Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DAN TEORI BIG BANG


Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Keterpaduan Iptek dalam Islam

Dosen Pengampu : Edi Daenuri Anwar, M.Si.

Disusun Oleh :

1. Abdun Nafi’ (1708046032)


2. Miftakhur Rohmah (1808066034)

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS SANIS DAN TEKNOLOGI

UIN WALISONGO SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
dan Penyayang diiringi ucapan puji dan syukur atas rahmat dan karuniaNya, akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul : Teori Penciptaan Alam
Semesta dan Teori Big Bang. Makalah ini kami dapat selesaikan karena adanya
bantuan, dorongan serta dukungan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Semoga
pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan oleh semua pihak yang
turut membantu mendapat balasan berupa pahala yang setimpal dari Allah SWT.
Kami berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran
bagi pembaca.

19 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap ilmu, konsep atau teori, pasti merupakan produk dari suatu
masyarakat atau bangsa yang memiliki peradaban dan juga pandangan hidup.
Bumi dan proses penciptaannya memiliki banyak teori yang dikemukakan
oleh para ahli filsafat, ada yang berpendapat bahwa segala sesuatu berasal dari
air, udara dan gas. Para ahli merasa sangat terganggu, mereka ingin
mengetahui bagaimana proses terbuntuknya bumi ini. Sesuai dengan tingkat
kemajuan dan perkembangan ilmu dan pengetahuan para ahli pikir membuat
dugaan terkait dengan proses terbentuknya bumi yang sekarang ini ditempati
oleh mahluk ciptaan Tuhan.
Bumi adalah planet tempat tinggal seluruh makhluk hidup beserta
isinya. Sebagai tempat tinggal makhluk hidup, bumi tersusun atas beberapa
lapisan bumi, bahan-bahan material pembentuk bumi, dan seluruh kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya. Bentuk permukaan bumi berbeda-beda,
mulai dari daratan, lautan, pengunungan, perbukitan, danau, lembah dan
sebagainya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori penciptaan alam semesta menurut kajian al-Qur’an?
2. Bagaimana teori big bang dalam menjelaskan penciptaan alam semesta?
C. Tujuan
1. Untuk memahami teori penciptaan alam semesta menurut kajian al-
Qur’an.
2. Untuk memahami teori big bang dalam menjelaskan penciptaan alam
semesta.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Penciptaan Alam Semesta Menurut Al-Qur’an


Alam semesta merupakan segala yang ada di langit dan di bumi
(Dindikbud:2001). Menurut Al-Syaibani alam jagad atau natura ialah apapun
selain dari Allah Swt (Omar Muhammad:1979). Demikian juga menurut Quraish
Shihab, alam semesta merupakan semua yang maujud selain Allah Swt, baik yang
telah diketahui maupun yang belum diketahui manusia disebut alam (M.Quraish
Shihab:2004). Maka dapat dikatakan bahwa alam semesta tidaklah terdiri dari
langit dan bumi melainkan apapun yang berada diantara keduanya. Sedangkan al-
Qur’an merupakan sumber ajaran agama islam yang diturunkan untuk menjelaskan
kepada manusia mengenai hal-hal yang tidak bisa dimengerti oleh akal secara
mandiri, misalnya tentang asal usul pembentukan alam semesta (Nadiah
Thayyarah:2013). Di dalam Al-Qur’an tidak membahas secara detail, melainkan
hanya secara garis besarnya saja, karena Al-Qur’an bukanlah kitab kosmologi atau
buku-buku ilmu pengetahuan yang menguraikan teori ini. Namun, lebih
menegaskan pada setiap ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan teori penciptaan
alam semesta, untuk membuktikan kekuasaan, ilmu, dan kebijaksanaan tak
terbatas sang pencipta, yang mampu menciptakan jagat raya ini, melenyapkannya
kembali ke bentuk semula (Nadiah Thayyarah:2013).
Informasi yang kita dapat dari al-Quran tentang penciptaan alam terungkap
dengan berbagai kata yang digunakan dalam bentuk kata pengungkapan
penciptaan alam, diantaranya kata adalah bad’, ja’l, kholq (yang bermakna
menciptakan) (Ahmad Atabik:2015). Apabila kita membaca buku tentang teori-
teori modern mengenai proses penciptaan alam semesta, maka teori big bang
menjadi sebuah karya monumental dari Stephen Hawking. Teori big-bang adalah
salah satu literatur yang cukup masyhur dan jamak kita ketahui (Dedi
Sahputra:2017). Sesungguhnya teori ini sudah terdapat dalam al-Qur’an empat
belas abad yang lalu, yaitu dalam Q.S Al Anbiya:30, yang berbunyi:
Artinya:

“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya


langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30).

Allah Ta‟ala berfirman mengingatkan tentang keesaan-Nya yang sempurna


dan kerajaan-Nya yang agung. “dan apakah orang-orang kafir itu tidak
mengetahui”, yaitu orang-orang yang mengingkari kekuasaan Allah. Apakah
mereka tidak mengetahui bahwa Allah adalah Rabb Yang Maha Esa dalam
penciptaan lagi bebas dalam penataan, maka bagaimana mungkin Dia layak
disekutukan bersama yang lain-Nya? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa
langit dan bumi dahulunya adalah bersatu? Lalu berpecah-belah, maka langit
menjadi tujuh dan bumi menjadi tujuh serta antara langit dan bumi dipisahkan oleh
udara, hingga hujan turun dari langit dan tanah pun menumbuhkan tanam-
tanaman. Untuk itu Dia berfirman: “dan dari air, Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?” yaitu mereka menyaksikan
berbagai makhluk, satu kejadian secara nyata. Semua itu adalah bukti tentang
adanya Maha Pencipta yang berbuat secara bebas lagi Maha Kuasa atas apa yang
dikehendaki-Nya (Katsir, 2004).

Menurut Ade Jamaruddin, berkaitan dengan metafisika penciptaan, al-Qur’an


hanya membicarakan bahwa alam semesta beserta segala sesuatunya hendak
diciptakan oleh Allah. Hal itu dijelaskan jugs dalam Q.S Adz Dzariyat:47 :
Artinya :
“Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan
sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.” (Q.S Adz Dzariyat:47).

Allah dalam ayat ini berfirman seraya mengingatkan penciptaan alam uluwwi
(bagian atas) dan alam sufli (bagian bawah). Allah telah menjadikan langit itu
sebagai atap yang terpelihara dan tinggi dengan kekuatan-Nya. Demikian itu
dikemukakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah Ats-Tsauri, dll. Dan Allah
juga telah menjadikan seluruh penjurunya luas, kemudian Kami meninggikan
tanpa menggunakan tiang, sehingga ia menggantungkan sebagaimana adanya
(Katsir,2004). Konsepsi alam dalam al-Qur’an menurut Rahman (Rahman:1996)
dilandasi oleh beberapa pernyataan. Pernyataan-pernyataan ini dapat dijadikan
sebagai ide dasar konsep al- Qur’an mengenai alam semesta. Dari berbagai ayat
yang terdapat dalam al-Qur’an, maka dapat dirumuskan menjadi beberapa
statement untuk melandasi konsep al-Qur’an mengenai alam semesta ini,
diantaranya:

a. Pernyatan tentang terciptanya alam semesta atas kehendak Allah (41:11),


hal ini berarti membuktikan adanya Allah, juga menggambarkan mengenai
kekuasaan dan kebesaran allah yang terhingga (21:22), dengan landasan ini
dimaksudkan agar manusia beriman kepada Allah.
b. Alam semesta adalah petanda (ayat) yang paling penting mengenai
penciptanya. Petanda-tanda alam ini ada yang bersifat natural yang terjadi
karena proses-proses kausal di alam (3: 190-191), petanda- petanda yang
berupa peringatan (29:35) dan ada pula petanda-petanda historis atau
supranatural (2:22) dan (17:10)
c. Petanda pertama disebut “ayat” yaitu petanda yang lemah, abstrak, dan
samar. Sedangkan petanda kedua yaitu ayat bayyinat atau bayyinat saja.
Bayyinat merupakan “tanda-tanda yang terang, jelas dan tak dapat
diragukan lagi”. Al-Qur’an pada dirinya sendiri dan Muhammad sebagai
penerimanya merupakan bayyinat pula (98:1-4), kesemua petanda itu dapat
mengantarkan manusia untuk berfikir (3: 190-191), (10: 1-3), (12: 102-
105) dan (20: 1-6)
d. Perkataan lain yang lebih kuat dari bayyinat, yakni burhan. Burhan
bermakna “sebuah bukti yang demonstraktif”. Jika bayyinat bersifat tegas
dan jelas, maka burhan secara rasional dan psikologis bersifat memaksa.
Al-Qur’an sendiri disebut burhan (4: 174) yaitu dalih rasional yang
meyakinkan (2: 111), (2: 24), (23: 117), (27: 64) dan (28: 75). Selain
perkataan burhan, ada juga yang disebut sulthan, yaitu petanda dengan
kekuatan yang secara psikologis lebih memaksa (14: 90), (59: 4), (55: 33),
(14: 22), (37: 27-30), (23: 45), (37: 156), (17: 33), (6: 81), (27: 21), (12: 39
dan lain-lain.

Ide dasar konsepsi alam menurut al- Qur’an, selain menggambarkan kebesaran
dan kekuasaan Allah dan menyerukan agar manusia beriman kepada-Nya, juga
menggambarkan belas kasih Allah dan menyerukan agar manusia bersyukur
kepada-Nya (Ade Jamaruddin:2010). Alam semesta dibuat untuk manusia
sehingga memiliki kegunaan yang melimpah bagi umat manusia. Maka dari itu
manusia sudah selayaknya beriman kepada Allah swt, senantiasa bersyukur dan
tidak menyembah selain kepada-Nya. Manusia dengan moralitasnya diciptakan
Allah agar ia berbuat kebaikan. Jika hukum moral harus dipatuhi, maka hukum
alam harus digunakan dan dimanfaatkan sebaiknya. Semua di atas itu, tampak
bahwa ide dasar konsepsi alam dalam al-Qur’an adalah disamping sebagai seruan
agar manusia beriman kepada Allah atas kebesaran serta kekuasaan-Nya, juga
sebagai seruan agar manusia bersyukur kepada Allah atas belas kasih-Nya.

B. Teori Dentuman Besar (Big Bang)


Pada awal abad ke-21, dengan eksperimen, observasi dan perhitungan fisika
modern telah membuktikan bahwa keseluruhan alam semesta beserta dimensi
materi dan waktu muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa
yang terjadi dalam waktu yang singkat. Peristiwa itu biasanya dikenal dengan “big
bang”, yang membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu.
Teori big bang atau ledakan besar adalah sebuah teori yang berasumsi bahwa pada
15 milyar tahun lalu terjadi peristiwa meledaknya atau mengembangnya benda-
benda dari kelompok galaksi, yang awalnya saling mendekat dan akan sampai
dimana suatu waktu materi dan zat berkumpul pada satu titik dan membentuk
suatu gumpalan yang sangat padat. Hal itu mengakibatkan suatu ledakan yang
akhirnya membuat semua nya berpencar ke segala arah. Albert Einstein pada tahun
1915 menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis dengan teori
relativitas yang ditemukannya (Mcevoy and Zarate, 2005). Tetapi beberapa tahun
kemudian, ahli kosmologi Rusia yang bernama Alexandra Friedman pada tahun
1920 menghasilkan perhitungan yang menunjukkan bahwa struktur alam semesta
tidak statis dan implus kecil dapat menyebabkan struktur keseluruhan
mengembang dan mengerut menurut teori relativitas Einstein.
Teori big bang pertama kali dikemukakan oleh Fred Hoyle. Pada awalnya,
alam semesta menjadi satu kesatuan, dan sesaat ledakan besar suhu alam semesta
diperkirakan turun menjadi 10 milyar derajat. Ketika itu terjadi proses
pembentukan bintang dari debu dan sisa awan hidrogen yang meledak. Selain itu
banyak ahli fisika dan astrofisika lain yang mengemukakan pendapat sejenis
dengan teori big bang, salah satunya adalah Gamow. Gamow mengemukakan
gagasannya bahwa setelah terbentuknya alam semesta melalui peristiwa ledakan
dahsyat, ada limpahan radiasi di alam semesta yang tertinggal karena peristiwa
ledakan ini dan radiasi ini tersebar merata di alam semesta. Gamow juga
mengemukakan bahwa seluruh bahan dan energi dalam alam semesta pernah
terpadu dalam satu bola raksasa. Bola tersebut terdiri dari neutron dan energi
pancaran, yang biasanya dikenal dengan “Ylem” (ailem). Pada era ini, Gamow
menyebut sebagai era radiasi yang memiliki suhu berkisar 10 milyar derajat pada
saat terbentuknya fusi hidrogen menjadi helium. Kemudian memasuki era quark,
dimana partikel-partikel saling bertumpang tindih dan tidak berstruktur. Pada era
ini terjadi pemebentukan hidrogen yang kerapatannya satu milyar ton per
sentimeter kubik.
Menurut Alan Guth setelah terjadinya ledakan besar tersebut, alam semesta
kecepatannya pemuaiannya semakin berkurang. Namun, ada suatu waktu dimana
peristiwa itu mengalami percepatan sehingga menciptakan peralihan yang tidak
serempak membentuk gumpalan raksasa yang memuai. Energi yang dilepaskan
pada saat peralihan ini jika menggunakan perhitungan Einstein maka
menghasilakn persamaan yang mendorong alam semesta untuk memuai.
Berdasarkan hal itu pula Einstein mencoba mengemukakan konstanta yang
menahan alam semesta untuk bergerak namun konstanta ini dipatahkan oleh hasil
observasi dari Hubble dengan red shift nya menyatakan bahwa hubungan
kecepatan radial dan jarak galaksi yang bergerak menjauhi kita hal ini sesuai
dengan garis spektrum nya menuju daerah yang panjang gelombang nya berwarna
merah. Penemuan itu juga yang membuktikan alam semesta mengembang dan
mengempis.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Penciptaan alam merupakan bukti kekuasaan dan kebesaran Allah Swt.
Kenyataan tersebut membuktikan kemahaluasan dan kemahahalusan ilmu
Allah dibandingkan pengetahuan yang kita miliki. Tidak ada kesulitan
bagi Allah untuk mencipta juga menghancurkan alam semesta ini.
Ungkapan kesyukuran atas segala nikmat alam semesta ini dibuktikan
dengan sikap berasahabat dengan alam yang lebih baik. Ayat-ayat
kosmologis dalam Al-Qur’an merupakan petanda lain dari fakta alam
semesta. Keduanya saling menjelaskan satu sama lain. Makro-kosmos dan
mikro- kosmos merupakan bukti nyata akan belas kasih-Nya terhadap
manusia di muka bumi. Sebagai bahan renungan, banyak bencana yang
terjadi karena ada sebagian makhluknya yang melampui ukuran dan
melanggar aturannya. Menyalahi aturan, ratqh, dan segala ketetapan
Tuhan.
2. Berdasarkan teori big bang, alam semesta berasal dari keadaan panas dan
padat yang mengalami ledakan dahsyat dan mengembang. Dimana banyak
ilmuwan yang mengakui kebenarannya.

B. Saran
Demikian makalah ini disusun, makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan banyak kekurangan dari segi apapun. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat dinantikan agar makalah-makalah selanjutnya
dapat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Atabik, Ahmad. 2015. Konsep Penciptaan Alam:Studi Komparatif-Normatif antar


Agama-Agama, (Kudus: STAIN Kudus).

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan..2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia:


Edisi Kedua. (Jakarta: Balai Pustaka).

Jamaruddin, Ade. 2010.Konsep Alam Semesta Menurut Al-Qur’an.(Bandung: IAIN


Sunung Gunung Djati).

Katsir, Ibnu. 2004. Tafsir Ibnu Katsir (Terjemahan). Bogor: Pustaka Imam
AsySyafi‟i.

Omar, Mohammad Al-Toumy Al-Syaibani. 1979. Falsafah Pendidikan Islam, terj.


Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang).

Quraish Shihab, Muhammad. 2004 .Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian
Al-Qur’an.(Jakarta: Lentera Hati).

Rahman, Fazlur. 1996. The Themes of The Qur’an, terj. Anas Muhyiddin, Tema
Pokok Al-Qur’an. (Bandung: Pustaka).

Sahputra, Dedi.2017.Esensi Alam Semesta Perspektif Filsafat Pendidikan


Islam.(Sumatera Utara: UIN Sumatera Utara).

Thayyarah,Nadia.2013.Buku Pintar Sains dalam al-Qur’an: Mengerti Mukjizat


Firman Allah, terj. M. Zainal Arifin, dkk.(Jakarta: Zaman).

McEvoy, J.P. & Zarate, O. 2005. Introduction Stephen Hawking A Graphic Guide.
Malta: Gutenberg Press.

Anda mungkin juga menyukai