Anda di halaman 1dari 5

GIZI DAN KESEHATAN

(ABKC 5606)
“ANALISIS PROBLEM”

Dosen Pembimbing:
Dr. Arif Sholahuddin, M.Si.
Ratna Yulinda, M.Pd.
Mella Mutika Sari, M.Pd.

Oleh:
Anita Rahman
(1810129320001)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
Permasalahan
Dietary Guidelines for Americans merekomendasikan asupan karbohidrat
45% hingga 65% dari total kalori harian. Terjadinya kelebihan berat badan
meskipun telah aktif berolahraga dan menerapkan pola makan sehat, merupakan
indikasi adanya karbohidrat ekstra dalam diet. Idenfikasi dan jelaskan kebiasaan
masyarakat mengkonsumsi kabohidrat disekitar anda apakah ada kecenderungan
mengarah pada kelebihan karbohidrat dalam tubuh? Bagaimana pola konsumsi
yang sehat agar tubuh tercukupi karbohidrat, tetapi tetap dapat menjaga berat
badan dan dan bahkan menghindari terjadinya diabetes tipe-2 (Carilah informasi
terkait diabetes tipe-2 dalam referensi).

Penyelesaian:
Salah satu masalah gizi yang terjadi yaitu kelebihan berat badan.
Kelebihan berat badan dalam istilah awam lebih dikenal sebagai kegemukan.
Kelebihan berat badan adalah keadaan tubuh yang abnormal karena timbunan
lemak dalam tubuh yang berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan. Disebut
kelebihan berat badan bila Body Mass Index/ Indeks Massa Tubuh (BMI/IMT)
antara 25 – 29,9.
Menurut saya, masyarakat disekitar banyak yang mengkonsumsi
karbohidrat secara berlebihan tanpa memikirkan efek ke depannya dan banyak
yang terlena tidak melakukan aktivitas apapun setelah mengkonsumsi karbohidrat
secara berlebih. Menurut Susilowati dan Kuspriyanto, faktor utama penyebab
kelebihan berat badan adalah faktor lingkungan seperti kurangnya aktivitas fisik,
perubahan gaya hidup, serta pola makan yang salah diantaranya pola makan tinggi
lemak dan rendah serat. Perilaku makan seperti berlebihnya energi yang tinggi,
meningkatnya konsumsi karbohidrat dan lemak juga salah satu penyebab
kelebihan berat badan. Orang tua yang mengalami berat badan berlebih khususnya
ibu, juga termasuk salah satu faktor penyebab kelebihan berat badan pada anak
(Susilowati & Kuspriyanto, 2016 dalam Susilowati, dkk 2017).
Adapun dampak yang ditimbulkan dari kelebihan berat badan yakni
sindrom metabolik. Sindrom metabolik adalah sekumpulan kondisi yang terjadi
secara bersamaan seperti peningkatan tekanan darah, kadar gula darah yang
tinggi, kelebihan lemak di sekitar pinggang, serta kenaikan kadar kolesterol yang
tidak biasa. Kondisi ini membuat penderitanya berisiko tinggi mengalami
penyakit jantung, hipertensi, stroke, dan diabetes (Rini, 2015) .
Pola konsumsi yang sehat agar tubuh tercukup karbohidrat adalah dengan
menerapkan pola 4 sehat 5 sempurna. Di mana dengan anjuran WHO yaitu rata-
rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30%
dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2010). Dengan menerapkan
pola konsumsi tersebut, maka masyarakat akan hidup sehat dan terhindar dari
berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang disebabkan akibat kelebihan
karbohidrat adalah diabetes tipe-2.
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polidipsia, poliuria, polifagia, penurunan berat badan, kesemutan (Fatimah,
2015).
International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa
prevalensiDiabetes Melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM
sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka
kejadian diabetes me litus didunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi
kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita
diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan
prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi
Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko
yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok tingkat pendidikan, pekerjaan,
aktivitas fisik, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar
pinggang dan umur (Harding, et al, 2003).
Diabetes Mellitus disebut dengan the silent killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Tidak jarang, penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi
anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan
keparahan dari Diabetes Melitus tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti
modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin.
Menurut Kemenkes, pencegahan DMT2 dapat dilakukan dengan
mengetahui faktor risiko. Ada dua faktor risiko DMT2, yaitu faktor risiko yang
sifatnya bisa diubah oleh diri kita dan faktor risiko yang takdapat diubah oleh kita.
Faktor yang bisa diubah seperti gaya hidup sepeti makanan yang dikonsumsi, pola
istirahat, aktifitas fisik dan manajemen stress. Faktor yang tak dapatdiubah
diantaranya usia serta genetik (Salasa, Rahman, & Andiani, 2019). Dari
penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa kelebihan karbohidrat dapat
menyebabkan obisitas yang berakibat pada munculnya penyakit Diabetes
Mellitus, karena dengan kelebihan karbohidrat menyebabkan kelebihan glukosa
yang merupakan penyebab penyakit diabetes.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier S. (2010). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.
Departemen Kesehatan. (2015). Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes
Melitus
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. J Majority. 4(5): 93-101.
Harding, A.H., et al. (2003). Dietary Fat and Risk of Clinic Type Diabetes.
American Journal of Epidemiology. 15(1): 150-9.
Rini, S. (2015). Sindrom Metabolik. Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Salasa, R.A, Rahman, H., & Andiani. (2019). Faktor Risiko Diabetes Mellitus
Tipe 2 Pada Populasi Asia: A Systematic Review. Jurnal Biosaintek. 1(1),
95–107.
Susilowati, dkk. (2017). Hubungan Konsumsi Serat Dengan Kejadian Overweight
Pada Siswa SMAN 3 Cimahi Tahun 2016. Jurnal Kesehatan Kartika.
12(1), 1-10.

Anda mungkin juga menyukai