendalian korosi dilakukan dengan tujuan untuk menghambat laju pembentukan


korosi. Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk memperlambat laju korosi. Korosi
dapat dihambat dengan cara perlindungan katodik atau anodik, pelapisan (coatings), dan
penggunaan inhibitor. Beberapa perlindungan korosi tersebut dilakukan pada beberapa cara
tertentu.

Perlindungan katodik atau anodik merupakan metode perlindungan pada permukaan


logam dengan menggunakan arus searah yang memadai dan mengkonversikan semua daerah
katodik atau anodik (Kovrov et al. 2016). Perlindungan dengan cara coatings digunakan untuk
membentuk penghalang fisik antara lingkungan korosif untuk melindungi struktur logam (Cao et
al. 2017). Perlindungan dengan cara penambahan inhibitor berfungsi sebagai pembentuk lapisan
adsorbsi (kemisorpsi dan pisisorpsi) untuk menghalangi kontak seara langsung pada permukaan
BKR.

2.3 Inhibitor Korosi

Inhibitor korosi merupakan zat yang dapat memberikan perlindungan korosi dengan cara
mencegah reaksi zat korosif secara langsung terhadap permukaan logam melalui proses adsorpsi
kimia (Roy et al. 2015). Fungsi Inhibisi dalam pengendalian korosi yaitu melapisi BKR di
permukaan material yang terkorosi, dengan cara mengurangi laju pembentukan produk korosi, atau
dengan mengubah karakteristik permukaan BKR yang mengakibatkan udara dan air tidak bisa
bereaksi dengan Fe (Kovrov et al. 2016)(New quinoxaline derivative as a green corrosion inhibitor
for mild steel in mild acidic medium: Electrochemical and theoretical studies 2019). Inhibitor korosi
berdasarkan materialnya dapat berasal dari bahan anorganik atau organik.

Anda mungkin juga menyukai