Anda di halaman 1dari 7

PERTUMBUHAN DAYA SAING NASIONAL MELALUI INOVASI DAN

TEKNOLOGI PERENCANAAN ENERGI

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Energi sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia, baik sebagai


bahan bakar untuk proses industrialisasi, sebagai bahan baku untuk proses produksi, dan
sebagai komoditas ekspor yang merupakan sumber devisa negara. Sebagai sumber daya
alam, energi harus dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat dan
pengelolaannya harus mengacu pada asas pembangunan berkelanjutan.
Kondisi sumber daya energi yang sebagian besar tidak dapat diperbaharui, terutama
minyak bumi, saat ini sudah cukup kritis (Pangestu 1996, Sari 2002). Laju penemuan
cadangan energi lebih rendah dari laju konsumsi energi. Bila tidak diketemukan cadangan
baru, Indonesia berpotensi menjadi negara pengimpor minyak. Sedangkan kalangan
produsen minyak sendiri menganggap bahwa isu ini masih kontroversi karena setiap
tahun masih selalu diketemukan cadangan minyak bumi yang baru. Cadangan yang ada
selalu berubah seiring dengan adanya pencarian cadangan baru. Dengan teknologi yang
terus berkembang banyak lapangan-lapangan minyak bumi yang sebelumnya sudah
dinyatakan habis dapat diproduksi kembali, baik dengan dengan metode sekunder atau
dengan metode tersier (Enhance Oil Recovery). Sehingga pemerintah sampai saat ini
hanya mengantisipasi dengan merangsang masuknya investor baru supaya pencarian
cadangan baru dapat digalakkan.
Kebijakan diversifikasi untuk melakukan substitusi secara besar-besaran dari
penggunaan minyak dan gas bumi (migas) ke penggunaan batubara untuk sektor tertentu
seperti ketenagalistrikan dan industri telah dapat dilaksanakan. Tetapi untuk sektor
transportasi masih sangat tergantung dari penggunaan minyak bumi dan substitusi ke
penggunaan batubara tidak memungkinkan. Penggunaan tenaga listrik dan gas untuk
sektor transportasi masih relatif mahal apalagi dengan menggunakan energi terbarukan.
Sehingga ketergantungan akan minyak bumi untuk sektor transportasi tidak dapat
dihindari. Kebijakan energi yang ada saat ini belum tanggap terhadap rentannya pasokan
minyak bila Indonesia menjadi negara pengimpor minyak. Untuk mengatasinya perlu
paradigma baru dalam membuat kebijakan.
Disamping permasalahan di atas, kebijakan energi yang ada saat ini masih bersifat
kualitatif. Dampak dari kebijakan energi masih sangat sedikit yang dievaluasi meskipun
kebijakan tersebut sudah berjalan dalam kurun waktu tertentu bahkan ada kebijakan yang
bersifat kontradiktif. Kebijakan subsidi harga bahan bakan minyak (BBM) merupakan
salah satu kebijakan yang dalam jangka waktu sangat lama tidak dievaluasi. Baru setelah
terjadi krisis ekonomi kebijakan tersebut dievaluasi karena pemerintah merasa perlu
untuk mengurangi subsidi tersebut. Hasil kajian dari Said dan kawan-kawan (2001)
menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM rata-rata tertimbang sebesar 30 % akan
meningkatkan inflasi sekitar 0,8 - 1,3 % masing-masing untuk upah nominal tetap dan
upah dikompensasi. Angka ini dapat digolongkan tidak signifikan dalam mempengaruhi
perekonomian secara keseluruhan.
Kajian lain dari Resosudarmo (2002) merupakan evaluasi dari kebijakan
pemerintah dalam menanggulangi pencemaran udara melalui Program Langit Biru. Hasil
kajian menunjukkan bahwa kebijakan untuk mengurangi polusi udara akan meningkatkan
pendapatan nasional untuk jangka panjang. Baik kajian Said dan kawan-kawan (2001)
maupun Resosudarmo (2002) menggunakan model yang disebut Keseimbangan. Umum
Terapan (CGE - Computable General Equilibrium). Model CGE ini merupakan model
kuantitatif dengan multisektoral sehingga dapat diadopsi untuk menganalisis kebijakan
energi yang akan diterapkan.
1.2Tujuan Umum
Secara Umum, pelaksanaan Konferensi dan Seminar Nasional Teknologi Tepat Guna ini
diharapkan mampu menyumbangkan pemikiran strategis dalam merumuskan pendekatan
pemanfaatan teknologi tepat guna untuk mendukung kebijakan penguatan inovasi wilayah yang
berbasis ekonomi kerakyatan.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. LANDASAN TEORI

Daya saing suatu negara selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik, baik
diekonomi, politik, sosial, maupun teknologi.Daya saing suatu negara dianggap sebagai salah
satu sumber dar ketahanan suatu negara menghadapi segala rintangan dalam membangun
peradaban bangsa. Peradaban yang hanya bisa dibangun melalui kekuatan ekonomi,politik,dan
budaya yang unggul.Dengan daya saing yang tinggi, perekonomian dapat menjaga pertumbuhan
ekonominya dan mula imembangun kehidupan negara yang teratur dan saat itu pembangunan
peradabandimulai (Tylor,1887).Pembangunan peradaban tidak dapat dilakukan tanpa
adanya kekuatan ekonomi. Dan kekuatan ekonomi tidak dapat ditegakkan tanpa adanya
daya saing.

Dengan demikian, daya saing menjadisangat penting selain untuk kelanjutan


perekonomianjuga kelanjutan peradaba suatu bangsa.Sejarah menunjukkan bahwa negara-
negara yang tinggiperadabannya selalu disokong oleh kekuatan ekonomi yang
hebat(Cameron, 1997). Tercatat kerajaan-kerajaan yang berada disekitar laut Tengah dan Timur
Tengah muncul karena kekuatan ekonomi dankemudian militernya. Terkadang dengan kekuatan
militernyamenyerbu negara lain untuk diambil kekuatan ekonominya.

Negaratersebut menjadi semakin kuat baik secara ekonomi dan militer. Dengan cara ini, daya
saing suatu negara dalam berdagangtidak saja didasarkan atas unggulnya produksi mereka
tetapi juga ancamanmiliter yang senantiasa menakutkan negara lain. Namun
demikian,perdagangan yang selalu membangun kekuatan ekonomi suatunegara dan bukan
militernya. Oleh sebab itu, banyak negara tetap mengandalkan kekuatan perdagangan untuk
membangunekonominya dan selalu menjaga daya saingnya agar selalu
eksisdalamperdagangandunia.

2,2 Inovasi Daerah

Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan


Prioritas Pembangunan Nasional, khususnya pada prioritas ke-10 (Sepuluh) yang berkenaan
dengan kreativitas dan Inovasi Teknologi, maka setiap Provinsi dan Kabupaten/ Kota diharapkan
dapat mengembangkan dan melakukan inovasi-inovasi terutama dalam pengembangan potensi
Sumber Daya Alam (SDA) Daerah dalam meningkatkan nilai tambah dan produktivitas sektor
ekonomi berkelanjutan.
Sistem Inovasi Daerah (SIDa) bertujuan untuk membangun dan menciptakan sinergisitas
kerjasama yang konsisten antara pemerintah daerah dan masyarakat dalam wujud konsorsium/
kolaborasi untuk pemanfaatan Sumber Daya Alam (SDA), sarana prasarana dan system budaya
melalui Inovasi IPTEK, sehingga diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi produk daerah,
meningkatkan daya saing, serta melahirkan wirausaha baru yang berbasis IPTEK dan
keunggulan daerah.
Inovasi dapat dilakukan diseluruh bidang, misalnya di bidang pertanian, dapat diberi
sentuhan teknologi dalam upaya meningkatkan produksi hasil pertanian, diversifikasi pangan,
peningkatan infrastruktur pertanian, dll. Dalam bidang pangan, kita masih perlu meningkatkan
produksi karena jumlah penduduk yang terus meningkat dan terjadinya alih fungsi lahan
pertanian. Untuk itu, mau tidak mau kita harus mengoptimalkan potensi lahan-lahan yang
tersedia khususnya lahan sub-optimal untuk menghasilkan produksi pangan yang tinggi.
Bengkulu juga masih perlu mengoptimalkan potensi laut yang kaya akan sumber pangan protein
hewani untuk kebutuhan daerah, sekaligus sebagai sumber pendapatan daerah melalui ekspor.

2.3 Daya Saing

Konsep daya saing daerah adalah kemampuan suatu daerah dalam menghasilkan
pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan
domestik maupun internasional. Daya saing daerah sebagai kemampuan daerah dalam
mengembangkan kemampuan ekonomi-sosial wilayahnya guna meningkatkan kesejahteraan
masayarakat diwilayahnya.Sementara itu, Centre for Urban and Regional Studies (CURDS)
mendefiniskan daya saing daerah sebagai kemampuan sektr bisnis atau perusahaan pada suatu
daerah dalam menghasiljkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata
untuk penduduknya.

Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekadar produktivitas atau efisiensi pada
level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai
kemampuan suatu perekonomian daripada kemampuan sektor swasta atau perusahaan. Pelaku
ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan, akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah,
dan lain-lain. Semuanya terpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa mengabaikan
peran besar sektor swasta dalam perekonomian, karena fokus perhatian tidak hanya disitu saja.
Hal ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing.
Tujuan dan hasil akhir dari meningkatnya daya saing suatu perekonomian tak lain adalah
meningkatnya kesejahteraan penduduk di dalam perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of
living) adalah konsep yang maha luas pasti tidak hanya tergambarkan dalam sebuah besaran
variabel seperti pertumbuhan ekonomi saja. Kata kunci dari konsep daya saing adalah kompetisi.
Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. Daya
saing akan kehilangan maknanya jika masuk dalam perekonomian yang tertutup.
Variabel penentu daya saing daerah adalah perekonomian daerah (PDRB, laju
pertumbuhan produktivitas sektor industri dan pertanian, PAD, dll); Infrastruktur dan Sumber
Daya Alam (ketersediaan sumber daya lahan, hasil sumber daya air, kualitas jalan, jumlah
pelanggan listrik, dll); Sumber Daya Manusia (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja, Penduduk
Usia Produktif,  dll); serta IPTEK Daerah.
BAB III

METODELOGI
3.1 Paradigma penelitian.

Paradigma penelitian ialah kerangka berfikir yang menjelaskan bagaimana cara


pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau
teori. Paradigma penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu permasalahan,
kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian (Guba, E.G,. and
Lincoln 1988).

Paradigma penelitian yang digunakan ialah Paradigma penelitian kualitatif.


Menggunakan fakta empiris sebagai sumber informasi dan pengetahuan tetapi tidak
menggunakan teori yang sudah ada sebagai bahan dasar untuk melakukan proses verifikasi.
Proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting jika dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh. Karena itu peneliti mempunyai peran sebagai pengumpul data dan memiliki
tanggung jawab secara penuh terhadap data yang sudah diperoleh.

3.2 Pendekatan penelitian.


Penelitian ini menggunakan pendekatan induksi yang memiliki tujuan penyusuan
konstruksi teori atau hipotesis dengan cara pengungkapan fakta. Pengungkapan fakta dengan
cara pendekatan konstruktifis, naturalistic, interpretatif dan perspektif post-modern. Dalam
proses analisis dan pengambilan kesimpulan, paradigma kualitatif menggunakan pendekatan
induksi analisis dan ekstrapolasi. Induksi analitis ialah suatu pendekatan pengolahan data
ke dalam konsep-konsep dan kategori-kategori (bukan frekuensi). Simbol-simbol yang
dipakai tidak dalam bentuk numerik, melainkan dalam bentuk deskripsi yang diolah dan
diubah data ke formulasi. Ekstrapolasi ialah suatu cara pengambilan kesimpulan yang
dilakukan secara bersama-sama pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap
dari satu kasus ke kasus lainnya, kemudian dari proses analisis tersebut dirumuskan sebuah
pernyataan teoritis (Dr. H. Mundir,2013).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai