Anda di halaman 1dari 15

Bahan Kuliah

ENDAPAN MINERAL

DEFINISI
a.    Ore adalah endapan bahan galian yang dapat diekstrak (diambil) mineral berharganya
secara ekonomis baik itu logam maupun bukan logam. Bijih diekstraksi melalui
penambangan, kemudian hasilnya dimurnikan lagi untuk mendapatkan unsur-unsur yang
bernilai ekonomis.

b.    Gangue Minerals adalah mineral non logam yang bisa dimanfaatkan sebagai hasil
sampingan misalnya kuarsa, garnet, dll dalam jumlah yang cukup

c.    By product: adalah produk sekunder atau insidentil yang berasal dari proses manufaktur,
suatu reaksi kimia atau jalur
biokimia, dan bukan produk
utama atau jasa yang dihasilkan.
By product dapat bermanfaat dan
berharga, atau dapat dianggap
limbah. Air juga bisa menjadi
produk sampingan ketika reaksi
menyebabkan karbon dioksida.

d.    Metallic minerals adalah Mineral yang mengandung satu jenis logam. Apabila
kandungan logamnya relative besar dan terikat secara kimia dengan unsur lain disebut
mineral bijih (ore-minerals). Sebagian besar mineral bijih bersifat logam dan sebagian
bersifat non logam (bauksit).. Mineral logam dibagi menjadi dua, yaitu logam murni dan
logam campuran. Logam murni digunakan dalam kondisi murni tanpa campuran. Contoh
logam murni adalah emas, timah, seng, dan aluminium. Biasanya kaleng minuman
menggunakan aluminium murni. Sementara kabel listrik terbuat dari tembaga murni.

 e.    Waste Minerals adalah mineral non logam yang tidak ekonomis

 f.     Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik yang
untung jika ditambang. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari nilai
ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat endapan
mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan
bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses
ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah (tailing).

 PEMBAGIAN KELOMPOK MINERAL BIJIH:

a.    Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit, terdesssiminasi
dalam batuan   tersilisifikasi.
b.    Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.
c.    Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap,
galena, barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit,
serta sejumlah mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.
d.    Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi dalam
tubuh yang terpisah- pisah.
e.    Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)
f.    Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.

FASE PEMBENTUKAN ENDAPAN PRIMER

a.    Fase Magmatik Cair  (Liquid Magmatic Phase)


suatu fase pembentukan mineral, dimana mineral terbentuk langsung pada magma
(differensiasi magma), misalnya dengan cara gravitational settling

•    Vesiculation, Magma yang mengandung unsur-unsur volatile seperti air (H2O), (CO2), (SO2), (S)
dan (Cl).
•    Diffusion, Pada proses ini terjadi pertukaran material dari magma dengan material dari batuan
yang mengelilingi reservoir magma.
•    Flotation, Kristal-kristal ringan yang mengandung sodium dan potasium cenderung untuk
memperkaya magma yang terletak pada bagian atas reservoar dengan unsur-unsur sodium dan
potasium.
•    Assimilation of Wall Rock, Selama emplacement magma, batu yang jatuh dari dinding reservoir
akan bergabung dengan magma.
•    Thick Horizontal Sill, Secara umum bentuk ini memperlihatkan proses differensiasi magmatik asli
yang membeku karena kontak dengan dinding reservoir. Jika bagian sebelah dalam membeku 
terjadi Crystal Settling dan menghasilkan lapisan, dimana mineral silikat yang lebih berat terletak
pada lapisan dasar dan mineral silikat yang lebih ringan.
 
b.    Fase Pegmatitik (Pegmatitic Phase)
Pegmatit adalah batuan beku yang terbentuk dari hasil injeksi magma. Sebagai akibat kristalisasi
pada magmatik awal dan tekanan disekeliling magma, maka cairan residual yang mobile akan
terinjeksi dan menerobos batuan disekelilingnya sebagai dyke, sill, dan stockwork 

c.    Fase Pneumatolitik (Pneumatolitik Phase)


Proses reaksi kimia dari gas dan cairan dari magma dalam lingkungan yang dekat dengan magma.
Mineral kontak ini dapat terjadi bila uap panas dengan temperatur tinggi dari magma kontak dengan
batuan dinding yang reaktif. Mineral-mineral kontak yang terbentuk antara lain : wolastonit, amfibol,
kuarsa, epidot, garnet, aktinolit, dll.

d.    Fasa Hidrotermal


Hidrothermal adalah larutan sisa magma yang bersifat "aqueous" sebagai hasil differensiasi magma.
Hidrothermal ini kaya akan logam-logam yang relatif ringan, dan merupakan sumber terbesar (90%)
dari proses pembentukan endapan. Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal dua macam
endapan hidrothermal, yaitu :
•    Cavity filing, mengisi lubang-lubang (opening-opening) yang sudah ada di dalam batuan.
•    Metasomatisme, mengganti unsur-unsur yang telah ada dalam batuan dengan unsur-unsur baru
dari larutan hidrothermal.

Berdasarkan cara pembentukan endapan, dikenal beberapa jenis endapan hidrothermal, antara lain
Ephithermal (T 00C-2000C), Mesothermal (T 1500C-3500C), dan Hipothermal (T 3000C-5000C).

Setiap tipe endapan hidrothermal diatas selalu membawa mineral-mineral yang tertentu (spesifik),
berikut altersi yang ditimbulkan barbagai macam batuan dinding. Tetapi minera-mineral seperti pirit
(FeS2), kuarsa (SiO2), kalkopirit (CuFeS2), florida-florida hampir selalu terdapat dalam ke tiga tipe
endapan hidrothermal.

Paragenesis endapan hipothermal dan mineral gangue adalah : emas (Au), magnetit (Fe3O4),
hematit (Fe2O3), kalkopirit (CuFeS2), arsenopirit (FeAsS), pirrotit (FeS), galena (PbS), pentlandit
(NiS), wolframit : Fe (Mn)WO4, Scheelit (CaWO4), kasiterit (SnO2), Mo-sulfida (MoS2), Ni-Co sulfida,
nikkelit (NiAs), spalerit (ZnS), dengan mineral-mineral gangue antara lain : topaz, feldspar-feldspar,
kuarsa, tourmalin, silikat-silikat, karbonat-karbonat

Sedangkan paragenesis endapan mesothermal dan mineral gangue adalah : stanite (Sn, Cu) sulfida,
sulfida-sulfida : spalerit, enargit (Cu3AsS4), Cu sulfida, Sb sulfida, stibnit (Sb2S3), tetrahedrit
(Cu,Fe)12Sb4S13, bornit (Cu2S), galena (PbS), dan kalkopirit (CuFeS2), dengan mineral-mineral
ganguenya : kabonat-karbonat, kuarsa, dan pirit.

Paragenesis endapan ephitermal dan mineral ganguenya adalah : native cooper (Cu), argentit (AgS),
golongan Ag-Pb kompleks sulfida, markasit (FeS2), pirit (FeS2), cinabar (HgS), realgar (AsS), antimonit
(Sb2S3), stannit (CuFeSn), dengan mineral-mineral ganguenya : kalsedon (SiO2), Mg karbonat-
karbonat, rhodokrosit (MnCO3), barit (BaSO4), zeolit (Al-silikat).

e.    Fasa Vulkanik

TIPE-TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK SECARA SEKUNDER

Proses pembentukan endapan ini sangat di dominasi oleh media air permukaan, sehingga jejak-jejak
pembentukannya seperti adanya struktur perlapisan, dan nodul  menggambarkan manifestasi
tersebut.

Tipe endapan ini terbagi atas:

a.    Mineral Bijih Dibentuk oleh Hasil Rombakan dan Proses Kimia Sebagai Hasil Pelapukan
Permukaan dan Transportasi.

Secara normal material bumi tidak dapat mempertahankan keberadaanya dan akan mengalami
transportasi geokimia yaitu terdistribusi kembali dan bercampur dengan material lain. Proses
dimana unsur-unsur berpindah menuju lokasi dan lingkungan geokimia yang baru dinamakan
dispersi geokimia. Berbeda dengan dispersi mekanis, dispersi kimia mencoba mengenal secara kimia
penyebab suatu dispers. Dispersi geokimia sekunder adalah dispersi kimia yang terjadi di permukaan
bumi, meliputi pendistribusian kembali pola-pola dispersi primer oleh proses yang biasanya terjadi di
permukaan, antara lain proses pelapukan, transportasi, dan pengendapan. Bahan terangkut pada
proses sedimentasi dapat berupa partikel atau ion dan akhirnya diendapkan pada suatu tempat.

b.    Cebakan Mineral Dibentuk oleh Pelapukan Mekanik


Mineral disini terbentuk oleh konsentrasi mekanik dari mineral bijih dan pemecahan dari residu.
Proses pemilahan yang mana menyangkut pengendapan tergantung oleh besar butir dan berat jenis
disebut sebagai endapan plaser. Mineral plaser terpenting adalah Pt, Au, kasiterit, magnetit,
monasit, ilmenit, zirkon, intan, garnet, tantalum, rutil, dsb

c.     Cebakan Mineral Dibentuk oleh Proses Pengendapan Kimia


•    Lingkungan Darat
Batuan klastik yang terbentuk pada iklim kering dicirikan oleh warna merah akibat oksidasi Fe dan
umumnya dalam literatur disebut “ red beds”. Kalau konsentrasi elemen logam dekat permukaan
tanah atau di bawah tanah tempat pengendapan tinggi memungkinkan terjadi konsentrasi larutan
logam dan mengalami pencucian (leaching/pelindian) meresap bersama air tanah yang kemudian
mengisi antar butir sedimen klastik. Koloid bijih akan alih tempat oleh penukaran kation antara Fe
dan mineral lempung atau akibat penyerapan oleh mineral lempung itu sendiri.
•    Lingkungan Laut
Kejadian cebakan mieral di lingkungan laut sangat berbeda dengan lingkungan darat yang umumnya
mempunyai mempunyai pasokan air dengan kadar elemen yang tinggi dibandingkan kandungan di
laut. Kadar air laut mempunyai elemen yang rendah. Sebagai contoh kadar air laut untuk Fe 2 x 10-
7 % yag membentuk konsentrasi mineral logam yang berharga hal ini dapat terjadi kalau mempunyai
keadaan yang khusus

TIPE ENDAPAN YANG TERBENTUK KARENA AKTIVITAS VULKANIK

Aktivitas vulkanik dapat menghasilkan endapan mineral baik logam maupun non logam. Endapan
tersebut terbentuk karena proses sublimasi gas atau uap yang dikeluarkan oleh aktivitas vulkanik. Air
tanah dan air meteoric disekitar daerah vulkanik juga dapat menghasilkan endapan mineral tertentu.
Contoh mineral : belerang, fosfor, dan mineral logam Pb, Zn, Bi, Fe.

Disamping menghasilkan mineral, aktivitas vulkanik juga menghasilkan panas bumi yang
dimanfaatkan untuk energi panas bumi (geothermal energy).

TIPE ENDAPAN YANG BERASOSIASI DENGAN BATUAN INTRUSI DAN TIPE ENDAPAN

Deposit Kuroko merupakan salah satu wakil dari deposit sulfida volcanogenic besar di dunia.  Hal ini
ditandai oleh logam simpanan kelas dasar yang tinggi untuk mengandung cukup jumlah emas dan
perak.  Deposit tersebut telah dieksplorasi sebagai sumber utama logam mulia dan logam mulia di
dunia.
Dalam kasus Jepang, hampir semua deposit dihasilkan dalam berumur Miosen sehingga ada banyak.
contoh dan unmetamorphosed pelat badan kaku.Kuroko mengacu pada model endapan yang
terdapat di salah satu distrik yang terdapat di Jepang bagian Utara yang mengandung kumpulan dari
karakteristik horizon bijih dalam suatu tatanan geologi khusus
KLASIFIKASI ENDAPAN MINERAL

 
KARAKTERISTIK DAN TIPE ENDAPAN DI SANGKAROPI

a.    Bijih hitam (Kuroko) percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna gelap, galena,
barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit, enargit, tetrahidrit, markasit, serta sejumlah
mineral lainnya yang ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil
b.    Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko) yang saling berhubungan tetapi dalam tubuh yang
terpisah- pisah.
ENDAPAN MINERAL EPITERMAL

Endapan mineral epitermal telah menerima banyak perhatian di dunia oleh karena dapat di
eksploitasi secara ekonomis dan tersedia banyak dibandingkan dengan sumber daya logam
mulia lainnya. Secara geologi, endapan ini relatif mudah di temukan, karena secara ganesa
endapan epitermal ini kadanya rendah dan secara umum telah diketahui keberadaanya. Oleh
karena secara ganesa dan ekonomis endapan epitermal ini signifikan tetapi cadangannya
masih bersatu dengan cadangan kadar tinggi yang telah ada. Secara ekonomi harga emas-
perak naik relatif terhadap ongkos operasi penambangan emas. Hal ini disebabkan karena
cadangan emas yang kadarnya rendah telah dapat diekploitasi secara komersil dan
pengaruhnya adalah terjadinya revitalisasi cadangan emas yang terlah ada.

Gambar 1. Skema penampang ilustrasi setting geologi dan hidrogeologi umum daerah endapan
epitermal (Taylor, 1996)
Endapan epitermal logam dasar dan mulia banyak macamnya mencerminkan perbedaan
tektonik, batuan beku dan kedudukan strukturnya dimana mereka terbentuk dan melibatkan
banyak proses didalam pembentukkannya. Kebanyakan dari endapan epitermal terbentuk
dalam suatu lebel kerak bumi yang dangkal, dimana perubahan tiba-tiba dalam kondisi fisik
dan kimianya menghasilkan ubahan hidrotermal (White dan Hedenquist, 1990).

Lindgren (1933) mendefinisikan istilah “epitermal” dari pengamatan mineralogi dan


teksturnya, dan ia menyimpulkan kondisi temperatur dan tekannya (kedalammnya) untuk
style (bentuk) mineralisasi ini. Walaupun penafsiran dari pengamatanya tidak mengubah
secara substansial, pemahaman kita mengenai lingkungan epitermal yang sekarang telah
berkembang sebagai hasil dari suatu pengamatan dasar yang semakin maju.
Definisi 

Gambar 2. Skema pembentukan Endapan Emas Epitermal (Corbet, 2007)


Endapan epitermal adalah hasil dari sistem hidrotermal yang berskala besar dari
lingkungan vulkanik. Dalam suatu sumber panas magmatik suatu sumber air tanah dalam,
atau air meteorik, metal dan penurunan sulfur dan zona - zona rekahan yang regas di kerak
bumi bagian atas adalah unsur - unsur yang paling penting. Karena unsur - unsur ini tersedia
sepanjang sejarah kerak bumi. Pencampuran material-material ini menyebabkan terbentuknya
endapan-endapan emas epitermal. Endapan emas epitermal dilingkungan batuan vulkanik
adalah hampir selalu berasosiasi dengan batuan vulkanik calcalkaline dan batuan intrusi,
beberapa memperlihatkan suatu hubungan yang erat dengan batuan vulkanik alkali.
Kata epitermal mengacu kepada endapan yang terbentuk pada temperatur rendah dan
kedalaman yang dangkal. Istilah epitermal diperoleh dari pengamatan yang dilakukan oleh
Lindgren (1933) terhadap mineralogi dari bijih dan tipe-tipe alterasi di batuan, dan tekstur
dari mineral-mineral bijih yang terbentuk serta alterasi bawaannya. Dari pengamatan tersebut
diperoleh interpretasi mengenai suhu pembentukan endapan dan kedalaman
pembentukannya. Menurut White (2009) endapan epitermal dapat diketahui berdasarkan:
        Karakteristik mineral dan teksturnya
        Mineralogi alterasi hidrotermal dan zona pembentukannya

Proses Epithermal
Secara lebih detailnya endapan epitermal terbentuk pada kedalaman dangkal hingga 1000
meter dibawah permukaan dengan temperatur relatif rendah (50-200)0C dengan tekanan tidak
lebih dari 100 atm dari cairan meteorik dominan yang agak asin (Pirajno, 1992).
Tekstur penggantian (replacement) pada mineral tidak menjadi ciri khas karena jarang
terjadi. Tekstur yang banyak dijumpai adalah berlapis (banded) atau berupa fissure vein.
Sedangkan struktur khasnya adalah berupa struktur pembungkusan (cockade structure).
Asosiasi pada endapan ini berupa  mineral emas (Au) dan perak (Ag) dengan mineral
penyertanya berupa mineral kalsit, mineral zeolit dan mineral kwarsa. Dua tipe utama dari
endapan ini adalah low sulphidation dan high sulphidation yang dibedakan terutama
berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya.
Endapan epithermal umumnya ditemukan sebagai sebuah pipe seperti zona dimana
batuan mengalami breksiasi dan teralterasi atau terubah tingkat tinggi. Veins juga ditemukan,
khususnya sepanjang zona patahan., namun mineralisasi vein mempunyai tipe tidak menerus
(discontinuous)
Pada daerah volcanic, sistem epithermal sangat umum ditemui dan seringkali mencapai
permukaan, terutama ketika fluida hidrothermal muncul (erupt) sebagai geyser dan
fumaroles. Banyak endapan mineral epitermal tua menampilkan fossil ‘roots’ dari sistem
fumaroles kuno. Karena mineral - mineral tersebut berada dekat permukaan, proses erosi
sering mencabutnya secara cepat, hal inilah mengapa endapan mineral epitermal tua relatif 
tidak umum secara global. Kebanyakan dari endapan mineral epithemal berumur Mesozoic
atau lebih muda.

Mineralisasi epitermal memiliki sejumlah fitur umum seperti hadirnya


kalsedonik quartz, kalsit, dan breksi hidrotermal. Selain itu, asosiasi elemen juga
merupakan salah satu ciri dari endapan epitermal, yaitu dengan elemen bijih seperti Au, Ag,
As, Sb, Hg, Tl, Te, Pb, Zn, dan Cu. Tekstur bijih yang dihasilkan oleh endapan epitermal
termasuk tipe pengisian ruang terbuka (karakteristik dari lingkungan yang bertekanan
rendah), krustifikasi, colloform banding dan struktur sisir. Endapan yang terbentuk dekat
permukaan sekitar 1,5 km dibawah permukaan ini juga memiliki tipe berupa tipe vein,
stockwork dan diseminasi. Dua tipe utama dari endapan ini adalah low sulphidation dan high
sulphidation yang dibedakan terutama berdasarkan pada sifat kimia fluidanya dan
berdasarkan pada alterasi dan mineraloginya (Hedenquist et al., 1996:2000 dalam
Chandra,2009).
Ransome (1907) (dalam Hedenquist et al, 2000) menemukan dari pengamatan yang
dijumpai pada endapan-endapan di sekitar kolam air panas dan fumarol pada gunung api,
dimana dia menyimpulkan bahwa endapan yang terbentuk pada kondisi reduksi dengan pH
air netral disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi rendah sedangkan kondisi
asam dan teroksidasi disebut sebagai pembawa endapan-endapan sulfidasi tinggi. Terdapat
asosiasi mineral-mineral tertentu yang dapat digunakan sebagai penciri tipe-tipe endapan
sulfidasinya. Endapan sulfidasi rendah dicirikan oleh adanya asosiasi mineral-mineral sulfida
seperti pirit-pirortit-arsenopirit-sfalerit(kaya akan Fe) sedangkan sulfidasi tinggi dicirikan
oleh asosiasi mineral-mineral enargite-luzonit-kovelit-kelimpahan mineral pirit. White dan
Hedenquist (1995) di dalam White (2009), mengklasifikasikan kedua jenis endapan tersebut
sebagai berikut :
 
Tabel 1. Klasifikasi Endapan Epitermal White dan Hedenquist (1995)

Tabel 2. Asosiasi mineral bijih pada endapan epithermal (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White(2009)
Tabel 3. Asosiasi mineral-mineral sekunder pengisi gangue (White dan Hedenquist, 1995) di
dalam White (2009)

Dengan memahami asosiasi mineral bijih, mineral sekunder dan zona-zona tekstur
pada urat di batuan maka dapat digunakan sebagai alat interpretasi lingkungan
terbentuknya urat (Buchanan, 1981). Seperti yang terlihat pada gambar berikut :

Gambar 3. Model Endapan Epithermal low sulfida (Buchanan, 1981)

Dibawah ini digambarkan ciri-ciri umum endapan epitermal (Lingren, 1933 dalam
Sibarani,2008)):

 Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan salinitas bervariasi antara 0-5


wt.% 
 Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 km)
 Pembentukan endapan epitermal terjadi pada batuan sedimen atau
batuan beku, terutama yang berasosiasi dengan batuan intrusiv dekat
permukaan atau ekstrusif, biasanya disertai oleh sesar turun dan kekar.
 Zona bijih berupa urat-urat yang simpel, beberapa tidak beraturan
dengan pembentukan kantong-kantong bijih, seringkali terdapat pada
pipa dan stockwork. Jarang terbentuk sepanjang permukaan lapisan,
dan sedikit kenampakan replacement (penggantian).
 Logam mulia terdiri dari Pb, Zn, Au, Ag, Hg, Sb, Cu, Se, Bi, U
 Mineral bijih berupa Native Au, Ag, elektrum, Cu, Bi, Pirit, markasit,
sfalerit, galena, kalkopirit, Cinnabar, jamesonite, stibnite, realgar,
orpiment, ruby silvers, argentite, selenides, tellurides.
 Mineral penyerta adalah kuarsa, chert, kalsedon, ametis, serisit, klorit
rendah-Fe, epidot, karbonat, fluorit, barite, adularia, alunit, dickite,
rhodochrosite, zeolit
 Ubahan batuan samping terdiri dari  chertification (silisifikasi),
kaolinisasi, piritisasi, dolomitisasi, kloritisasi
 Tekstur dan struktur yang terbentuk adalah Crustification (banding)
yang sangat umum, sering sebagai fine banding, vugs, urat
terbreksikan.

Karakteristik umum dari endapan epitermal (Simmons et al, 2005 dalam Sibarani, 2008)
adalah:

 Jenis air berupa air meteorik dengan sedikit air magmatik


 Endapan epitermal mengandung mineral bijih epigenetic yang pada
umumnya memiliki batuan induk berupa batuan vulkanik.
 Tubuh bijih memiliki bentuk yang bervariasi yang disebabkan oleh
kontrol dan litologi dimana biasanya merefleksikan kondisi paleo-
permeability pada kedalaman yang dangkal dari sistem hidrotermal.
 Sebagian besar tubuh bijih terdapat berupa sistem urat dengan dip yang
terjal yang terbentuk sepanjang zona regangan. Beberapa diantaranya
terdapat bidang sesar utama, tetapi biasanya pada sesar-sesar minor.
 Pada suatu jaringan sesar dan kekar akan terbentuk bijih pada urat.
 Mineral gangue yang utama adalah kuarsa sehingga menyebabkan bijih
keras dan realtif tahan terhadap pelapukan.
 Kandungan sulfida pada urat relatif sedikit (<1 s/d 20%).

Potensi Dan Keberadaan Endapan Epithermal


Jenis endapan epitermal yang terletak 500 m bagian atas dari suatu sistem hidrotermal ini
merupakan zone yang menarik dan terpenting. Disini terjadi perubahan-perubahan suhu dan
tekanan yang maksimum serta mengalami fluktuasi-fluktuasi yang paling cepat. Fluktuasi-
fluktuasi tekanan ini menyebabkan perekahan hidraulik (hydraulic fracturing), pendidihan
(boiling), dan perubahan-perubahan hidrologi sistem yang mendadak. Proses-proses fisika ini
secara langsung berhubungan dengan proses-proses kimiawi yang menyebabkan mineralisasi
Terdapat suatu kelompok unsur-unsur yang umumnya berasosiasi dengan mineralisasi
epitermal, meskipun tidak selalu ada atau bersifat eksklusif dalam sistem epitermal. Asosiasi
klasik unsur-unsur ini adalah: emas (Au), perak (Ag), arsen (As), antimon (Sb), mercury
(Hg), thallium (Tl), dan belerang (S).
Dalam endapan yang batuan penerimanya karbonat (carbonat-hosted deposits), arsen dan
belerang merupakan unsur utama yang berasosiasi dengan emas dan perak (Berger, 1983),
beserta dengan sejumlah kecil tungsten/wolfram (W), molybdenum (Mo), mercury (Hg),
thallium (Tl), antimon (Sb), dan tellurium (Te); serta juga fluor (F) dan barium (Ba) yang
secara setempat terkayakan. 
Dalam endapan yang batuan penerimanya volkanik (volcanic-hosted deposits) akan
terdapat pengayaan unsur-unsur arsen (As), antimon (Sb), mercury (Hg), dan thallium (Tl);
serta logam-logam mulia (precious metals) dalam daerah-daerah saluran fluida utama,
sebagaimana asosiasinya dengan zone-zone alterasi lempung. Menurut Buchanan (1981),
logam-logam dasar (base metals) karakteristiknya rendah dalam asosiasinya dengan emas-
perak, meskipun demikian dapat tinggi pada level di bawah logam-logam berharga (precious
metals) atau dalam asosiasi-nya dengan endapan-endapan yang kaya perak dimana unsur
mangan juga terjadi. Cadmium (Cd), selenium (Se) dapat berasosiasi dengan logam-logam
dasar; sedangkan fluor (F), bismuth (Bi), tellurium (Te), dan tungsten (W) dapat bervariasi
tinggi kandungannya dari satu endapan ke endapan yang lainnya; serta boron (B) dan barium
(Ba) terkadang terkayakan.Mineral-mineral ekonomis yang dihasilkan dari epitermal  antara
lain Au, Ag, Pb, Zn, Sb, Hg, arsenopirit, pirit, garnet, kalkopirit, wolframit, siderit, tembaga,
spalerite, timbal, stibnit, katmiun, galena, markasit, bornit, augit, dan topaz.
Berikut ini adalah beberapa contoh logam hasil dari endapan epitermal yang memiliki
nilai ekonomi yang tinggi, antara lain: Emas (Au) dan Perak (Ag).

   Emas

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin:


'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek,
mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia
lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat dinugget
emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage.Kode
ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat
celcius.
Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar
antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung pada jenis dan kandungan logam
lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi
dengan mineral ikutan (gangue minerals). Mineral ikutan tersebut umumnya
kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral
pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral
pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan dan
senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Elektrum sebenarnya
jenis lain dari emas nativ, hanya kandungan perak di dalamnya >20% (Sutarto, 2004).
Sebagian besar endapan emas di Indonesia dihasilkan jenis endapan epitermal. Endapan
emas tipe ini umumnya didapatkan dalam bentuk urat, baik dalam urat kuarsa maupun dalam
urat bentuk karbonat yang terbentuk dalam suhu 150-3000C dengan pH sedikit asam atau
mendekati netral Urat-urat tersebut terbentuk oleh hasil aktifitas hidrotermal yang berada di
sekitar endapan porfiri. Dimana emas, perak, tembaga, wolfram, dan timah terdapat dalam
endapan ini (Sukandarrumidi, 2007).
Kebanyakan emas epitermal terdapat dalam vein-vein yang berasosiasi dengan Alterasi
Quartz-Illite yang menunjukkan pengendapan dari fluida-fluida dengan pH mendekati netral
(Fluida-fluida Khlorida Netral). Dalam alterasi dan mineralisasi dengan jenis fluida ini, emas
dijumpai dalam vein, veinlet, breksi ekplosi atau breksi hidrotermal, dan stockwork atau
stringer Pyrite+Quartz yang berbentuk seperti rambut (hairline) 
Emas epitermal juga terdapat dalam Alterasi Advanced-Argillic dan alterasi-alterasi
sehubungan yang terbentuk dari Fluida-fluida Asam Sulfat. Dalam alterasi dan mineralisasi
dengan jenis fluida ini, emas dijumpai dalam veinlet, batuan-batuan silika masif, atau dalam
rekahan-rekahan atau breksi-breksi dalam batuan.
Proses terbentuknya emas endapan epitermal dapat diuraikan sebagai berikut: emas
diangkut oleh larutan hidrotermal yang kaya akan ligand HS- dan
OH-. Ligan ini mengangkut emas hingga ke tempat pengendapannya.
Kehadiran breksi hidrotermal merupakan salah satu cirri adanya
proses pendidihan pada larutan hidrotermal. Pendidihan terjadi
karena ada pertemuan antara larutan yang bersuhu tinggi
(hidrotermal) dengan larutan yang bersuhu rendah (larutan
meteoric). Selama proses pendidihan ini tekanan menjadi semakin
besar sehingga mengancurkan dinding batuan yang dilalui larutan
hidrotermal. Akibat proses pendidihan tersebut, yaitu hilangnya gas
H2S, terjadi peningkatan pH dan penurunan suhu. Ketiga proses
tersebut dapat mengantarkan emas pada batuan sehingga kadar emas
primer tinggi biasanya dijumpai di breksi hidrotermal
(Sukandarrumidi, 2007). 
 Perak

Dijumpai sebagai unsur (perak murni) atau sebagai senyawa.  Sebagai perak murni (Ag)
mempunyai sifat; Kristal-kristal berkelompok tersusun sejajar, menjarum, atau menjaring,
kadang berupa sisik, kilap logam. Dalam bentuk  mineral didapatkan sebagai argentite,
cerrargirit, miagirit, dan proustit (Sukandarrumidi, 2007). Perak biasanya berasosiasi dengan
pirit, tembaga, emas, kalsit, dan nikel. Perak terbentuk dari reduksi sulfide pada bagian
bawah endapan Ag, Zn, dan Pb. Terkadang juga terbentuk sebagai endapan primer urat
epitermal berasosiasi dengan kalsit (temperature rendah) (Sutarto, 2004). Kandungan perak
pada beberapa mineral dapat mencapai perak murni (100%), argentite (87%), prousite (65%),
miagrite (36%), dan dalam kandungan emas (28%).
Endapan perak yang dihasilkan dari endapan emas kurang lebih 75% didapatkan sebagai
hasil samping dari pengolahan bijih emas, nikel dan tembaga. Endapan perak dapat berupa
endapan pengisian dan endapan penggantian, serta pengayaan sulfide. Kebanyakan endapan
perak didunia dihasilkan dari dari hidrotermal tipe fissure filling (Sukandarrumidi, 2007).

Tabel 4. Contoh daerah dengan endapan epitermal high sulfidasi (kiri), dan low sulfidasi
(kanan)
DAFTAR PUSTAKA

Corbett, G,J., T.M. Leach. 1996. Southwest Pacific Rim gold/copper systems : structure,
alteration, and mineralization . A workshop presented for the Society of Exploration
Geochemists at Townville, 145pp.
Hedenquist, J. W., Arribas, A. R., dan Urien E. G., 2000, Exploration for Epithermal Gold
deposits, Economic Geology, vol. 13, p. 245-277.
Taylor, H.P., Jr., 1973, O18/O16 evidence for meteoric-hydrothermal alteration and ore
deposition in the Tonopah, Comstock Lode, and GoldfieldMining Districts, Nevada:
Economic Geology, v. 68, p. 747-764.
Sibarani,  August  P.,  2008,  Studi  MikroskopiUntuk  Verifikasi  Hasil  Analisis  XRDDan
Analisis Tekstur Pada Sampel Urat Ciurug Endapan Epitermal PongkorIndonesia,Program   
Studi    Teknik    Pertambangan,    Fakultas    Teknologi Pertambangan Dan Perminyakan,
ITB 

Anda mungkin juga menyukai