Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan kematian
yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan juga sebagai salah
satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak di dunia. Secara
umum, diperkirakan lebih dari 10 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap
tahunnya di dunia dimana sekitar 20% meninggal karena infeksi diare (Wong,dkk. 2009).
Menurut data United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health
Organization (WHO) pada 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada
balita di dunia, nomor 3 pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Data UNICEF
memberitakan bahwa 1,5 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena diare Angka
tersebut bahkan masih lebih besar dari korban AIDS, malaria, dan cacar jika digabung.
Sayang, di beberapa negara berkembang, hanya 39 persen penderita mendapatkan
penanganan serius. Di Indonesia sendiri, sekira 162 ribu balita meninggal setiap tahun
atau sekira 460 balita setiap harinya akibat diare. Daerah Jawa Barat merupakan salah
satu yang tertinggi, di mana kasus kematian akibat diare banyak menimpa anak berusia di
bawah 5 tahun. Umumnya, kematian disebabkan dehidrasi karena keterlambatan orangtua
memberikan perawatan pertama saat anak terkena diare.
Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim, kondisi
lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan faktor
utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan Finger.
Oleh karena itu, upaya pencegahan diare yang praktis adalah dengan memutus rantai
penularan tersebut. Sesuai data UNICEF awal Juni 2010, ditemukan salah satu pemicu
diare baru, yaitu bakteri Clostridium difficile yang dapat menyebabkan infeksi mematikan
di saluran pencernaan.
Sepintas diare terdengar sepele dan sangat umum terjadi. Namun, ini bukan alasan
untuk mengabaikannya, dehidrasi pada penderita diare bisa membahayakan dan ternyata
ada beberapa jenis yang menular.Diare kebanyakan disebabkan oleh Virus atau bakteri
yang masuk ke makanan atau minuman, makanan berbumbu tajam, alergi makanan,
reaksi obat, alkohol dan bahkan perubahan emosi juga dapat menyebabkan diare, begitu
pula sejumlah penyakit tertentu.

1
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui tentang penyakit diare pada anak dan mampu membuat
asuhan keperawatan pada anak dengan diare.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa memahami tentang konsep dasar, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, dan penatalaksanaan penyakit diare pada anak.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan
diare.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Dasar Diare


Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan
lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feces encer dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiyah.2005).
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007).
Diare merupakan gejala yang terjadi karena kelainan yang melibatkan fungsi
pencernaan, penyerapan dan sekresi. Diare disebabkan oleh transportasi air dan
elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta
anak yang menderita diare setiap tahunnya, dan 20% dari seluruh kematian pada anak
yang hidup di negara berkembang berhubungan dengan diare serta dehidrasi.
Gangguan diare dapat melibatkan lambung dan usus (gastroenteritis), usus halus
(enteritis), kolon (kolitis), atau kolon dan usus (enterokolitis). Diare biasanya
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronis ((Wong,dkk.2009)
2.2 Klasifikasi Diare
Menurut Wong,dkk (2009) diare dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Diare akut
merupakan penyebab utama keadaan sakit pada anak-anak balita. Diare akut
didefenisikan sebagai keadaan peningkatan dan perubahan tiba-tiba frekuensi
defekasi yang sering disebabkan oleh agens infeksius dalam traktus GI. Keadaan
ini dapat menyertai infeksi saluran napas atas (ISPA) atau saluran kemih (ISK),
terapi antibiotik atau pemberian obat pencahar (laksatif). Diare akut biasanya
sembuh sendiri (lamanya sakit kurang dari 14 hari) dan akan mereda tanpa terapi
yang spesifik jika dehidrasi tidak terjadi. Diare infeksius akut (Gastroenteritis
Infeksiosa) dapat disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit yang patogen.
2. Diare kronis
Didefenisikan sebagai keadaan meningkatnya frekuensi defekasi dan kandungan
air dalam feses dengan lamanya (durasi) sakit lebih dari 14 hari. Kerap kali diare
kronis terjadi karena keadaan kronis seperti sindrom malabsorbsi, penyakit
inflamasi usus, defisiensi kekebalan, alergi makan, intoleransi laktosa, atau diare

3
nonspesifik yang kronis, atau sebagai akibat dari penatalaksanaan diare akut yang
tidak memadai.
3. Diare yang membandel (intraktabel)
Pada bayi merupakan sindrom yang terjadi pada bayi dalam usia beberapa minggu
pertama serta berlangsung lebih lama dari 2 minggu tanpa ditemukannya
mikroorganisme patogen sebagai penyebab dan bersifat resisten atau membandel
terhadap terapi.penyabab yang paling sering adalah diare infeksius akut yang tidak
ditangani secara memadai.
4. Diare kronis nonspesifik, yang juga dikenal dengan istilah kolon iritabel
Pada anak atau diare todler, merupakan penyebab diare kronis yang sering
dijumpai pada anak-anak yang berusia 6 hingga 54 minggu. Anak-anak ini
memperlihatkan feses yang lembek yang sering disertai partikel makanan yang
tidak tercerna, dan lamanya diare melebihi 2 minggu. Anak-anak yang menderita
diare kronis nonspesifik ini akan tumbuh secara normal dan pada anak-anak ini
tidak terdapat gejala malnutrisi dan tidak ada darah dalam fesesnya serta tidak
tampak infeksi enterik. Kesalah makan dan sensitifitas terhadap makanan pernah
dikaitkan dengan diare kronis, khususnya konsumsi jus, dan pemanis buatan
seperti sorbitol yang bayak dijumpai dalam produk makanan serta minuman
kemasan mungkin menjadi faktor pemicunya.

2.2. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
a. Faktor Infeksi
1. Infeksi enteral
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Infeksi parenteral ini meliputi: (a) Infeksi bakteri:
Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas dan
sebagainya. (b) Infeksi virus: Enteroovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain. (c) Infestasi
parasite : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa
(Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur
(candida albicans).
2. Infeksi parenteral

4
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
seperti Otitis Media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak
berumur dibawah 2 tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
1. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktrosa.
2. Malabsorbsi lemak
3. Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
e. Faktor Pendidikan
Menurut penelitian, ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan
SLTP ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi
oral dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status
pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita. Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang diperoleh si anak.
f. Faktor pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta rata-rata mempunyai
pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai
buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan
dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh
orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan
penyakit.
g. Faktor umur balita
Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur
12-24 bulan mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59
bulan.
h. Faktor lingkungan
Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasisi
lingkungan. Dua faktor yang dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan

5
tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia.
Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare.
i. Faktor Gizi
Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya. Oleh karena itu,
pengobatan dengan makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan
diare tersebut. Bayi dan balita yang gizinya kurang sebagian besar meninggal
karena diare. Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi. Faktor gizi
dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70, buruk = <70
dengan BB per TB.
j. Faktor sosial ekonomi masyarakat
Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab
diare. Kebanyakan anak mudah menderita diare berasal dari keluarga besar
dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk, tidak mempunyai
penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.
k. Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi
Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang
tidak dimasak dapat juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak
kuman pada kotoran dapat berlangsung ditularkan pada orang lain apabila melekat
pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai untuk memegang
makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur. Bakteri yang terdapat pada
saluran pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella. Dan
virusnya yaitu Enterovirus, rota virus, serta parasite yaitu cacing (Ascaris,
Trichuris), dan jamur (Candida albikan).
l. Faktor terhadap Laktosa (susu kaleng)
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan. Pada
bayi yang tidak diberi ASI resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi
yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih
besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh kuman
sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat
melindungi kita terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V.
Cholerae.

6
2.3. Patofisiologi
Faktor infeksi menyebabkan bakteri masuk dan berkembang di dalam usus
menyebabkan hipersekresi air dan elektrolit yang memperbesar isi rongga usus.
Faktor malabsorbsi  karbohidrat, protein, dan lemak menyebabkan tekanan osmotik
meningkat sehingga air dan elektrolit bergeser ke rongga usus. Faktor makanan,
seperti mengonsumsi makanan basi, beracun, banyak mengandung lemak dan sayuran
yang dimasak kurang matang dapat menyebabkan toksin (racun) tidak terserap baik
oleh tubuh sehingga gerak peristaltik dalam usus tidak mampu menyerap makanan.
Faktor psikologis yang disebabkan oleh adanya rasa cemas dan takut juga
menyebabkan toksin (racun) tidak dapat diserap oleh tubuh sehingga gerak peristaltik
mengurangi kesempatan usus menyerap makanan. Gangguan fisiologis yang paling
serius dan segera terjadi terkait dengan penyakit diare yang berat adalah dehidrasi,
gangguan keseimbangan asam basa dengan asidosis dan syok yang terjadi ketika
keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik terjadinya gangguan yang serius pada status
sirkulasi.

7
Infeksi (Virus, Bakteri, Jamur) Malabsorbsi (gagal absobrsi protein, Kh Makanan (basi, keracunan, alergi)

Masuk ke saluran cerna & Tekanan osmotic Masuk ke pencernaan


berkembang
Permeabilitas usus Pdc enterotoxin & neurotoxin
Produksi Eliferotoksin

Sekresi air dan elektrolit Gangguan mortilitas usus


Merusak mukosa usus

Air dan elektrolit pindah ke Hiperperistaltik usus


Iritasi mukosa usus rongga usus

Hipersekresi cairan Serap isi usus


Gangguan absorsi

Gangguan osmolalitas Vol. rongga usus


Volume rongga usus
Respon untuk mengeluarkan
Tekanan rongga usus
Respon untuk mengeluarkan

Menghambat absorbsi

Meningkatkan volume cairan di


lumen usus
Diare. BAB > 3x sehari, feses cair,
banyak dan berlendir
Respon untuk mengeluarkan

Respon untuk mengeluarkan

Vol. rongga usus meningkat

Gangguan Absorbsi

Kemampuan serap usus menurun

Hiperperistaltik

Stimulus saraf simpatik

PSIKOLOGIS (Cemas, Takut)

8
Diare

Sistem Kardiovaskuker Sistem Neurologi

Kehilangan Cairan & elektrolit Aliran arah ke otak menurun

CES hilang scr cepat Iskemik jaringan cerebral (bila > 5 menit)

Ketidakseimbangan elektrolit Metabolism anaerob

Peningkatan asam laktat


Kehilangan cairan dalam intraseluler
Penurunan Ph darah
Volume sirkulasi menurun
Memperberat status asidosis
Aliran balik vena menurun
Kerusakan ireversibel jaringan otak

Aliran darah ke jaringan menurun


Deficit neurologis

Suplai O2 dan nutrisi jaringan tidak adekuat Perubahan status mental dan kesadaran

Cemas keluarga/orang tua


Pemutusan pensuplaian darah ke organ yang tidak vital

Anemis perifer

Gangguan perfusi jaringan perifer

9
Diare

Sistem pernapasan Sistem perkemihan

Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih Vol. sirkulasi menurun

CES tiba tiba hilang scr cepat Aliran balik vena menurun

Ketidakseimbangan elektrolit Aliran darah ke jaringan menurun

Hilangnya cairan dalam intra seluler Aliran darah ke ginjal menurun

Tekanan osmotic menurun Pelepasan RAA (Renin


Angiotensin Aldosteron)
Cairan ekstrasel ditarik ke intrasel
Retensi Na+

CIS meningkat Menahan cairan

Sel edema Oliguri/anuria

Edema cerebri Gangguan pola eliminasi urine

Penekanan medulla oblongata

Frek. Pernapasan meningkat

Napas cepat dan dalam

Pola napas tidak efektif

10
Diare

Sistem sirkulasi System integumen

Kehilangan cairan dan elektrolit berlebih


Frek. BAB meningkat >3x/hari atau
>4x/hari
CES Hilang scr cepat
Gangguan integritas kulit perianal

Ketidak seimbangan elektrolit

Kehilangan cairan intraseluler

Volume sirkulasi menurun

Syok hipovolemik

Deficit volume cairan

Turgor kulit jelek, ubun-ubun cekung,


mata cekung

Sel dehidrasi

Kekurangan cairan di ekstrasel

CES ditarik ke CIS

Tekanan osmotic menurun

11
Diare

System muskuloskeletal Sistem Gastrountestinal

Kehilangan cairan & elektrolit berlebih Frek. BAB meningkat

CES tiba-tiba hilang secara cepat Distensi abdomen

Ketidakseimbangan elektrolit Kram abdomen

Kehilangan cairan dalam intraseluler Reflek regang lambung meningkat

Peningkatan peristaltic lambung


Volume sirkulasi menurun

Perasaan mual
Aliran balik vena menurun
Menekan pusat kenyang di nucleus
Aliran darah ke jaringan menurun ventro medical hipotalamus

Suplai O2 dan nutrisi jaringan tidak Nafsu makan menurun


adekuat
Anoreksia
Ketidakmampuan tubuh menyediakan
energy optimal Intake nutrisi tidak adekuat

ATP yang dihasilkan sedikit Banyak kalori hilang

BB Menurun
Metabolisme meningkat untuk kebutuhan
suplai organ yg penting
Gangguan peenuhan kebutuhan nutrisi
Mengganggu aktivitas fisik

Kelemahan

Intoleransi Aktivitas

12
2.4. Manifestasi Klinis Diare
Manifestasi klinis yang timbul pada anak dengan diare menurut Ngastiyah (2005) :
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen,
sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam. (Kusmaul).
2.5 Komplikasi
Menurut Ngastyah (2005) akibat diare, kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut :
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)
b. Syok hipovolemik
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi
enzim laktase
f. Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik
g. Malnutrisi energi protein.
2.6 Evaluasi Diagnostik
Riwayat penyakit memberikan informasi yang berharga mengenai durasi
penyakit, intensitasnya, gejala yang menyertai dan penyebab diare yang potensial.
Riwayat yang lengkap harus meliputi obat-obat yang sekarang diminum oleh anak,
kemungkinan konsumsi makanan tertentu, riwayat keluarga dan riwayat perjalanan
yang baru saja dilakukan (Wong,dkk.2009). Pertanyaan yang spesifik mencakup ada

13
tidaknya gejala demam serta gejala lainnya, frekuensi vomitus, frekuensi defekasi
serta sifat feses (mis., cair, berdarah), haluaran urine, kebiasaan makan anak dan
asupan makanan serta cairan yang terakhir.
Pemeriksaan laboratorium yang ekstensif bukan merupakan indikasi bagi anak
diare tanpa disertai komplikasi dan dehidrasi. Pemeriksaan laboratorium diperlukan
bila anak menderita dehidrasi sedang hingga berat. Spesimen feses harus diperoleh
pada semua anak dengan diare yang berlangsung lebih dari beberapa hari lamanya.
Diare cair dan menyembur menunjukkan intoleransi glukosa; diare dengan feses yang
banyak, berminyak dan berbau busuk menunjukan malabsorpsi lemak. Diare yang
timbul sesudah meminum susu sapi, mengonsumsi buah atau sereal untuk enzim atau
intoleransi protein (Wong,dkk.2009). Sel neutrofil dan sel darah merah dalam feses
menunjukan gastroenteritis bakterialis atau penyakit inflamasi usus. Keberadaan sel
eosinofil memperlihatkan kemungkinan intoleransi protein atau infeksi parasit.
Pemeriksaan kultur feses harus dikerjakan bila di dalam feses tersebut terdapat
darah atau mukus, bila gejalanya berat atau bila terdapat riwayat melancong ke negara
berkembang dan bila ditemukan leukosit polimorfonuklear di dalam feses.
Pemeriksaan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) dapat dilakukan untuk
memastikan keberadaan rotavirus atau Giardia. Jika terdapat riwayat pemakaian
antibiotik yang baru saja, pemeriksaan toksin C. difficile pada feses harus dikerjakan.
Pemeriksaan feses untuk menemukan telur cacing dan parasit harus dilakukan bila
hail kultur bakteri serta virusnya negatif dan bila diare berlangsung lebih dari
beberapa hari.
Nilai pH feses yang kurang dari 6 dan keberadaan zat pereduksi dapat
menunjukan adanya malabsorpsi hidrat arang atau defisiensi sekunder enzim laktase.
Pengukuran kadar elektrolit dalam feses dapat membantu mengidentifikasi anak-anak
yang menderita diare sekretorik.
Berat jenis urine harus ditentukan jika dicurigai kemungkinan dehidrasi.
Pemeriksaan hitung darah lengkap, kadar elektrolik serum, kreatinin dan ureum harus
dilakukan pada anak yang memerlukan perawatan rumah sakit. Biasanya hemogoblin,
hematokrit, kadar ureum serta kreatinin meninggi pada diare akut dan harus menjadi
normal kembali setelah dilakukan rehidrasi.

14
2.5. Penatalaksanaan Terapeutik
Tujuan utama dalam penatalaksanaan diare akut meliputi Pengkajian terhadap
gangguan keseimbangan cairan serta elektrolit, rehidrasi, terapi cairan rumatan, dan
tindakan memulai kembali diet yang memadai. Dasar pengobatan diare adalah :
a) Pemberian cairan ; jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
b) Dietetik
c) Obat-obatan

1. Pemberian Cairan
a. terapi rehidrasi oral (oral rehydration therapy, ORT) atau pemberian oralit.
Pemakaian oralit merupakan salah satu kemajuan dalam bidang
pelayanan kesehatan didunia selama dasawarsa yang lalu. Cara ini dipandang
lebih efektif, lebih aman, tidak memberikan rasa nyeri, dan juga biayanya
lebih murah dibandingkan dengan terapi rehidrasi intravena (pemberian infus
cairan). Sebagai hasilnya, American Academy of Pediatrics, World Health
Organization (WHO) dan Centers of Disease Control and Prevention
merekomendasikan penggunaan oralit sebagai terapi pilihan bagi sebagian
besar kasus dehidrasi karena diare. Larutan oralit meningkatkan dan
mempermudah reabsorpsi natrium serta air, dan sejumlah penelitian
menunjukan bahwa larutan ini sangat mengurangi gejala muntah, kehilangan
cairan akibat diare serta lamanya sakit. Oralit kini tersedia di Amerika Serikat
sebagai preparat yang dijual di apotik atau toko obat dengan nama Pedialyte,
Infalyte (dahulunya disebut Ricelyte) serta Rehidralyte; larutan ini
memberikan hasil yang direkomendasikan oleh American Academy of
Pediatrics.
b. Terapi Rumatan
Setelah rehidrasi, larutan oralit dapat digunakan dalam terapi rumatan cairan
lewat pemberian oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium seperti
air, air susu ibu, formula susu bebas-laktosa atau yang kandungan laktosa nya
rendah (low lactose milk). Pada anak-anak yang lebih besar, dapat diberikan
larutan oralit dengan perbandingan 1:1. Jika volume fesesnya tidak diketahui
untuk menentukan jumlah kehilangan cairan tersebut, pemberian oralit dengan
takaran kurang-lebih 10 ml/kgBB (4 hingga 8 ons) harus dilakukan pada setiap
kali diare.

15
Cara pemberian cairan :
a. Belum ada dehidrasi
Peroral sebanyak anak mau minum atau satu gelas tiap defekasi
b. Dehidrasi ringan
- 1 jam pertama : 25-50 ml/KgBB per oral
- Selanjutnya 125 ml/KgBB/hari ad libitum
c. Dehidrasi sedang
- 1 jam pertama 50-100 ml/KgBB per oral/sonde
- Selanjutnya : 125 ml/KgBB/hari ad libitum
d. Dehidrasi berat
 Anak 1 bulan – 2 tahun (BB : 3-10 Kg)
1 jam pertama : 40 ml/KgBB/Jam = 10 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml =
15 tetes) atau 13 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
 Anak 2-5 tahun (BB 10-15 Kg)
1 jam pertama : 30 ml/KgBB/Jam atau 8 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml
= 15 tetes) atau 10 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
 Anak lebih 5-10 tahun (BB 15-25 Kg)
1 jam pertama : 20 ml/KgBB/Jam atau 5 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml
= 15 tetes) atau 7 tetes/KgBB/menit (set infus 1 ml = 20 tetes)
2. Pengobatan Dietetik
Pemberian kembali nutrien secara dini merupakan tindakan yang diperlukan dan
semakin banyak diterima orang. Tindakan meneruskan ASI atau mengembalikan
secara dini diet normal tidak menimbulkan efek merugikan da sebenarnya akan
mengurangi intensitas serta lamanya sakit dan menambah berat badan jika
dibandingkan dengan tindakan mengembalikan diet normal secara bertahap
(American Academy of Pediatrics, 1996; Lasche dan Duggan, 1999). Bayi yang
disusui oleh ibunya harus terus mendapat ASI dan pemberian oralit dilakukan
hanya untuk menggantikan cairan yang hilang pada bayi ini. Penggunaan susu
formula dan non-ASI bagi bayi dan anak diare tetap menjadi persoalan yang
kontroversial. Susu sapi dan formula susu sapi memperoleh perhatian yang besar
karena gangguan pencernaan laktosa dapat terjadi pada anak-anak yang menderita
diare infeksius. Akan tetapi, Berapa penelitian menunjukan bahwa bayi yang
mendapatkan terapi hidrasi yang baik dapat terus meminum formula susu non-ASI

16
dengan pengenceran seperti semula (full-strenght nonhuman milk) tanpa
menimbulkan reaksi yang merugikan (Wong, dkk.2009).
3. Obat-obatan.
 Obat anti sekresi
Asetosal dosis 25 mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
Klorpromazin dosis 0,5-1 mg/KgBB/hari
 Obat spasmolitik danlain-lain.
Umumnya obat spasmolitik seperti papaverin, ekstrak beladona, opium
loperamid, tidak digunakan untuk mengatasi diare akut lagi. Obat untuk
pengeras tinja juga tidak digunakan lagi.
 Antibiotik
Umumnya diberikan jika ada penyebab yang jelas. Bila penyebab kolera
diberikan tetrasiklin 25-50 mg/KgBB/hari. Antibiotik juga diberikan jika
ada penyakit penyerta seperti : OMA, faringitis, bronkitis, dan
bronkopneumonia.
 Pemberian tablet zinc untuk semua penderita diare.
Pastikan semua anak yang menderita diare mandapat tablet zinc sesuai
dosis dan waktu yang telah ditentukan
Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg) maka diberikan pada anak diare
dengan dosis tunggal selama 10 hari :
- Umur < 6 bulan : ½ tablet/hari
- Umur ≥ 6 bulan : 1 tablet/hari
Cara pemberiannya :
- Larutkan tablet dengan sedikit air atau ASI dalam sendok teh (tablet
akan larut ± 30 detik) segera berikan pada anak.
- Jika anak muntah sekitar setengah jam pemberian zinc maka ulangi
pemberian dengan cara memberikan potongan yang lebih kecil
dilarutkan beberapa kali hingga 1 dosis penuh
- Ingatkan ibu untuk terus memberi zinc selama 10 hari meskipun diare
sudah berhenti
- Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus tetap
berika tablet zinc segera setelah anak bisa minum dan makan.

17
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE

3.1 Pengkajian Keperawatan


1. Identitas Pasien/Biodata
Meliputi nama leangkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan. Pada pasien diare akut, sebagian besar adalah anakdibawah umur
dua tahun. Insiden yang paling tinggi terjadi pada umur 6-11 bulan karena pada
masa ini mulai diberikan makanan pendamping. Kejadian diare akut pada anak
laki-laki hampir sama dengan anak perempuan.
2. Keluhan Utama
Buang air besar (BAB) lebih 3 kali sehari, BAB <4 kali dan cair (dehidrasi
ringan/sedang), atau BAB >10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung
<14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung
antara 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
3. Riwayat penyakit sekarang menurut Nursalam , yaitu :
1) Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul
diare.
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir darah. Warna tinja
menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Anus dan sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin
lama makin asam.
4) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat).
4. Riwayat Kesehatan meliputi :
1) Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang menderita campak

18
dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada
pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik) karena faktor
ini merupakan salah satu penyebab diare.
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama,
atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda atau gejala
infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis, faringitis,
bronko pneumonia, dan ensefilitis.
5. Riwayat nutrisi
Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi:
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi risiko
diare dan infeksi yang serius.
2) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan oleh botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah
menimbukan pencemaran.
3) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak.
Sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
6. Pemeriksaan Fisik:
1) Keadaan Umum:
- Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
- Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang)
- Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)
2) Berat badan. Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi
biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:

% Kehilangan Berat Badan


Tingkat Dehidrasi Bayi Anak Besar

Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)


Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 9% (90 ml/kg)
ml/kg)

19
Presentasi penurunan berat badan tersebut dapat siperkirakan saat anak
dirawat dirumah sakit. Sedangkan dilapangan, untuk menentukan dehidrasi,
cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak sebagaimana yang telah
dibahas pada bagian konsep dasar diare.
3) Kulit
Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu
dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan
kedua kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (kurang dari 2 detik),
berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat
(cubitan kembali dalam waktu 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi
berat.
4) Kepala
Anak berusia dibawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya
biasanya cekung.
5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal. Apabila
mengalami dehidrasi ringan/sedang, kelopak matanya cekung (cowong).
Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya sangat
cekung.
6) Mulut dan Lidah
(1) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
(2) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
(3) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
7) Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, dan bising usus yang
meningkat.
8) Anus, apakah ada iritasi pada kulitnya.
9) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam menegakan diagnosis
(kausal) yang tepat, sehingga dapat memberikan terapi yang tepat pula.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak yang mengalami diare, yaitu:
(1) Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan
kultur.
(2) Test malabsorpsi yang meliputi karbihidrat (pH, Clini Test), lemak dan
kultur urine.

20
3.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kep NOC / Tujuan NIC / Intervensi


1. Diare b.d faktor psiko-logis Setelah dilakukan Manajemen Diare (0460)
(stress, cemas), faktor tindakan perawatan 1. Identifikasi faktor yang
situasional (kera-cunan, selama … X 24 jam mungkin me-nyebabkan diare
kontaminasi, pemberian pasien tidak me- (bakteri, obat, makanan, selang
makanan melalui selang, ngalami diare / diare makanan, dll )
penyalahgunaan laksatif, berkurang, dengan 2. Evaluasi efek samping obat
efek samping obat, criteria : 3. Ajari pasien menggunakan obat
travelling, malab-sorbsi, Bowel Elemination diare dengan tepat (smekta
proses infeksi, parasit, (0501) diberikan 1-2 jam setelah
iritasi) a. Frekuensi bab minum obat yang lain)
Batasan karakteristik: normal < 3 kali / 4. Anjurkan pasien / keluarga
 Bab > 3 x/hari hari untuk men-catat warna, volume,
 Konsistensi encer / cair b. Konsistensi feses frekuensi, bau, konsistensi feses.

 Suara usus hiperaktif normal (lunak dan 5. Dorong klien makan sedikit tapi

 Nyeri perut berbentuk) sering (tambah secara bertahap)


c. Gerakan usus 6. Anjurkan klien menghindari
 Kram
tidak me-ningkat makanan yang berbumbu dan
(terjadi tiap 10 menghasilkan gas.
-30 detik) 7. Sarankan klien untuk
d. Warna feses menghindari ma-kanan yang
normal banyak mengandung laktosa.
e. Tidak ada lendir, 8. Monitor tanda dan gejala diare
darah 9. Anjurkan klien untuk
f. Tidak ada nyeri menghubungi petugas setiap
g. Tidak ada diare episode diare
h. Tidak ada kram 10. Observasi turgor kulit secara
i. Gambaran teratur
peristaltic tidak 11. Monitor area kulit di daerah
tampak perianal dari iritasi dan ulserasi
j. Bau fese normal 12. Ukur diare / keluaran isi usus

21
(tidak amis, bau 13. Timbang Berat Badan secara
busuk) teratur
14. Konsultasikan dokter jika tanda
dan gejala diare menetap.
15. Kolaborasi dokter jika ada
peningkatan suara usus.
16. Anjurkan diet rendah serat
17. Anjurkan untuk menghindari
laksatif
18. Ajari klien / keluarga bagaimana
memelihara catatan makanan
19. Ajari klien teknik mengurangi
stress
20. Monitor keamanan preparat
makanan
Manajemen Nutrisi (1100)
1. Hindari makanan yang
membuat alergi
2. Hindari makanan yang tidak
bisa di-toleransi oleh klien
3. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan kebutuhan
kalori dan jenis makanan yang
dibutuhkan
4. Berikan makanan secara selektif
5. Berikan buah segar (pisang)
atau jus buah
6. Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi yang
dibutuhkan kien dan ba-gaimana
cara makannya
Bowel Incontinence Care (0410)
1. Tentukan faktor fisik atau
psikis yang menyebabkan
22
diare.
2. Terangkan penyebab masalah
dan alasan dilakukan tindakan.
3. Diskusikan prosedur dan hasil
yang diharapkan dengan klien /
keluarga
4. Anjurkan klien / keluarga
untuk mencatat keluaran feses
5. Cuci area perianal dengan
sabun dan air dan keringkan
setiap setelah habis bab
6. Gunakan cream di area
perianal
7. Jaga tempat tidur selalu bersih
dan kering
Perawatan Perineal (1750)
1. Bersihkan secara teratur
dengan teknik aseptik
2. Jaga daerah perineum selalu
kering
3. Pertahankan klien pada posisi
yang nyaman
4. Berikan obat anti nyeri /
inflamasi dengan tepat
2. Hipertermi b.d dehidrasi, Setelah dilakukan Pengaturan Panas (3900)
peningkatan metabolik, tindakan perawatan 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
inflamasi usus selama … X 24 jam 2. Monitor tekanan darah, nadi
Batasan karakteristik: suhu badan klien dan respirasi
 Suhu tubuh > normal normal, dengan 3. Monitor suhu dan warna kulit
 Kejang criteria : 4. Monitor dan laporkan tanda

 Takikardi dan gejala hipertermi

 Respirasi meningkat Termoregulasi 5. Anjurkan intake cairan dan


(0800) nutrisi yang adekuat
 Diraba hangat
1. Suhu kulit normal 6. Ajarkan klien bagaimana

23
 Kulit memerah 2. Suhu badan mencegah panas yang tinggi
35,9˚C- 37,3˚C 7. Berikan obat antipiretik
3. Tidak ada sakit 8. Berikan obat untuk mencegah
kepala atau mengontrol menggigil
4. Tidak ada nyeri Pengobatan Panas (3740)
otot 1. Monitor suhu sesuai kebutuhan
5. Tidak ada 2. Monitor IWL
perubahan warna 3. Monitor suhu dan warna kulit
kulit 4. Monitor tekanan darah, nadi
6. Nadi, respirasi dan respirasi
dalam ba-tas 5. Monitor derajat penurunan
normal kesadaran
7. Hidrasi adekuat 6. Monitor kemampuan aktivitas
8. Pasien 7. Monitor leukosit, hematokrit
menyatakan nya- 8. Monitor intake dan output
man 9. Monitor adanya aritmia jantung
9. Tidak menggigil 10. Dorong peningkatan intake
10. Tidak iritabel / cairan
gragapan / 11. Berikan cairan intravena
kejang 12. Tingkatkan sirkulasi udara
dengan kipas angin
13. Dorong atau lakukan oral
hygiene
14. Berikan obat antipiretik untuk
mencegah pasien menggigil /
kejang
15. Berikan obat antibiotic untuk
mengobati penyebab demam
16. Berikan oksigen
17. Kompres dingin
diselangkangan, dahi dan aksila
bila suhu badan 39˚C atau
lebih
18. Kompres hangat
24
diselangkangan, dahi dan aksila
bila suhu badan < 39˚C
19. Anjurkan klien untuk tidak
memakai selimut
20. Anjurkan klien memakai baju
berbahan dingin, tipis dan
menyerap keringat
Manajemen Lingkungan (6480)
1. Berikan ruangan sendiri sesuai
indikasi
2. Berikan tempat tidur dan kain /
linen yang bersih dan nyaman
3. Batasi pengunjung
Mengontrol Infeksi (6540)
1. Anjurkan klien untuk mencuci
tangan sebelum makan
2. Gunakan sabun untuk mencuci
tangan
3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan kegiatan
perawatan
4. Ganti tempat infuse dan
bersihkan sesuai dengan SOP
5. Berikan perawatan kulit di area
yang odem
6. Dorong klien untuk cukup
istirahat
7. Lakukan pemasangan infus
dengan teknik aseptik
8. Anjurkan koien minum
antibiotik sesuai advis dokter
3. Kekurangan volume ca-iran Setelah dilakukan Monitor Cairan (4130)
b.d intake kurang, tindakan perawatan 1. Tentukan riwayat jenis dan
kehilangan volume cairan selama … X 24 jam banyaknya intake cairan dan

25
aktif, kegagalan dalam kebutuhan cairan kebiasaan eleminasi
mekanisme pengaturan dan elektrolit 2. Tentukan faktor resiko yang
Batasan karakteristik: adekuat, dengan menyebabkan
 Kelemahan kriteria : ketidakseimbangan cairan
 Haus (hipertermi, diu-retik, kelainan

 Penurunan turgor Hidrasi (0602) ginjal, muntah, poliuri, diare,

kulit a. Hidrasi kulit diaporesis, terpapar panas,

 Membran mucus / kulit adekuat infeksi)

kering b. Tekanan darah 3. Menimbang BB secara teratur

 Nadi meningkat, te- dalam ba-tas 4. Monitor vital sign

kanan darah menu- normal 5. Monitor intake dan output

run, tekanan nadi c. Nadi teraba 6. Periksa serum, elektrolit dan

menurun d. Membran mukosa membatasi cairan bila


lembab diperlukan
 Penurunan pengisian
e. Turgor kulit 7. Jaga keakuratan catatan intake
kapiler
normal dan output
 Perubahan status
f. Berat badan stabil 8. Monitor membrane mukosa,
mental
dan dalam batas turgor kulit dan rasa haus
 Penurunan urin out-put
normal 9. Monitor warna dan jumlah urin
 Peningkatan
g. Kelopak mata 10. Monitor distensi vena leher,
konsentrasi urin
tidak ce-kung krakles, odem perifer dan
 Peningkatan suhu
h. Fontanela tidak peningkatan berat badan.
tubuh
cekung 11. Monitor akses intravena
 Hematokrit mening-kat
i. Urin output 12. Monitor tanda dan gejala asites
 Kehilangan berat ba-
normal 13. Catat adanya vertigo
dan mendadak.
j. Tidak demam 14. Pertahankan aliran infuse sesua
k. Tidak ada rasa advis dokter
haus yang sangat Manajemen Cairan (4120)
l. Tidak ada napas 1. Timbang berat badan dan
pendek / kusmaul monitor ke-cenderungannya.
balance Cairan 2. Timbang popok
(0601) 3. Pertahankan keakuratan catatan
a. Tekanan darah intake dan output
normal 4. Pasang kateter bila perlu
26
b. Nadi perifer 5. Monitor status hidrasi
terabaTidak (kelembaban membrane
terjadi ortostatik mukosa, denyut nadi, tekanan
hypotension darah)
c. Intake-output 6. Monitor vital sign
seimbang dalam 7. Monitor tanda-tanda
24 jam overhidrasi / ke-lebihan cairan
d. Serum, elektrolit (krakles, edema perifer, distensi
dalam batas vena leher, asites, edema
normal. pulmo)
e. Hmt dalam batas 8. Berikan cairan intravena
normal 9. Monitor status nutrisi
f. Tidak ada suara 10. Berikan intake oral selama 24
napas tambahan jam
g. BB stabil 11. Berikan cairan dengan selang
h. Tidak ada asites, (NGT) bila perlu
edema perifer 12. Monitor respon pasien terhadap
i. Tidak ada distensi terapi elektrolit
vena leher 13. Kolaborasi dokter jika ada
j. Mata tidak cekung tanda dan gejala kelebihan
k. Tidak bingung cairan
l. Rasa haus tidak Manajemen Hipovolemia (4180)
berlebihan 1. Monitor status cairan intake
m. Membrane dan output
mukosa lembab 2. Pertahankan patensi akses
n. Hidrasi kulit intravena
adekuat 3. Monitor Hb dan Ht
4. Monitor kehilangan cairan
(muntah dan diare)
5. Monitor tanda vital
6. Monitor respon pasien terhadap
perubahan cairan
7. Berikan cairan isotonic /
kristaloid (Na-Cl, RL, Asering)
27
untuk rehidrasi eks-traseluler
8. Monitor tempat tusukan
intravena dari tanda infiltrasi
atau infeksi
9. Monitor IWL (misalnya :
diaporesis)
10. Anjurkan klien untuk
menghindari meng-ubah posisi
dengan cepat, dari tidur ke
duduk atau berdiri
11. Monitor berat badan secara
teratur
12. Monitor tanda-tanda dehidrasi
( turgor kulit menurun,
pengisian kapiler lambat,
membrane mukosa kering, urin
output menurun, hipotensi, rasa
haus meningkat, nadi lemah.
13. Dorong intake oral
(distribusikan cairan selama 24
jam dan beri cairan diantara
waktu makan)
14. Pertahankan aliran infus
15. Posisi pasien Trendelenburg /
kaki elevasi lebih tinggi dari
kepala ketika hipotensi jika
perlu
Monitoring Elektrolit (2020)
1. Monitor elektrolit serum
2. Kolaborasi dokter jika ada
ketidak-seimbangan elektrolit
3. Monitor tanda dan gejala
ketidak-seimbangan elektrolit
(kejang, kram perut, tremor,
28
mual dan muntah, letargi,
cemas, bingung, disorientasi,
kram otot, nyeri tulang, depresi
pernapasan, gangguan ira-ma
jantung, penurunan kesadaran :
apa-tis, coma)
Manajemen Elektrolit (2000)
1. Pertahankan cairan infuse yang
me-ngandung elektrolit
2. Monitor kehilangan elektrolit
lewat suc-tion nasogastrik,
diare, diaporesis
3. Bilas NGT dengan normal salin
4. Berikan diet makanan yang
kaya kalium
5. Berikan lingkungan yang aman
bagi klien yang mengalami
gangguan neurologis atau
neuromuskuler
6. Ajari klien dan keluarga
tentang tipe, penyebab, dan
pengobatan ketidakse-
imbangan elektrolit
7. Kolaborasi dokter bila tanda
dan gejala ketidakseimbangan
elektrolit menetap.
8. Monitor respon klien terhadap
terapi elektrolit
9. Monitor efek samping
pemberian su-plemen elektrolit.
10. Kolaborasi dokter pemberian
obat yang mengandung
elektrolit (aldakton, kalsium
glukonas, Kcl).
29
11. Berikan suplemen elektrolit
baik lewat oral, NGT, atau
infus sesuai advis dokter
4. PK: Syok hipovolemia b.d Setelah dilakukan 1. Kaji dan catat status perfusi
dehidrasi tindak-an / perifer. Laporkan temuan
penanganan selama bermakna : ekstremitas dingin
1 jam diharapkan dan pucat, penurunan amplitude
klien mempunyai nadi, pengisian kapiler lambat.
perfusi yang adekuat, 2. Pantau tekanan darah pada
dengan Kriteria hasil: interval sering ; waspadai pada
1. Amplitudo nadi pembacaan lebih dari 20 mmHg
perifer meningkat di bawah rentang normal klien
2. Pengisian kapiler atau indicator lain dari hipotensi
singkat (< 2 detik) : pusing, perubahan mental,
3. Tekanan darah keluaran urin menurun.
dalam rentang 3. Bila hipotensi terjadi, tempatkan
norml klien pada posisi telentang
4. CVP > atau = 5 untuk meningkatkan aliran balik
cm H2O vena. Ingat bahwa tekanan
5. Frekuensi jantung darah > atau = 80/60 mmHg
teratur untuk perfusi koroner dan arteri
6. Berorientasi ginjal yang adekuat.
terhadap waktu, 4. Pantau CVp (bila jalur dipasang)
tempat, dan orang untuk menentukan keadekuatan
7. Keluaran urin > aliran balik vena dan volume
atau = 30 ml/jam darah; 5-10 cm H2O biasanya
8. Akral hangat dianggap rentang yang adekuat.
9. Nadi teraba Nilai mendekati 0 menunjukkan
10. Membran mukosa hipovolemia, khususnya bila
lembab terkait dengan keluaran urin
11. Turgor kulit menurun, vasokonstriksi, dan
normal peningkatan frekuensi jantung
12. Berat badan stabil yang ditemukan pada
dan dalam batas hipovolemia.

30
normal 5. Observasi terhadap indicator
13. Kelopak mata perfusi serebral menurun :
tidak cekung gelisah, konfusi, penurunan
14. Tidak demam tingkat kesadaran. Bila indicator
15. Tidak ada rasa positif terjadi, lindungi klien
haus yang sangat dari cidera dengan meninggikan
16. Tidak ada napas pengaman tempat tidur dan
pendek /kusmaul menempatkan tempat tidur pada
posisi paling rendah.
Reorientasikan klien sesuai
indikasi.
6. Pantau terhadap indicator
perfusi arteri koroner menurun :
nyeri dada, frekuensi jantung
tidak teratur.
7. Pantau hasil laboratorium
terhadap BUN (>20 mg/dl) dan
kreatinin (>1,5 mg/dl) meninggi
; laporkan peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit terhadap
bukti ketidak seimbangan ,
terutama Natrium (>147 mEq/L)
dan Kalium (>5 mEq/L).
Waspadai tanda hiperkalemia :
kelemahan otot, hiporefleksia,
frekuensi jantung tidak teratur.
Juga pantau tanda
hipernatremia, retensi cairan dan
edema.
9. Berikan cairan sesuai program
untuk meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan jumlah
cairan tergantung pada jenis
syok dan situasi klinis klien :
31
RL, Asering
10. Siapkan untuk pemindahan klien
ke ICU/PICU
(Keperawatan Medical Bedah :
Swearingen : 1996)
5. Takut b.d tindakan inva-sif, Setelah dilakukan Coping enhancement (5230)
hospitalisasi, penga-laman tindak-an 1. Kaji respon takut pasien : data
lingkungan yang kurang keperawatan selama objektif dan subyektif
bersahabat. (00148) … X 24 jam rasa 2. Jelaskan klien / keluarga tentang
Batasan karakteristik: takut klien proses penyakit
 Panik berkurang, dengan 3. Terangkan klien / keluarga
 Teror criteria : tentang semua pemeriksaan dan

 Perilaku menghindar Fear control pengobatan

atau menyerang (1404) : 4. Sampaikan sikap empati (diam,

 Impulsif 1. Klien tidak memberikan sen-tuhan,

 Nadi, respirasi, TD menyerang atau mengijinkan mena-ngis,

sistolik meningkat menghindari berbicara dll)


sumber yang 5. Dorong orang tua untuk selalu
 Anoreksia
menakutkan menemani anak
 Mual, muntah
2. Klien 6. Berikan pilihan yang realistis
 Pucat
menggunakan tentang aspek perawatan
 Stimulus sebagai an-
tek-nik relaksasi 7. Dorong klien untuk melakukan
caman
untuk me- aktifitas sosial dan komunitas
 Lelah
ngurangi takut 8. Dorong penggunaan sumber
 Otot tegang
3. Klien mampu spiritual
 Keringat meningkat
mengontrol Anxiety Reduction (5820)
 Gempar respon takut 1. Jelaskan semua prosedur
 Ketegangan meningkat 4. Klien tidak termasuk perasaan yang
Menyatakan takut melarikan diri mungkin dialami selama
 Menangis 5. Durasi takut menjalani prosedur
 Protes menurun 2. Berikan objek yang
 Melarikan diri 6. Klien kooperatif memberikan rasa aman
saat di-lakukan 3. Berbicara dengan pelan dan
perawatan dan tenang

32
pengobatan 4. Membina hubungan saling
Anxiety control percaya
(1402) 5. Jaga peralatan pengobatan di
1. Tidur pasien luar penglihatan klien
adekuat 6. Dengarkan klien dengan penuh
2. Tidak ada perhatian
manifestasi 7. Dorong klien mengungkapkan
fisik perasaan, persepsi dan takut
3. Tidak ada secara verbal
manifestasi 8. Berikan aktivitas / peralatan
perilaku yang meng-hibur untuk
4. Klien mau mengurangi ketegangan
berinteraksi 9. Anjurkan klien menggunakan
sosial teknik relaksasi
10. Anjurkan orang tua untuk
membawakan mainan kesukaan
dari rumah
11. Mengusahakan untuk tidak
mengulang pengambilan darah
12. Libatkan orang tua dalam
perawatan dan pengobatan
13. Berikan lingkungan yang
tenang
14. Batasi pengunjung
6. Cemas orang tua b.d Setelah dilakukan Coping enhancement (5230)
perkembangan penyakit tindakan keperawatan 1. Kaji respon cemas orang tua
anaknya (diare, muntah, selama … X per- 2. Jelaskan orang tua tentang
panas, kembung) temuan kecemasan proses penyakit anaknya
Batasan karakteristik: orang tua berkurang, 3. Bantu orang tua untuk
1. Orang tua sering dengan criteria : mengenali penyebab diare.
bertanya 4. Terangkan orang tua tentang
2. Orang tua meng- Anxiety control prosedur pemeriksaan dan
ungkapkan perasaan (1402) pengobatan
cemas 1. Tidur adekuat 5. Beritahu dan jelaskan setiap

33
3. Khawatir 2. Tidak ada perkem-bangan penyakit
4. Kewaspadaan me- manifestasi fisik anaknya
ningkat 3. Tidak ada 6. Dorong penggunaan sumber
5. Mudah tersinggung manifestasi spiritual
6. Gelisah perilaku Anxiety Reduction (5820)
7. Wajah tegang, me- 4. Mencari 1. Jelaskan semua prosedur
merah informasi untuk termasuk pera-saan yang
8. Kecenderungan me- mengurangi mungkin dialami selama men-
nyalahkan orang lain cemas jalani prosedur
5. Menggunakan 2. Berikan objek yang dapat
teknik re-laksasi memberikan rasa aman
untuk mengurangi 3. Berbicara dengan pelan dan
cemas tenang
6. Berinteraksi 4. Membina hubungan saling
sosial percaya
Aggression Control 5. Dengarkan dengan penuh
(1401) perhatian
1. Menghindari kata 6. Ciptakan suasana saling percaya
yang meledak- 7. Dorong orang tua
ledak mengungkapkan pera-saan,
2. Menghindari persepsi dan cemas secara
perilaku yang verbal
merusak 8. Berikan peralatan / aktivitas
3. Mampu yang meng-hibur untuk
mengontrol ung- mengurangi ketegangan
kapan verbal 9. Anjurkan untuk menggunakan
Coping (1302) teknik relaksasi
1. Mampu 10. Berikan lingkungan yang
mengidentifikasi tenang, batasi pengunjung
pola koping yang
efektif dan tidak
efektif
2. Mampu
mengontrol ver-
34
bal
3. Melaporkan
stress / cemasnya
berkurang
4. Mengungkapkan
menerima
keadaan
5. Mencari
informasi ber-
kaitan dengan
penyakit dan
pengobatan
6. Memanfaatkan
dukungan social
7. Melaporkan
penurunan stres
fisik
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan
psikisnya
9. Mengungkapkan
membu-tuhkan
bantuan
10. Melaporkan
perasaan ne-
gatifnya
berkurang
11. Menggunakan
strategi ko-ping
efektif
7 Kurang pengetahuan kli- Setelah dilakukan Teaching : Disease Process (5602)
en / orang tua tentang diare penjelasan selama … 1. Berikan penilaian tentang
b.d kurang informa-si, X pertemuan klien / tingkat pengetahuan klien /

35
keterbatasan kognisi, tak orang tua mengetahui orang tua tentang proses
familier dengan sum-ber dan memahami penyakitnya
informasi. tentang penya-kitnya, 2. Jelaskan patofisiologi diare dan
Batasan Karakteristik : dengan criteria : ba-gaimana hal ini berhubungan
1. Mengungkapkan Knowledge : dengan ana-tomi dan fisiologi
ma-salah Disease Process dengan cara yang sesuai.
2. Tidak tepat (1803) : 3. Gambarkan tanda dan gejala
mengikuti perintah 1. Mengetahui yang biasa muncul pada diare
3. Tingkah laku yang jenis / nama dengan cara yang sesuai
berlebihan (histeris, penyakitnya 4. Gambarkan proses penyakit
bermusuhan, 2. Mampu diare dengan cara yang sesuai
agitasi, apatis) menjelaskan pro- 5. Identifikasi kemungkinan
ses penyakit penyebab de-ngan cara yang
3. Mampu tepat
menjelaskan fak- 6. Bantu klien / orang tua
tor resiko mengenali faktor penyebab
4. Mampu diare
menjelaskan efek 7. Berikan informasi upaya-upaya
penyakit mencegah diare : selalu merebus
5. Mampu air minum, mencuci tangan
menjelaskan tan- sebelum makan, tidak makan di
da dan gejala sembarang tempat, merebus
penyakit dot / botol susu sebelum
6. Mampu digunakan, memperhatikan
menjelaskan kebersihan lingkungan dll
komplikasi 8. Berikan informasi pada klien /
7. Mampu orang tua tentang kondisi /
menjelaskan ba- perkembangan kesehatan
gaimana dengan tepat
mencegah kom- 9. Sediakan informasi tentang
plikasi pengukuran diagnostik yang
Knowledge : Health tersedia
be-havors (1805) 10. Diskusikan perubahan gaya
1. Mampu hidup yang mungkin diperlukan
36
menjelaskan pola untuk mencegah komplikasi di
nutisi yang sehat masa yang akan datang dan atau
2. Mampu proses pengontrolan penyakit
menjelaskan ak- 11. Diskusikan pilihan terapi atau
tifitas yang penanganan
bermanfaat 12. Gambarkan pilihan rasional
3. Mampu rekomendasi manajemen terapi /
menjelaskan cara penanganan
pencegahan diare 13. Dukung klien/ orang tua untuk
4. Mampu meng-eksplorasikan atau
menjelaskan tek- mendapatkan second opinion
nik manajemen dengan cara yang tepat
stress 14. Eksplorasi kemungkinan sumber
5. Mampu atau dukungan dengan cara yang
menjelaskan efek tepat
zat kimia 15. Instruksikan klien / orang tua
6. Mampu mengenai tanda dan gejala
menjelaskan ba- untuk melaporkan pada pemberi
gaimana perawatan
mengurangi re- 16. Kuatkan informasi yang
siko sakit disediakan tim kesehatan yang
7. Mampu lain dengan cara yang tepat
menjelaskan ba- Teaching Procedur / Treatment
gaimana (5618)
menghindari 1. Informasikan kepada klien dan
lingkungan yang orang tua kapan prosedur
berba-haya pengobatan akan di-laksanakan
(sanitasi kurang) 2. Informasikan seberapa lama
8. Mampu prosedur pengobatan akan
menjelaskan cara dilakukan
pemakaian obat 3. Informasikan tentang peralatan
sesuai resep yang akan digunakan dalam
pengobatan
4. Informasikan kepada orang tua
37
siapa yang akan melakukan
prosedur pengobatan
5. Jelaskan tujuan dan alasan
dilakukan prosedur pengobatan
6. Anjurkan kepada klien untuk
kooperatif saat dilakukan
prosedur pengobatan
7. Jelaskan tentang perasaan yang
mungkin akan dialami selama
dilakukan prosedur pengobatan
8. Pola nafas tidak efektif b.d Setelah dilakukan Airway manajemen ( 3140)
hiperventilasi tindakan perawatan 1. Buka jalan napas, gunakan
Batasan karakteristik : selama … X 24 jam teknik chin lift atau jaw thrust
1. Penurunan tekanan pola nafas efektif, bila perlu
inspirasi / ekspirasi dengan criteria : 2. Posisikan klien untuk
2. Penurunan ventilasi Respiratory status : memaksimalkan ventilasi
per menit Airway patency 3. Identifikasi pasien perlunya
3. Penggunaan otot nafas (0410) : pemasangan jalan napas buatan
tambahan 1. Suara napas 4. Pasang mayo bila perlu
4. Pernafasan nasal bersih 5. Lakukan fisioterapi dada bila
flaring 2. Tidak ada sianosis perlu
5. Dispneu 3. Tidak sesak napas 6. Keluarkan secret dengan batuk
6. Ortopneu 4. Irama napas dan atau suction
7. Penyimpangan dada frekuensi napas 7. Auskultasi suara napas , catat
8. Nafas pendek dalam rentang adanya suara tambahan
9. Posisi tubuh nor-mal 8. Kolaborasi pemberian
menunjukkan posisi 3 5. Pasien tidak bronkodilator bila perlu
poin merasa ter-cekik 9. Monitor respirasi dan status
10. Nafas pursedlip 6. Tidak ada sianosis oksigen
(dengan bibir) 7. Tidak gelisah Respirasi Monitoring (3350)
11. Ekspirasi memanjang 8. Sputum berkurang 1. Monitor rata-rata, ritme,
12. Peningkatan diameter Respiratory status : kedalaman, dan usaha napas
anterior-posterior ventilation (0403) 2. Catat gerakan dada apakah
13. Frekuensi nafas 1. Respirasi dalam simetris, ada penggunaan otot

38
Bayi : < 25 atau > 60 rentang normal tambahan, dan retraksi
5.14 th : < 20 atau > 30 2. Ritme dalam batas 3. Monitor crowing, suara ngorok
5-14 th : < 14 atau > normal 4. Monitor pola napas : bradipneu,
25 3. Ekspansi dada takipneu, kusmaull, apneu
14 th : < 11 atau > 24 simetris 5. Dengarkan suara napas : catat
14. Kedalaman 4. Tidak ada sputum area yang ventilasinya
nafasVolume tidal de- di jalan napas menurun / tidak ada dan catat
wasa saat istira-hat 500 5. Tidak ada adanya suara tambahan
ml penggunaan otot- 6. K/p suction dengan
15. Volume tidal ba-yi 6-8 otot tambahan mendengarkan suara ronkhi atau
ml/kg BB 6. Tidak ada retraksi crakles
16. Penurunan kapasitas dada 7. Monitor peningkatan gelisah,
vital 7. Tidak ditemukan cemas, air hunger
17. Timing rasio dispneu 8. Monitor kemampuan klien untuk
8. Dispneu saat batuk efektif
aktivitas ti-dak 9. Catat karakteristik dan durasi
ditemukan batuk
9. Napas pendek- 10. Monitor secret di saluran napas
pendek ti-dak 11. Monitor adanya krepitasi
ditemukan 12. Monitor hasil roentgen thorak
10. Tidak ditemukan 13. Bebaskan jalan napas dengan
taktil fremitus chin lift atau jaw thrust bila
11. Tidak ditemukan perlu
suara napas 14. Resusitasi bila perlu
tambahan 15. Berikan terapi pengobatan
sesuai advis (oral, injeksi, atau
terapi in-halasi)
Cough Enhancement (3250)
1. Monitor fungsi paru-paru,
kapasitas vital, dan inspirasi
maksimal
2. Dorong pasien melakukan nafas
dalam, ditahan 2 detik lalu batuk
2-3 kali
39
3. Anjurkan klien nafas dalam
beberapa kali, dikeluarkan
dengan pelan-pelan dan ba-
tukkan di akhir ekspirasi
Terapi Oksigen (3320)
1. Bersihkan secret di mulut,
hidung dan tra-khea /
tenggorokan
2. Pertahankan patensi jalan nafas
3. Jelaskan pada klien / keluarga
tentang pentingnya pemberian
oksigen
4. Berikan oksigen sesuai
kebutuhan
5. Pilih peralatan sesuai
kebutuhan : kanul nasal 1-3
l/mnt, head box 5-10 l/mnt, dll
6. Monitor aliran oksigen
7. Monitor selang oksigen
8. Cek secara periodik selang
oksigen, air humidifier, aliran
oksigen
9. Observasi tanda kekurangan
oksigen : gelisah, sianosis dll
10. Monitor tanda keracunan
oksigen
11. Pertahankan oksigen selama
dalam trans-portasi
12. Anjurkan klien / keluarga untuk
menga-mati persediaan oksigen,
air humidifier, jika habis
laporkan petugas
9. Intoleransi aktivitas b.d Setelah dilakukan Activity therapy (4310)
ketidakseimbangan suplai tindakan keperawatan 1. Catat frekuensi jantung irama,

40
dan kebutuhan O2, selama … x 24 jam, perubahan tekanan darah
kelemahan klien mampu sebelum, selama, setelah
Batasan Karakteristik : mencapai : activity beraktivitas sesuai indikasi
1. Laporan kerja : kele- toleransi , dengan 2. Tingkatkan istirahat, batasi
lahan dan kelemahan indikator : aktivitas dan berikan aktivitas
2. Respon terhadap akti- senggang yang tidak berat
vitas menunjukkan na- Activity tolerance 3. Batasi pengunjung
di dan tekanan darah (0005) 4. Monitor / pantau respon emosi,
abnormal 1. Saturasi oksigen fisik, sosial dan spiritual
3. Perubahan EKG me- dalam batas 5. Jelaskan pola peningkatan
nunjukkan aritmia / normal ketika aktivitas secara bertahap
disritmia beraktivitas 6. Bantu klien mengenal aktivitas
4. Dispneu dan ketidak- 2. HR dalam batas dengan penuh arti
nyamanan yang sangat normal ketika 7. Bantu klien mengenal pilihan
5. Gelisah beraktivitas untuk baktivitas
3. Respirasi dalam 8. Bantu klien mengenal dan
batas normal memperoleh akal, sumber yang
saat beraktivitas dibutuhkan untuk keinginan
4. Tekanan darah beraktivitas
sistolik dalam 9. Tentukan kien komitmen untuk
batas normal me-ningkatkan frekuensi dan
saat beraktivitas atau jarak un-tuk aktivitas
5. Tekanan darah 10. Kolaborasi yang berhubungan
diastolik dalam dengan fisik, terapi rekreasi,
batas normal pengawasan program aktivitas
saat beraktivitas yang tepat
6. EKG dalam 11. Bantu klien membuat rencana
batas normal yang khusus untuk pengalihan
7. Warna kulit aktivitas rutin tiap hari
8. Usaha bernafas 12. Bantu klien / keluarga
saat beraktivitas mengenal ke-kurangan mutu
9. Berjalan di aktivitas
ruangan 13. Latih klien / keluarga mengenai
10. Berjalan jauh peran fisik, sosial, spiritual ,
41
11. Naik tangga pengertian aktivitas didalam
12. Kekuatan ADL pemeliharaan kesehatan
13. Kemampuan 14. Bantu klien / keluarga
berbicara saat menyesuaikan ling-kungan
latihan dengan keinginan aktivitas
15. Berikan aktivitas yang
meningkatkan perhatian dalam
jangka waktu tertentu
16. Fasilitasi penggantian aktivitas
ketika klien sudah melewati
batas waktu, energi dan
pergerakan
17. Berikan lingkungan yang tidak
berbahaya untuk berjalan sesuai
indikasi
18. Berikan bantuan yang positif
untuk partisipasi didalam
aktivitas
19. Bantu klien menghasilkan
motivasi sendiri
20. Monitor emosi, fisik, sosial,
dan spiritual dalam aktivitas
21. Bantu klien / keluarga monitor
men-apatkan kemajuan untuk
mencapai tujuan
Dysrhythmia management (4090)
Aktivitas :
1. Mengetahui dengan pasti klien
dan ke-luarga yang mempunyai
riwayat penyakit jantung
2. Monitor dan periksa kekurangan
oksigen keseimbangan asam
basa, elektrolit.
3. Rekam EKG
42
4. Anjurkan istirahat setiap terjadi
serangan.
5. Catat frekuensi dan lamanya
serangan .
6. Monitor hemodinamik.

3.3 Implementasi Keperawatan


Penatalaksanaan sebagian besar kasus diare akut dapat dilaksanakan dirumah
dengan pemberian pendidikan yang benar kepada pengasuh anak tentang penyebab
diare, komplikasi yang potensial, dan terapi yang tepat. Pengasuh anak diajarkan
untuk memantau tanda-tanda dehidrasi, khususnya jumlah popok yang basah atau
frekuensi berkemih, memantau cairan yang masuk melalui mulut, dan menilai
frekuensi defekasi serta jumlah cairan yang hilang lewat feses. Pendidikan yang
berhubungan dengan terapi rehidrasi oral, termasukk pemberian cairan rumatan dan
penggantian kehilangan cairan yang tengah berlangsung merupakan masalah yang
penting.
Oralit harus diberikan sedikit demi sedikit tetapi sering. Vomitus bukan
kontraindikasi bagi pemerian oralit kecuali jika gejala vomitusnya sangat berat.
Informasi tentang pemberian makanan yang biasa dimakan merupakan materi
esensial. Orang tua perlu mengetahui bahwa pada dasarnya jumlah feses akan sedikit
lebih meningkat ketika kita meneruskan pemberian makanan yang biasa dimakan
anak dan meneruskan pemberian cairan untuk menggantikan yang hilang lewat feses.
Manfaat yang berupa hasil akhir status gizi yang lebih baik dengan sedikitnya
komplikasi dan lebih pendeknya lama (durasi) sakit lebih besar daripada kerugian
akibat peningkatan frekuensi defekasi yang potensial terjadi. Kekhawatiran orang tua
harus di eksplorasi agar timbul kepatuhan dalam diri mereka untuk mengikuti rencana
penanganannya.
Jika anak diare akut dan dehidrasi di rawat di rumah sakit, penimbangan berat
badan nya harus dikerjakan dengan akurat di samping dilakukannya pemantauan
asupan dan haluaran cairan dengan cermat. Anak dapat diberikan terapi parenteral
tanpa pemberian apapun per oral selama 12 jam hingga 48 jam. Pemantauan
pemberian cairan infus merupakan fungsi primer keperawatan dan perawatan harus
yakin bahwa cairan serta elektrolit yang diberikan melalui parenteral sudah dengan
konsentrasi yang benar. Kecepatan tetesan harus di atur untuk memberikan cairan

43
dengan volume yang dikehendaki dalam periode tertentu dan lokasi pemberian infus
harus dijaga.
Pengukuran keluaran cairan yang akurat merupakan tindakan esensial guna
menentukan apakah aliran darah renalnya cukup memadai untuk memungkinkan
penambahan kalium ke dalam cairan infus. Perawat bertanggung jawab atas
pemeriksaan feses dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium.
Perawat harus berhati-hati ketika mengambil dan mengirim spesimen feses untuk
mencegah terjadinya penularan infeksi. Spesimen harus dibawa ke laboratorium
dalam wadah dan media yang tepat menurut kebijakan rumah sakit. Tong spatel yang
bersih dapat digunakan untuk mengambil spesimen pemeriksaan laboratorium atau
dipakai sebagai aplikator untuk memindahkan spesimen tersebut ke dalam media
kultur. Pemeriksaan pH, darah dan zat pereduksi dapat dilaksanakan di unit
perawatan.
Feses pasien diare bersifat iritatif bagi kulit, karena itu perawatan kulit di area
popok harus dilakukan dengan ekstra hati-hati untuk melindunginya tehadap
kemungkinan ekskoriasi. Tindakan mengukur suhu rektum harus dihindari karena
dapat menstimulasi usus sehingga meningkatkan frekuensi defekasi.
Dukungan bagi anak dan keluarga meliputi perawatan dan perhatian dirumah
sakit. Orang tua harus terus memperoleh informasi mengenai perkembangan kondisi
anaknya dan mendapatkan informasi mengenai kebiasaan tertentu yang perlu
diperhatikan seperti membasuh tangan, dan menyingkirkan popok bekas, pakaian
serta linen tempat tidur ( sprei, sarung bantal, selimut, dll) yang kotor dengan benar.
Setiap orang yang mengasuh anak diare harus memahami mana daerah yang bersiih
dan mana daerah yang kotor khususnya didalam rumah sakit, karena kamar cuci
dgunakan untuk banyak keperluan. Popok dan sprei linen yang kotor harus
dimasukkan ke dalam wadah yang disediakan didekat tempat tidur pasien. Untuk
mengingatkan pengasuh anak agar menjauhkan popok dan barang-barang lainnya
yang kotor dari daerah bersih.
Pencegahan. Tindakan terbaik untuk menghadapi diare pada bayi dan anak adalah
pencegahan karena sebagaian besar infeksi yang menyebabkan diare akut ditularkan
lewat jalur fekal oral, maka orang tua perlu mendapatkan informasi tentang tindakan
pencegahan seperti higiene perorangan, perlindungan suplai air terhadap kontaminasi
dan pengolahan makanan yang hati-hati.

44
Perhatikan terhadap higiene perianal, penyingkiran popok bekas, pembasuhan
tangan yang benar dan pengisolasian orang yang terinfeksi juga akan meminimalkan
penularan infeksi. Orang tua juga memerlukan informasi mengenai cara pencegahan
diare ketika mereka berwisata dan melancong ke tempat lain. Beberapa obat yang
digunakan baru-baru ini bagi orang dewasa untuk mencegah penyakit diare. Tindakan
terbaik ketika kita bepergian ke daerah yang airnya telah terkontaminasi adalah hanya
membolehkan anak minum air botol (air mineral) lewat pipa sedotan yang bersih yang
dibawa dari rumah. Air ledeng, es batu, produk susu yang tidak di pasteurisasi,
sayuran mentah/lalapan, buah yang tidak dikupas, daging dan makanan laut yang
belum dimasak sampai matang harus juga dihindari.
Untuk mengurangi risiko penularan bakteri lewat makanan, anjurkan orang tua
agar:
- Segera simpan semua daging giling atau cincang dan makanan yang bisa rusak
lainnya kedalam freezer atau lemari es
- Jangan sekali-kali mencairkan makanan dari keadaan membeku didekat bak cuci
atau membiarkan makanan berada diluar lemari es lebih dari 2 jam
- Mencuci tangan, perabotan dan tempat kerja dengan air sabun yang panas
sesudah terjadinya kontak dengan daging mentah. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah penyebaran infeksi
- Mengecek daging giling yang sudah matang dengan garpu untuk memastikan
tidak tampak warna merah muda (warna daging mentah) sebelum daging itu
dimakan
- Memasak semua makanan yang dibuat dari daging giling sampai warna makanan
itu menjadi cokelat atau abu-abu dibagian dalamnya atau sampai suhu internal
710C
3.4 Evaluasi Keperawatan
Keefektifan intervensi keperawatan di tentukan oleh pengkajian ulang yang terus-
menerus menurut pedoman observasi berikut ini:
- Memantau kehilangan cairan dengan mengukur asupan serta haluaran dengan
cermat dan menimbang berat badan anak setiap hari
- Memantau asupan makanan khususnya jumlah kalori dari makanan
- Mengamati tanda-tanda yang membuktikan adanya komplikasi dari penyakit yang
mendasari atau terapi

45
- Mengamati dan mewawancarai keluarga untuk menentukan derajat dan
keefektifan perawatan/asuhan.

BAB IV
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Gastroenteritis adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya, untuk neonotus bila lebih
dari 4 kali dan untuk anak lebih dari Dan terjadi secara mendadak berlangsung 7 hari
dari anak yang sebelumnya. Bila hal ini terjadi maka tubuh anak akan kehilangan
cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi.Hal ini membuat tubuh tidak dapat
berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya pada anak dan
orang tua. Diare ini oci menyebapkan beberapa komplikasi,yaitu dehidrasi, renjatan
hivopolemik, kejang, bakterimia, mal nutrisi,hipoglikemia,intoleransi skunder akibat
kerusakan mukosa usus.

1.2. Saran
Untuk Perawat sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari penyakit
yang diderita anak dan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua klien dan
klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak
terjadi perawatan yang berulang.
Untuk Orangtua Klien menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan
membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan anak

46
serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan dapat
dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit, diberikan
larutan gula garam.

47

Anda mungkin juga menyukai