Anda di halaman 1dari 2

Duranti (2000) memaparkan enam teori kebudayaan yang memiliki peran penting di

dalam bahasa dari sudut pandang antropologi. Pertama, kebudayaan sebagai pembeda alami.
Kebudayaan membedakan secara alami antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki
pengetahuan dari hasil belajar. Pengetahuan tersebut diturunkan secara turun temurun melalui
bahasa. Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa memiliki peran penting untuk
membedakan keyakinan atau praktek budaya dalam berbagai kelompok masyarakat yang
bervariasi klasifikasinya.

Kedua, kebudayaan sebagai pengetahuan. Selain kebudayaan itu dipelajari, kebudayaan


juga dihayati bersama dalam pola pikir tertentu, cara memahami dunia, membuat kesimpulan dan
prediksi. Untuk mengetahui kebudayaan perlu juga mengetahui bahasa. Jadi memaparkan
kebudayaan juga seperti memaparkan bahasanya atau dikenal sebagai “tata bahasa budaya”.
Dalam pandangan kognitif budaya, pengetahuan meliputi dalil (“pengetahuan-tentang”) dan
prosedur (“pengetahuan-bagaimana”).

Ketiga, kebudayaan sebagai komunikasi. Kebudayaan dilihat sebagai sistem tanda.


Kebudayaan menggambarkan cara pandang melihat dunia dan dinyatakan melalui cerita, mitos,
deskripsi, teori, peribahasa, karya seni dan pertunjukkan. Levi Strauss berpendapat bahwa semua
kebudayaan adalah sistem tanda dalam kategori oposisi biner. Lalu ia juga memiliki teori
segitiga kuliner untuk menggambarkan transformasi alami suatu budaya. Clifford Geertz
menekankan pada berulangnya proses penerjemahan pengalaman manusia. Michael Silverstein
melihat kekuatan komunikasi budaya pada hubungan antara individu, kelompok, situasi, dan
objek dalam konteksnya.Komunikasi budaya juga diturunkan dalam bentuk metafora sebagai
cara untuk mengelola sosial dan lingkungan alam.

Keempat, kebudayaan sebagai alat mediasi. Alat (termasuk bahasa) dan artefak
merupakan mediasi antara manusia dengan lingkungan. Alat secara definisi adalah objek
mediasi, objek yang ada di antara pengguna dan objek yang dikerjakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Marx “instrument of labor”. Dalam padangan “instrument of labor”, siapapun manusia
menggunakan objek untuk mengontrol lingkungan dan menghasilkan sumber daya. Secara
definisi, instrument seperti itu selalu “di antara”. Mereka ada di antara manusia dan makanannya,
contohnya garpu, orang dan cuaca (payung). Orang dan benda fisik (kapakdigam), orang dan
orang lain (gesture, ujaran), orang dan pikiran pribadi (tuturan pribadi, repsentasi mental).

Kelima, kebudayaan sebagai sistem praktek. Bourdieu mengenalkan tentang habitus yaitu
sistem kecenderungan dilihat dari dimensi sejarah bahwa pemula yang mencapai kompetensi
dengan menjalankan aktivitas, mereka akan mengembangkan harapannya tentang dunia dan cara
untuk mencapainya. Pendekatan ini menekankan pentingnya bahasa sebagai sistem yang aktif
didapatkan melalui proses sosial politik, termasuk bikrokrasi seperti sekolah.
Keenam, kebudayaan sebagai sistem partisipasi. Ide ini berhubungan dengan kebudayaan
sebagai sistem praktek yang melekat dengan sosial, kebersaman dan kualitas partisipasi. Di sini
khususnya penggunaan bahasa sebagai cara berpartisipasi di dalam interaksi untuk mendapatkan
informasi, memecahkan masalah dan berbagi informasi.

Anda mungkin juga menyukai