Anda di halaman 1dari 23

RANGKUMAN MATERI PEREKONOMIAN INDONESIA

TUGAS PENGGANTI UJIAN AKHIR SEMESTER

Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, S.E., M.Si.

Disusun Oleh:
NAMA : NORHASANAH
NIM : 1810312120028

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2020

1
PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI
1. Pengertian Pembangunan Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang
setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Dengan demikian, industri
merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan industri diambil secara langsung
maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga menghasilkan barang yang bernilai
lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut dengan
perindustrian.
Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya,
pengklasifikasian industri didasarkan pada kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga
kerja, pangsa pasar, modal, atau jenis teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor
tersebut, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan
keanekaragaman industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan
masyarakat yang harus dipenuhi, maka semakin beraneka ragam jenis industrinya.
1

2. Masalah Perindustrian di Indonesia


 Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit.
 Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi.
 Konsentrasi Regional
 Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah
3. Faktor-faktor Pendorong Industrialisasi
Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai negara sangat penting
karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan dalam hal akselerasi pembangunan.
Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi
penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih
tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
Oleh karena itu, sangat dibutuhkan strategi untuk meningkatkan kapasitas industri.
Diantara cara yang ditempuh, yaitu :
a. Kemampuan teknologi dan inovasi.
b. Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita.
c. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara yang awalnya memiliki
industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia, dan industri tengah seperti mesin
alat produksi akan mengalami proses industrialisasi lebih cepat.

2
d. Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat pendapatan dan jumlah penduduk.
Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan pertumbuhan kegiatan ekonomi.
e. Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis
industri unggulan dan insentif yang diberikan.
f. Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung lebih lambat dalam
industrialisasi.
4. Pola Pengembangan Industri
Pengelompokan pola pikir industrialisasi secara keseluruhan telah tercakup dalam Pola
Pengembangan Indutri Nasional (PPIN) yang dibuat oleh Departemen Perindustrian (dalam
Siahaan, 1996). PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijakan :
a. Pengembangan industri yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan struktur
industri serta dikaitkan dengan sektor lainnya.
b. Pengembangan indutri permesinan dan elektronika penghasil barang modal.
c. Pengembangan industri kecil.
d. Pembangunan ekspor komoditi industri.
e. Pembangunan kemampuan penelitian, pengembangan dan rancang bangun khususnya
perangkat lunak dan perekayasaan.
f. Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industri berupa manajemen,
keahlian, kejujuran serta keterampilan.
5. Peranan Industri dalam Kemajuan Perekonomian
Industrialisasi tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia
dan kemampuan memanfaatkan secara optimal sumberdaya alam dan sumberdaya lainnya.
industry itu mempunyai peranan sebagai sector pemimpin (leading sectos). Leading
sector maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industry maka akan memacu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sector pertanian dan sector jasa,
misalnya. Pertumbuhan industry yang pesat akan merangsang pertumbuhan sector pertanian
untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industry. Sector jasapun berkembang dengan
adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-
lembaga pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan
industry.seperti yang diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan meluasnya peluang
kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan masyarakat
(daya belinya). Kenaikan pendapatan dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian itutumbuh dan sehat.

3
Dari uraian diatas biasa ditelaah peranan industry dalam perkembangan structural pada
suatu perekonomian. Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan sector industry
pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserapdi sector
industry, dan sumbangan komoditi industrinterhadap ekspor barang dan jasa.

6. Strategi Pengembangan Industri


- Industri Substitusi Impor (ISI)
a. ISI ini dilakukan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
b. Dengan adanya isi ini biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadap dengan cara
pembatasan barang impor, sementara permintaan barang-barang dalam negeri itu masih
tetap besar, dengan kata lain ISI ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha
didalam negeri.
c. ISI ini bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan berbagai
barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di NSB, yang
kemudian di ikuti pula oleh keinginan untuk mencapai kemerdekaan dalam bidang
ekonomi.
- Industri Promosi Ekspor (IPE)
4 faktor yang dapat menerangkan mengapa strategi industrialisasi promosi ekspor dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat ketimbang strategi substitusi impor, ke
empat faktor tersebut adalah:
a. Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
b. Skala ekonomis
c. Persaingan
d. Kekurangan Devisa

KEBIJAKAN MONETER
1. Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi agar
dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang yang beredar
dalam perekonomian. Usaha tersebut dilakukan agar terjadi kestabilan harga dan inflasi
serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Kebijakan moneter dapat digolongkan menjadi dua, yaitu;
 Kebijakan moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy
Adalah suatu kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang beredar.
 Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy

4
Adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang beredar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy).
2. Fungsi Kebijakan Moneter
1). Tight Money Policy, yaitu kebijakan Bank Sentral untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan cara :
a. Menaikan suku bunga
b. Menjual surat berharga
c. Menaikan cadangan kas
d. Membatasi pemberian kredit
2). Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank Sentral untuk menambah
jumlah uang yang beredar dengan cara :
a. Menurunkan tungkat suku bunga
b. Membeli surat-surat berharga
c. Menurunkan cadangan Kas
d. Memberikan kredit longgar.
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik pasar terbuka, kebijakan
Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.
3. Langkah-langkah Kebijakan Untuk Mengatasi Krisis Ekonomi
Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ini terfokus kepada mengembalikan
kestabilan makroekonomi dan membangun kembali infrastruktur ekonomi, khususnya di
sektor perbankan dan dunia usaha. Strategi umum dari program program ekonomi yang
diterapkan di negara-negara yang mengalami krisis serupa bertumpu pada empat bidang
pokok:
• Di bidang moneter, ditempuh kebijakan moneter ketat untuk mengurangi laju inflasi dan
penurunan atau depresiasi nilai mata uang lokal secara berlebihan.
• Di bidang fiskal, ditempuh kebijakan yang lebih terfokus kepada upaya relokasi
pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan tidak produktif kepada kegiatan-kegiatan yang
diharapkan dapat mengurangi social cost yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi.
• Di bidang pengelolaan (governance), ditempuh kebijakan untuk memperbaiki kemampuan
pengelolaan baik di sektor publik maupun swasta. Termasuk di dalamnya upaya
mengurangi intervensi pemerintah, monopoli, dan kegiatankegiatan yang kurang produktif
lainnya.

5
• Di bidang perbankan, ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki kelemahankelemahan
sistem perbankan berupa program restrukturisasi perbankan yang bertujuan untuk
mencapai dua hal, yaitu: mengatasi dampak krisis dan menghindari terjadinya krisis
serupa di masa datang.
4. Pemulihan Ekonomi Melalui Kebijakan Moneter
Kestabilan harga dan nilai tukar merupakan prasyarat bagi pemulihan ekonomi karena
tanpa itu aktivitas ekonomi masyarakat, sektor usaha, dan sektor perbankan akan terhambat.
Yang mana dalam Undang-undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara jelas
juga menyebutkan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah yang di dalamnya mengandung pengertian kestabilan harga (laju
inflasi) dan kestabilan nilai tukar rupiah.
Untuk mencapai tujuan di atas, Bank Indonesia hingga saat ini masih menerapkan
kerangka kebijakan moneter yang didasarkan pada pengendalian jumlah uang beredar atau
yang di kalangan akademisi dikenal sebagai quantity approach. Di dalam kerangka tersebut
Bank Indonesia berupaya mengendalikan uang primer (base money) sebagai sasaran
operasional kebijakan moneter.

5. Arah Dan Sasaran Kebijakan Moneter Bank Indonesia Pasca UU No. 23/99
Dari sisi pengelolaan moneter, krisis ekonomi sesungguhnya telah melahirkan suatu
pemikiran ulang bagi peran Bank Indonesia yang seharusnya dalam perekonomian, dan
sekaligus perannya dalam institusi kenegaraan di Republik ini. Dalam UU No. 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia pemikiran ulang ini diformulasikan dalam suatu tujuan
kebijakan moneter yang jauh lebih fokus dibandingkan dengan UU sebelumnya, yaitu
“mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah”.
Sejalan dengan kecenderungan banyak bank sentral di dunia untuk memfokuskan
sasaran kebijakan moneter kepada pencapaian stabilitas harga, pasal 7 dalam UU Nomor 23
Tahun 1999 tentang Bank Indonesia secara eksplisit mengamanatkan tujuan “mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah” sebagai sasaran kebijakan moneter. Terminologi
“kestabilan nilai rupiah” tentu saja dapat menghasilkan interpretasi yang berbeda: kestabilan
secara internal – yaitu kestabilan harga (stable in terms of prices of goods and services),
atau kestabilan secara eksternal – yaitu kestabilan nilai tukar (stable in terms of prices of
other currencies).
Dalam diskusi tentang kerangka kerja kebijakan moneter, diskusi di kalangan teoritisi
maupun praktisi bank sentral cenderung mengartikan kestabilan mata uang dalam

6
interpretasi yang pertama, yaitu kestabilan harga yang diukur dengan tingkat inflasi. Di
samping karena alasan teoritis bahwa kestabilan harga merupakan sasaran yang paling
relevan bagi kebijakan moneter, pasal-pasal maupun penjelasan pasal-pasal dalam UU Bank
Indonesia lebih sesuai dengan interpretasi tersebut.

KEBIJAKAN FISKAL
1. Pengertian kebijakan fiskal
Kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
mendapatkan dana-dana kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk membelanjakan
dananya tersebut dalam rangka melaksanakan pembangunan. Dengan kata lain, kebijakan
fiskal adalah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan penerimaan atau pengeluaran
negara.
2. Tujuan kebijakan fiskal
Tujuan kebijakn fiskal adalah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian. Adapun
kebijakan fiskal sebagai sarana menggalangkan pembangunan ekonomi bermaksud
mencapai tujuan sebagai berikut:
 Untuk meningkatkan laju investasi.
 Untuk mendorong investasi optimal secara sosial.
 Untuk meningkatkan kesempatan kerja.
 Untuk meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah ketidakstabilan internasional.
 Untuk meningkatkan dan mendistribusikan pendapatan nasional.

3. Fungsi kebijakan fiskal


Pasal 3 ayat (4) UU No. 17/2003 tentang keuangan negara, kebijakan fiskal terkait
anggaran (APBN) mempunyai fungsi, antara lain:
 Fungsi otoritas
Anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja negara pada
tahun yang bersangkutan.
 Fungsi perencanaan
Anggaran negara menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
 Fungsi pengawasan
Anggaran negara menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

7
 Fungsi alokasi
Anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan
sumber daya, serta meningkatkan efesiensi dan efekivitas perekonomian
 Fungsi distribusi
Kebijakan anggaran negara harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
 Fungsi stabilisasi
Anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.

4. Peranan kebijakan fiskal dalam perekonomian


Kebijakan fiskal berperan memengaruhi keadaan perekonomian agar berjalan dengan
lebih baik. Peranan kebijakan fiskal antara lain sebagai berikut:
a. Menurunkan tingkat inflasi
b. Meningkatkan produk domestik bruto
c. Mengurangi tingkat pengangguran
d. Meningkatkan pendapatan masyarakat

5. Pengaruh resiko kebijakan fiskal


Resiko fiskal didefinisikan sebagai potensi tambahan defisit APBN yang disebabkan
oleh sesuatu diluar kendali pemerintah. Pengungkapan resiko fiskal dangat perlu untuk
empat tujuan strategis, yaitu:
1). Peningkatan kesadaran seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengelolaan
kebijakan fiskal.
2). Meningkatkan keterbukaan fiskal.
3). Meningkatkan tanggung jawab fiskal
4). Menciptakan kesinambungan fiskal

Resiko fiskal dikelompokkan dalam empat kategori utama, yaitu:


a. Resiko ekonomi makro
Secara umum sumber resiko fiskal yang dihadapi oleh APBN terutama berasal dari dua
resiko utama, yakni:
1. Inflasi
2. Harga Minyak
b. Resiko utang dinamika ekonomi makro.

8
Pengelolaan resiko utang diperlukan agar target pembiayaan utang dapat diperoleh
dengan biaya yang wajar dan tidak menimbulkan penumpukkan beban utang yang tidak
terkendali pada masa yang akan mendatang. Pada dasarnya resiko utang , antara lain:
1. Resiko pasar
2. Resiko operasional
3. Resiko reputasi
c. Kewajiban kontijensi pemerintah pusat
Kewajiban kontijensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya suatu peristiwa atau lebih pada
masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali pemerintah.
d. Desentralisasi fiskal
Kebijakan desentralisasi fiskal dilakukan dengan tujuan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta
masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara
Republik Kesatuan Indonesia. Resiko fiskal dari desntralisasi fiskal diantaranya bersumber
dari kebijakan daerah, tunggakan pemerintah daerah atas pengembalian penerusan pinjaman
dari luar negari dari rekening pinjaman daerah serta pengalihan pajak pusat menjadi pajak
daerah.

APBN (Angaran Pendapatan dan Belanja Negara)


1. Pengertian Dan Ruang Lingkup APBN
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Merujuk Pasal 12 UU No. 1/2004. tentang Perbendaharaan Negara, APBN dalam satu
tahun anggaran meliputi:
a) Hak pemerintah pusat yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan.
b) Kewajiban pemerintah pusat yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan.
c) Penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akanditerima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun
anggaran berikutnya.
2. Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN )
 Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak dapat dialokasikan untuk
pengeluaran yang bersifat umum.

9
 Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan hanya digunakan untuk
kepentingan umum,tetapi juga dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.
 Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) berfungsi sebagai
pedoman agar pendapatan dan pengeluaran keunagn negara teratur sesuai dengan di
terapkan.
3. Struktur Dan Susunan APBN
 Pendapatan Negara dan Hibah.
 Belanja Negara.
 Keseimbangan Primer.
 Defisit dan Surplus.
 Pembiayaan.
4. Prinsip-prinsip Dalam APBN
o Prinsip Anggaran APBN
o Prinsip Anggaran dinamis
o Prinsip Anggaran Fungsiona
Sejak tahun 1999 tidak lagi digunakan prinsip anggaran berimbang dalam menyusun
APBN. APBN disusun berdasarkan prinsip anggaran defisit.
o Prinsip Anggaran Defisit
o Prinsip Anggaran Dinamis
o Prinsip Anggaran Fungsional
5. Instrumen Kebijakan Fiskal
 Pembiayaan fungsional
 Pengeluaran Anggaran
6. Analisis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama :
 Menciptakan stimulus fiskal
 Memperkuat Basis Penerimaan
 Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan
 Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit
7. Surat Utang Negara (SUN)
Pada tahun 2002 pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 24 Tahun 2002
tentang Surat Utang Negara (SUN). Sebelum undang-undang ini disahkan, istilah Surat

10
Utang Negara lebih dikenal sebagai “obligasi pemerintah”. Beberapa point yang penting
mengenai SUN adalah :
a. Tema pokok UU SUN adalah memberikan “standing appropriation”, yaitu jaminan
pemerintah kepada pasar untuk membayar semua kewajiban pokok dan bunga utang
yang timbul akibat penerbitan SUN.
b. Surat Utang Negara terdiri dari Surat Perbendaharaan Negara (SPN) semacam T-Bills di
AS dan Obligasi Negara (ON).
8. Surplus Dan Seimbang
Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran. Pengeluaran
yang melebihi penerimaan disebut defisit; sebaliknya, penerimaan yang melebihi
pengeluaran disebut surplus.

OTONOMI DAN PEMBANGUNAN DAERAH


1. Pengertian Pembangunan Ekonomi Daerah dan Otonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah adalah strategi pemerintah nasional dalam menjalankan
campur tangan pemerintah untuk mempengaruhi jalannnya proses pembangunan di daerah-
daerah sebagai bagian dari daerah nasional supaya terjadi perkembangan kearah yang
dikehendaki. Sedangkan istilah otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani autos yang
berarti sendiri dan namos yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintah
di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh, hidup dan
berkembang di daerah.
Adapun dasar-dasar hukum pelaksanaan otonomi daerah adalah sebagai berikut:
- Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 Ayat 1 - 7,
Pasal 18A ayat 1 dan 2 , Pasal 18B ayat 1 dan 2
- Ketetapan MPR RI Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pengaturan, pembagian, dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yg Berkeadilan, serta
perimbangan keuangan Pusat dan Daerah dalam Kerangka NKRI
- Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Otonomi Daerah

11
- UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
- UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
- UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah (Revisi UU No.32 Tahun 2004)
2. Strategi Pembangunan Ekonomi Di Daerah
secara garis besar menggambarkan strategi pembangunan ekonomi daerah dapat
dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a) Strategi pengembangan fisik ( locality or physical development strategy)
b) Strategi pengembangan dunia usaha ( business development strategy )
c) Strategi pengembangan sumber daya manusia (human resource development strategy
d) Strategi pengembangan masyarakat(community based development strategy)

3. Dampak Otonomi Terhadap Ekonomi Daerah


Perekonomian sangat sensitif apabila dihubungkan dengan proses otonomi daerah.
Pembangunan ekonomi suatu daerah seharusnya lebih baik apabila diselenggarakan dengan
konsep desentralisasi. Dengan adanya otonomi daerah maka pemerintah daerah akan
mendapatkan kesempatan untuk menampilkan identitas lokal yang ada di masyarakat dan
kebijakan – kebijakan pemerintah lebih tepat sasaran, karena pemerintah daerah cenderung
lebih mengerti keadaan, situasi, dan potensi di daerahnya daripada pemerintah pusat.
Kemandirian dalam melakukan kegitan ekonomi dapat menambah pendapatan asli daerah
(PAD), selain itu tingkat pemberdayaan masyarakat kecil juga dapat terlaksana.
4. Penerimaan Daerah dan Peranan Pendapatan Asli Daerah
Pengertian pendapatan asli daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
yaitu “Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.
Adapun sumber-sumber penerimaan daerah yaitu:
o Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
o Pendapatan Asli Daerah (PAD)
o Bagi hasil pajak dan bukan pajak
o Sumbangan dan bantuan
o Penerimaan bantuan

12
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 dinyatakan bahwa PAD terdiri dari :
 Hasil pajak daerah
Ciri-ciri pajak daerah yaitu :
 Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak
daerah
 Penyerahan dilakukan berdasarkan Undang-Undang
 Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan Undang-Undang dan peraturan
hukum lainnya
 Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-
urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan
hukum public
 Hasil retribusi daerah
Ciri-ciri retribusi daerah yaitu :
 Retribusi dipungut oleh daerah
 Dalam pungutan retibusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat
ditunjuk
 Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau menganyam jasa yang
disediakan daerah
 Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Kekayaan daerah yang dipisahkan berarti kekayaan daerah yang dilepaskan dan
penguasaan umum yang dipertanggung jawabkan melalui anggaran belanja daerah dan
dimaksudkan untuk dikuasai dan dipertanggung jawabkan sendiri
 Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah meliputi :
 Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
 Jasa giro
 Pendapatan bunga
 Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dan komisi, potongan,
ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan pengadaan barang dan jasa oleh
daerah
5. Permasalahan dalam Pembangunan Ekonomi Daerah
 Ketimpangan Pembangunan Sektor Industri
 Kurang Meratanya Investasi

13
 Tingkat Mobilitas Faktor Produksi yang Rendah
 Perbedaan Sumber Daya Alam (SDA)
 Perbedaan Demografis
 Kurang lancarnya Perdagangan antar Daerah

PERDAGANGAN INTERNASIONAL
1. Pengertian Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.
2. Teori Perdagangan Internasional
Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam
negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara
lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat
perdagangan.
Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang,
taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Ada beberapa model perdagangan internasional diantaranya:
a. Model Ricardian
Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang
mereka paling baik produksi.
b. Model Heckscher-Ohlin
Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh
perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negara-negara akan
mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan
akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif.
c. Faktor Spesifik
Faktor spesifik merujuk ke pemberian yaitu dalam faktor spesifik jangka pendek dari
produksi, seperti modal fisik, tidak secara mudah dipindahkan antar industri. Teori
mensugestikan jika ada peningkatan dalam harga sebuah barang, pemilik dari faktor
produksi spesifik ke barang tersebut akan untuk pada term sebenarnya.

14
d. Model Gravitasi
Model gravitasi, pada bentuk dasarnya, menerka perdagangan berdasarkan jarak antar
negara dan interaksi antar negara dalam ukuran ekonominya. Model ini meniru hukum
gravitasi Newton yang juga memperhitungkan jarak dan ukuran fisik di antara dua benda
3. Manfaat perdagangan internasional
Menurut Sadono Sukirno, manfaat perdagangan internasional adalah sebagai berikut.
 Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di negeri sendiri
 Memperoleh keuntungan dari spesialisasi
 Memperluas pasar dan menambah keuntungan
 Transfer teknologi modern
4. Faktor pendorong
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :
 Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
 Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
 Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
 Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk
tersebut.
 Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
 Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
 Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
 Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
5. Sistem Perekonomian
Ada beberapa macam sisitem perekonomian yaitu:
 Perekonomian terencana
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu komunisme dan sosialisme.
 Perekonomian pasar
Perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme dan liberalisme untuk menciptakan
sebuah lingkungan di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli barang
yang mereka inginkan (dalam batas-batas tertentu).

15
 Perekonomian pasar campuran
Perekonomian pasar campuran atau mixed market economies adalah gabungan antara
sistem perekonomian pasar dan terencana.

6. Peranan Perdagangan Internasional dalam Perekonomian


 Efek Perdagangan Internasional terhadap Pertumbuhan Ekonomi
 Efek Terhadap Produksi
Pedagangan luar negeri mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap sector produksi di
dalam negeri. Secara umum kita bisa menyebutkan empat macam pengaruh yang bekerja
melalui adanya:
1) Spesialisasi produksi.
2) Kenaikan “investasi surplus”
3) “Vent for Surplus”.
4) Kenaikan produktivitas
 Spesialisasi
Ada tiga keadaan yang membuat spesialisasi dan perdagangan tidak selalu bermanfaat
bagi suatu negara. Ketiga keaadan ini berkaitan dengan kemungkinan spesialisasi produksi
yang terlalu jauh, artinya adanya sektor produksi yang terlalu terpusatkan pada satu atau
dua barang saja. Keadaan ini adalah:
a) Ketidakstabilan pasar luar negeri
b) Keamanan nasional
c) Dualisme

KEBIJAKAN EKONOMI MAKRO


1. Pengertian ekonomi makro
Berbeda dengan ekonomi mikro, cakupan pembahasan dalam ekonomi makro lebih luas.
Ekonomi lebih umum dalam mempelajari peristiwa dan kegiatan ekonomi yang terjadi.
Ekonomi makro menganalisis perubahan ekonomi rumah tangga, perusahaan, dan pasar
secara luas. Hal ini berkaitan dengan permasalahan permintaan dan penawaran agregat,
seperti pendapatan nasional, pengangguran, jumlah uang yang beredar, laju inflasi,
pertumbuhan ekonomi, dan neraca pembayaran internasional.
Dalam ekonomi makro dibahas beberapa komponen sebagai berikut:
a) Pemanfaatan sumber daya ekonomi
b) Stabilitas ekonomi
c) Pertumbuhan ekonomi

16
d) Ekonomi internasional
e) Neraca pembayaran internasional
f) Nilai tukar mata uang
g) Inflasi
h) Peredaran uang

2. Jenis jenis kebijakan pemerintah dalam ekonomi Makro


Kebanyakan pemerintah dan masyarakat suatu Negara mengiginkan sutau keadaaan
prekonomian yang ideal, kebijakan ekonomi makro antara lain :
a. Kebijakan fiscal,meliputi langkah langkah pemerintah untuk membuat perubahan dalam
pendapatan dan pengeluaran negaradengan maksud untuk mempengaruhi pengeluaran
agregat dalam prekonomian atau mempengaruhi jalanya prekonomian
Instrument utama pada kebijakan fiscal adalah pengeluaran dan pajak
Ada 2 macam kebijakan fiscal :
1. Kebijakan Fiskal Ekspansif
Kebijakan pemerintah untuk membuat pengeluaran lebih besar dari pemasukan Negara
guna memberi stimulus pada perekonomian.
2. Kebijakan Fiskal Kontraktif
Kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih besar daripada
pengeluarannya.
Tujuan dari kebijakan fiskal yaitu:
1. Untuk meningkatkan produksi nasional (PDB) dan pertumbuhan ekonomi.
2. Untuk memperluas lapangan kerja dan mengurangi pengangguran.
3. Untuk menstabilkan harga-harga barang, khususnya mengatasi inflasi.
b. Kebijakan moneter,meliputi lankah langkah pemerintah yang dijalankan oelh bank sentral
untuk mempengaruhi atau merubah penawaran uang dalam masyarakat atau mengubah
tingkatb bunga (memengaruhi jumlah unag yang beredar), dengan maksud untuk
mempengaruhi pengeluaran agregat.
Ada 2 kebijakan moneter yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang yang beredar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar atau disebut juga dengan
kebijakan uang ketat (tight money policy).

17
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
1. Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual
atau membeli surat berharga pemerintah.
2. Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah duit yang beredar dengan memainkan tingkat bunga
bank sentral pada bank umum.
3. Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan
jumlah dana cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah.
c. Kebijakan segi penawaran, bertujuan untuk mempertinggi efesiensi kegiatan perusahaan
sehingga dapat menawarkan barangnya dengan harga yang lebih murah dengan mutu
yang lebih baik.
3. Tujuan kebijakan ekonomi Makro
Tujuan di adakanya kebijakan ekonomi dalam sutu Negara karena pada dasarnya
pemerintrah mengiginkan prekonomian didalam negaranya mengalami perubahan.
Kebijakan ekonomi makro yaitu bertujuan untuk menganilasa sejauh mana pengunaan
sumber daya dalam kegiatan prekonomian menganalisa kestabilan prekonomian hususnya
bidang moneter,menganalisa pertumbuhan ekonomi.

4. Manfaat kebijakan ekonomi mikro /makro


Manfaat kebijakan ekonomi makro yang dilakukan oleh pemerintah dapat memberikan
perubahan yang signifikan dalam artian menberikan perubahan di sector ekonomi mamfaat
tersebut antara lain :
a) Peningkatan kapasitas produksi nasional yang tinggi
b) Tingkat pendapatgan nasional yang tinggi
c) Keadaan prekonomian yang satabil
d) Neraca pembayar luar negeri yang seimbang
e) Distribusi pendapatan yang lebih merata
f) Menciptakan prekonomian yang tinggi
g) Tingkat kesemptan kerja(tingkat employment) yang tinggi.
5. Dampak kebijakan ekonomi Makro

18
Untuk menjelaskan dampak kebijakan makroekonomi terhadap pendapatan atau output
nasional, dalam kesempatan ini menggunakan model IS-LM dan model penawara dam
model permintaan agregat (AS-AD) sebagai suatu kerangka kerja.
a) Dampak kebijakan fiscal
Untuk menjelaskan bagaimana dampak kebijakan fiscal yang ekspensifeyang melalui
peningkatan pengeluaran (g). dengan adanya kenaikan pengeluaran,maka permintaan
agregat ( AD ) akan naik atau dalam kerangkan model AS-AD akan menyebabkan kurva
AD bergeser kekanan.
b) Dampak kebijakan moneter
Anggaplah pemerintah menjalankan atau menerapkan suatu keijakan moneter ekspansif
yaitu meleui peningkatan jumlah uang beredar didalam prekonomian.de ngan adanya
ekspansi moneter tersebut,akan menyebabkan tingkat bunga (i) turun. Dan pada giliranya
mendorong infestasi (I) naik,dan naiknya infestasi selanjutnya menyebakan permintaan
agregat ( AD ) juga nengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pemerintah mejalangkan
suatu kebijakan kontraktif (Contraktionary monetary policy ) yaitu dengan mengurangi
jumlah uang yang beredar Ms di dalam prekonomian.

KRISIS KEUANGAN/PERBANKAN/SAHAM DI INDONESIA


 Krisis Keuangan di Indonesia
KRISIS moneter Indonesia berawal dari kebijakan Pemerintah Thailand di bulan Juli
1997 untuk mengembangkan mata uang Thailand Bath terhadap Dollar US. Selama itu mata
uang Bath dan Dollar US dikaitkan satu sama lain dengan suatu kurs yang tetap. Devaluasi
mendadak dari Bath ini menimbulkan tekanan terhadap mata-mata uang Negara ASEAN
dan menjalarlah tekanan devaluasi di wilayah ini.
Sementara ini telah berlangsung hampir dua tahun dan telah berubah menjadi krisis
ekonomi, yakni lumpuhnya kegiatan ekonomi karena semakin banyak perusahaan yang
tutup dan meningkatnya jumlah pekerja yang menganggur. Memang krisis ini tidak
seluruhnya disebabkan karena terjadinya krisis moneter saja, karena sebagian diperberat
oleh berbagai musibah nasional yang datang secara bertubi-tubi di tengah kesulitan ekonomi
seperti kegagalan panen padi di banyak tempat karena musim kering yang panjang dan
terparah selama 50 tahun terakhir, hama, kebakaran hutan secara besar-besaran di
Kalimantan dan peristiwa kerusuhan yang banyak melanda.
Penyebab utama dari terjadinya krisis yang berkepanjangan ini adalah merosotnya nilai
tukar rupiah terhadap dollar AS yang sangat tajam, meskipun ini bukan faktor satu-satunya,

19
tetapi ada banyak faktor lainnya yang berbeda menurut sisi pandang masing-masing
pengamat.
Berbagai dampak Krisis Moneter timbul di Indonesia. Krisis Moneter membawa dampak
yang kurang baik bagi Indonesia, ini disebabkan karena kurs nilai tukar valas, khususnya
dollar AS, yang melambung tinggi jika dihadapkan dengan pendapatan masyarakat dalam
rupiah tetap. Dampak yang terlihat seperti : Banyak perusahaan yang terpaksa mem-PHK
pekerjanya dengan alasan tidak dapat membayar upah para pekerjanya. Sehingga
menambah angka pengangguran di Indonesia. Pemerintah kesulitan menutup APBN. Harga
barang yang naik cukup tinggi, yang mengakibatkan masyrakat kesulitan mendapat barang-
barang kebutuhan pokoknya. Utang luar negeri dalam rupiah melonjak. Harga BBM naik.
Kemiskinan juga termasuk dampak krisis moneter. Pada oktober 1998 jumlah keluarga
miskin di perkirakan sekitar 7.5 juta. Meningkatnya jumlah penduduk yang miskin tidak
terlepas dari jatuhnya nilai mata uang rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan antara penghasilan yang berkurang akibat PHK atau naik sedikit dengan
pengeluaran yang meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi.
Disaat krisis itu terjadi banyak pejabat yang melakukan korupsi. Sehingga mengurangi
pendapatan para pekerja yang lain. Banyak perusahaan yang meminjam uang pada
perusahaan Negara asing dengan tingkat bunga yang lumayan tinggi, hal itu menambah
beban utang Negara. Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah juga membawa hikmah.
Secara umum impor barang menurun tajam. Sebaliknya arus masuk turis asing akan lebih
besar, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat
sehingga bisa menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian.
Dampak dari krisis moneter lebih banyak yang negative dibandingkan dampak
positifnya. Itu di karenakan krisis ini mengganggu kesejahteraan masyarakat.
 Krisis Perbankan di Indonesia
Indonesia mulai mengalami krisis moneter sejak Agustus 1997. Pada saat awal terjadinya
krisis, dimulai dengan dampak dari proses penularan, dimana rupiah tertekan di pasar mata
uang setelah dan bersamaan dengan apa yang terjadi di negara-negara lain di Asia. Tetapi
kemudian dengan langkah kebijakan yang dilakukan yaitu pelebaran rentang kurs
intervensi, mengubah sistem nilai tukar dari mengambang terkendali (managed floating)
menjadi pengambangbebasan rupiah (free floating), intervensi BI dan pengetatan likuiditas,
terjadi proses menjalar dari proses penularan tersebut, sehingga gejolak kurs rupiah
menjalar menjadi masalah tertekannya perbankan.Ketidakpercayaan terhadap rupiah

20
menjalar menjadi ketidakpercayaan terhadap perbankan yang menimbulkan krisis
perbankan. Krisis tersebut membawa kepanikan kepada para nasabah bank karena mahalnya
kredit bank, sehingga sektor keuangan langsung berpengaruh negatif terhadap sektor riil
(kegiatan produksi, perdagangan, investasi maupun konsumsi).Selanjutnya, perkembangan
krisis keuangan ini menjalar menjadi krisis sosial dimana perusahaan yang tidak
memperolah pinjaman bank mulai melakukan PHK terhadap karyawannya.Berbagai barang
impor harganya melonjak tinggi, banyak pabrik ditutup karena mahalnya bahan baku impor
serta tingginya tingkat inflasi, banyak karyawan di-PHK, bertambahnya angka kemiskinan
dan lain-lain. Dunia perbankan tidak luput dari pengaruh krisis moneter. Perbankan yang
berkembang dengan baik tiba-tiba mengalami kejatuhan. Hal itu disebabkan banyaknya
bank yang memberi kredit pada proyek-proyek atau sektor-sektor yang berisiko tinggi,
rendahnya tingkat manajemen bank, serta terlalu longgarnya pemberian kredit kepada
nasabah yang ditandai dengan adanya penyelewengan atas batas pemberian kredit.
Jatuhnya perbankan, membuat pemerintah harus melikuidasi (membubarkan) banyak
bank. Tanggal 17 November 1997, 16 bank swasta dilikuidasi, dan dilanjutkan dengan 50
bank pada likuidasi kedua. Likuidasi dilakukan dengan tujuan menyehatkan dan
merampingkan dunia perbankan. Akan tetapi, ternyata likuidasi 66 bank tersebut berdampak
buruk, masyarakat berlomba-lomba mengambil simpanannya dari bank-bank yang
dikabarkan akan dilikuidasi. Maka, terjadilah rush (pengambilan terusmenerus) oleh
masyarakat seperti yang terjadi pada Bank Danamon dan BCA sehingga pada akhirnya
bank-bank tersebut diambil alih oleh pemerintah.Untuk menyehatkan perbankan nasional,
pemerintah melakukan berbagai kebijakan, di antaranya adalah:
a. Melakukan Program Penjaminan Penuh Untuk memulihkan kepercayaan masyarakat
terhadap bank, pemerintah menjamin penuh semua dana masyarakat yang ada di semua
bank umum yang berbadan hukum Indonesia, baik yang berbentuk bank pemerintah,
bank swasta atau bank campuran. Dengan penjaminan ini, jika suatu saat bank
mengalami masalah maka pemerintah wajib menjamin keamanan dana masyarakat.
b. Melakukan Program Rekapitalisasi Perbankan Dengan program ini, diharapkan bank-
bank dapat memenuhi ketentuan permodalan minimum.
c. Melakukan Pembentukan BPPN Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 27/1998, tugas
BPPN adalah:
1. Melakukan pengadministrasian jaminan yang diberikan pemerintah kepada bank
umum.

21
2. Melakukan pengawasan, pembinaan dan upaya penyehatan termasuk restrukturisas
bank yang oleh Bank Indonesia dinyatakan tidak sehat.
3. Melakukan tindakan hukum lain yang diperlukan dalam rangka penyehatan bank yang
tidak sehat. Dalam menjalankan tugasnya, BPPN dipimpin seorang ketua yang diangkat
dan diberhentikan oleh presiden.
 Krisis Saham di Indonesia
Pada Agustus 1997, mata uang rupiah mulai bergerak di luar pakem normal. Rupiah
tidak saja bergeliat negatif, tapi lebih dari itu. Rupiah bergerak sempoyongan. Kemudian
September 1997, Bursa Efek Jakarta (saat ini Bursa Efek Indonesia) bersujud di titik
terendahnya. Perusahaan yang meminjam dalam dolar harus menghadapi biaya yang lebih
tinggi untuk membayar utang.
Padahal beberapa bulan sebelumnya, tepatnya Juni 1997, nilai tukar rupiah terhadap
dolar masih sangat adem, hanya Rp 2.380 per dolar. Mendadak pada Januari 1998, dolar
menguat menyentuh level Rp 11.000. Kemudian pada Juli 1998, rupiah terus merosot ,
US$1 setara dengan Rp 14.150. Pada 31 Desember 1998, rupiah menguat perlahan, tapi
hanya mampu meningkat hingga Rp 8.000 untuk US$1.
Pada Juni 1997, banyak yang berpendapat bahwa Indonesia masih jauh dari krisis.
Karena beberapa pandangan ketika itu menyatakan bahwa Indonesia berbeda dengan
Thailand. Indonesia memiliki inflasi yang rendah, surplus neraca perdagangan lebih dari
US$900 juta, cadangan devisa cukup besar, lebih dari US$20 miliar, dan sektor perbankan
masih baik-baik saja. Walaupun sebenarnya di tahun-tahun sebelumnya, cukup banyak
perusahaan Indonesia yang meminjam dalam bentuk dolar. Karena sebelum 1997 memang
tercatat bahwa rupiah menguat atas dolar Amerika. Jadi, pinjaman dalam bentuk dolar
dianggap jauh lebih murah.
Faktor yang mempercepat efek bola salju krisis moneter adalah rontoknya kepercayaan
pasar dan masyarakat, ditambah kondisi kesehatan Presiden Soeharto saat memasuki tahun
1998 yang kian memburuk sehingga melahirnya ketidakpastian terkait suksesi
kepemimpinan nasional. Yang tak kalah penting adalah sikap plin-plan pemerintah dalam
pengambilan kebijakan. Kondisi tersebut berkelindan dengan besarnya utang luar negeri
yang segera jatuh tempo, situasi perdagangan internasional yang kurang menguntungkan,
dan bencana alam La Nina yang membawa kekeringan terburuk dalam 50 tahun terakhir.
Tercatat, dari total utang luar negeri per Maret 1998 yang mencapai 138 miliar dolar AS,
sekitar 72,5 miliar dolar AS adalah utang swasta yang dua pertiganya jangka pendek, di

22
mana sekitar 20 miliar dolar AS akan jatuh tempo pada 1998. Sementara pada saat itu
cadangan devisa tinggal sekitar 14,44 miliar dolar AS. Terpuruknya kepercayaan ke titik nol
membuat rupiah yang ditutup pada level Rp 4.850/dolar AS pada 1997, meluncur dengan
cepat ke level sekitar Rp 17.000/dolar AS pada 22 Januari 1998, atau terdepresiasi lebih dari
80 persen sejak mata uang tersebut diambangkan 14 Agustus 1997.
Risikonya, rupiah yang melayang, selain akibat meningkatnya permintaan dolar untuk
membayar utang, juga sebagai reaksi terhadap angka-angka RAPBN 1998/1999 yang
diumumkan 6 Januari 1998. RAPBN dinilai tak realistis. Krisis yang menandakan
kerapuhan fundamental ekonomi tersebut dengan cepat merambah ke semua sektor.
Anjloknya rupiah secara dramatis, menyebabkan pasar uang dan pasar modal juga rontok,
bank-bank nasional mendadak terlilit kesulitan besar. Peringkat internasional bank-bank
besar tersebut memburuk, tak terkecuali surat utang pemerintah, peringkatnya ikut lengser
ke level di bawah "junk" atau menjadi sampah.
Tak sampai di situ, kemudian ratusan perusahaan, mulai dari skala kecil hingga
konglomerat bertumbangan. Sekitar 70 persen lebih perusahaan yang tercatat di pasar modal
mendadak berstatus insolvent alias bangkrut. Sektor konstruksi, manufaktur, dan perbankan
adalah sektor yang terpukul cukup parah. Sehingga risiko lanjutannya adalah lahirnya
gelombang besar pemutusan hubungan kerja (PHK). Pengangguran melonjak ke level yang
belum pernah terjadi sejak akhir 1960-an, yakni sekitar 20 juta orang atau 20 persen lebih
dari angkatan kerja.
Akibat PHK dan melesatnya harga-harga barang, jumlah penduduk di bawah garis
kemiskinan juga meningkat. Ketika itu, angkanya tercatat mencapai sekitar 50 persen dari
total penduduk. Pendapatan per kapita yang mencapai 1.155 dolar/kapita pada 1996 dan
1.088 dolar/kapita pada 1997 menciut menjadi 610 dollar/kapita pada 1998. Dua dari tiga
penduduk Indonesia, sebagaimana dicatat oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO),
berada dalam kondisi yang sangat miskin pada 1999 jika ekonomi tak segera diperbaiki.

23

Anda mungkin juga menyukai