Anda di halaman 1dari 3

Nama : krisma mardani ningtyas

NIM : 12401183273

UJIAN TENGAH SEMESTER

Pertemuan 8

Likuiditas:

1. Bank syariah memiliki memiliki pembiayaan sangat lancar. Hingga kemampuan


pembiayaan mencapai 120% dibandingkan DPK yang dikelola. Beri uraian kemampuan
pembiayaan Bank syariah tersebut dari sisi analisis likuiditas?
2. Pada layanan operasional bank, terutama pada layanan teller, tidak diperkenankan selain
teller untuk berada di ruang teller, apalagi aktivitas terkait teller. Berikan uraikan risiko
operasional yang dihadapi bank syariah dalam hal tersebut!
3. Bank syariah pada sebagiannya tidak berhasil menyediakan KPMM sebagaimana aturan
POJK yang berlaku. Bagaimana pandangan anda terhadap pemenuhan risiko legal dalam
hal ini? Apa yg harus dilakukan oleh bank syariah?
4. Menjadi irama bank syariah, konsentrasi asset produktif bank syariah terletak pada
piutang murabahah di bandingkan dengan pembiayaan bagi hasil. Jelaskan potensi risiko
yang dihadapi atas piutang murabahah yang dominan pada bank syariah!
5. Bagaimana pengawasan internal bank syariah dilaksanakan? Jelaskan struktur yang
bertanggungjawab terhadap pengawasan internal bank syariah!

Jawaban:

1. Dilihat dari segi analisis likuiditas, semakin terus menjadi besar perputaran DPK yang
digunakan buat pembiayaan maka semakin menjadi baik, sebab semakin besar
pembiayaan bisa dikatakan kalau bank bisa menggapai efisiensi dalam pengelolaan DPK.
Sehingga dengan terus menjadi besarnya pembiayaan yang dicoba, perihal tersebut pula
menggambarkan seberapa besar pengembalian yang diterima oleh bank syariah, sehingga
bank bisa dikatakan likuid.
2. Pada layanan teller tentu pasti tidak diperbolehkan, selain karyawan teller buat
melaksanakan kegiatan teller perihal ini guna menjauhi resiko operasional yang bisa jadi
terjadi semacam kesalahan dalam penginputan informasi, kurang kompetennya karyawan
lain yang melaksanakan kegiatan teller tidak hanya teller sebab mereka tidak begitu
mahir di bidang layanan teller, terbentuknya proses internal yang kurang mencukupi,
kegagalan system serta kesalahan- kesalahan lain yang hendak pengaruhi operasional
bank.
3. Apabila bank syariah tidak sediakan KPMM sebagaimana ketentuan POJK hingga bank
tersebut sudah hadapi efek kepatuhan syariah. Pada praktiknya resiko kepatuhan
menempel pada resiko bank yang terpaut pada peraturan perundang- undangan serta
syarat lain yang berlaku tercantum didalamnya ialah efek kredit terpaut dengan syarat
Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum (KPMM). Terdapat beberapa perihal yang bisa
dicoba pihak perbankan ialah dengan metode menaikkan modal, bank wajib menyusun
strategi terpaut metode buat menaikkan modal. Bila bank tidak bisa menaikkan modal,
hingga bank bisa memperkecil AMTR sehingga rasio KPMM bisa bertambah bersamaan
dengan berkurangnya ATMR.
4. Dalam dunia bank, apabila bank mempunyai persentasi piutang bank yang lebih
dominan, hingga bank hendak hadapi resiko pembiayaan. Terdapatnya kekhawatiran
pihak nasabah hendak hadapi permasalahan dalam mengembalikan dana yang sudah
dipinjamkan oleh pihak bank. Bank pula bisa hadapi resiko liluiditas disebabkan
terdapatnya kandas bayar yang dicoba oleh nasabah. Sehingga bisa memperngaruhi
likuiditas dari bank itu sendiri. Tidak hanya itu, bank syariah yang pada dasarnya ialah
lembaga keuangan yang mempunyai misi buat mengentaskan kemiskinan, mereka
mempunyai komitmen dalam tingkatkan taraf hidup warga. Sebaliknya apabila bank
berkonsentrasi pada dana murabahah yang cenderung bertabiat konsumtif, hingga perihal
ini hendak menjadikan bank keluar dari konsep perbankan syariah itu sendiri. Bank lebih
baik mengedepankan mudharabah serta musyarakah yang lebih produktif. Tidak hanya
itu, pembiayaan melalui mudharabah serta musyarakah merupakan pembiayaan jangka
panjang, sehingga implikasi terhadap perekonomian pula sangat besar.
5. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6 tahun 2004 pasal 27, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab dewan pengawas syariah adalah :
a. Memastikan dan mengawasi kesesuian kegiatan operasional bank terhadap fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN
b. Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang
dikeluarkan bank
c. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank
secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank
d. Mengkaji jasa dan produk baru yang belum ada fatwa untuk dimintakan fatwa
kepada DSN
e. Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap
enam bulan kepada direksi, komisaris, DSN, dan Bank Indonesia
Pengawasan internal bank syariah dilaksanakan dengan sebagian metode ialah yang awal
dengan uraian terhadap bank( mengumpulkan informasi serta data pada bank tersebut),
yang kedua dengan melaksanakan evaluasi efek serta tingkatan kesehatan
bank( memandang manajemen profil efek serta tingkatan kesehatan bank), yang ketiga
ialah melaksanakan perencanaan serta pengawasan( lewat strategi pengawasan tahunan
serta rencana kerja pengecekan, yang keempat ialah pengecekan bersumber pada
efek( memandang lewat laporan hasil pengecekan), yang kelima ialah pengkinian profil
efek serta yang terakhir melakukan aktivitas monitoring. Sistem Pengawasan Internal,
yang mempunyai unsur- unsur; RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Audit, DPS, Direktur
Kepatuhan, SKAI– Internal Syariah Reviewer.

Anda mungkin juga menyukai