Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Basicedu Volume 4 Nomor 2 April 2020 Hal.

239-249
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education
https://jbasic.org/index.php/basicedu

Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning Dan Motivasi Terhadap


Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Sekolah Dasar
Syiti Mutia Hasnan1, Rusdinal2, Yanti Fitria3
Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat, Indonesia 1, 2, 3
Email: hasnansyitimutia@gmail.com1, rusdinal@fip.unp.ac.id2, yanti_fitria@fip.unp.ac.id3

Abstrak
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperimen). Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah desain faktorial (2x2), dengan Pengetahuan awal sebagai variabel moderator. Hasil
penelitian menunjukan: 1. Hipotesis1, diperoleh Fhitung sebesar 34,4 dan F tabel 3,95, karena Fhitung lebih besar
dari Ftabel (34,4 > 3,95) maka H0 ditolak dan HI diterima. Dengan begitu dapat diartikan bahwa kemampuan
berpikir kritis peserta didik yang di ajar dengan model Discovery Learning lebih baik daripada kemampuan
berpikir kritis peserta didik yang diajar dengan pembelajaran konvensional, 2. hipotesis II juga diperoleh
Fhitung sebesar 17,2 dan Ftabel 3,95, karena Fhitung lebih besar dari Ftabel (17,2 > 3,95) maka H0 ditolak, HI
diterima. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar yang dimiliki peserta didik yang diajarkan dengan model
pembelajaran Discovery Learning lebih baik dari pada motivasi peserta didik yang diajarkan dengan model
pembelajaran konvensional yang menggunakan metode diskusi, 3. Hipotesis III diperoleh Fhitung sebesar 11,4
dan Ftabel 3,95 Karena Fhitung juga lebih besar dari Ftabel (11,4 > 3,95) maka H0 ditolak dan HI diterima.
Disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang signifikan antara model Discovery Learning dengan motivasi
peserta didik kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Kata Kunci: discovery learning, motivasi belajar, berpikir kritis
Abstract
This type of research is pseudo-experimental research (quasi-experiment). The design used in this study is a
factorial (2x2) design, with initial knowledge as a moderator variable. The results showed: 1. Hipotesis1, with
F Test, acquired f count of 34.4 and F table 3.95 because Fcount > Ftabel then H 0 rejected and HI received. It
can be interpreted that the critical thinking skills of learners with the Discovery Learning model are better
than the student's critical thinking skills taught by conventional learning. 2. Hypothesis II also acquired
fcount of 17.2 and Ftabel 3.95, because Fcount > of Ftabel, then H0 rejected, HI acceptable. This means that
learning motivation that learners have taught with Discovery Learning learning models is better than learners
motivations taught with conventional learning models that use discussion methods. 3. Hypothesis III with
Ftest obtained fcount of 11.4 and Ftabel 3.95. Because Fcount > than Ftabel then H 0 is rejected and H I is
received. It was concluded that there was a significant interaction between the Discovery Learning model and
the motivation of students ' critical thinking skills.
Keywords: Discovery Learning, motivation learning, critical thinking

@Jurnal Basicedu Prodi PGSD FIP UPTT 2020

 Corresponding author :
Address : - ISSN 2580-3735 (Media Cetak)
Email :- ISSN 2580-1147 (Media Online)
Phone : -

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


240 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

PENDAHULUAN didik yang tinggi sehingga siap untuk terjun di


Terciptanya karakter dan pendewasaan diri masyaraka, khususnya dalam pembelajaran IPA
seseorang itu karena adanya pendidikan yang dan Bahasa Indonesia. Pada pembelajaran IPA
mampu mewujudkan potensi diri, kecakapan dan diharapkan peserta didik mempunyai kemampuan
keterampilan dalam diri seseorang. Dapat disadari berpikir kritis untuk mempersiapkan dirinya
perlunya membentuk anak – anak yang terampil menjadi pemecah masalah yang tangguh, pembuat
memecahkan masalah, bijaksana dalam mengambil keputusan yang matang, dan menjadi seorang
keputusan, berpikir kritis dan inovatif serta mampu individu yang tidak pernah berhenti untuk belajar
bekerja keras secara individu maupun kelompok. mencari, menganalisis, menganalisa dan
Untuk mewujudkan karakter dan pendewasaan diri mengkonsepkan informasi. Sedangkan pada
tersebut diperlukan adanya Pendidikan yang pembelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks
mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya diharapkan juga mampu untuk berpikir kritis
Manusia (SDM) dalam menjamin keberlangsungan dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
pembangunan suatu bangsa. Berdasarkan Undang masalah dan mengaplikasikan materi
– Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pembelajaran.
No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 1 mengatakan Adapun kenyataannya berpikir kritis tidak
bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan begitu menjadi tujuan utama dalam tujuan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran di Sekolah Dasar. Kegiatan
proses belajar agar peserta didik secara aktif pembelajaran di Sekolah Dasar umumnya masih
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki menggunakan pembelajaran konvensional.
kekuatan, spritual keagamaan, pengendalian diri, Pembelajaran konvensional merupakan
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta pembelajaran tradisional yang selalu digunakan
keterampilan yang diperlukan dirinya dalam pada kegiatan sehari- hari dalam proses belajar
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. dengan metode ceramah sebagai alat komunikasi
Pendidikan dituntut harus berorientasi pada lisan yang diiringi dengan penjelasan, kemudian
pengembangan kemampuan peserta didik.Untuk pembagian tugas dan latihan (Djamarah, 2011).
menjadi manusia yang seperti dikemukakan dalam Peserta didik disini adalah penerima yang pasif,
UUSPN di atas, maka peserta didikperlu mengolah dimana mereka hanya menerima pengetahuan dari
semua informasi yang relevan secara kritis. guru dan diasumsinya sebagai badan informasi
Sesuai dengan maksud pendidikan tersebut, yang menjadikan pengetahuan bersifat final.
salah satu yang perlu dikembangkan adalah Dengan begitu belum terlihat pembelajaran yang
kemampuan berpikir kritis peserta didik. menitik beratkan pada kemampuan berpikir kritis,
Pentingnya kemampuan berpikir kritis melalui sehingga selama proses maupun hasil belajar
proses pendidikan adalah untuk mengembangkan menjadi kurang memuaskan.
sikap, mampu memperoleh dan mengintegrasikan Model pembelajaran Discovery Learning
pengetahuan serta mampu menyelesaikan adalah sebuah model pembelajaran memahami
berbagai masalah atau persoalan sehingga peserta konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
didik memiliki kemampuan untuk bersaing pada penalaran rasional dan intelektualitas untuk
skala global sesuai perkembangan zaman. Untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Fitria,
itu di Sekolah Dasar (SD) diperlukan adanya 2018). Discovery Learning ini lebih menekankan
pengembangan kemampuan berpikir kritis peserta pada ditemukannya konsep atau prinsip yang

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


241 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

sebelumnya tidak diketahui. Oleh karena itu, mengaplikasikannya dengan benar. Peserta didik
pendidik harus memberikan kesempatan peserta Indonesia hanya menguasai soal- soal yang
didiknya untuk menjadi seorang pemecah masalah bersifat, rutin, sederhana dan bersifat keseharian,
(problem solver) yang nantinya melakukan sedangkan untuk soal- soal yang bersifat kritis,
berbagai kegiatan dalam menganalisis dan butuh pemahaman mereka tidak
menghimpuninformasi,membandingkan,mengkate mampu untuk menjelaskannya. Penelitian tersebut
gorikan,menganalisis,mengintegrasikan, memperkuat indikasi bahwa pembelajaran di
mengorganisasikan dan membuat kesimpulan. Indonesia masih belum maksimal. Rendahnya
Pendidik sebagai seorang pembimbing yang kualitas pembelajaran terlihat dari kurang
berperan selama proses pembelajaran, berkembangnya anak dalam memahami konsep
menciptakan proses belajar secara aktif, merubah ilmiah serta pembelajaran kurang terintegrasi dan
kegiatan belajar mengajar menjadi berorientasi fleksibel dalam kehidupannya. Oleh karena itu
kepada peserta didik (Student Oriented) dan pembelajaran hendaknya memberikan pengalaman
mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai secara langsung kepada peserta didik agar mampu
dengan tujuan pembelajaran. mengembangkan dan menerapkannya dalam
Selain itu, ketika pendidik memberikan kehidupan sehari – hari.
suatu pernyataan dengan fokus pembelajaran IPA Adapun faktor lain yang mendukung
pada materi Sistem Organ Pencernaan peserta terjadinya pembelajaran yang bermakna bagi
didik kurang dapat memberikan alasan atau peserta didik adalah dengan sebuah motivasi
pendapat berkaitan dengan jawaban yang belajar. Motivasi belajar peserta didik juga sangat
diberikan. Jawaban yang diberikan peserta didik mempengaruhi permasalahan pada proses
hanya sebatas hafalan yang bersifat mengingat, pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) khususnya
tanpa memiliki suatu konsep yang mendasar. pada motivasi ekstrinsiknya. Motivasi ekstrinsik
Indikasinya adalah keingintahuan peserta didik merupakan daya dorong, kekuatan yang berasal
terhadap suatu konsep materi belajar itu rendah. dari luar diri peserta didi, yang terlihat dari minat,
Karena bagi mereka, apa yang dijelaskan oleh guru keingintahuannya dalam belajar. Peserta didik
adalah semua yang menyangkut tentang materi yang memiliki motivasi tinggi selalu berusaha
yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena sumber mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-
pengetahuan yang dimiliki peserta didik hanya baiknya untuk memperoleh kemampuan berpikir
berasal dari pendidik. yang optimal dan berasal dari peserta didik yang
Melalui paparan di atas sebuah Penelitian memiliki peringkat terbaik di kelas. Sedangkan
Trend in International Mathematics and Science beberapa peserta didik lainnya memiliki motivasi
Study (TIMSS) tahun 2015 mendiagnosa hasil yang dapat dikatakan rendah dalam proses belajar.
mutu pencapaian kemampuan peserta didik dalam Melihat masih rendahnya kemampuan berpikir
bidang Sains/ IPA secara umum, peserta didik kritis serta motivasi belajar peserta didik ini,
Indonesia lemah di semua aspek konten maupun maka perlu adanya model pembelajaran yang
kognitif, baik untuk Sains dan mata pelajaran dapat melatih kemampuan berpikir kritis dan rasa
lainnya. Pada penelitian tersebut juga di ketahui ingin tahu mereka. Model pembelajaran yang tepat
bahwa lemahnya peserta didik dalam berbagai adalah model pembelajaran yang memberikan
aspek juga di dukung dengan hal – hal yang sudah ruang kepada peserta didik untuk terlibat langsung
mereka ketahui tetapi belum bias secara aktif pada saat proses pembelajaran, yaitu

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


242 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

salah satunya dengan model pembelajaran Tabel 1.Desain Faktorial 2 x 2


discovery learning. Model Model Metode
Pembelajaran Discovery Konvensional
Model pembelajaran discovery learning
Motivasi Learning (Kontrol) A2
merupakan suatu model pembelajaran dimana (Eksperimen)
A1
pendidik tidak banyak memberikan penjelasan
Motivasi A1B1 A2B1
namun lebih banyak kepada pengajuan pertanyaan- Tinggi (B1)
pertanyaan sehingga peserta didik menjadi lebih Motivasi A1B2 A2B2
rendah (B2)
aktif dan termotivasi dalam pembelajaran.
Aktifnya peserta didik juga di dukung dengan Keterangan :
adanya motivasi sebagai pendorong dalam A1B1 Kemampuan berpikir kritis siswa
pembelajaran. Penelitian (Dafrita, 2017) bermotivasi tinggi yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan
menyatakan bahwa pembelajaran dengan model model pembelajaran Discovery Learning
discovery learning dapat mempengaruhi A2B1 Kemampuan berpikir kritis siswa
bermotivasi tinggi yang memperoleh
pemahaman dan kemampuan berpikir kritis peserta pembelajaran dengan menggunakan
didik dengan mempertimbangkan faktor-faktor model pembelajaran konvensional
A1B2 Kemampuan berpikir kritis siswa
yang ikut serta berpengaruh dalam mendorong bermotivasi rendah yang memperoleh
belajar peserta didik. pembelajaran dengan menggunakan
modelpembelajaran Discovery Learning
A2B2 Kemampuan berpikir kritis siswa
METODE bermotivasi rendah yang memperoleh
pembelajaran dengan menggunakan
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen model pembelajaran konvensional
semu (quasi eksperimen). Penelitian quasi Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh

eksperiment adalah model penelitian yang peserta didik sekolah dasar kelas V yang berada di

digunakan untuk mencari pengaruh terhadap yang Gugus II Nan Sabaris tahun ajaran 2017/2018.

lain dalam kondisi yang terkendalikan. Untuk Jumlah peserta didik kelas V yang ada di Gugus II

mencari pengaruh tersebut, peneliti dengan sengaja Nan Sabaris tahun ajaran 2017/2018 adalah

melakukan penelitian. Sejalan dengan hal itu sebanyak 222 peserta didik yang berada dalam

Suryabrata (2009) menjelaskan quasy eskperimen sepuluh Sekolah dasar (SD). Berdasarkan teknik

ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang pengambilan sampel kelas V yang terpilih kelas V

diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya SD Negeri 09 Nan Sabaris dijadikan kelas

dalam keadaan mengontrol dan memanipulasikan eksperimen dan kelas kontrol yaitu kelas V SD

semua variabel yang relevan Negeri 22 Nan Sabaris.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik pengumpulan datanya adalah angket/

desain faktorial (2x2), dengan Pengetahuan awal kuesioner, pretest dan posttest. Pretest dan Postest

sebagai variabel moderator. Desain penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data pada

seperti digambarkan dalam tabel 2 berikut: kemampuan berpikir kritis. Sedangkan


angket/kuesioner digunakan untuk megumpulkan
data motivasi belajar.Jadi teknik pengumpulan
data ini merupakan cara yang digunakan peneliti
untuk mengumpulkan data dalam penelitian berupa
tes dan angket.

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


243 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

Teknik analisis data yang dilakukan. Data- Mencari varians masing-masing data kemudian
data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dihitung harga F
dengan bantuan program Microsoft Excel. Data Jika harga sudah didapatkan maka
hasil tes kemampuan berpikir kritis dianalisis dibandingkan F tersebut dengan harga F
berdasarkan pengolahan data kuantitatif yang yangterdapat dalam daftar distribusi F dengan taraf
berupa hasil tes kemampuan berpikir kritis peserta signifikansi 5 % dan dk pembilang= n1 – 1 dan dk
didik. Untuk menentukan uji statistik yang penyebut = n2 – 1. Bila harga F didapat dari
digunakan, terlebih dahulu diuji normalitas data perhitungan lebih kecil dari harga F yang ada
dan homogenitas variansi. ditabel berarti kedua kelompok data mempunyai
Menghitung besarnya perbedaan hasil tes varians yanghomogen dan sebaliknya (Sudjana,
kemampuan berpikir kritis diperoleh dari skor 2005). Berdasarkan penjelasan diatas, untuk uji F
pretest dan posttest. Untuk mengetahui besarnya yang terdapat pada tabel yang belum diketahui
perbedaan hasil tes kemampuan berpikir kritis, harga dalam untuk menentukan bila harga F
peneliti menganalisis data hasil tes dengan didapat dari perhitungan lebih kecil dari harga F
normalitas gain. Kriteria normalisasi gain tersebut yang ada ditabel berarti kedua kelompok data
adalah sebagai berikut : mempunyai varians yang homogen dan sebaliknya,
Tabel 2 untuk itu digunakan rumus dalam mencari
Klasifikasi gain <g> Ternormalisasi interpolasi pada (Riduwan 2006:147).
Normalized gain Kriteria
g > 0,70 Tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang Berikut ini dideskripsikan data hasil penelitian
g ≤ 0,30 Rendah yang dilaksanakan pada kelas V SDN 09
Kecamatan Nan Sabaris dan SDN 12 Kecamatan
Uji normalitas dilakukan untuk Nan Sabaris. Hasil penelitian berupa rerata hasil
mengetahui apakah data berasal dari populasi tes keterampilan berpikir kritis berdasarkan
yang berdistribusi normal, atau tidak. Uji model pembelajaran, rerata hasil tes berpikir kritis
normalitas dilakukan pada skor posttest dan N- berdasarkan motivasi belajar peserta didik pada
gain pada kelas yang memperoleh pembelajaran pembelajaran tema lima dengan sub tema dua
dengan menggunakan model Discovery Learning. tentang Hubungan Antar Makhluk Hidup Dalam
Dalam uji normalitas ini digunakan uji liliefors Ekosistem dan interaksi model pembelajaran,
dengan kriteria uji sebagai berikut: 1. Jika nilai motivasi belajar terhadap keterampilan berpikir
signifikansi (p-value)&lt; (α=0,05), maka H o kritis.
ditolak, 2. Jika nilai signifikansi (p-value) ≥ Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
(α=0,05), maka H 1 diterima. pada hasil tes keterampilan berpikir kritis peserta
Uji homogenitas berguna untuk menentukan didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
apakah kedua kelompok data mempunyai varians diperoleh nilai rata-rata, nilai tertinggi (X Max),
yang homogen atau tidak. Untuk uji homogenitas nilai terendah (X Min), Simpangan baku (S),
ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Variansi (S2) yang terlihat pada tabel. Tabel 23 di
bawah ini:

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


244 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

Tabel 3. Rerata Hasil Tes Keterampilan Berpikir Kritis Berdasarkan Model Pembelajaran
Kelas Perlakuan N Rata- Rata X Max X Min S S2
Eksperimen 2 67.36 89 49 13.11 172.02
Kontrol 9 54.13 83 22 19.11 369.39
peserta didik dalam pembelajaran sub tema 2
Berdasarkan pemaparan Tabel 23 di atas, Hubungan Antar Makhluk Hidup Dalam
terlihat bahwa rata – rata hasil tes keterampilan Ekosistem.
berpikir kritis peserta didik berdasarkan model Menguji hipotesis bertujuan untuk melihat
pembelajaran yang digunakan pada kedua kelas hasil dari perlakuan yang diberikan pada sampel
yakni kelas eksperimen dengan memiliki rata- rata dalam penelitian. Hipotesis ini dilakukan setelah
total 67,36 dan kelas kontrol dengan memiliki rata- mengetahui hasil tes kemampuan berpikir kritis.
rata 54.13. Hal tersebut menyatakan bahwa model Hipotesis 1, 2, 3 menggunakan Uji F.
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Tabel 26. Hasil Uji Hipotesis Denga Uji F
berpengaruh terhadap kompetensi hasil belajar Sum
ber Fhitu Keteran
peserta didik khususnya pada keterampilan JK db KR Ftabel
Varia ng gan
berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran sub ns
Antar 1279 1 127997 34.4 HI
tema 2 Hubungan Antar Makhluk Hidup Dalam Grou 97.2 .2 diterima
p (A)
Ekosistem. Antar 6420 1 64206. 17.2 HI
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan Grou 6.01 01 3.95 diterima
p (B)
pada angket motivasi belajar peserta didik pada Antar 4260 1 42607. 11.4 HI
Grou 7.89 896 diterima
kelas eksperimen dan kelas control diperoleh nilai
p 6
rata-rata, nilai tertinggi (X Max), nilai terendah (X (AB)
Dala 3118 84 3712.0 -
Min), Simpangan baku (S) dan variansi ( S2) yang m 16.1 9
terlihat pada tabel 24 di bawah ini: Grou 16
p (D)
Tabel 4. Rerata Hasil Angket Motivasi Total 5466 87 - -
27.2
Belajar Peserta didik
Rata X Hasil perhitungan di atas menggunakan Uji
Kelas X
N- Ma S S2
Perlakuan Min F. Pada Hipotesis I, diperoleh Fhitung sebesar 34.4
Rata x
17.8 3.0 9. dan F tabel 3.95, karena Fhitung lebih besar dari Ftabel
Eksperimen 3 20 11
2 9 60
15.1 28. 5. maka H0 ditolak dan H I diterima. Dengan begitu
Kontrol 1 19 8
0 8 36 dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir kritis
Sumber: Data Primer, 2018
peserta didik yang di ajar dengan model Discovery
Berdasarkan table 15 di atas, terlihat bahwa
Learning lebih baik daripada kemampuan berpikir
rata-rata hasil angket motivasi belajar peserta didik
kritis peserta didik yang diajar dengan
yang diperoleh dari kedua kelas yaitu kelas
pembelajaran konvensional. Hipotesis II, pada
eksperimen dengan rata-rata 17.82 dan kelas
pengujian hipotesis II juga diperoleh Fhitung sebesar
kontrol dengan rata-rata 15.10. Pengukuran yang
17.2 dan Ftabel 3.95, karena Fhitung lebih besar dari
telah dilakukan tersebut menyatakan bahwa
Ftabel, maka H0 ditolak, HI diterima. Hal ini berarti
motivasi belajar yang dimiliki peserta didik
bahwa motivasi belajar yang dimiliki peserta didik
berpengaruh terhadap kemampuan belajar peserta
yang diajarkan dengan model pembelajaran
didik khususnya pada keterampilan berpikir kritis
Discovery Learning lebih baik dari pada motivasi

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


245 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

peserta didik yang diajarkan dengan model karena dalam penerapan model Discovery
pembelajaran konvensional yang menggunakan Learning, peserta didik lebih aktif dalam
metode diskusi. Hipotesis III, diperoleh Fhitung pembelajaran dari pada pembelajaran secara
sebesar 11.4 dan Ftabel 3.95. Karena Fhitung lebih konvensional dengan peserta didik..
besar daripada Ftabel maka H0 ditolak dan HI Data yang telah dianalisis juga diperkuat
diterima. Disimpulkan bahwa terdapat interaksi dengan hasil pengujian hipotesis pertama dengan
yang signifikan antara model Discovery Learning menggunakan uji t diperoleh thitung 34.4 dan ttabel
dengan motivasi peserta didik kemampuan yang diperoleh adalah 3.95. Hal ini menunjukkan
berpikir kritis peserta didik. thitung lebih besar dari ttabel, maka H0 ditolak dan H I
diterima. Dengan begitu dapat diartikan bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN kemampuan berpikir kritis pada peserta didik yang
Berdasarkan hasil analisis data kemampuan diajar dengan model Discovery Learning lebih
berpikir kritis peserta didik kelas V SDN 09 Nan baik daripada kemampuan berpikir kritis pada
Sabaris yang diteliti menunjukkan bahwa peserta peserta didik yang diajar dengan pembelajaran
didik yang diajar dengan model pembelajaran diskusi yang diajarkan dikelas kontrol.
Discovery Learning baik secara keseluruhan, baik Penelitian ini menunjukkan bahwa model
kelompok peserta didik yang memiliki motivasi Discovery Learning memberikan pengaruh yang
belajar yang tinggi maupun kelompok peserta positif terhadap kemampuan berpikir kritis. Ennis
didik yang memiliki motivasi belajar rendah. (2011:1) berpikir kritis adalah “ critical thinking is
Dimana terlihat dari hasil uji hipotesis yang telah reasonable, reflective thinking that is focused on
dilakukan sehingga dilakukan pembahasan. Tiga deciding what to believe or do”. Defenisi ini
pokok pembahasan yang dilakukan berdasarkan menitik beratkan pada bagaimana cara berpikir
landasan teori yang relevan, yaitu: (a) model serta memutuskan dengan masuk akal dan
pembelajaran yang digunakan berpengaruh reflektif. Penerapan model Discovery Learning
terhadap keterampilan berpikir kritis, (b) motivasi dalam pembelajaran, secara nyata peserta didik
belajar yang dimiliki peserta didik berpengaruh terlihat bersemangat dan aktif saat proses
terhadap keterampilan berpikir kritis, dan (c) pembelajaran dimana peserta didik dituntut untuk
interaksi antara model pembelajaran dan motivasi menyelidiki, menemukan sendiri jawaban atas
belajar mempengaruhi kemampuan berpikir kritis. permasalahan yang diberikan oleh pendidik,
Pertama, model pembelajaran yang dengan demikian membuat peserta didik untuk
digunakan berpengaruh terhadap keterampilan menuangkan ide dan pendapatnya masing- masing.
berpikir kritis peserta didik. Dengan rerata hasil tes Penerapan model Discovery Learning
kemampuan berpikir kritis pada peserta didik berhasil mempengaruhi kemampuan berpikir kritis
yang diberikan perlakuan dengan model Discovery peserta didik. Kenyataannya hasil tes peserta didik
Learning adalah 67.36 atau lebih tinggi dari rerata yang mendapat perlakuan dengan menggunakan
hasil tes kemampuan berpikir kritis pada peserta model Discovery Learning menunjukkan
didik yang di ajar dengan pembelajaran peningkatan dibandingkan dengan peserta didik
konvensional di kelas kontrol dengan rerata yang tidak mendapatkan perlakuan. Pernyataan
sebesar 54.13. Dengan begitu disimpulkan bahwa tersebut di dukung oleh Hosnan (2014: 287-288)
model Discovery Learning lebih baik bahwa model pembelajaran Discovery Learning
dibandingkan dengan pembelajaran konvensional memberikan kesempatan kepada peserta didik

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


246 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

untuk memecahkan masalah yang ditemuinya Berdasarkan uraian di atas dari hasil
sendiri untuk melatih peserta didik belajar mandiri penelitian dan analisis yang telah dilakukan
sehingga pengetahuan hasil belajar mudah ingat disimpulkan bahwa model Discovery Learning
dan bertahan lama. Dengan demikian, terlihat memberikan pengaruh terhadap keterampilan
keunggulan model tersebut sehingga bermanfaat berpikir kritis. Hal ini dibuktikan dari perbedaan
dalam proses pembelajaran. Hal tersebut juga nilai rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis
diperkuat dengan pendapat (Bichar et al., 2019) peserta didik kelas eksperimen yang diberi
pembelajaran dengan menggunakan model perlakuan dengan model Discovery Learning lebih
pembelajaran Discovery Learning memberikan bsik disbanding dengan kelas kontrol yang diberi
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif perlakuan dengan kegiatan diskusi. Hasil
membangun sendiri pengetahuannya, karena penelitian menggunakan model Discovery
model pembelajaran ini tidak hanya menjadikan Learning ini juga memperkuat hasil penelitian
peserta didik belajar lebih baik tetapi juga retensi terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti
materi yang telah diperoleh akan bertahan lebih sebelumnya tentang penggunakan model
lama, dan meningkatkan kinerja peserta didik. Discovery Learning, seperti penelitian yang
Temuan yang didapat peserta didik akan dilakukan oleh (Prasasti et al., 2019)
menunjukkan efek keterlibatan peserta didik yang mengemukakan bahwa keterampilan berpikir
lebih baik,dalam menemukan konsep kritis materi kreatif peserta didik setelah diberikan
yang telah dipelajari. pembelajaran menemukan (Discovery Learning)
Penerapan Discovery Learning mendorong mengalami peningkatan dibandingkan dengan
pendidik untuk mengetahui kapan dan bagaimana keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang
menerapkan perlakuan selama pengajaran di kelas. diberikan pembelajaran secara konvensional.
Jadi perbedaan pembelajaran model Discovery Selain itu, penelitian (Wedekaningsih et al., 2019)
Learning dengan pembelajaran diskusi adalah mengemukakan bahwa pembelajaran dengan
Discovery Learning membelajarkan peserta didik model pembelajaran discovery Learning dapat
untuk membangun pengetahuannya sendiri, meningkatkan hasil belajar peserta didik Kelas IV
membelajarkan peserta didik dalam memahami SDN Sukaraja Kabupaten Sumedang.
konsep, membelajarkan peserta didik untuk aktif Hal ini karena dalam penerapan model
dan berpikir kritis, membelajarkan peserta didik pembelajaran Discovery Learning peserta didik
untuk berpikir kritis dengan masalah yang dituntut untuk berpikir kritis, aktif dan menjadi
ditemukan, serta menjadikan pembelajaran lebih pembelajar yang mandiri. Dimana peserta didik
bermakna karena pengetahuan yang didapatkan diajukan pada masalah untuk merangsang
peserta didik akan bertahan lebih lama (Fitria et keingintahuan peserta didik. Peserta didik
al., 2018). Model pembelajaran Discovery melakukan penyelidikan untuk menjawab
Learning lebih memfokuskan pada berpikir kritis keingintahuannya tersebut. Selanjutnya dengan
peserta didik. Peserta didik tidak lagi diberikan melakukan penyelidikan, peserta didik menjadi
materi belajar secara utuh seperti bahan ajar yang pembelajar yang mandiri, dengan sendiri
ada pada pembelajaran konvensional dan dengan menemukan konsep dari materi yang dipelajari.
menggunakan model Discovery Learning maka Informasi yang didapat dari pengalaman sendiri
peserta didik dapat membangun pengetahuannya akan lebih dipahami dan bertahan lama dalam
sendiri. ingatan, sehingga berimplikasi terhadap cara

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


247 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

berpikir yang terlihat dari hasil belajar yang lebih mudah dalam mengikuti tahapan
diperoleh. Oleh karena itulah penerapan model pembelajaran menggunakan Discovery Learning.
Discovery Learning berpengaruh positif terhadap Peserta didik termotivasi dalam merumuskan,
pembelajaran. menemukan dan menjawab masalah yang ditemui
Kedua, motivasi belajar yang dimiliki dalam materi pelajaran selama pembelajaran
peserta didik berpengaruh terhadap keterampilan berlangsung.
berpikir kritis. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Berdasarkan hasil penghitungan ketiga
rerata hasil tes kemampuan berpikir kritis pada bahwa terdapat interaksi antara model
peserta didik yang diajar dengan model Discovery pembelajaran dengan motivasi. Hal tersebut
Learning yang memiliki motivasi belajar 17.82 berdasarkan rata-rata yang telah diperoleh. Oleh
lebih tinggi dibandingkan dengan peserta didik karena itu apabila model pembelajaran Discovery
yang di ajar dengan pembelajaran konvensional Learning yang diajarkan dengan menggunakan
dengan motivasi belajar 15.10. Hal tersebut motivasi maka akan menjadikan pembelajaran
diperkuat dengan hasi pengujian hipotesis kedua menjadi lebih baik, khususnya pada keterampilan
yang menggunkan Uji F diperoleh Fhitung sebesar berpikir kritis peserta didik rerata yang diperoleh
17.2 dan Ftabel 3.95, karena Fhitung lebih besar dari akan cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan
Ftabel, maka H0 ditolak, HI diterima. Hal ini berarti model pembelajaran konvensional. Model
bahwa motivasi belajar yang dimiliki peserta didik pembelajaran dan motivasi memiliki pengaruh
yang diajarkan dengan model pembelajaran tersendiri terhadap proses pembelajaran. Motivasi
Discovery Learning lebih baik dari pada motivasi belajar merupakan suatu pendorok peserta didik
peserta didik yang diajarkan dengan model untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran,
pembelajaran konvensional yang menggunakan sedangkan model pembelajaran adalah suatu pola,
metode diskusi. rancangan yang digunakan dalam mempersiapkan
Selama proses belajar yang berlangsung di materi yang akan disampaikan demi tercapainya
kelas eksperimen terlihat sikap peserta didik yang tujuan pembelajaran. Dengan begitu, adanya
merespon terhadap materi yang disampaikan, motivasi pada pembelajaran akan menjadikan
karena pembelajaran yang di mulai dengan sesuatu langkah model pembelajaran menjadi tercapai
yang menarik akan menjadikan hal yang sesuai tujuan belajar. Berdasarkan pernyataan
menyenangkan bagi peserta didik. Oleh karena itu tersebut disimpulkan adanya interaksi antara
motivasi belajar juga mempengaruhi kemampuan model Discovery Learning dan motivasi belajar
berpikir peserta didik yang terlihat pada tingkat terhadap kemampuan berpikir kritis peserta didik.
keberhasilan selama proses belajar. Belajar tanpa
motivasi kiranya akan sulit untuk berhasil. Sebab, UCAPAN TERIMA KASIH
seseorang yang tidak mempunyai motivasi belajar, Artikel ini tidak akan selesai tanpa adanya
tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
(Hamalik, 2011:161). Peserta didik yang memiliki mengucapkan terimakasih kepada Bapak Prof. Dr.
motivasi belajar yang baik, maka akan terlihat Rusdinal, M.Pd dan Ibu Dr. Yanti Fitria,
bersemangat dalam pembelajaran, karena peserta S.Pd.,M.Pd yang telah membimbing dari awal
didik yang memiliki motivasi yang tinggi dalam sampai akhir hingga terselesaikannya artikel
belajar memiliki pengetahuan yang lebih tinggi ini.Serta teman-teman yang telah memberikan ide
terhadap materi yang diajarkan. Sehingga akan

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


248 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

dan pendapat sehingga artikel ini bias di tulis Analitis dalam Menemukan Konsep
dengan baik. Keanekaragaman Tumbuhan. Jurnal
Pendidikan Informatika Dan Sains.
SIMPULAN Ennis. 2011. Model Pembelajaran Jilid 2.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, Erlangga: Jakarta
maka dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: Hamalik, Oemar. 2014. Motivasi dan
1. Telah dilakukan pengujian hipotesis dengan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
uji F diperoleh Fhitung sebesar 34.4 dan F tabel Hake, R. R. 1999. Analizyng Score/ Gain Scores.
3.95, karena Fhitung lebih besar dari Ftabel maka 24245 Hatteras Street Woodland Hills,
H0 ditolak dan HI diterima. Dengan begitu CA USA
dapat diartikan bahwa kemampuan berpikir Hosnan. 2014. Pendekatan Sainstifik dan
kritis peserta didik yang di ajar dengan model Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21.
Discovery Learning lebih baik daripada Bogor: Ghalia Indonesia
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang Fitria, Y. (2018). Perubahan Belajar Sains Siswa
diajar dengan pembelajaran konvensional. Sekolah Dasar Pada Pembelajaran
2. Kemudian pada pengujian hipotesis II juga Terintegrasi (Terpadu) Melalui Model
diperoleh Fhitung sebesar 17.2 dan Ftabel 3.95, Discovery Learning. Jurnal Inovasi
karena Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka H0 Pendidikan Dan Pembelajaran Sekolah
ditolak, HI diterima. Hal ini berarti bahwa Dasar.
motivasi belajar yang dimiliki peserta didik https://doi.org/10.24036/jippsd.v2i2.102705
yang diajarkan dengan model pembelajaran Fitria, Y., Hasanah, F. N., & Gistituati, N. (2018).
Discovery Learning lebih baik dari pada Critical Thinking Skills of Prospective
motivasi peserta didik yang diajarkan dengan Elementary School Teachers in Integrated
model pembelajaran konvensional yang Science-Mathematics Lectures. Journal of
menggunakan metode diskusi. Education and Learning (EduLearn).
3. Dan yang terakhir dilakukan pengujian dengan https://doi.org/10.11591/edulearn.v12i4.9633
uji F diperoleh Fhitung sebesar 11.4 dan Ftabel Prasasti, D. E., Koeswanti, H. D., & Giarti, S.
3.95. Karena Fhitung lebih besar daripada Ftabel (2019). Peningkatan Keterampilan Berpikir
maka H0 ditolak dan HI diterima. Kritis Dan Hasil Belajar Matematika Melalui
Disimpulkan bahwa terdapat interaksi yang Model Discovery Learning Di Kelas Iv Sd.
signifikan antara model Discovery Learning Jurnal Basicedu.
dengan motivasi peserta didik kemampuan https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.113
berpikir kritis peserta didik. Sugiyono. 2013. Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.
DAFTAR PUSTAKA Suprihatiningrum. J. 2012. Strategi Pembelajaran
Bichar, A. K., Widodo, N., & Wiyanti, H. (2019). (Teori dan Aplikasi). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Peningkatan Hasil Belajar Materi
Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar.
Perpindahan Energi Panas Menggunakan
Model Discovery Learning Pada Kelas V B Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sdn Ngaglik 01 Kota Batu. Jurnal Basicedu.
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian
https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.106
Dafrita, I. . (2017). Pengaruh Discovery Learning Kuantitatif Dilengkapi dengan
Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Perbandingan Perhitungan Manual dan

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147


249 Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning dan Motivasi terhadap kemampuan berpikir kritis
peserta didik sekolah dasar – Syiti Mutia Hasnan, Rusdinal, Yanti Fitria

SPSS. Jakarta: Kencana Pedana Media Group


Sisdiknas. 2012. Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 tahun 2003. Bandung:
Citra Umbara
Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan
pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan
R&D.Bandung:Alfabeta.
Sukardi. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan:
Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi
Aksara
Wedekaningsih, A., Koeswati, H. D., & Giarti, S.
(2019). Penerapan Model Discovery
Learning Untuk Meningkatkan Keterampilan
Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Basicedu.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v3i1.62

Jurnal Basicedu Vol 4 No 2 April 2020 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147

Anda mungkin juga menyukai