Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA

OLEH :

REGINA ANANDIA, S.Kep

2004023

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING KLINIK

Dr. Ns. Putri Dafriani, M.Sc Ns. Yeesi Yulia Roza, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

SYEDZA SAINTIKA PADANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Anemia adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kadar hemoglobin (Hb)
atau sel darah merah (eritrosit) sehingga menyebabkan penurunan kapasitas sel darah
merah dalam membawa oksigen (Badan POM, 2011)
Anemia adalah penyakit kurang darah, yang ditandai dengan kadar hemoglobin
(Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal. Jika kadar
hemoglobin kurang dari 14 g/dl dan eritrosit kurang dari 41% pada pria, maka  pria
tersebut dikatakan anemia. Demikian pula pada wanita, wanita yang memiliki kadar
hemoglobin kurang dari 12 g/dl dan eritrosit kurang dari 37%, maka wanita itu dikatakan
anemia. Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan merupakan  pencerminan
keadaan suatu penyakit atau akibat gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke
jaringan.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di
bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Anemia adalah gejala dari kondisi
yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tidak adekuat atau kurang
nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan  penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada banyak tipe anemia dengan  beragam
penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 2012)

B. Etiologi
1. Hemolisis (eritrosit mudah pecah)
2. Perdarahan
3. Penekanan sumsum tulang (misalnya oleh kanker)
4. Defisiensi nutrient (nutrisional anemia), meliputi defisiensi besi, folic acid,
piridoksin, vitamin C dan copper
Menurut Badan POM (2011), Penyebab anemia yaitu :
1. Kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, vitamin B12, asam
folat, vitamin C, dan unsur-unsur yang diperlukan untuk pembentukan sel darah
merah.
2. Darah menstruasi yang berlebihan. Wanita yang sedang menstruasi rawan terkena
anemia karena kekurangan zat besi bila darah menstruasinya banyak dan dia tidak
memiliki cukup persediaan zat besi.
3. Kehamilan. Wanita yang hamil rawan terkena anemia karena janin menyerap zat
besi dan vitamin untuk pertumbuhannya.
4. Penyakit tertentu. Penyakit yang menyebabkan perdarahan terus-menerus di saluran
pencernaan seperti gastritis dan radang usus buntu dapat menyebabkan anemia.
5. Obat-obatan tertentu. Beberapa jenis obat dapat menyebabkan perdarahan lambung
(aspirin, anti infl amasi, dll). Obat lainnya dapat menyebabkan masalah dalam
penyerapan zat besi dan vitamin (antasid, pil KB, antiarthritis, dll).

C. Manifestasi Klinis
1. Lemah, letih, lesu dan lelah
2. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
3. Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi
pucat. Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
4. Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit
dada)
5. Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
6. Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya
oksigenasi pada SSP
7. Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)

D. Patofisologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan sumsum atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum (misalnya
berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi
tumor atau penyebab lain yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui
perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.
Hasil samping proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap
kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada kelainan
hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat untuk
hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam
glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara  pematangannya,
seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya hiperbilirubinemia dan
hemoglobinemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Sel darah merah
 Kadar hemoglobin
 Kadar hematokrit
2. Radiologi
 Endoskopi
 USG Panggul

F. Komplikasi
1. Kelelahan
2. Jantung
3. Paru-paru
4. Rentan terkena infeksi

G. Penatalaksanaan
2.1 Suplemen nutrisi (vitamin B12, asam folat, besi)
2.2 Transfusi darah
2.3 Pemberian obat yang dapat menekan sistem kekebalan tubuh.

H. WOC
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Selama pengumpulan riwayat kesehatan, perawat menanyakan kepada pasien tentang
tanda dan gejala yang dialami oleh pasien. Setiap keluhan harus ditanyakan dengan
detail kepada pasien, disamping itu diperlukan juga pengkajian mengenai keluhan
yang dirasakan meliputi lama timbulnya.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada klien dengan vertigo biasanya klien mengeluh pusing bila klien banyak
bergerak dan dirasakan berkurang bila klien beristirahat, kualitas dari suatu keluhan
atau penyakit yang dirasakan. Pada klien dengan vertigo biasanya pusing yang
dirasakan seperti berputar, daerah atau tempat dimana keluhan dirasakan. Pada klien
dengan vertigo biasanya lemah dirasakan pada daerah kepala, derajat keganasan atau
intensitas dari keluhan tersebut, pusing yang dirasakan seperti berputar dengan skala
nyeri (0-5), waktu dimana keluhan dirasakan, waktu juga menunjukkan lamanya atau
kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan vertigo dirasakan hilang timbul.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit terdahulu, baik yang berhubungan dengan persyarafan maupun
penyakit sistemik lainnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit-penyakit keluarga perlu diketahui terutama yang menular dan penyakit
turunan lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : pada awalnya compos mentis, adalah perasaan tidak berdaya
2) Respirasi : tidak mengalami gangguan
3) Kardiovaskuler : hipotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer melemah,
pengisian kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis, dan
kulit/membrance mukosa berkeringat (status shock, nyeri akut)
4) Persarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, dan nyeri epigastrium
5) Factor pencetus
g. Pola fungsi Gordon
1) Pola persepsi kesehatan
Persepsi terhadap adanya arti kesehatan, penatalaksanaan kesehatan serta
pengetahuan tentang praktek kesehatan
2) Pola nutrisi
Mengidentifikasi masukan nutrisi dalam tubuh, balance cairan serta elektrolit.
Pengkajian meliputi : nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan, mual,
muntah, kebutuhan jumlah zart gizi
3) Pola eliminasi
Menjelaskan tentang pola fungsi ekskresi serta kandung kemih dan kulit.
Pengkajian yang dilakukan meliputi : kebiasaan defekasi, ada tidaknya masalah
defekasi, masalah miksi (oliguria, disuri), frekuensi defekasi dan miksi,
karakteristik urin dan feses, pola input cairan., masalah bau badan
4) Pola latihan-aktivitas
Menggambarknan tentang pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan. Pentingnya
latihan atau gerak dalam keadaan dehat maupun sakit, gerak tubuh dan kesehatan
berhubungan dengan satu sama lain. Kemampuan klien dalam menata dirinya
sendiri apabila tingkat kemampuannya 0: mandiri, 1: dengan alat bantu, 2:
dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 5: tergantung dalam
melakukan ADL, kekuatan otot dan ROM, riwatyat penyakit jantung, frekuensi,
irama dan kedalaman nafas, bunyi nafas, riwayat penyakit paru
5) Pola kognitif perceptual
Menjelaskan tentang pensepsi sensori dan kognitif. Pola ini meliputi pengkajian
penglihatan, pendengaran, pernafasan, pembau dan kompensasinya terhadap
tubuh, dan poal kognitif memuat kemampuan daya ingat klien terhadap peristiwa
yang telah lama atau baru terjadi.
6) Pola istirahat dan tidur
Menggambarkan pola tidur serta istirahat pasien. Pengkajian yang dilakukan
pada pola ini meliputi : jam tidur diang dan malam pasien, masalah selama tidur,
insomnia atau mimpi buruk, penggunaan obat serta mnengeluh letih
7) Pola konsep diri-persepsi diri
Menggabarkan sikap tentang diri sendiri serta persepsi terhadap keampuan diri
sendiri dan kemampuan konsep diri yang meliputi : gambaran diri, harga diri,
peran, indentitas dan ide diri sendiri
8) Pola peran dan hubungan
Menggambarkan serta mengetahui hubungan pasien serta peran pasien terhadap
anggota keluarga serta dengan masyarakat yang berada dalam lingkungan sekitar
tempat tinggalnya
9) Pola reproduksi atau seksual
Menggambarkan tentang kepuasan yang dirasakan atau masalah yang dirasakan
dengan seksualitas. Selain itu dilakukan juga pengkajian yang meliputi : dampak
sakit terhadap seksualitas, riwayat haid, pemeriksaan payudara sendiri, riwayat
penyakit hubungan seks, serta pemeriksaan genitalia
10) Pola koping dan toleransi stress
Menggambarkan tentang pola cara menangani stress, yang meliputi dengan
cara : interaksi dengan orang terdekat, menangis, dan lain sebagainya
11) Pola keyakinan dan nilai
Menggambarkan tentang pola nilai dan keyakinan yang dianut. Menerangkan
sikap serta keyakinan yang dianut oleh klien dalam melaksanakan agama atau
kepercayaan yang dianut

2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Defisit perawatan diri
d. Keletihan
3. Intervensi

DIAGNOSA NOC NIC


Ketidakefektifan perfusi 1. Perfusi jaringan perifer 1. manajemen sensasi perifer
jaringan perifer a. suhu kulit ujung kaki aktivitas :
dan kanan  monitor adanya daerah
dipertahankan pada tertentu yang hanya peka
deviasi yang cukup terhadap
besar dari kisaran panas/dingin/tajam/tump
normal (2) ul
ditingkatkan ke deviasi  monitor adanya
ringan dari kisaran parasthesia
normal (4) Terapi oksigen
b. muka pucat Aktivitas :
dipertahankan pada  bersihkan mulut, hidung
cukup berat (2) dan sekresi trakea dengan
ditingkatkan ke ringan tepat
(4)
c. kelemahan otot
dipertahankan pada 3. monitor tanda-tanda vital
cukup berat (2)
ditingkatkan ke ringan
(4)
2. tanda-tanda vital
a. suhu tubuh
dipertahankan pada
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal (2)
ditingkatkan ke deviasi
ringan dari kisaran
normal (4)
b. tekanan nadi
dipertahankan pada
deviasi yang cukup
besar dari kisaran
normal (2)
ditingkatkan ke deviasi
ringan dari kisaran
normal (4)

Anda mungkin juga menyukai