Anda di halaman 1dari 7

Nama : Ade delpita putri

NPM : 2016011005
Kelas : reg/a

Resume filsafat ilmu

• Arti filsafat
Istilah filsafat berasal dari padanan kata falsafah (Arab), filsafat (Inggris), filosofia (latin) dan
filosofie (Jerman, Belanda, Perancis), juga bersumber pada istilah filosofi Yunani, yaitu
philein (mencintai), philos (teman). Selanjutnya istilah sophos (bijaksana), sedangkan sophia
(bijaksana).
Secara etimologi filsafat mengacu pada asal kata philien dan sophos, yaitu: mencintai hal-hal
yang bersifat bijaksana (bijaksana: kata sifat). Juga mengacu pada asal kata philos dan
sophia, yaitu teman seorang (berfungsi sebagai kata benda).
• Filsafat sebagai suatu sikap
Filsafat dianggap sebagai sikap terhadap kehidupan dan alam semesta. Contoh, masalah sulit
akan menghadirkan pertanyaan seperti "bagaimana pendapat anda tentang keadaan
semacam itu?" yang membutuhkan jawaban kefilsafatan. Masalah harus ditinjau secara luas
dan mendalam hingga menumbuhkan keseimbangan pribadi, kedewasaan (tidak emosi).
Sikap dewasa yang dimaksud adalah bersikap dan berfikir kritis, terbuka, toleran, dan selalu
bersedia meninjau masalah dari semua sudut pandang
• Filsafat sebagai suatu metode
Dalam metodenya filsafat menggunakan metode berfikir reflektif (mendalam), penyelidikan
yang menggunakan alasan, serta berfikir secara hati-hati dan teliti. Filsafat berusaha untuk
mencari seluruh pengalaman manusia secara mendalam dan jelas. Metode berfikir semacam
ini bersifat inklusif (mencangkul secara luas), dan sinoptik (secara garis besar).
• Filsafat sebagai Kelompok persoalan
Filsafat dapat di kelompokan dalam beberapa kelompok persoalan, yaitu :
(1) Prsoalan abadi (masalah abadi)
(2) Persoalan yang pertanyaan masih diperdebatkan sampai hari ini
(3) Persoalan yang sudah terjawab
(4) Persoalan yang belum terjawab.
• Contoh-contoh pertanyaan filsafati
Ada banyak pertanyaan yang sering sekali muncul setiap kali mendengar istilah filsafat yang
secara harafiah membahas tentang sesuatu yang benar, seperti :
- Apakah kebenaran itu?
- Apakah perbedaan benar dan salah?
- Mengapa manusia ada di dunia ini?
- Apa makna kehidupan manusia di dunia ini?
- Apakah segala sesuatu di dunia ini terjadi secara kebetulan ataukah merupakan
peristiwa yang sudah pasti?
- Apakah manusia kehendak bebas untuk menentukan nasibnya sendiri atau sudah
ditentukan Tuhan?
• Filsafat sebagai sekelompok teori
Banyak sekali pemikiran pemikiran ilmiah yang telah membahas mengenai filsafat, yang
akhirnya menghasilkan banyak teori teori terkenal, seperti yang dikemukakan oleh Socrates,
Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Spinoza, Hegel, Karl Marx, dan August Comte.
• Filsafat sebagai analisa logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah
Menganalisis yang dimaksud berarti menetapkan arti secara tepat dan memahami hubungan
antara arti-arti tersebut. Contoh: "Ada" → Adanya Tuhan = Adanya manusia. Jadi "ada"
dapat berarti ada dalam ruang dan waktu, ada secara transenden, ada di dalam pikiran, dan
mungkin saja ada.
• Obyek material & obyek formal
Imu adalah kumpulan pengetahuan, tetapi kumpulan pengetahuan tidak dapat disebut ilmu.
Sesuatu dapat dikatakan ilmu jika memiliki obyek material dan obyek formal.
(1) Obyek material (subjact matter) atau pokok permasalahan adalah sesuatu hal yang
dijadikan sasaran pemikiran (gegenstand) → konkrit / abstrak. Obyek material dapat
ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda.
Contoh: obyek material (manusia) → psikologi, antropologi, sosiologi.
(2) Obyek formal cara pandang seorang peneliti terhadap obyek material serta prinsip-
prinsip yang digunakan.
Kedua obyek ini memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain, contoh :
- Anatomi dan fisiologi yang berkaitan dengan struktur tubuh, dimana anatomi
mempelajari strukturnya, sedangkan fisiologi mempelajari fungsinya. Kedua ilmu ini
dapat dikatakan memiliki pokok masalah yang sama, namun tetap terdapat perbedaan,
yaitu anatomi mempelajari tubuh dalam aspeknya yang statis, sedangkan fisiologi
mempelajari tubuh dalam aspeknya yang dinamis.
• Ciri persoalan filsafat
Filsafat memiliki beberapa ciri persoalan, yaitu :
(1) Bersifat sangat umum
(2) Tidak ada fakta yang berhubungan dengan nilai
(3) Bersifat kritis
(4) Bersifat sinoptik
(5) Bersifat implikatif
• Ciri berfikir secara Kefilsafatan
Filsafat juga memiliki ciri dalam berpikir, diantaranya berfikir secara radikal, universal
(umum), konseptual, koheren dan konsisten, sistematik, komprehensif, bebas, dan dapat
dipertanggung jawab-kan.
• Cabang cabang dalam filsafat
- Keberadaan (being) atau Eksistensi (eksistensi) – metafisika
- Pengetahuan (knowledge) Kebenaran (truth) – Berkaitan dengan isi epistemologi –
dan berkaitan dengan bentuk (logika)
- Nilai-nilai (values) – kebaikan tingkah laku (etika) – keindahan (estetika)
-
1. Metafisika
Istilah metafisika berasal dari bahasa Yunani meta ta physika (sesuatu yang berada di balik /
di belakang benda-benda fisik. Aristoteles disebut sebagai proto filosofia (filosofis pertama),
yang memuat uraian tentang sesuatu yang ada di belakang gejala fisik seperti bergerak,
berubah, hidup, mati. Metafisika juga dapat didefinisikan sebagai studi atau pemikiran
tentang sifat yang terdalam (ultimate nature) dari suatu kenyataan atau keberadaan.
Metafisika terbagi menjadi tiga, yaitu :
(1) Ontologis :
a. Apa yang dimaksud dengan ada, keberadaan, atau eksistensi itu?
b. Bagaimana penggolongan ada, keberadaan?
c. Apa sifat dasar (nature) kenyataan / keheradaan
(2) Kosmologis (alam) :
a. Jenis keteraturan apa yang ada di alam?
b. Keteraturan alam itu seperti mesin atau bertujuan?
c. Apa hakikat hubungan sebab akibat?
d. Apakah ruang dan waktu itu?
(3) Antropologis (manusia) :
a. Bagaimana terjadi hubungan badan dan jiwa?
b. Apa yang dimaksud dengan kesadaran?
c. Manusia makhluk bebas atau tak bebas

2. Epistemologi
Epistemologi atau yang lebih sering disebut teori pengetahuan (theory of know ladge) asal
mulanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu episteme (pengetahuan) dan logos (teori)
Epistemologi didefinisikan sebagai cabang pengetahuan yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode, dan sahnya (validitas) pengetahuan.
• Permasalahan epistemologi
ada beberapa permasalahan yang terkait dengan epistemologi, diantaranya adalah :
3. Bagaimana manusia dapat melihat sesuatu?
4. Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
5. Bagaimana validitas pengetahuan dapat mengancam?
6. Apa perbedaan antara pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman)
dengan pengetahuan posteriori (pengalaman purna pengalaman)?
3. Logika
Logika adalah salah satu cabang filosofi yang bersangkuatan dengan kegiatan berfikir, istilah
ini diambil dari bahasa Yunani yaitu ("logos") yang berarti nalar, teori, atau uraian. Sehingga
logika dapat didefinisikan sebagai ilmu, kecakapan, atau alat untuk berfikir secara lurus,
dengan obyek material berupa pemikiran, dan obyek formal berupa kelurusan berfikir.
• Persoalan-masalah logika
- Apa yang dimaksud dengan pengertian (concept?)
- Apa yang dimaksud dengan putusan (proposition)?
- Apa yang dimaksud dengan penyimpulan (inferensi)?
- Apa aturan-aturan untuk dapat menyimpulkan secara lurus?
- Apa macam-macam silogisme?
- Apa macam-macam sesat pikir (fallacy)
4. Etika
Salah satu cabang filosofi yang juga disebut filsafat moral (moral philosophie) yang diambil
dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang berarti "watak", moral (latin): mos (tunggal), mores
(jamak) yang artinya kebiasaan, sedangkan dalam bahasa Indonesia moral berarti kesusilaan.
Obyek material dalam etika adalah tingkah laku (perbuatan) manusia yang dilakukan secara
sadar dan bebas, sedangkan obyek formal yang digunakan adalah kebaikan / keburukan,
bermoral / tidak bermoral dari perbuatan tersebut.
• Persoalan-masalah etika
ada beberapa permasalahan atau persoalan dari etika itu sendiri, seperti :
- Apa yang dimaksud atau buruk secara morál?
- Apa syarat-syarat sesuatu dikatakan baik secara moral?
- Bagaimanakah hubungan antara kebebasan kehendak dengan perbuatan susila?
- Apa yang dimaksud dengan kesadaran moral?
- Bagaimanakah peran hati nurani dalam setiap perbuatan manusia?
5. Estetika
Estetika adalah cabang filosofi yang disebut juga filosofi keindahan (philosophie of beauty)
yang diambil dari bahasa Yunani, yaitu aisthetika (hal-hal yang dapat diserap dengan indra),
dan aisthesis (cerapan indra), sehingga estetika dapat dikatakan sebagai kajian filsafati
tentang keindahan dan kejelekan. Baik etika maupun estetika sama sama berkaitan dengan
nilai-nilai (values) namun mereka dapat dibedakan dari penempatan nilai moral suatu hal.
• Persoalan-masalah estetika
ada beberapa permasalahan dasar yang menjadi persoalan dari estetika, yaitu :
- Apakah keindahan itu?
- Keindahan bersifat obyektif atau subyektif?
- Apa yang merupakan ukuran keindahan?
- Apa manfaat keindahan dalam kehidupan manusia?
- Bagaimamanakah hubungan keindahan dengan kebenaran?
• Aliran Filsafat
- Keberadaan
(1) Keberadaan dipandang dari segi jumlah atau banyak (kuantitas), artinya hanya ada
satu kesatuan fundamental. Berupa jiwa, materi, Tuhan atau substansi lain yang
tidak diketahui.
(2) Keberadaan dipandang dari segi segi (kualitas), contoh :
a. Spiritualisme yang mengandung arti percaya bahwa roh-roh orang mati
berkomunikasi dengan orang yang masih hidup melalui orang-orang
tertentu yang menjadi perantara dan lewat bentuk wujud yang lain.
(Tokohnya Plato dan Leibniz)
b. Materialisme yang mengandung arti tidak ada hal yang nyata kecuali
materi. Materi adalah sesuatu yang kelihatannya, dapat diraba, berbentuk,
dan ruang ruang. (Tokohnya Demokritos (460-370 SM) dan Thomas
Hobbes (1588-1679))
(3) Keberadaan dipandang dari segi proses, kejadian atau perubahan, contoh :
a. Mekanisme (serba mesin): semua gejala dapat didasarkan pada asas-asas
mekanik (mesin). Semua peristiwa berdasarkan sebab kerja (penyebab
efisien) yang dilawankan dengan sebab tujuan (penyebab akhir). (Tokoh I:
Leucippus dan Democritus)
b. Teleologi (serba tujuan), berpendirian bahwa yang ada dalam kejadian
alam bukan kaidah sebab akibat melainkan memang ada sesuatu yang
kemauan atau kekuatan yang mengarahkan alam ke suatu tujuan.
Aristoteles berpendapat sebenarnya kita harus memahami 4 macam sebab,
yaitu sebab bahan (penyebab material), sebab bentuk (penyebab formal),
sebab kerja (penyebab efisien) dan sebab tujuan (penyebab akhir).
c. Vitalisme atau yang disebut juga finalisme yaitu memandang bahwa
kehidupan tidak nyata secara fisika kimiawi karena hakikatnya berbeda
dengan yang tidak hidup. (Tokohnya Hans A.E. Driesch (1867-1940) dan
Henry Bergson (1859-1941))
d. Organisisme, adalah aliran yang biasanya dilawankan dengan mekanisme
dan vitalisme.
- Pengetahuan
(1) Rasionalisme
Berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber pada akal. Akal memperoleh
pengetahuan lewat indra, kemudian diolah oleh akal menjadi pengetahuan.
Mendasarkan sesuatu pada metode deduksi. I Rene Descartes membedakan tiga
ide dalam diri manusia: innate ideas (bawaan), adventitious ideas (luar diri
manusia), dan factitious ideas (ide yang dihasilkan dari pikiran itu sendiri).
(Tokoh lain Spinoza dan Leibniz)
(2) Empirisme
Berpendirian bahwa semua pengetahuan diporeleh lewat indra. Indra memperoleh
kesan kesan dari alam nyata, kemudian berkumpul dalam diri manusia sehingga
menjadi pengalaman. Contohnya pengetahuan berupa pengalaman yang terdiri
atas penyusunan dan pengaturan kesan-kesan yang bermacam-macam.
(3) Realisme
Menyatakan bahwa obyek-obyek yang diketahui adalah nyata dalam dirinya
sendiri. Pikiran dan dunia saling mempengaruhi, tetapi interaksi tidak
mempengaruhi sifat dasar dunia, dunia tetap ada sebelum pikiran menyadarinya
dan akan tetap ada setelah pikiran menyadarinya.
(4) Kritisisme
Aliran yang berusaha menjawab masalah pengetahuan. Menurut Immanuel Kant
kristosisme adalah titik untuk pengamatan adalah ruang dan waktu (dua bentuk
pengamatan). Akal menerima bahan-bahan pengetahuan dari empiri (dari indra
sebagai ekstern empiri dan pengalaman sebagai empiri intern). Pengamatan
merupakan permulaan pengetahaun, sedangkan pengolahan oleh oleh akal adalah
pembentukan.
(5) Idealisme
Berpendirian bahwa pengetahuan adalah proses mental maupun proses psikologis
yang sifatnya subyektif. Pengetahuan merupakan gambaran subyektif tentang
kenyataan, di mana pengetahuan tidak menggambarkan kebenaran yang
sebenarnya, juga tidak memberikan gambaran yang tepat tentang hakikat sesuatu
yang berada di luar pikiran.
(6) Empirisme
Hakekat pengetahuan adalah berupa pengalaman, David Hume berpendapat
(empirisme radikal): ide-ide dapat dikembalikan pada sensasi-sensasi (rangsang
indra). Pengalaman merupakan ukuran terakhir dari. Sedangkan William James
berpendapat pernyataan tentang fakta adalah hubungan di antara benda-benda dan
sama banyaknya dengan pengalaman khusus yang diperoleh secara langsung
dengan indra.
(7) Positivisme
Berpendirian bahwa kepercayaan dogmatis harus digantikan dengan pengetahuan
faktawi. Aliran mempengaruhi: pragmatisme, instrumentalisme, naturalisme
ilmiah, dan behaviorisme.
(8) Pragmatisme
Tidak mempersoalkan hakikat pengetahuan, melainkan apa guna pengetahuan
tersebut. Daya pengetahuan yang dipandanglah sebagai sarana bagi perbuatan.
C.S. Pierce berpendapat bahwa yang penting adalah pengaruh apa yang dapat
dilakukan sebuah ide atau suatu pengetahuan dalam suatu rencana. (Tokoh lainnya
W. James dan John Dewey).
(9) Idealisme Etis
Meyakini Adanya suatu skala nilai-nilai, asas-asas moral, atau aturan-aturan untuk
bertindak. Lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat spiritual (kerohanian) atau
mental yang bersifat inderawi atau kebendaan. Lebih mengutamakan kebebasan
moral ketentuan kejiwaan atau alami. Lebih mengutamakan hal-hal umum hal
yang khusus.
(10) Deontologisme Etis
Deontologisme atau bisa disebut formalisme berpendirian bahwa sesuatu tindakan
dianggap baik tanpa disangkutkan dengan nilai sesuatu hal, yang menjadi dasar
moralitasnya adalah kewajiban suatu perbuatan juga dikatakan wajib secara moral
tanpa memperhitungkan akibat-akibatnya. Deontologisme etis dilawankan dengan
etika aksiologis (etika yang mendasarkan pada teori nilai).
(11) Etika Teleologis
Bagian dari etika aksiologis yang membuat ketentuan bahwa kebaikan dan
kebenaran suatu tindakan bergantung pada suatu tujuan atau suatu hasil.
(12) Hedonisme
Menganjurkan manusia untuk mencapai kebahağiaan yang didasarkan pada
kenikmatan, kesenangan. Cyrenaics (400 SM) menyatakan bahwa hidup yang
baik adalah memperbanyak kenikmatan melalui kenikmatan indra dan intelek.
Epikurus (341-270 SM) juga berpendapat bahwa kesenangan dan kebahagiaan
adalah tujuan hidup manusia.
(13) Utilitarisme
Pandangan yang menyatakan bahwa tindakan baik adalah tindakan yang
menimbulkan kenikmatan atau kebahagiaan yang sebesar-besarnya bagi manusia
yang sebanyak-banyaknya.
• Kesimpulan
Filsafat berusaha untuk memperoleh pandangan tentang segala sesuatu yang ada
secara menyeluruh. Pendekatan ilmu yang dilakukan bersifat analitik dan deskriptif,
juga bersifat sintetik atau sinoptik yang menyangkut sifat-sifat alam semesta dan
hakekat kehidupan sebagai keseluruhan. Filsafat menyelidiki dan meikirkan seluruh
alam semesta atau seluruh kenyataan.

Anda mungkin juga menyukai