Duranti
Duranti
dalam bahasa dari sudut pandang antropologi. Pertama, kebudayaan sebagai pembeda alami.
Kebudayaan membedakan secara alami antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki
pengetahuan dari hasil belajar. Pengetahuan tersebut diturunkan secara turun temurun melalui
bahasa. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa memiliki peran penting untuk
membedakan keyakinan atau praktek budaya dalam berbagai kelompok masyarakat yang
bervariasi klasifikasinya.
Keempat, kebudayaan sebagai alat mediasi. Alat (termasuk bahasa) dan artefak
merupakan mediasi antara manusia dengan lingkungan. Alat secara definisi adalah objek
mediasi, objek yang ada di antara pengguna dan objek yang dikerjakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Marx “instrument of labor”. Dalam padangan “instrument of labor”, siapapun manusia
menggunakan objek untuk mengontrol lingkungan dan menghasilkan sumber daya. Secara
definisi, instrument seperti itu selalu “di antara”. Mereka ada di antara manusia dan makanannya,
contohnya garpu, orang dan cuaca (payung). Orang dan benda fisik (kapakdigam), orang dan
orang lain (gesture, ujaran), orang dan pikiran pribadi (tuturan pribadi, repsentasi mental).
Kelima, kebudayaan sebagai sistem praktek. Bourdieu mengenalkan tentang habitus yaitu
sistem kecenderungan dilihat dari dimensi sejarah bahwa pemula yang mencapai kompetensi
dengan menjalankan aktivitas, mereka akan mengembangkan harapannya tentang dunia dan cara
untuk mencapainya. Pendekatan ini menekankan pentingnya bahasa sebagai sistem yang aktif
didapatkan melalui proses sosial politik, termasuk bikrokrasi seperti sekolah.
Keenam, kebudayaan sebagai sistem partisipasi. Ide ini berhubungan dengan kebudayaan
sebagai sistem praktek yang melekat dengan sosial, kebersaman dan kualitas partisipasi. Di sini
khususnya penggunaan bahasa sebagai cara berpartisipasi di dalam interaksi untuk mendapatkan
informasi, memecahkan masalah dan berbagi informasi.