Script
Script
SKRIPSI
Anang Subagya
NIM. R0206062
Pembimbing Utama
Nama : Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg
NIP : 19640929 198803 1 019 __________________
Pembimbing Pendamping
Nama : Tutug Bolet Atmojo, SKM.
NIP : __________________
Penguji Utama
Nama : Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd Ked
NIP : 19750311 2002122 002 __________________
Tim Skripsi
ii
PENGESAHAN SKRIPSI
Pembimbing Utama
Tarwaka, PGDip.Sc., M.Erg
NIP. 19640929 198803 1 019 __________________
Pembimbing Pendamping
Tutug Bolet Atmojo, SKM.
NIP. __________________
Penguji Utama
Eti Poncorini Pamungkasari, dr., M.Pd Ked
NIP. 19750311 2002122 002 __________________
ii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustakan.
iii
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
This study aims to identify and examine the influence of work stations to
complaints skeletal muscles of male for office workers Administration Building
Documents Page. Krakatau Steel Cilegon.
This study uses a survey method that uses analytic cross sectional approach. The
sampling technique used using purposive random sampling. Purposive sampling
means choosing a group of subjects with the amount that was determined
beforehand based on the characteristics or specific traits that are considered to
have a close connexion with the characteristics or attributes of the population. In
this study population is 241 employees. With purposive sampling the sample that
meets the characteristics or specific traits as much as 68 people. Random sampling
is then used randomly selecting subjects, The methods adopted in this random
sampling is by lottery, so in this study are expected to use as a sample of 30
workers. Data collection was performed by measurement of anthropometry, work
station and use a questionnaire to determine skeletal muscle complaints.
Processing techniques and data analysis by statistical test of Paired T-Test using
the computer program SPSS version 16.0.
Results of analysis using paired t-test test assisted with the program SPSS 16.0
0.000 obtained significant value. Because of the significant value of 0.000 <0.01
very significant meaning, it means the workers who work with the working
posture at work station ergonomic complaints appear to increase skeletal muscle
compared with before work.
From these results indicate that there was a significant difference between
complaints skeletal muscles before working on an ergonomic work station that is
not smaller than the complaint skeletal muscles after working on an ergonomic
work station. For the prevention of skeletal muscle complaints can be made with
the improvement of work stations, ergonomic working position to the
socialization of labor.
v
PRAKATA
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
PRAKATA ....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
C. Hipotesis...................................................................................... 37
vii
BAB III METODE PENELITIAN
I. Instrumen Penelitian.................................................................... 46
BAB IV HASIL
BAB V PEMBAHASAN
duduk .......................................................................................... 60
viii
C. Hasil Analisa pengaruh sikap kerja duduk pada stasiun kerja yang
A. Kesimpulan ................................................................................. 69
B. Saran ............................................................................................ 70
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.4 Data Stasiun kerja yang Digunakan Pekerja laki-laki perkantoran
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
1
BAB I
PENDAHULUAN
dalam bidang industri besi baja, dimana kelancaran produksi tidak lepas dari
pemakaian komputer yang salah yaitu dengan panduan penataan stasiun kerja
desain terhadap manusia adalah dikemukakan oleh Annis dan McConville (1996)
dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman,
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai
sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu
yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi,
ligamen dan tendon. Keluhan dan kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan
dua, yaitu :
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot
menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang
walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
Adminitrasi Dokumen Building 241 orang yang terdiri dari 188 laki-laki dan 53
Stasiun kerja yang digunakan karyawan berupa meja, kursi dan komputer. Pada
karyawan dengan stasiun kerja yang tidak ergonomi (tidak ada kesesuaian antara
ukuran tubuh pekerja dengan sarana kerja), maka tidak ada kenyamanan
keluhan otot skeletal pada tenaga kerja. Keluhan otot yang dirasakan apabila tidak
segera ditangani, maka dapat berakibat keluhan otot skeletal yang bersifat
menetap (persistent).
Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
B. Perumusan Masalah
pekerja laki-laki pada kantor Adminitrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel
Cilegon?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
c. Bagi Perusahaan
Cilegon.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa latin yaitu ”ergon” yang artinya
kerja dan ”nomos” yang artinya hukum dan dapat didefinisikan sebagai studi
keterbatasan manusia baik fisik maupun mental sehingga kualitas hidup secara
merancang suatu sistem kerja yang baik agar tujuan dapat dicapai dengan
kerja fisik khususnya yang berat, perbaikan efisiensi kerja, perencanaan dan
penyerasian mesin terhadap tenaga kerja, konsumsi kalori yang tepat jumlah
dengan tenaga kerja. Lebih jauh lagi keserasian tenaga kerja dan pekerjaannya
a. Faktor manusia
dapat bekerja dengan aman, nyaman dan sehat, yaitu : faktor dari dalam
(internal factors) dan faktor dari luar (external factor). Tergolong dalam
faktor dari dalam (internal factors) ini adalah yang berasal dari dalam diri
8
manusia seperti : umur, jenis kelamin, kekuatan otot, bentuk dan ukuran
tubuh, dll. Sedangkan faktor dari luar (external factor) yang dapat
b. Faktor Anthropometri
manusia, terutama seluk beluk baik dimensional ukuran dan bentuk tubuh
Jika alat-alat tersebut tidak sesuai, maka tenaga kerja akan merasa tidak
nyaman dan akan lebih lamban dalam bekerja yang dapat menimbulkan
kelelahan kerja atau gejala penyakit otot yang lain akibat melakukan
dihindarkan. Penggunaan meja dan kursi kerja ukuran baku oleh orang
yang memiliki ukuran tubuh yang lebih tinggi atau sikap duduk yang
dan mesin sebagai sarana kerjanya. Dalam proses produksi, hubungan ini
kerja dan waktu istirahat yang baik, terutama untuk kerja fisik yang berat.
2. Anthropometri
statistika dan ukuran persentil. Jika seratus orang berdiri berjajar dari yang
terkecil sampai terbesar dalam suatu urutan, hal ini akan dapat
kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain
anthropometri:
tersebut.
distribusi ekstrim.
(rata-rata dan standart deviasi dari suatu populasi tenaga kerja) dan persentil
a. Anthropometri dinamis
yang sesuai antara gerak benda dan gerak tubuh, agar tenaga kerja dapat
1) Panjang Lengan
b. Anthropometri statis
1) Lebar Bahu
2) Lebar Pinggul
3) Panjang Lengan
6) Panjang Depa
7) Tinggi Duduk
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Suku bangsa
4) Posisi tubuh
5) Cacat tubuh
6) Tebal/tipisnya pakaian
7) Kehamilan
manusia terutama seluk beluk dimensional ukuran dan bentuk tubuh manusia.
atau menciptakan suatu bentuk rancangan bangun yang disebut sebagai suatu
Data-data mengenai ukuran tubuh manusia penting untuk desain ruang dan
alat kerja. Ukuran tubuh manusia tergantung pada usia, jenis kelamin,
Berdiri Duduk
manusia, yang dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, suku bangsa (etnis),
yang tailor made dan memenuhi persyaratan fittness for use (Sritomo
Wignjosoebroto, 2008).
15
utama yaitu:
sehingga kesehatan fisik dan mental tenaga kerja dapat terus terpelihara
optimal.
b) Meminimalisir kelelahan.
3. Stasiun kerja
yang tersebut tidak dibahas dalam penelitian, karena peneliti hanya membahas
tenaga kerja.
a. Desain Kursi
agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah „man
the task to the man’ (Grandjean, 1988), sehingga setiap rancangan desain
marketing.
baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yang baik dan akan
Desain kursi sesuai dengan kriteria agar permukaan kerja tetap dibawah
negatif pada manusia tersebut. Dampak negatif bagi manusia tersebut akan
terjadi baik dalam waktu jangka pendek maupun jangka panjang. Bekerja
2004).
kerja tetap dibawah siku, maka sering kali rancangan tersebut tidak
nyaman pada ruang untuk lutut. Untuk menjamin cukupnya ruang bagi
Desain kursi terbagi menjadi dua yaitu kursi ergonomi dan kursi
non ergonomi :
1) Kursi Ergonomis
tersebut.
orang Indonesia.
duduk. Tinggi tempat duduk harus lebih pendek dari panjang lekuk
sampai dengan permukaan alas duduk. Panjang alas duduk harus lebih
d) Sandaran punggung
tidak melebihi tepi bawah ujung tulang belikat dan bagian bawahnya
e) Sandaran Tangan
setinggi siku.
bahu dan tangan terbatas dan posisi kerja yang tidak nyaman (Julius
panero,dkk. 2003).
b. Desain meja
yang mudah dijangkau. Meja disusun menurut garis lurus dan menghadap
ke jurusan yang sama. Jarak antara satu meja dengan meja yang dimuka/
harus lurus, tidak menekuk ke atas atau ke bawah. Karena jika terlalu
terjadi kram pada lengan tangan atau jari tangan. (NIOSH Publication,
21
berikut :
Panjang meja kerja diukur dari ujung meja kanan sampai ujung
pantulan cahaya dari lampu, jendela atau sumber cahaya lainnya. Apabila
dengan tepi atas layar, sekitar 5-6 cm dibawah bagian atas casing monitor.
Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan mata, leher dan pundak
Sikap kerja duduk dikursi dan menggunakan meja atau mesin sebagai
berupa pegal-pegal dan nyeri di daerah leher, bahu, tulang belakang, pantat
dan perut.
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal
itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap
b. Melengkungnya punggung.
23
duduk.
pemakainya.
cm, agar dapat melakukan gerakan yang bebas. Untuk kursi kerja,
yang tepat. Alas harus empuk dan ujung depannya tidak tajam.
selalu diusahakan dilaksanakan dengan duduk atau dalam sikap duduk dan
sikap berdiri secara bergantian. Oleh karena itu, sistem kerja berdiri
lurus dan bahu berada dibelakang serta bokong menyentuh belakang kursi.
secara ringan (sekitar 10 derajat). Posisi duduk seperti inilah yang terbaik.
Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul
menyilang. Jaga agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk
dengan posisi yang sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk,
istirahatkan siku dan lengan pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Eko
Nurmianto, 2008).
25
Upper extremity
Lower extremity
tenaga pada tubuh kita. Pada banyak kasus, otot skeletal ini melekat pada
salah satu ujung tulang. Otot-otot ini menekan seluruh bagian sendi dan lantas
adalah semacam cord yang terbuat dari material kuat dan bekerja sebagai
penghubung khusus antara tulang dan otot. Tendon ini juga melekat dengan
bagus sehingga saat kita menggerakkan salah satu otot kita, tendon dan tulang
Otot skeletal ini muncul dalam banyak bentuk dan ukuran yang
otot ini yang melakukan pekerjaan paling besar dan paling berat adalah otot-
otot di punggung dekat pinggang kita yang memungkinkan kita berdiri tegak.
Otot-otot ini juga memberikan tenaga pada saat kita mendorong atau
menarik sesuatu. Otot-otot di dekat leher dan bagian atas punggung kita tidak
menahan beban saat kepala kita berputar, bergerak ke kiri kanan dan ke atas
serta ke bawah. Bahkan otot-oto inilah yang mampu menahan posisi kepala
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan
27
dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
Tarwaka, 2004).
yaitu:
a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat
otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera
Walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot
berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan
bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang
meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-
otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak
dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang (Low Back Pain = LBP)
(Tarwaka, 2004).
28
a. Umur
umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-
Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan
(Tarwaka, 2004)
b. Kebiasaan merokok
keluhan otot sangat erat hubungannya dengan lama dan tingkat kebiasaan
tinggi pula tingkat keluhan otot yang dirasakan. Boshuizen et al. (1993)
pergerahan otot. Hal ini sebenarnya terkait erat dengan kondisi kesegaran
tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah
29
lima menit setelah bangun pagi. Perokok Berat, Merokok sekitar 21-30
batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30
rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
(Bilcyber, 2008).
c. Kesegaran Jasmani
dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tinggkat keluhan otot juga sangat
dari hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat
7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran
tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat Betti‟e et al. (1989) yang
30
(Tarwaka, 2004).
d. Jenis kelamin
jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini
kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria,
kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria,
khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Hal ini diperkuat oleh
hasil penelitian Chiang et al. (1993), Bernard et al. (1994), Heles et al.
keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3. Dari uraian tersebut diatas,
(Tarwaka, 2004).
31
e. Riwayat keluhan
kerja, tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu
disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja,
klinis atau kronis. Perasaan lelah pada keadaan ini kerap muncul ketika
seperti berikut :
2) Depresi
Bentuk aktivitas dengan posisi kerja yang berbeda, jumlah otot yang
dilibatkan dan tenaga yang diperlukan juga berbeda. Bekerja posisi berdiri dan
Gempur Santosa (2004) bahwa “bekerja posisi berdiri statis dan lama lebih
berdiri setengah duduk dan relaksasi”. Bekerja yang lebih banyak melibatkan
intensitas kontraksi otot dan dalam keadaan anaerob akan lebih cepat
salah satu sumber energi tubuh cepat berkurang. Hal itu sebagaimana menurut
Niels (2000) dalam Gempur Santosa (2004) bahwa “dalam keadaan anaerob,
asam laktat banyak terjadi sehingga menimbulkan rasa lelah dan dalam hal ini
glokogen dalam otot berkurang”. Dalam bekerja, harus dicari posisi alamiah
atau posisi fisiologis agar tidak banyak melibatkan intensitas kontraksi otot,
tidak mudah lelah dan produktivitas kerja dapat meningkat. Pada suatu
33
fasilitas yang kurang baik. Hasil penelitian Anne (1989) dalam Gempur
kondisi yang tidak tenang (tidak baik) setelah 12 hari”. Suatu misal tenaga
standar, mereka bekerja tidak ada kekuatan menuntut (pasrah), tidak ada
ventilasi, panas, tertekan, bising dan iklim lingkungan kerja di bawah standar.
back pain), gangguan otot rangka (skeletal muscel), dan penurunan daya
dengar” yang tidak bisa dihindari. Walau tenaga kerja tersebut belum sampai
sakit parah (celaka) dan masih dapat masuk kerja, suatu pertimbangan yang
kaidah ergonomis, agar terjadi keserasian yang baik antara kemampuan dan
yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan
34
tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari
kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka
terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot
Sikap kerja tidak alamiah, yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi
sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh,
maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja
tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja
dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban
tambahan lainnya. Misalnya tubuh yang tinggi rentan terhadap beban tekan
dan tekukan, oleh sebab itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap
otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak
nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit (Corlett, 1992). Dengan melihat dan
menganalisis peta tubuh maka dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot
skeletal yang dirasakan oleh pekerja. Untuk menekan bias yang mungkin
kerja.
36
B. Kerangka Pemikiran
Stasiun Kerja
Ergonomis Tidak
Ergonomis
G. Hipotesis
Cilegon.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Suryabrata, 1989).
pendekatan Cross Sectional karena variabel sebab dan akibat yang terjadi pada
objek penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan dan
yang terdiri dari 188 tenaga kerja laki-laki dan 53 tenaga kerja wanita.
39
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut dengan penetapan ciri-ciri populasi yang menjadi sasaran dan akan
berikut :
dilakukan.
e. Tidak merokok.
D. Teknik Sampling
jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau
dengan ciri-ciri atau sifat-sifat tersebut sama dengan kriteria inklusi. Dalam
sebanyak 68 orang.
acak. Teknik ini dilakukan jika jumlah subjek yang memenuhi syarat lebih dari
40
jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya (Sutrisno Hadi, 2004). Adapun cara
yang digunakan dalam random sampling ini yaitu dengan cara undian, dengan
kemudian dimasukan dalam sebuah toples yang telah dilubangi lalu toples yang
sampel yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga dalam penelitian ini di
peneliti terbentur keterbatasan biaya, waktu dan tenaga dalam penelitian sehingga
a. Variabel Bebas
stasiun kerja yang terdiri dari kursi kerja, meja kerja dan monitor.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
c. Variabel Pengganggu
Variabel pengganggu dalam penelitian, yaitu usia 25-56 th, jenis kelamin laki-
laki, tidak mempunyai riwayat keluhan otot skeletal, lama kerja 8 jam
Variabel Penganggu
terkendali :
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Riwayat keluhan
4. Lama waktu kerja
5. Tidak merokok
6. Kesegaran jasmani
1. Stasiun kerja
a. Alat kerja
1) Kursi kerja
Satuan : cm
Meja kerja adalah meja yang digunakan oleh tenaga kerja di kantor
gulung.
Satuan : cm
3) Monitor
Satuan : cm
b. Anthropometri
Cilegon.
c. Jenis Kelamin
antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel
adalah laki-laki.
44
d. Umur
sampai hari pada tahun saat dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini
skeletal.
Lama waktu kerja adalah waktu yang dibutuhkan oleh responden untuk
g. Kebiasaan merokok
yang dirasakan oleh tenaga kerja kantor Adminitrasi Dokumen Building mulai
dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit pada saat penelitian dilakukan.
45
Tidak sakit : 1 (apabila tidak ada rasa nyeri atau keluhan otot-otot
menjalankan pekerjaan).
H. Desain Penelitian
Populasi
Purposive
sampling dan
Sampel Random
sampling
Skor Kuesioner
P Nordic
Sebelum kerja
A Body Map
I
R
E
D Bekerja dengan sikap
T kerja duduk pada stasiun
t kerja yang tidak
e ergonomis
s
t Kuesioner
Skor Nordic Setelah kerja
Body Map
I. Instrumen Penelitian
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan
1. Anthropometer shet
Yaitu alat untuk mengukur dimensi tubuh manusia baik pada posisi duduk
Cara Kerja:
a. Pasang stik A dengan stik bertanda huruf A dan B, tetapi pilih yang bertanda
2. Meteran Gulung
Adalah alat untuk mengukur stasiun kerja yang berupa meja kerja, kursi kerja dan
monitor.
Cara Kerja:
b. Setelah ukuran bisa digerakkan, pasang lis meteran yang ada pada ujung
meteran dan taruh pada tepi ujung stasiun kerja yang akan diukur lalu tarik
3. Kuesioner
5. Kamera
Untuk pengambilan gambar stasiun kerja dan sikap kerja sebagai data penunjang.
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Uji
Paired T-test dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0, dengan
b. Jika p value > 0,01 tetapi 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
c. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan. (Sugiyono,
2007).
BAB IV
HASIL
kantor Adminitrasi Dokumen Building terdiri dari 188 tenaga kerja laki-laki
dan 53 tenaga kerja wanita yang terbagi dalam 10 divisi, yaitu divisi akuntansi
keuangan umum, divisi operasi pendanaan, divisi pengelolaan jasa dan utility,
tugas kantor divisi yang telah terbagi diatas mempunyai jumlah tenaga kerja
50
51
Gambar 4.1 Stasiun kerja duduk pada kantor Adminitrasi Dokumen Building
Keterangan :
1. Monitor
2. Meja kerja
3. Kursi kerja
Dokumen Building dengan kondisi yang sudah rusak dan masih digunakan
52
oleh tenaga kerja, hal ini dapat menyebabkan timbulnya keluhan otot-otot
Posisi kerja dengan tungkai bawah ditekuk karena ketinggian kursi yang
Gambar 4.4 Kursi dengan sandaran tangan tidak sesuai untuk pekerja
karena sandaran tangan dapat mengaggu posisi siku pada meja kerja dalam
melakukan pekerjaannya.
1. Umur
UMUR (tahun)
Rata-rata 48,1
SD 5,2
Range 25-56
54
lampiran 3.
subjek penelitian pada penelitian ini adalah 48,1 tahun dengan umur
didapatkan data bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,877 yang berarti
2. Jenis Kelamin
Seluruh sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-
laki.
3. Riwayat Keluhan
4. Tidak Merokok
kebiasaan merokok.
berikut :
Barhu Bargul Panle Panle Panl Panpa Gidu Gitadu Gihu Giku Gigu Gitu Pan Pan
ng ngtas eng k k duk duk lduk tduk gkai gkai
wah wah tas
Rata-
rata 41,7 32 66,4 33,3 44 161,6 83,7 122,6 56,8 23,4 16,7 49,5 40 51,9
SD
2,9 2,1 7 2,3 2,5 10,8 3,9 1,8 3,5 3,5 2,2 2,8 1,5 2,1
Persent
il 5% 36,9 28,5 54,9 29,5 39,9 143,8 77,3 119,7 51 17,6 13,1 44,9 37,5 48,4
Persent
il 50%
38,8 29,9 59,4 31 41,5 150,8 79,8 120,9 53,3 19,9 14,5 46,7 38,5 49,8
Persent
il 95% 46,5 35,5 77,9 37,1 48,1 179,4 90,1 125,5 62,6 29,2 20,3 54,1 42,5 55,4
Keterangan :
laki-laki kantor Adminitrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel dapat dilihat
pada lampiran 1.
Tabel 4.4 Data Pengukuran Stasiun kerja yang Digunakan Pekerja laki-laki kantor
Adminitrasi Dokumen Building PT. Krakatau Steel Cilegon.
Ting panjan Lebar lebar Tinggi Tinggi Teb Lebar Tinggi Ting Leb Panja
gi g alas alas sandar sandar sandar alal sandar monito gi ar ng
kurs duduk duduk an an an as an r mej mej meja
i pungg pungg tangan dud tangan a a
ung ung uk
Rata 49,1 45,2 47,2 47,1 51,5 16,7 7,4 4,8 111,5 73,5 67,3 122,1
-rata
SD 1,7 7,2 2,8 5,9 8,6 1 0,5 0 1,1 1,5 2,5 2,3
Pers 46,3 33,4 42,6 37,4 37,4 15,1 6,6 4,8 109,7 71 63,2 118,3
entil
5%
Pers 47,4 38 44,4 41,2 42,9 15,7 6,9 4,8 110,4 72 64,8 119,8
entil
50%
Pers 51,9 57 51,8 56,8 65,6 18,3 8,2 4,8 113,4 76 71,4 125,9
entil
95%
Untuk melihat data lebih lengkap mengenai pengukuran Stasiun kerja yang
Tabel 4.5 Perhitungan Total Skor Keluhan otot-otot skeletal Pekerja kantor
Adminitrasi Dokumen Building di PT. Krakatau Steel Cilegon.
Building PT. Krakatau Steel dalam melakukan aktivitas kerja. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan rata-rata dari total skor tingkat keluhan yang diberikan
kepada 30 sampel yang menunjukkan adanya peningkatan skor dari 34,5 menjadi
51,0. Untuk mengetahui data lebih lengkap mengenai hasil skor keluhan otot-otot
skeletal pada pekerja laki-laki kantor Adminitrasi Dokumen Building dapat dilihat
pada lampiran 5.
58
otot skeletal sebelum bekerja 34,5 dan keluhan otot-otot skeletal sesudah bekerja
51,0, hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan stasiun kerja tidak
PEMBAHASAN
Duduk
kerja (kursi, meja kerja dan monitor yang dipakai dalam bekerja) dapat dianalisa
ada atau tidaknya kesesuaian antara stasiun kerja dengan tenaga kerja serta
kedudukan yang mantap dan memberikan relaksasi otot-otot yang tidak dipakai
untuk bekerja dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian tubuh yang
mengganggu sirkulasi darah dan sensitifitas bagian tersebut. Analisa ukuran kursi
kerja, meja kerja dan monitor dengan ukuran tubuh tenaga kerja :
a. Kursi kerja
Tinggi tempat duduk harus lebih pendek dari panjang tekuk lutut
sampai dengan telapak kaki (lebih pendek dari panjang tungkai bawah).
60
61
pada tinggi tempat duduk yaitu 46,3 cm dan untuk panjang tungkai
tungkai bawah (46,3 cm > 37,5 cm) sehingga dapat dikatakan bahwa
tinggi tempat duduk yang digunakan pada tenaga kerja laki-laki di kantor
37,5-42,5cm.
Panjang alas duduk harus lebih pendek dari lekuk lutut sampai
panjang alas duduk persenti 5 adalah 33,4 cm dan untuk panjang tungkai
alas duduk lebih pendek dari panjang tungkai atas (33,4 cm < 48,4 cm),
alas kursi lebih pendek dari panjang tungkai atas, sehingga kaki tenaga
kerja tidak ada yang mengantung karena panjang alas kursi sudah sesuai
Lebar alas duduk harus lebih lebar dari lebar pinggul. Lebar alas
terbesar. Lebar pinggul tenaga kerja dengan persentil 95% adalah 35,5
cm. Sehingga lebar alas duduk dapat dikatakan ergonomis karena lebar
alas duduk lebih lebar dari lebar pinggul. Dengan demikian kursi dapat
tenaga kerja dalam bekerja. Ukuran alas duduk ergonomi 42,6 cm.
4) Sandaran Punggung
cm.
b. Meja Kerja
Tinggi meja kerja diukur dari lantai sampai dengan permukaan atas
5 adalah 71 cm. Tinggi meja kerja disesuaikan dengan tinggi lutut duduk
dikatakan tidak ergonomi, karena tinggi meja kerja terlalu tinggi untuk
Panjang meja kerja harus lebih pendek dari panjang depa persentil 5.
yaitu 118,3 cm. Panjang depa tenaga kerja kantor Adminitrasi Dokumen
143,8 cm.
Lebar meja kerja diukur pada garis tengah meja karja melintang. Lebar
meja kerja persentil 5 adalah 63,2 cm. Lebar meja harus disesuaikan
kerja indonesia.
64
c. Monitor
tinggi mata. Tinggi monitor komputer rata-rata kantor ADB adalah 111,5 cm
sedangkan tinggi mata rata-rata tenaga kerja kantor ADB adalah 122,6 cm.
Tinggi monitor tidak dapat dikatakan ergonomis atau tidak, karena tinggi
yang sesuai, namun menurut hasil pengukuran tinggi monitor yang ada di
kantor ADB tidak ergonomis, karena tinggi monitor tidak sejajar dengan
dengan tepi atas layar, sekitar 5-6cm dibawah bagian atas casing monitor.
Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan mata, leher dan pundak
sebagian besar tidak ergonomi, hal ini dapat dilihat dari ukuran-ukuran alat
Sikap duduk yang benar yaitu sebaiknya duduk dengan punggung lurus dan
Tahan untuk beberapa detik kemudian lepaskan posisi tersebut secara ringan
dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan
penyangga kaki) dan sebaiknya kedua tungkai tidak saling menyilang. Jaga
agar kedua kaki tidak menggantung dan hindari duduk dengan posisi yang
sama lebih dari 20-30 menit. Selama duduk, istirahatkan siku dan lengan
pada kursi, jaga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto, 2008 : 114).
skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan
sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan
dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan
bagian punggung dan bagian pinggang ini disebabkan karena posisi duduk
sehingga apabila hal ini tidak segera mendapatkan perhatian secara serius akan
Samara, 2005).
66
otot-otot skeletal adalah keluhan pada bagian leher atas, bawah dan keluhan
pada lengan bawah kanan. Keluhan tersebut timbul karena posisi monitor yang
kurang tepat atau terlalu rendah, sehingga tenaga kerja merasa tegang di
bagian leher, sedangkan keluhan pada lengan bawah kanan ditimbulkan dari
posisi tinggi meja kerja yang terlalu tinggi, sehingga lengan tangan terlalu
keluhan pada pergelangan tangan kanan dan sakit pada tangan kiri, ini
disebabkan karena tinggi meja kerja yang terlalu tinggi sehingga posisi tangan
terlalu dipaksakan dalam bekerja. Posisi kerja yang dipaksakan dalam jangka
keluhan pada bokong, hal ini disebabkan karena tenaga kerja di kantor
Keluhan Nyeri Pinggang Pada Pekerja Tenun Kain Sarung Di JAVA ATBM
antara kursi kerja dengan timbulnya keluhan nyeri pinggang pada pekerja
tenun kain sarung sebesar 0.02 artinya ada hubungan antara kursi kerja dengan
C. Hasil Analisa Pengaruh Sikap Kerja Duduk pada Stasiun Kerja yang
dibantu dengan program SPSS 16.0 diperoleh hasil nilai signifikan 0,000. Dari
hasil output dapat dibaca bahwa dari total skor tingkat keluhan yang diberikan
Berdasarkan harga signifikan (p), dimana nilai p= 0,000, dimana nilai tersebut
(p < 0,01), maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh sikap kerja duduk pada
stasiun kerja terhadap keluhan otot-otot skeletal pada pekerja laki-laki pada
kantor Adminitrasi Dokumen Building, karena ada beda rata-rata antara nilai
sebelum bekerja dengan setelah bekerja dan hasil uji dinyatakan sangat
68
signifikan. Nilai t dalam uji Paired T-Test adalah -10,744. Harga negatif (-)
A. Kesimpulan
dibantu dengan program SPSS 16.0 diperoleh hasil nilai signifikan 0,000.
Nilai t dalam uji Paired T-Test adalah -10,744. Harga negatif (-)
3. Kursi kerja yang ada pada kantor Adminitrasi Dokumen Building PT.
69
70
B. Saran
sebagai berikut:
keluhan otot skeletal di atas 50%, ini diakibatkan penggunaan kursi kerja
stasiun kerja yang lain, seperti meja kerja dan monitor kerja. Ketidak
kerja yang tidak ergonomis dengan ketinggian kursi yang terlalu pendek
kerja. Ukuran kursi yang disarankan berdasarkan ukuran kursi kerja dan
Daftar Pustaka
Adjeng, http://kenalitubuhkita.blogspot.com/2008/09/otot-muscles.html
Bura Barutama.
Mashud. 2008. Komputer Ergonomi dan Kesehatan Kerja. http. www. file://
24 april 2009.
73
Rineka Cipta.
Jakarta.
Gunung Agung.