Anda di halaman 1dari 48

TUGAS MAKALAH BIOMEDIK 1

ANATOMI, HISTOLOGI, FISIOLOGI DAN BIOKIMIA

Disusun oleh:

Nama : Dyat Pracita Sari


Stambuk : 15 777 048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2019
ANATOMI

A. Skeletal/rangka

Adalah rangkaian tulang yang mendukung dan melindungi beberapa organ lunak,
terutama dalam tengkorak dan panggul. Kerangka juga berfungsi sebagai alat
ungkit pada gerakan dan menyediakan permukaan untuk kaitan otot-otot
kerangka.Rangka tubuh adalah tempat terjadinya haematopoiesis, yaitu tempat
pembentukan sel darah. Sumsum tulang merupakan tempat pembentukan sel
darah. Terutama di tulang pipih contoh : tulang dada / pada corpus sterni.

1. Pembagian Skeletal
 Rangka Axial (kerangka sumbu)
Terdiri atas kepala dan badan, termasuk tulang-tulang berikut:

Bagian-bagian tulang Axial

- Bagian kepala (cranium)


Terdiri dari:
 Tulang kepala belakang (occipital)
Terletak di belakang dan bawah rongga kranium di lalui medula
oblongata dan bertemu dengan medula spinalis,sisi foramen
magnum di sebut kondilus
 Tulang ubun-ubun(parientale)
Dua tulang perietal membentuk atap sisi tengkorak, permukaan
luarnya halus, permukaan dalam di tandai kerutan-kerutan dalam
yang memuat arteri-arteri kranium.
 Tulang dahi(frontale)
Membentuk dahi dan bagian atas rongga mata. Tepi supraorbital di
tandai dengan takik di tengah sebelah dalam. Melalui takik
pembuluh supraorbital dan saraf supraorbital lewat. Permukaan
sebelah dalam tulang frontal di tandai dengan lekukan-lekukan yang
di timbulkan lekukan-lekuan permukaan otak.

 Tulang pelipis (temporale)


Membenruk bagian bawah sisi kanan dan sisi kiri tengkorak. Setiap
tulang terdiri dari atas dua bagian:
a. Skuama, bagian pipih menjulang ke atas dan memungkinkan otot-
otot temporal berkaitan kepadanya. Dari prosesuz zigomatikus
(lengkung pipi). Di belakang dan di bawah akar prosesus ini
terletak meatus auditorius ekstermus (lingkar telinga luar).
b. Mastoid, terletak di belakang dan berjalan ke bawah sebagai
prosesus mastoideus, permukaan luar memungkinkan otot
sternokleidomastoideus berkaitan padanya. Prosesus mastoid dan
sebuah ruang yang di kenal sebagai rongga udara mastoid dan
sebuah ruang khusus besar dan terletak sedikit lebih kedepan
disebut antrum timpanik (ruang gendang). Ruang ini di lapisi
epitel yang bersambung dengan epitel dari rongga telinga tengah
atau rongga timpanik infeksi yang penularannya berasal dari
rongga telinga tengah menyebabkan antrum timpanik bernanah.
c. Petrosum,tulang tengkorak terjepit dalam dasar tengkorak dan
memuat alat-alat pendengaran.
 Tulang tapis(ethmoid)
Adalah tulang yangringan seperti spons, berbentuk kubus, terletak
pada atap hidung dan terjepit di antara kedua rongga mata. Etmoid
terdiri dari dua masal lateral atau labirin yang terdiri atas rongga
etmoid atau sinus. Sinus-sinus ini tertutup kecuali di tempat tempat
perhubungan rongga hidung. Etmoid juga memuat sebuah lempeng
tegak yang membentuk bagian atas septum nasalis (sekat hidung).
Lempeng kribriformis duduk tepat di dalam sebuah takik pada
tulang dahi . di atas lempengan ini terletak sekumpulan alat
penghindu dan melalui lubang-lubang lempeng ini berjalan serabut-
serabut saraf penghindu ke bagian atas hidung
 Tulang spenoidal (sphenoidale)
tulang baji berbentuk kelelawar dengan kedua sayapnya di
rentangkan . tulang ini terdiri atas badan dan sayap yang besar dan
dua yang lebih kecil. Badannya memperlihatkan sebuah lekukan
yang di namai sela tursika (pelana tukik) yang memuat kelenjar
hipofisis
- Tulang wajah (spalchocranium)
 Tulang rahang atas (Maxilla)
Membentuk rahang atas dan memuat gigi atas.
 Tulang rahang bawah (Mandibula)
Membentuk rahang bawah. Mandibula merupakan satu-satunya
tulang pada tengkorak yang dapat bergerak. Membentuk dagu dan
berisi gigi bawah.
 Tulang pipi (Zygomatic)
Prosesus tulang ini besatu dengan prosesus zigomatikus tulang
temporal untuk membentuk tulang pipi atau arkus zigomatikum.
 Tulang hidung (Nasale)
Rangka tulang fosa nalis atau hidung terdiri atas wajah, satu dengan
yang lain di pisahkan sekat tipis yang melebar dari palatum ke atas
sampai tulang frontalis. Ruang-ruang ini berhubungan dengan sinus
tulang frontalis, etmoidalis, maksilaris, dan sfenoidalis.
 Tulang langit-langit (Pallatum)
Membentuk atap mulut dan dasar hidung
 Tulang air mata (Lacrimale)
Membentuk saluran air mata dan bagian dari tulang rongga mata
pada sudut dalam rongga mata.
- Tulang belakang (vertebrae)
 Ruas tulang leher (vertebrae cervicale)
Ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut:
Badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang dari samping ke
samping dari pada dari depan kebelakang. Lengkungnya besar,
prosesus spinosus atau taju duri diujungnya memecah dua atau
bifida.
 Ruas tulang punggung (vertebrae thoracalis)
Lebih besar daripada servical, dan disebelah bawah menjadi lebih
besar. Ciri khasnya adalah : badannnya berbentuk lebar-lonjong
(bentuk jantung) dengan faset atau lekukan kecil disetiap sisi untuk
menyambung iga. Lengkungannya agak kecil, prosesus spinosus
panjang dan mengarah kebawah, sedangkan prosesus transversus-
yang membantu mendukung iga-tebal dan kuat serta memuat faset
persendian untuk iga.
 Ruas tulang pinggang (vertebrae lumbalis)
Badannya sangat besar dibandingkan dengan badan vertebrata
lainnya dan berbentuk seperti ginjal. Prosesus spinosusnya lebar dan
berbentuk seperti kapak kecil. Prosesus transversusnya panjang dan
langsing. Ruas kelima membentuk sendi dengan sakrum pada sendi
lumbo-sakral.
 Ruas tulang kelangkang (vertebrae cacrum)
Berbentuk segitiga dan terletak pada bagian bawah kolumna
vertebralis. Terjepit diantara kedua tulang inominata (tulang koksa)
dan membentuk bagian belakang rongga pelvis (panggul). Dasar
sakrum terletak diatas dan bersendi dengan vertebrata lumbalis
kelima dan membentuk sendi intervertebral yang khas.
 Ruas tulang ekor (vertebrae corcigeus)
Terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimeter yang
bergabung menjadi satu. Diatasnya koksigeus bersendi dengan
sakrum.
 Rangka Appendikular

Bagian-bagian rangka Apendikular

- Alat gerak bagian atas (ekstremitas superior)


 Scapula
Tulang belikat membentuk bagian belakang gelang bahu, terletak di
sebelah belakang toraks yang lebih dekat ke permukaan iga. Terdiri
atas akromion, prosesus korakoid, insisura supraskapular, sudut
suprakapular, fasa supraskapular dan angulus inferior
 Clavicula
Atau tulang selangka adalah tulang melengkung yang membentuk
bagian anterior gelang bahu. Tulang ini dibagi atas batang dan dua
ujung. Ujung medial disebut ekstremitas sternal dan membuat sendi
dengan sternum. Ujung lateral disebut ekstremitas akromial, yang
bersendi pada prosesus akromion skapula.
 Humerus
Atau tulang lengan atas adalah tulang terpanjang anggota atas,
memperlihatkan sebuah batang dan dua ujung. Terbagi menjadi:
a. Ujung atas humerus, terdiri atas kepala, leher anatomik, leher
cirurgis, tuberositas minor, tuberositas mayor, antara kedua
tuberositas ini memuat otot bisep.
b. Batang humerus
c. Ujung bawah humerus, terdiri atas fasa koronoid, fasa olekranon,
troklea, kapitulum, epikondilus medialis.
 Ulna
Tulang hasta sebuah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang
dan dua ujung. Terletak sebelah medial lengan bawah dan lebih
panjang daripada radius atau tulang pengumpil. Terbagi menjadi:
a. Ujung atas ulna, terdiri atas prosesus olekranon, prosesus
koronoid, takik troklearis, takik radialis
b. Batang ulna
c. Ujung bawah ulna, terdiri atas prosesus stiloideus
 Radius
Tulang di sisi lateral lengan bawah merupakan tulang pipa dengan
sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek daripada ulna. Terdiri
atas:

a. Ujung atas, terdiri atas kepala, leher dan tuberositas radii


b. Batang radius
c. Ujung bawah, terdiri atas prosesus stiloideus
 Carpal
Atau tulang pangkal tangan, baris atas tersusun dari luar kedalam
adalah navikular(skafoid), lunatum (semilunar), trikuetrum dan
pisiformis. Baris bawah adalah trapezium (multangulum mayus),
trapezoid (multangulum minus), kapitatum dan hamatum.
 Metacarpal
Membentuk kerangka tapak tangan berbentuk tulang pipa.
 Phalanges
Atau tulang jari dan berbentuk tulang pipa.
- Alat gerak bagian bawah (extremitas inferior)
 Tulang paha (femur)
Adalah tulang terpanjang dari tubuh. Tulangnya berupa tulang pipa
dan mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Terdiri atas:
a. Ujung atas, terdiri atas kepala, trokanter mayor, trokanter minor,
leher, linea intertrokanterika, krista intertrokanterika,
tuberkulum kuadratum, tuberositas glutea.
b. Batang femur,terdiri atas line aspera
c. Ujung bawah, terdiri atas kondil medial, kondil lateral,
tuberkulum aduktor, permukaan popliteal, krista
intertrokanterika
 Tulang kering (tibia)
Terdiri atas:
a. Ujung atas, terdiri atas spina tibiae, kondil medial dan kondil
lateral, tuberkel tibia, takik popliteum, linea poplitea
b. Batang tibia
c. Ujung bawah, terdiri atas maleolus medial atau maleolus tibiae
 Tulang betis (fibula)
Terdiri atas:
a. Ujung atas, terdiri atas kepala fibula, prosesus stiloideus
b. Batang fibula
c. Ujung bawah, terdiri atas maleolus medialis
 Tulang tumit (calcaneus)
Adalah tulang terbesar telapak kaki. Membentuk tumit dan
mengalihkan berat badan diatas tanah ke belakang.
 Tulang pergelangan kaki (tarsal)
Terdiri atas, talus, navikular, kuboid, kuneiformis lateralis,
kuneiformis intermedialis, kuneiformis medialis.
 Tulang telapak kaki (meta tarsal)
Terdapat lima tulang metatarsal, tulang-tulang ini berbentuk tulang
pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
 Tulang jari kaki (phalanges pedis)
Sama seperti jari tangan tetapi lebih pendek.
 Ruas tulang jari kaki (digiti phalanges pedis)
Sama seperti jari tangan tetapi lebih pendek.
2. Struktur Tulang
- Periosteum
Bagian luar tulang diselimuti oleh membran fibrus padat yang
dinamakan periosteum. Periosteum memberi nutrisi pada tulang dan
memungkinkannya tumbuh selain sebagai tempat perlekatan tendon
dan ligamen. Periosteum mengandung syaraf, pembuluh darah, dan
limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
osteoblas yang merupakan sel pembentuk tulang.
- Osteon
Merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah
osteon terdapat kapiler, disekeliling kapiler tersebut merupakan
matrik tulang yang dinamakan lamela.
- Lamela
Adalah lapisan-lapisan tipis tulang. Di dalam lamela terdapat osteosit
yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam
kanalikuli yang halus(kanal yang menghubungkan dengan pembuluh
darah)
- Canaliculi (saluran)
Tulang dilintasi oleh saluran-saluran longitudinal yang disebut
canalis Havers yang satu sama lain saling beranastomose dengan
hubungan yang tranversal dari permukaan periosteum ke endosteum
yang disebut sebagai canalis Volkmann
- Kanal volkmann
Pembuluh periosteum mengangkut darah ke tulang kompak melalui
kanal volkmann yang sangat kecil. Selain itu, ada arteri nutrien yang
menembus periosteum dan memasuki rongga meduler melalui
foramina (lubang-lubang kecil)arteri nutrien memasok darah ke
sumsum dan tulang.
- Endosteum
Endoesteum adalah membran vasculer tipis yang menutupi rongga
sum-sum tulang panjang dan rongga-rongga dalam tulang kanselus.
Osteoklas melarutkan tulang untuk memelihara rongga sum-sum.
- Trabekulae (batang) tulang
Trabekulae ini terlihat seperti spon tapi kuat sehingga disebut Tulang
Spon yang didalam nya terdapat bone marrow yang membentuk sel-
sel darah merah. Bone Marrow ini terdiri atas dua macam yaitu bone
marrow merah yang memproduksi sel darah merah melalui proses
hematopoiesis dan bone marrow kuning yang terdiri atas sel-sel
lemak.
A. Muskuler/otot

Jaringan otot adalah salah satu dari empat jenis jaringan primer (utama) terutama
terdiri dari sel-sel otot yang khusus untuk berkontraksi. Tiga jenis jaringan otot
yaitu otot rangka, otot jantung dan otot polos. Tanpa adanya jaringan otot, tubuh
tidak dapat melakukan pergerakan.

1. Ciri-ciri otot
 Kontraksi : Menegang
 Ekstabilitas : Merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls
saraf
 Ekstensibilitas : Mampu menegang melebihi panjang otot saat
rileks
 Elastisitas : Dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi
2. Jenis otot

a. Otot Rangka

Otot rangka merupakan bagian terbesar tubuh kita. Fungsi utamanya


untuk menggerakkan tubuh. Otot-otot anggota gerak ada 2 kelompok
yaitu otot-otot fleksor, untuk membengkokkan sendi. Dan otot-otot
ekstensor untuk meluruskan sendi. Umumnya kedua kelompok ini saling
berlawanan, bila otot ekstensor berlontraksi (berkerut), otot fleksor akan
relaksasi (melemas). Tetapi bila diperlukan kedua kelompok itu dapat
sama-sama berkontraksi atau sama-sama relaksasi.

Fungsi otot rangka:


- Menghasilkan gerakan otot, pada tempat otot itu melekat
- Mempertahankan postur dan posisi tubuh terhadap gaya grafitasi
- Menjaga panas tubuh, agar suhu tubuh tetap normal
- Mengatur gerak pada tulang dan sebagai alat gerak aktif

Ciri otot rangka


- Bercorak lintang
- Terdapat pada rangka tubuh
- Bekerja sesuai kesadaran(volunteer)

Struktur mikroskopis otot rangka


- Seratnya memiliki diameter 10-100 µm
- Serat otot berukuran relatif besar, memanjang, dan berbentukseperti
silinder
- Panjang sampai 750.000 µ atau 2,5 kaki
- Jaringan ikat nya terdapat bagian luar epimysium, bagian tengah
perimysium dan bagian inti endomysium
- Epimysium
Seluruh otot dikelilingi oleh bagian luar epimysum, lapisan padat
dari serat kolagen. epimsyum memisahkan otot dari jaringan dengan
organ sekitarnya. Terhubung ke fasia profunda lapisan jaringan ikat
padat.
- Perimysium
Serat jaringan ikat dari perimysium tersebut, membagi otot rangka
menjadi serangkaian komponen yang masing-masingnya berisi
bundel serat otot yang disebut fascicle. Selain tersusun dari serat
kolagen dan juga elastis, perimysium mengandung vassels darah dan
fasikula. setiap fascicle menerima cabang pembuluh darah dan saraf.
- Endomysium
Dalam fascicle, jaringan ikat halus endomisium mengelilingi serat
otot rangka individu dan interkoneksi serat otot yang berdekatan.
sel-sel satelit tersebar antara endomydium dan serat otot, sel-sel
induk embrionik yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot yang
rusak.
- Sarkolema. Sarkolema adalah membran sel serabut otot. Akan tetapi,
sarkolema terdiri atas membran sel yang asli, dinamakan membran
plasma (sarcoplasma)
- Sarkoplasma
Terdapat banyak myofibril (aktin dan miosin) dan retikulum
sarkoplasma (tempat keluarnya ion kalsium) dan mitokondria
(tempat pembentukan ATP)
- Myofibril
Didalam myofibril tersusun filament tebal dan tipis
- Filament tebal berdiameter 12-18 nm, panjang 1,6 µm adalah
susunan khusus dan protein myosin
- Filament tipis, berdiameter 5-8 nm dan panjang 1,0 µm, terbentuk
oleh protein aktin
(sumber gambar: http://sayaeganingrum.files.wordpress.com)

b. Otot Polos

Sebagian besar sel otot polos ditemukan di dinding saluran dan organ
berongga. Seperti kandung kemih dan uterus serta pada dinding tuba.
Yang terdapat pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah.

Fungsi otot polos

- Membantu dalam pencernaan makanan dan juga memaksa makanan


dari satu organ ke organ yang lain dalam sistem pencernaan
- Mengaturkontraksi dari kerja organ pencernaan, pernafasan,
reproduksi, serta organ-organ lainnya kecuali jantung.

Ciri otot polos :

- Berbentuk gelendong
- Mempunyai inti sel
- Tidak mempunyai garis melintang
- Cara kerjanya di luar kesadaran

Struktur mikroskopis otot polos:

- Berbentuk gelendong, memiliki satu inti, dan cukup kecil


- Berdiameter 2-10 µ dan panjang 50-400 µm
- Filament myosin tebal, filament aktin tipis, filamen ukuran
menengah
- Tidak membentuk myofibril, tidak memperlihatkan pita-pita atau
serat lintang seperti pada otot rangka sehingga disebut otot polos
(Sumber gambar: http://2.bp.blogspot.com/otot+polos.png)

c. Otot jantung

Otot jantung hanya terdapat di jantung secara structural dan fungsional


memiliki kesamaan dengan otot rangka & otot polos unit tunggal seperti
otot rangka, otot jantung memperlihatkan serat lintang karena filament
tebal dan tipisnya tersusun sangat teratur menjadi pola pita yang regular.
Fungsinya untuk memompa darah ke pembuluh darah untuk sirkulasi ke
seluruh tubuh.

Fungsi otot jantung :


- Mengatur fungsi jantung
- Memompa darah keluar dari serambi dan bilik ke pembuluh darah dari
kiri/tubuh/sistemik dan kanan/paru-paru
- Memeras darah keluar dari jantung untuk pasokan ke paru-paru atau
bagian tubuh lainnya
- Menyimpan energi dalam bentuk kreatin fosfat

Ciri otot jantung

- Berbentuk memanjang
- Mempunyai inti sel (tengah)
- Terdapat garis melintang gelap & terang
- Cara kerjanya di luar kesadaran

Struktur mikroskopis otot jantung

- Retikulum Sarkoplasma
- Terminal sisterna
- Sarkomer
- Mitokondria
- myofibril
- Sarcolema
3. Otot-otot di dalam Tubuh

a. Kepala
Otot bagian kepala di bagi atas:
Ototkulitkepala yang terhimpun di antaranya :
- M. Occipito-frontalis (venter otot yang satupadaosoccipetalisdan
venter ototlainnyapadaosfrontalis).
- M. Temporo-parietalis(venter otot yang satupadaos temporalis dan
yang lainnyapadaosparietalis).
(sum
bergambar: http://putrakietha.blogspot.com/2013/03/anatomi-fisiologi-
otot.html)

b. Wajah
- m. nasalis (otothidung)
- m. orbicularis oegli (ototkelukmata)
- m. orbicularis oris (ototsekitarmulut)
- m. temporalis (ototpelipis)
- m.frontalis (ototdahi)
- m. sternoeleidomastoideus (ototsilangleher)

(Sum
bergambar: http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2011/01/12/senam-
wajah-solusi-wajah-sehat-di-tengah-kesibukan-334131.html)
c. Leher
- m. masseter, menutup leher dengan mengangkat mandibula
- m. temporalis, elevator rahang bawah yang paling kuat
- m. pterygoideus, berperan dalam semua gerakan mandibula

(Sumbergambar : http://i.imgur.com/2jIjl.jpg)
d. Dada
Fungsi: menurunkanbahu, membantupernafasan,
abduksilengandanmembungkuk. Otot- ototituantara lain:
- M. Pektoralis mayor
- M. Pektoralis minor
- M. Oblique abdominisexternus
(Sumbergambar :http://h4lim4tusy4.wordpress.com/2010/10/31/macam-
macam-otot-berdasarkan-fungsinya/)

e. Perut
Bergunauntuk: membungkukkanbadankedepan,
membantupengeluarannafas, memutartubuh,
membengkokkanbadankesamping.
Ada 4 otot:
- M. Rektusabdominis
- M. Oblique abdominisexternus
- M. Oblique abdominisinternus
- M. Transversusabdominis
f. Punggung
Fungsi: untukmenegakkanbadan, mengedikkankebelakang,
danmembanturespirasi.
Beberapaototpunggung:
- Mm. Interspinalis
- Mm. Intertransversi
- Mm. Levator stratum
- Mm. Rektuskapitis
- M. Rotator
- M. Multifudus
- M. Semispinalis
- M. Spinalis

g. Bahu dan lengan


- M. Sternokleido mastoideus
- M. Skalenus
- M. Semispinalis kapitis
- M. Longus kolli
- M. Triseps brachialis
- M. Biseps brachialis
- M. Brachialis
- M. Brachioradialis
h. Lengan
- M. Extensor digitorumkomunis
- M. Extensor karpiradialis
- M. Extensor karpiulnaris
- M. Supinator

- M. Pronatotteres

(Sumbergambar : http://i.imgur.com/tyadY.jpg)

i. Kaki
- M. Pektusfemoris
- M. Vastus medial
- M. Vastus lateral
- M. Sartorius
- M. Tibialis anterior
- M. Extensor digitorumlongus
- M. Extensor halusislongus
- M. Peroneus longus
- M. Gastroknemus

(Sumbergambar :http://www.ahliwasir.com/image-upload/detail_itb.jpg)

B. Jaringan Penyambung

1. Sendi

Sendi atau artikulasi adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk


pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka, untuk memudahkan
terjadinya gerakan. Ilmu yang mempelajari persendian disebut artrologi.
Terdapat tiga jenis sendi utama, yaitu sendi fibrus, sendi tulang rawan dan
sendi synovial. Sendi juga dapat diklasifikasikan menurut kemungkinan
geraknya: tak bergerak, sedikit bergerak, dan bergerak luas. (pearce, 2010)

- Sendi fibrus
Atau sinarthroses adalah sendi yang tak dapat bergerak atau merekat
ikat sementara itu menurut (Martini, 2001) antara tepi tulang dan tepi
tulang lainnya cukup dekat, maka tidak mungkin ada gerakan diantara
tulang-tulangnya.
Contoh: sutura  sela antara tulang pipih dan tulang tengkorak

- Sendi tulang rawan


Atau amphiatrosis adalah sendi dengan gerakan sedikit dan permukaan
persendiannya dipisahkan oleh serat kolagen dan tulang rawan dan
hanya sedikit gerakan.
Contoh: sendi antara manubrium dan bahan sternum

- Sendi synovial
Atau diarthrosis adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat
banyak ragamnya.
Contoh:
 sendi panggul dan sendi bahu (sendi peluru)
 sendi siku (sendi engsel) sendi lutut, pergelangan kaki
 sendi pergerakan pergelangan tangan (sendi kondiloid)
bergerak dalam dua bidang lateral, kebelakang dan kedepan,
sehingga fleksi dan ekslersi
 sendi pelana : memungkinkan ibu jari berhadapan dengan jari-jari
lainnya
 sendi berporos (putar) : gerakan kepala
 sendi karpal : sendi tangan dan jari

2. Ligamen

Ligamen adalah jaringan ikat fibrosa yang menghubungkan satu tulangyang


lain. Menjadi jaringan ikat yang memfasilitasi gerakan, ligamen sangat elastis
untuk memungkinkan peregangan dan lentur sendi dan anggota badan untuk
memproduksi gerak. Ligamen dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori
utama – Ligamen artikular, Ligamen Remnant fetal dan Ligamen peritoneal.
( Sumber gambar: http://www.sridianti.com/ligamen-tendon.html)

Ligamen artikular adalah jaringan ikat tulang-tulang yang menghubungkan


tulang untuk membentuk sendi. Ligamen ini sangat tangguh dan padat
berserat, yang diperlukan untuk bertahan dan keausan yang dialami oleh
sendi. Ligamen ini kebanyakan terdiri dari kelompok yang sangat padat dari
serat kolagen yang sangat tipis. Ligamen yang hadir di wilayah kepala dan
leher (krikotiroid ligamen, ligamen periodontal, ligamen suspensorium
okular, dll), daerah pergelangan tangan (ligamen dorsal radiocarpal, radial
ligamen kolateral, palmar radiocarpal ligamen, ulnaris ligamentum
radiocarpal, dll ), wilayah dada (suspensorium ligamen dada), ligamen lutut
(ligamen patella, ligamentum cruciatum anterior, ligamen caudal, ligamen
kolateral later
alis, ligamen tengkorak, ligamen posterior, medial ligamen kolateral, dll) dan
daerah panggul.

Ligamen Remnant Fetal adalah ligamen seperti struktur yang tetap dalam
tubuh organisme sejak masih janin dan telah berkembang menjadi jaringan
menyerupai ligamen. Struktur ini termasuk ligamentum venosum,
ligamentum arteriosum, tali arteri umbilikalis dan ligamentum lingkaran hati.

Ligamen peritoneal adalah lipatan jaringan ikat yang terbentuk di dalam dan
di sekitar lapisan membran dari rongga perut. Ligamen ini adalah
ligamentum hepatoduodenal dan ligamentum uterus.

3. Tendon

Tendon adalah jaringan ikat yang memiliki kekuatan tarik yang sangat tinggi
yang menghubungkan otot dengan tulang. Mirip dengan ligamen, tendon juga
terutama terdiri dari serat kolagen. Tendon secara struktural dirancang untuk
menahan jumlah tinggi tegangan otot dan mereka bekerja sama dengan otot
untuk mengerahkan kekuatan dalam yang digunakan untuk menarik hal-hal
ke arah tubuh. Selain serat kolagen padat, tendon juga terdiri dari elastin,
glikoprotein berat glikosilasi, kalsium, mangan dan tembaga.

C. Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari


jantung, komponen darah dan pembuluh darah yang berfungsi
memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan nutrisi keseluruh
jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh.
Otot Jantung, ciri- ciri:
1. Otot jantung bekerja di luar kesadaran. Dipengaruhi oleh saraf otonom
yang terdiri dari saraf simapatik dan saraf parasimpatik.
2. Memiliki bentuk serabut lurik yang bercabang-cabang.
3. Jumlah inti sel satu atau banyak.
4. Intin sel otot jantung terletak di tengah serabut.

Otot jantung terdiri atas 3 lapisan yaitu:

1. Luar/pericardium
Pericardium merupakan terluar yang merupakan kantung
pembungkus jantung. Perikardium juga berfungsi sebgai penghalang
terhadap infeksi dari paru dan mediastinu.Perikardium terdiri atas dua
lapisan yaitu:
 Perikardium fibrosum : lapisan luar yang melekat pada tulang
dada, diafragma dan pleura.
 Perikardium serosum : lapisan dalam dari perikardium yang
terdiri dari lapisan parietalis yang melekat pada perikardium
fibrosum dan lapisan viseralis yang melekat pada jantung yang
disebut epikardium..
2. Tengah/ miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria.
Susunan miokardium yaitu:
 Otot atria: Sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua
lapisan. Lapisan dalam mencakup serabut-serabut berbentuk
lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
 Otot ventrikuler: membentuk bilik jantung dimulai dari cincin
antrioventikuler sampai ke apeks jantung.
 Otot atrioventrikuler: Dinding pemisah antara serambi dan
bilik( atrium dan ventrikel).
3. Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membran yang terdiri dari
jaringan endotel atau selaput lendir endokardium kecuali aurikula dan
bagian depan sinus vena kava. Jantung terdiri dari empat ruang yaitu
antrium dekstra (serambi kanan), ventrikel dekstra (bilik kanan),
antrium sinistra( serambi kiri), ventrikel sinistra (bilik kiri)
Bagian- bagian dari jantung:

a. Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan


pembuluh darah besar dan dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian
oleh atrium dekstra.
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul.
Tepi jantung( margo kordis) yaitu:
a. Margo dekstra: bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari
vena kava superior sampai ke apeks kordis
b. Margo sinistra: bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari
bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks
kordis.
Ruang-ruang jantung
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian
dalamnya membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
- Vena cava superior
- Vena cava inferior
- Sinus koronarius
- Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
2. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum
atrioventrikel dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum
pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan
terdiri dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis
3. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
4. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum
atrioventrikuler sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri
dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta

Katup-katup Jantung
1) Katup Trikupsid
Katup trikupsid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila
katup ini terbuka maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju
ventrikel kanan. Katup trikupsid berfungsi mencegah kmbalinya aliran
darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi
ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikupsid terdirib dari 3 daun
katup
2) Katup Pulmonal
Setelah katup trukupsid tertutup, darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan
berhubungan langsung dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari
3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan
menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah
mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
3) Katup Bikuspid
Katup bicuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri
menuju ventrikel kiri. Seperti katup tricuspid, katup bicuspid menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Katup bicuspid terdiri dari dua daun
katup.
4) Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada data ventrikel kiri berkontraksi sehingga
darag akan mengalir ke seluruh tubuh. Sebaliknya katup akan mentup
pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk
kembali ke dalam ventrikel kiri.
D. Pengertian pernafasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari
pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan
energi di dalam tubuh. Menusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan.
Alat – alat pernapasan pada manusia
1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
ADalah rongga yang dimulai pada nostril (apertura nasalis anterior= nares
anterior) dan berakhir pada nares posterior=.choanae.
2. Faring (Tenggorokan)
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan
percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada
bagian depan dan saluran pencernaan (orofarings) pada bagian
belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat
terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara.
3. Batang Tenggorokan (Trakea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan
kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga
bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk
ke saluran pernapasan.
Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di
dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang
tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-
cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung
bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru
(alveolus).
4. Pangkal Tenggorokan (laring)
Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring
berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu
tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung
bagian pangkal laring.
Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis
pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan getaran-getaran
suara pada laring
5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus
kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan
trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada
bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen
dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus
sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru,
bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah
kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua
bronkiolus.
6. Paru-paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping


dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma
yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan
(pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput
yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung
menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura visceralis) dan
selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang
rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan
dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap
bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi,
kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris
mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.
HISTOLOGI

1. Sistem Rangka

 Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya

Berdasarkan bentuknya, tulang rangka dikelompokkan menjadi: (1) tulang panjang


(ossa longa), (2) tulang pendek (ossa brevia), (3) tulang pipih (ossa plana), dan (4)
tulang tidak beraturan.

Tulang panjang atau tulang pipa, yaitu tulang yang memiliki ukuran panjang lebih
besar dari pada lebarnya/tebalnya. Contoh tulang panjang antara lain adalah: tulang paha,
tulang betis, tulang kering, tulang lengan atas, tulang radius, dan tulang ulna. Setiap
tulang panjang terdiri dari: (1) diafisis, yaitu bagian tengah berbentuk seperti pipa,
tersusun dari jaringan tulang kompak, (2) epifisis, yaitu bagian kedua ujung tulang
panjang yang berbentuk gembungan. Diafisis biasa nya ditengahnya berongga disebut
kavum medularis yang berisi sumsum merah pada saat bayi, dan berisi sumsum kuning
setelah dewasa. Di bagian luar diafisis dilapisi oleh membran fibrosa putih yang disebut
periosteum, sedangkan di bagian diafisis berbatasan dengan kavum medularis dilapisi
oleh lapisan endosteum. Sedangkan sebagian besar epifisis tersusun dari tulang spongiosa
yang dikelilingi oleh tulang rawan hialin. Tulag rawan dibagian ini biasanya disebut
tulang rawan persendian.

Tulang pendek, yaitu tulang yang memiliki panjang kurang lebih sama dengan
lebar/tebalnya. Pada umumnya tulang pendek di bagian dalam tersusun dari tulang
spongiosa dan di bagian luar merupakan tulang kompak. Contoh tulang pendek antara
lain adalah tulang-tulang pergelangan tangan (metakarpal) dan tulang tulang pegelangan
kaki (metatarsal).

Tulang pipih, yaitu tulang-tulang yang berbentuk lebar pipih, biasanya bagian
dalam tersusun dari tulang spongiosa dan di bagian luar merupakan tulang kompak,
sehingg kuat dan ringan. Contoh: tulang dahi, tulang ubun-ubun, dan tulang dada.

Tulang tidak beraturan, yaitu tulang-tulang yang tidak dapat dimasukkan ke


dalam 3 golongan diatas. Contoh: tulang wajah, dan ruas-ruas tulang belakang.

 Klasifikasi Tulang Berdasarkan Jaringan Penyusunnya

Berdasarkan jaringan penyusunnya, tulang dibedakkan menjadi: (1) tulang


kompak, (2) tulang spongiosa, dan (3) tulang rawan.
 Tulang Kompak dan Tulang Spongiosa

Tulang kompak dan tulang spongiosa, matriknya terdiri dari ± 70% zat
anorganik, terutama kalsium posfat, dan ± 30% zat organik yang terbentuk serabut
kolagen yang saling jalin menjalin. Sel-sel yang berbentuk matrik disebut sel tulang
(osteosit). Osteosit memiliki percabangan yang saling bersambugan dengan percabangan
osteosit yang lain. Matrik terdapat dalam lamela, yaitu lembaran-lembaran tipis yang
pararel satu dengan yang lain, dan osteosit berada dalam satu rongga kecil yang disebut
lakuna yang dikelilingi oleh matriks tersebut. Dinding lakuna berlubang-lubang halus
sebagai permulaan dari saluran-saluran kecil (kanalikuli) yang memasuki matrik ke
segala jurusan. Percabangan osteosit berada didalam kanalikuli tersebut. Dengan
pengaturan semacam ini, maka makanan dan oksigen dari pembuluh darah dalam sistem
Haver dapat mencapai osteosit-osteosit.

Susunan lamela ada beberapa macam, lamela terdekat dengan permukaan tulang
berjalan sejajar dengan permukaan tulang, sedangakan lamela yang lebih dalam
mempunyai dua susunan. Pada tulang kompak, lamela-lamela tersebut mengelilingi
saluran Haver, sehingga membentuk suatu sistem Haver. Pada tulang spongiosa, lamela
membentuk suatu jala yang jalin-menjalin, yang ruang antaranya diisi dengan sumsum
merah tulang. Lamela pada tulang spongiosa ini terutama terdiri dari sel-sel meilosit
mengelilingi pembuluh darah dan sebagai tempat pembuatan sel-sel darah.

Banyak tulang misalnya tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang tengkorak,
lapisan luarnya tersusun dari tulang kompak yang menutupi daerah sentral yang tersusun
dari tulang spongiosa. Pada tulang panjang, pipa utama merupakan silinder kosong dari
tulang kompak dimana rongganya terisi jaringan adiposa sebagai sumsum kuning. Tulang
spongiosa pada tulang panjang terdapat pada kedua-ujung tulang saja.

 Tulang Rawan

Matrik tulang rawan tersusun dari substansi yang dikenal sebagai kondrin. Sel
matrik tersebut. Kondrosit biasanya terdapat dalam kelompok-kelompok kecil, sebab sel-
sel tersebut berasala dari hasil pembelahan kondrosit embrionik. Sebelah luar tulang
rawan diselubungi oleh jaringan ikat fibrosa yang disebut perikondrium. Perikondrium
tersebut berisi pembuluh darah untuk memasok zat-zat makanan dan oksigen ke dalam
kondrosit. Untuk mencapai sel, makanan dan oksigen dapat berdifusi melalui matriks.
Dikenal tiga macam tulang rawan, yaitu tulang rawan hialin, tulang rawan elastis, dan
tulang rawan fibrosa.
Tulang rawan hialin, matriknya tidak mengandung serabut. Empat puluh persen
berat kering tulang rawan hiali terdiri dari kolagen yang terdapat di dalam zat amorf
intersel. Kecuali di dalam tulang rawan persendian, perikondrium semua tulang rawan
hialin dilapisi oleh suatu lapisan jaringan ikat padat yang penting bagi pertumbuhan dan
pemeliharaan tulang rawan. Pada bagian perifer tulang rawan hialin, kondrosit
mempunyai bentuk bulat anjang, dengan sumbu panjang sejajar dengan permukaan.
Makin ke dalam, kondrosit berbentuk bulat dan berada dalam kelompok (sampai 8 sel),
dan disebut kelompok isogenik. Pada manusia, tulang rawan hialin dijumpai antara lain
pada tulang rawan persendian, tulang rawan rusuk, tulang rawan trake, dan pembuluh
bronkial pda ujung laring.

Tulang rawan elastis berada dari tulang rawan hialin, karena tulang rawan ini
berwarna kekuningandan lebih gelap, lebih lentur dan lebih elstis. Sel-selnya serupa
dengan tulang rawan hialin, bentuk selnya membulat, dikelilingi oleh kansul, tersebar
tunggal atau mengelompok dua atau tuga sel. Di dalam matriknya terdapat serabut
bercabang-cabang mengisi seluruh bagian matriks. Serabut-serabut tersebut membentuk
jaring-jaring yang sering begitu padat. Pada lapisan di bawah perikondrium, serabut-
serabut elastis nam[ak agr longgar, dan bersambung terus ke perikondrium. Pada
manusia, tulang rawan elastis dijumpai antara lain pada daun telinga, dinding pembuluh
eustakhius, dan epiglotis.

Tulang rawan fibrosa, dijumpai antara lain pada oersambungan tulang


punggung, simfisis pubis, ligamentum teres femoris, dan di tempat persambungan tendon
dengan tulang. Kondrosit terletak dalam kapsul yang homogen, terbesar secara tunggal
atau berpasangan, dan kadang-kadang dalam kelompok besar yang menyebar memanjang.
Di dalam matriknya terdapat berkas-berkas serabut kolagen yang tebal.

 Osifikasi

 Rangka manusia pada permulaan pertumbuhan embrionalnya tersusun dari


membran fibrosa dan tulang rawan hialin. Osifikasi atau osteogenesis di mulai
pada saat embrio berumur 6 minggu dan terus berlanjut sampai masa dewasa.
Dikenal ada dua cara osifikasi: (1) osifikasi intramembranosa, dan (2) osifikasi
endokondral (osifikasi intrakartiloginosa). Kedau cara osifikasi tersebut di mulai
dari migrasi sel-sel jaringan ikat embrionik (sel-sel masenkimal) ke dalam
daerah dimana pembentukan tulang dimulai. Kemudian sel-sel tersebut segera
memperbanyak diri dan membesar. Pada beberapa striktur rangka sel-sel
masenkimal ini menjadi kondroblas dan pada yang lain menjadi osteoblas.
Kondroblas terjadi pada pembentukan tulang rawan, sedangkan osteoblas akan
membentuk jaringan tulang secara intramembranosa atau endokondral.

 Osifikasi Intramembranosa

Osifikasi intramembranosa merupakan proses pembentukan tulang pipih, seperti


tulang dahi, tulang ubun-ubun, tulang osipital, rtulang pelipis, rahang atas dan bawah.
Osifikasi intramembronosa merupakan osifikasi yang terjadi lebih dulu dan lebih
sederhana dibandngkan dengan osifikasi endokondral. Prosesnya dimulai dari
pembentukan osteoblas dari sekelompok dari sel-sel masenkimal di dalam memban
fibrosa. Tempat terbentuknya osteoblas ini disebut pusat osifikasi. Osteoblas kemudian
mensekresikan zat-zat interseluler yang sebagian tersusun dari serabut kolagenosa yang
akan membentuk matrik tempat garam-garam kalsium disimpan. Bila sekelompok
osteoblas telah sempurna dikelilingi matrik berkapur, terbentuklah trabekula. Trabekula-
trabekula yang terbentuk di sekeliling pusat osifikasi tersebut kemudian melebur menjadi
kisi-kisi terbuka yang merupakan ciri khas dari tulang spongiosa. Dengan pembentukan
lapisan tulang berturut-turut, beberapa osteoblas menjadi terperangkap dalam ruang
sempit yang disebut lakuna. Osteoblas yang terperangkap tersebut kemudian kehilngan
kemampuannya untuk membentuk tulang dan kemudian menjadi osteosit. Ruang-ruang
antara trabekula kemudian diisi dengan sumsum merah. Jaringan ikat asli yang
mengelilingi masa tulang yang sedang tumbuh kemudian menjadi periosteum. Daerah
penulangan sekarang manjadi benar-benar menjadi tulang spongiosa. Akhirnya lapisan
parmukaan dari tulang spongiosa akan disusun kembali menjadi tulang kompak.

 Osifikasi Endokondral

Osifikasi endokondral adalah pembentukan tulang dari tulang rawan hialin.


Kebanyakan tulang rangka manusia terutama tulang pendek dan tulang panjang terbentuk
secara endokondral. Untuk memungkinkan pertumbuhan tulang maka osifikasi dimulai di
tiga pusat, yaitu satu daerah tengah yang akan membentuk bagian diafisis, yang lain pada
kedua ujung tulang yang akan membentuk epifisis. Pada permulaan osifikasi, di pusat-
pusat osifikasi terbentuklah osteoblas dari sel-sel masenkim. Di samping itu osteoblas
juga menempati jaringan pengikat disekelilingnya. Pada osifikasi tuang panjang, jaringan
tulang yang pertama kali terbentuk adalah jaringan tulang di dalam perikondrium yang
mengelilingi diafisis melalui osfikasi intramembranosa. Jaringan tulang ini kemudian
disebut sebagai bone collar yang bagian luarnya akan menjadi periosteum. Di dalam
bone collar yang dibentuk tersebut, kondrosit dari tulang rawan mulai degenerasi, karena
lapisan tulang baru tersebut menghaangi difusi nutrien ke dalam matriks tulang rawan.
Kondrosit yang mengalami degenerasi tersebut akan meresorpsi matriks disekitarnya,
sehinnga menyebabkan perluasan lakuna. Di samping itu pada saat yang sama terjadi
kalsifikasi.

Perkembangan selanjutnya diikuti dengan masuknya pembuluh darah yang


berasal dari periosteum melalui lubang-lubang yang dibuat oleh sel pencerna tulang
(osteoklas) di dalam bone collar, menembus matriks tulang rawan yang mengalami
kalsifikasi tersebut. Bersama dengan pembuuh darah ini, sel-sel masenkim yang belum
berdeferensiasi juga memasuki daerah tersebut, kemudian memperbanyak diri dan
menghasilkan osteoblas dn sel-sel batang sumsum tulang. Sel-sel batang sumsum tulang
nantinya berfungsi untuk memproduksi eritrosit, leukosit, dan trombosit.

Osteoblas yang terbentuk di pusat osifikasi ini kemudian mulai mensekresikan


serabut-serabut kolagen yang disimpan ke dalam spikula yang sedikit mengalami
kasifikasi. Kalsium disimpan pada serabut kolagen sehingga menghasilkan suatu masa
tulang spongiosa pada pusat osifikasi primer ini. Pusat osifikasi berikutnya terbentuk
pada ujung-ujung tulang, yang kemudian dikenal sebagai pusat osifikasi sekunder. Pusat
osifikasi primer akan membentuk bagian diafisis tulang panjang, sedangkan pusat
osifikasi sekunder akan membentuk bagian epifisisnya. Selama tulang tumbuh, banyak
zat yang mengalami kalsifikasi pada bagian utama tulang dirusak oleh osteoklas.

Selama osifikasi, sebagian besar tulang rawan hialin drubah menjadi tulang,
namun setelah osifikasi selesai, masih ada tulang rawan yang tersisa berbentuk cawan
terletak antara bagian diafisis dan epifis-epifisisnya. Tulang rawan antara ini di kenal
dengan nama cakram epifiseal (cawan epifiseal), tersusun dari sel-sel tulang rawan yang
masih tetap aktif membelah, sehingga memungkinkan tulang masih dapat memanjang.
Aktivitas cawan epifiseal ini tetap berlangsung samoai tulang berhenti tumbuh, yaitu pada
saat anak dewasa.

Paling tidak da dua hormon yang berpengaruh dalam osifiksi, yaitu hormon
paratiroid dan hormon kalsitonin. Hormon paratiroid berpengaruh pada aktivitas
osteoklas, yaitu mempengaruhi pembebasan kalsium dari tulang (dekalsifikasi),
sedangkan hormon kalsitonin berpengaruh pada kalsifikasi. Di samping itu peningkatan
kadar steroids seks dalam darah orang dewasa akan menyababkan cawan epifiseal
dirubah menjadi tulang. Dengan demikian pada tulang orang tua, cawan epifiseal ini tidak
nampak lagi, sehingga diafisis dan epifisis menyatu.

FISIOLOGI
 Tulang sebagai Organ Homeostatis

Sebagai tambahan dari fungsi pembentuk tulang, osteoblas dan osteoklas


berfungsi pula sebagai pengontrol kadar kalsium dalam darah. Seperti sudah disinggung
di atas dua hormon yang berpengaruh dalam osfikasi adalah hormon paratiroid dan
hormon kalsitonin. Bila kadar kalsium darah turun, maka kelenjar paratiroid
membebaskan hormon paratiroid ke dalam darah. Bila hormon ini sampai pada tulang,
maka osteoklas akan diaktifkan untuk membebaskan kalsium dari tulang. Dengan
demikian kadar kalsium darah akan meningkat.

Bila kadar kalsium darah teru meningkat sampai di atas ambang atas, maka
menurunkannya kelenjar tiroid membebaskan hormon yang disebut kalsitoin. Kalsitonin
ini berfungsi menhambat kerja osteoklas dan mempercepat proses kalsifikasi. Dengan
demikian peningkatan kadar kalsum darah tersebut dapat diturunkan ke keadaan normal
kembali. Dengan kerjasama antara osteoblas dan osteoklas, di bawah pengaruh hormon
paratiroid dan kalsitonin, maka tingkat kalsium darah dapat dijaga tetap normal.

 Persendian

Persendian atau artukulasi mengacu kepada titik hubungan antara tulang dengan
tulang atau tulang dengan tulang rawan. Hubungan tadi kadang-kadang longgar, sehingga
memungkinkan gerak bebas antara kedua tulang yang berhubungan, namun kadang-
kadang sedemikian eratnya sehingga tidak memungkinkan adanya gerak sama sekali.
Persendian dapat diklasifikasikan melalui dua cara: (1) berdasarkan kemungkinan adanya
gerak antara tulang ya g bersendi, (2) berdasarkan strukturnya.

 Klasifikasi Persendian Berdasarkan Adanya Gerak

Berdasarkan kemungkinan adanya gerak, maka persendian dibedakan menjadi:


(1) sinartosis, (2) amfiartrosis (3) diartosis.

Sinartosis adalah persendian yang tidak memungkinkan adanya gerak sama


sekali antara dua tulang yang bersambungan. Oleh karena itu sinartosis disebut juga
sebagai sendi mati. Contoh sinartosis adalah sutura, yaitu persendian antara tulang-tulang
tengkorak. Ada beberapa sutura yang membentuk persendian melalui hubungan dua
tulang yang ujungnya kasar saling mengnci dan disatukan oleh jaringan ikat oleh jaringan
tulang sehingga keduanya betul-betul menyatu, misalnya persambungan antara tulang
dahi kanan dan kiri. Contoh sinartosis yang lain adalah persendian antara diafisis dan
epifisis dari tulang panjang. Pada tulang yang sedang tumbuh persendian ini disatukan
oleh jaringan tulang rawan hialin, yaitu dikenal dengan nama cawan epifiseal. Sedangkan
setelah tulang berhenti tumbuh, cawan epifiseal diganti oleh jaringan tulang sehingga
epifisis dan diafisis betul-betul menyatu.

Amfiartrosis adalah persendian yang masih memungkinkan adanya sedikit


gerakan antara dua-tulang yang bersendi, dan permukaan persendiannya dibatasi oleh
jaringan antara. Jaringan antara itu dapat berupa jaringan tulang rawan fibrosa atau
jaringan tulang rawan hialin. Contoh amfiartrosis yang dibatasi oleh tulang rawan fibrosa
adalah persambungan antara ruas-ruas tulang belakang. Sedangkan contoh amfiartrosis
yang dibatasi oleh tulang rawan hialin adalah persambungan antara tulang rusuk dengan
tulang dada.

Diartrosis adalah persendian yang memungkinkan adanya gerak bebas antara


tulang-tulang yang bersendi. Diartrosis juga disebut juga sebagai persendian sinovial,
dengan ciri-ciri struktural sebagai berikut:

(1) Persendian diselubungi oleh kapsul dari jaringan ikat fibrosa, yang disebut kapsul
fibrosa,
(2) Disebelah dalam kapsul ini dibatasi oleh jaringan ikat halus, yang disebut
membran sinovial, yang berfungsi menghasilkan cairan pelumas untuk
mengurangi gesekan antar tulang,
(3) Permukaan sendi dilapisi oleh tulang rawan hialin,
(4) Kapsul fibrosa kadang-kadang diperkuat oleh ligamen.

Sebagian besar persendian rangka manusia adalah diatrosis. Persendian diartrosis


dibedakan menjadi 6 macam: (1) sendi luncur (sendi geser), (2) sendi engsel, (3) sendi
putar, (4) sendi plana, (5) sendi peluru, (6) sendi elipsoidal.

Sendi luncur. Permukaan sendi basanya datar, hanya mungkin melakukan


gerakkan kiri kanan dan muka belakang. Persendian uang memungkinkan gerak pada dua
bidang datar seperti ini disebut persendian dua sumbu (biaksial). Contoh: persendian
antara tulang-tulang karpal, antara tulang-tulng tarsal, antara sternum dan klavikula, dan
antara skapula dan klavikula.

Sendi engsel. Permukaan sendi tulang pertama cekung, sedangkan permukaan


sendi tulang kedua cembung, dan permukaan cembung tepat dapat masuk ke permukaan
cekung. Persendian ini memungkinkan gerakan hanya pada satu bidang datar, termasuk
persendian satu sumbu (monaksial), dan merupakan gerak fleksi dan ekstensi seperti
gerak membuka menutup pintu. Gerak fleksi adalah suatu gerakan yang mengacu pada
gerak mengecilkan sudut, sedangkan gerak ekstensi mengacu pada gerak membesarkan
sudut. Contoh sendi engsel adalah sendi siku dan sendi lutut.

Sendi putar. Pada sendi putar, permukaan tulang pertama yang membulat,
meruncing, atau berbentuk kerucut, bersendi dengan lekuk yang dangkal dari tulang lain.
Meungkinkan gerak utama memutar, dan merupakan persendian monoaksial. Contoh
sendi putar adalah persendian antara tulang atlas dan dasar tulang tengkorak yang
menghasilkan gerak menggelengkan kepala, persendian antara ujung proksimal.

Sendi pelana. Pada sendi pelana, permukaan ujung tulang pertama berbentuk
cekung masuk ke permukaan tulang kedua berbentuk cembung. Persendian ini
memungkinkan gerak menyamping (kanan-kiri) dan gerak muka belakang, sehingga
pesendian ini termasuk persendian biaksial. Contoh sendi pelana adalah persendian antara
tulang trapesium dan metarkarpal dari ibu jari.

Sendi peluru. Pada sendi peluru, permukaan sendi tulang pertama yang
berbentuk seperti bola masuk ke permukaan cekung seperti mangkuk dari tulang kedua,
sehingga memungkinkan terjadinya gerak traksial, yaitu gerak fleksi dan ekstensi,
abduksi dan aduksi, serta gerak rotasi. Contoh sendi peluru adalah persendian antara
tulang lengan atas dengan tulang belikat, dan persendian antara tulang paha dengan tulang
pinggul.

Sendi elipsoidal. Pada sendi elipsoidal, ujung tukang yang berbentuk oval masuk
ke cekungan tulang lain yang berbentuk elips. Persendian ini memungkinkan gerak kiri-
kanan dan muka belakang, sehingga termasuk persendian biaksial. Contoh sendi
elipsoidal adalah: persendian antara tulang radius dan tulang karpal yang memungkinkan
gerak tapak tangan ke atas bawah dan ke kanan kiri.

 Klasifikasi Persendian Berdasarkan Jaringan yang Menghubungkan

Berdasarkan jaringan yang menghubungkan, persendian dibedakan menjadi: (1)


Sindemosis, (2) Sinkondrosis, (3) Sinostosis.

Sindemosis, merupakan persendian di mana tulang yang bersendi dihubungkan


oleh jaringan fibrosa padat. Misalnya pada persendian antara ujung distal tulang tibia dan
fibula, juga pada sutura anak yang masih dalam pertumbuhan.
Sinkondrosis, merupakan persendian dimana tulang yang bersendi dihubungkan
oleh tulang rawan hialin. Contoh: persendian antara ruas-ruas tulang belakang yang
dihubungkan oleh cawan pipih dari tulang rawan fibrosa, dan persendian antara tulang
rusuk dengan tulang yang dihubungkn oleh tulang rawan hialin.

Sinotosis, merupakan persendian dimana antara tulang yang bersendi


dihubungkan oleh jaringan tulang. Contoh: sutura pada orang dewasa, persendian antara
epifisis dan diafisis tulang panjang pada orang dewasa.

Kalau ditinjau persendian digabungkan antara klasifikasi berdasarkan


kemungkinan gerak dan jaringan yang menghubungkan, maka dapat dikemukakan
kesimpulan sebagai berikut: (1) suatu sinartrosis mungkin berstruktur sindesmosis,
sinkondrosis atau sinotosis. (2) amfiartrosis dapat berstruktur sindemosis atau
sinkondrosis, (3) semua diartrosis dan sinovial.

 Patah Tulang

Tulang dapat patah karena kecelakaan, dan pada dasarnya patah tulang dapat
disambung kembali. Namun kecepatan penyembuhannya sangat tergantung pada tingkat
keparahannya. Pada prinsipnya untuk membantu mempercepat penyambungan, maka
tulang yang patah harus diluruskan dan tidak boleh digerakkan. Pada patah tulang yang
serius diperlukan pembedahan untuk menyatukan tulang yang patah dengan menyisipkan
pen dari logam anti karat. Seperti jaringan ikat yang lain, tulang mampu memperbaiki diri
dari kerusakan.

Pada patah tulang, maka darah yang keluar dari pembuluh yang rusak akan
mengumpul dan menggumpal di daerah tulang yang patah tadi. Dalam beberapa hari
gumpalan darah akan dimasuki oleh fibroblas dari periosteum. Fibroblas kemudian
mensekresikan serabut-serabut kolagen untuk membentuk suatu kelompok sel dan serabut
guna menyambung kedua ujung tulang yang patah. Kelompok sel dan serabut ini disebut
kalus. Kalus ini mula-mula menonjol keluar permukaan tulang. Berikutnya osteoblas
yang masuk kalus dari periosteum akan mengubah kalus menjadi tulang sehingga kedua
ujug tulang menyatu kembali. Namun biasanya tulang pada sambungan tersebut akan
menonjol keluar permukaan tulang. Karena kerja dari osteoklas tonjolan tulang ini secara
bertahap akan dihilangkan sehingga tulang akan kembali normal.

 Sistem Kulit
Kulit disebut juga Integument atau Cutis, melapisi bagian luar tubuh. Tumbuh
dari 2 macam jaringan :

1. Epitel
2. Pengikat-penunjang

Epitel menumbuhkan lapian epidermis (kulit luar), sedangkan jaringan pengikat-


penunjang menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam; jangat).

Epidermis tumbuh terus, karena lapisan sel induk yang berada di lapisan
terbawah bermitosis terus. Lapisan terluar epidermis nati akan dikelupaskan atau gugur.

Epidermis dibina sel-sel epidermis; dermis dibina terutama atas serat kalogen,
sedikit serat elastis.

Dibawah dermis ada lapisan tipis perantaraan, yang mengikatkan kulit ke


jaringan atau alat lain, seperti otot dan tulang. Lapisan tipis itu dibina atas jaringan
pengikat, disebut hypodermis atau subcutis.

 EPIDERMIS

Epidermis orang dibedakan atas 5 lapis

1. Stratum coerneum
2. Stratum lucidum
3. Stratum granulosum
4. Stratum spinosum
5. Stratum malphigi

Str. Corneum terdiri dari banyak lapis sel menanduk (keratinasi), gepeng, kering,
dan tak berinti. Sitoplama diisi dengan serat keratin semata. Makin keluar letak sel makin
gepeng dan seperti sisik, lalu terkelupas dari tubuh. Yang lepas terkelupas itu digantikan
lagi oleh sel-sel lain dari bawah.

Str. Lucidum terdiri dari beberap lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Sulit
kelihatan membran yang membatasi sel-sel itu sehingga lapisan ini secara keseluruhan
seperti kesatuan yang bening. Lapisan ini lazim ditemukan pada daerah tubuhyang kulit
tebal.
Str. Granulosum terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng sperti
gelendong. Inti di tengah dan sitoplasma berisi butiran (granula) keratohialin (gabungan
keratin dan hialin). Lapisan ini perintang atau perisai terhadap masuknya benda asing,
termasuk kuman dan bahan kimia.

Str. Spinosum terdiri dari banyak lapisan sel bentuk kubus, poligonal atau
gelendong. Inti di tengah dan sitoplasma berisi berkas-berkas serat yang berpaut pada
desmosom. Seluruh sel berikatan rapat lewat serat-serat itu sehingga secara keseluruhan
tampak lapisan ini sel-selnya berduri (spina = duri). Lapisan ini untuk menahan gesekkan
dan tekanan luar, karena itu perlu tebal dan terdapat di daerah tubuh yang banyak
bersentuhn atau menahan beban dan tekanan seperti tumit dan pangkal tapak tangan.

Str. Malphigi adalah lapisan terdalam epidermis, berbatasan dengan dermis di


bawah. Terdiri dari selapis sel bentuk kubus atau batang. Desmosom banyak sekali pada
membran sel bertangga. Inilah sel induk epidermis. Sel itu giat bermitosis terus sampai
orang meninggal. Sebanding dengan terkelupasnya sel pada str. Corneum, sel induk ini
pun menggantinya dengan yang baru di bawah. Sejak terbentuk hingga dikelupaskan,
berarti umur sel nya, ada selama 15-30 hari.

Gabungan str. Malphigi dan str. Spinosum disebut str. Germinativum. Stratum
gabungan ini terletak bergelobang, karena lapisan dermis di bawah membentuk tonjolan
bergelombang yang disebut papilla.

Batas str. germativum dengan dermis di bawahnya berupa lapisan tipis jaringan
pengikat, disebut lamina basalis.

Pada str. Malphigi, di antara sel-sel epidermis, terdapat melanosit, sel berisi
pigmen melanin yang berwarna coklat dan sedikit kuning. Pada orang bangsa berkulit
gelap melanosit ada yang sampai menerobo ke dermis. Melanosit itu bertonjolan banyak
dan panjang-halus menyelusup di antara sel-sel epidermis str. germativum.

Pada Vertebrata rendah, yaitu Pisces, Amphibia dan Reptilia, sel pigmen itu
dapat berkembang-kuncup. Artinya suatu ketika percabagan yang banyak itu dapat ditarik
ke badan sel, suatu ketika lain ditonjolkan ke luar, di antara sel-sel epidermis, sehingga
disebut dapat bergerak amoeboid. Sel pigmen yang dapat kembang-kuncup ini disebut
kromotofora. Dengan proses kembang-kuncup ini maka kulit dapat berubah warna dari
gelap ke terang. Gelap jika el kembang, terang jika sel kuncup.

 DERMIS
Beberapa kali lebih tebal dari pada epidermis. Dibina atas komponen jaringan
pengikat: sel, serat, kandung. Devirat epidermis yang terdiri dari bulu, kelenjar minyak,
kelenjar lendir dan kelenjar pwluh, membenam jauh ke dalam dermis.

Dermis dibagi atas 2 lapis :

1. Lapisan papilla
2. Lapisan retikulosa

Lapisan papilla mengandung lekuk-lekuk papilla, sehingga str. malphigi pun ikut
berlekuk-lekuk. Lapisan ini mengandung jaringan pengikat longgar, membentuk lapisan
bunga karang, sehingga disebut juga lapisan ini str. spongiosum.

Lapisan retikulosa mengadung jaringan pengikat rapat. Serat kalogen yang


membina sebagian terbesar lapisan ini bersusn bergelombang rendah. Karena susunan
yang padat disebut juga lapisan ini str. compactum.

Pada dermis terdapat juga otot polos dan otot lurik. Otot polos terdapat pada akar
bulu, dan otot lurik umumnya terdapat pada kulit muka dan telinga. Pada mamalia lain,
seperti sapi, kulit punggung juga mengandung banyak otot lurik, perlu untuk
menggerakkannya untuk mengusir lalat. Pada burung otot lurik pada dermis perlu untuk
menaikkan bulu, terutama untuk mengebaskan air atau debu yang lengket.

Dermis juga mengandung pembuluh darah, urat saraf, dan indra raba.

 HYPODERMIS

Lapisan bawah kulit. Terdiri dari jaringan paengikat longgar. Komponennya ialah
serat kolagen, elastis dan sel lemak. Sel-sel lemak membina jaringan lemak (adiposum)
pada lapisan ini. Pada orang sering bisa jadi tebal sekali, dan jadi indikator kegemukan.
Gemuk seseorang sering diukur dengn mengukur tebal lapisan lemak kulit di lengan.

 KELENJAR KULIT
Dalam kulit ada 3 jenis kelenjar :
1. Kelenjar minyak bulu (glandula sebacea)
2. Kelenjar lendir (glandula mucosa)
3. Kelenjar peluh (glandula sudorifera)

Ada sekitar 3 juta jumlah kelenjar ini dalam kulit seseorang. Tersebar di seluruh
permukaan tubuh. Paling banyak dan bersusun rapat di telapak tangan, tumit, ketiak dan
lipatan paha. Getahan kelenjar ini disebut peluh atau keringat. Peluh encer, terdiri dari
99% air, sekitar 0,08% urea, dan sisanya garam lain, terutama NaCl. Kelenjar peluh
berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, pada hewan hemoterm. Di samping itu berguma
untuk ekskresi (pembuangan) ampas metabolisme. Dalam hal ini kelenjar bekerja sama
dengn ginjal.

BIOKIMIA

A. KOMPOSISI STRUKTUR TULANG DAN OTOT

Tulang merupakan jaringan ikat termineralisasi. Tulang terdiri atas bahan organik
(protein) & anorganik. Bahan organik yaitu protein antara lain kolagen Tipe I (90-95%)
dan Tipe V (sedikit) dan bahan anorganik/mineral terdiri atas kristalin hidrosiapatit
Ca10[PO4]6[OH]2), dimana mengandung natrium, magnesium,karbonat, fluorida, 99%
kalsium tubuh. Kristalin hidrosiapatit akan memberi kekuatan dan kelenturan.
Protein utama tulang berupa kolagen tipe I, terdiri motif protein yaitu poly-Asp dan poly-
Glu yang mengikat kalsium dan memberi kerangka bagi mineralisasi. Struktur
makromolekul berupa proteoglikan.
Pada remodeling tulang, dimana struktur dinamik diresorpsi pengendapan jaringan tulang
yang baru, yang beradaptasi dengan sinyal fisik ( menahan beban tubuh) dan hormon. Sel
yang berperan sebagai sel osteoklas (resorpsi) dan osteoblas (pengendapan tulang) .
Osteoblas mengendalikan mineralisasi dengan mengatur pelintasan ion kalsium dan
fosfat, enzim alkali fosfatase untuk menghasilkan ion fosfat . Peranan osteoklas dalam
resorpsi tulang, enzim-enzim lisosomal hidorolase & ion H di lepas dalam ling mikro (pH
rendah/asam), di matriks tulang osteoklas, disolusi kalsium fosfat, produk resorpsi tulang
ke sitoplasma melalui kapiler darah.
Kelainan tulang yaitu osteogenesis Imperfekta ( tulang rapuh), terjadi defisiensi jaringan
ikat, menyebabkan mutasi gen COL1A1 & COL1A2. Osteopetrosis ( penyakit tulang
pualam) terjadi peningkatan densitas tulang, akibat ketidakmampuan resorpsi tulang
menyebabkan mutasi gen yang mengkode karbonik anhidrase.
Komposisi biokimia jaringan otot terdiri atas protein otot yang berfungsi struktural untuk
sistem biologis. Otot merupakan “transducer” (mesin) biokimia utama yang merubah
energi potensial (kimia) menjadi energi kinetik (mekanisme). Jaringan tunggal terbesar :
20% massa tubuh baru lahir, 40% massa tubuh dewasa dan 30% massa tubuh tua. Otot
sebagai transducer kimia mekanis memiliki syarat yaitu ada suplai energi kimia yang
konstan (ATP, kreatin fosfat), ada pengaturan aktivitas mekanis (kecepatan, lama dan
kekuatan kontraksi otot), mesin berhubungan dengan operator melalui sistem syaraf, bisa
digunakan lebih dari satu kali dan dapat dikembalikan ke keadaan semula.
Syarat diatas dipenuhi oleh 3 tipe otot terdiri atas otot rangka, otot jantung/lurik, otot
polos . Umumnya otot berfungsi sebagai penarik bukan pendorong. Otot rangka bersifat
volunter syaraf. Otot polos dan jantung involunter.
Komposisi biokimia jaringan otot yaitu otot lurik terdiri atas serabut sel otot berinti
banyak, dikelilingi membran yang peka terhadap listrik membentuk sarkolema yang
direntangkan terdiri miofibril dalam sarkoplasma terdapat dalam cairan intrasel, serta
mengandung ATP dan fosfokreatin.
Sarkomer merupakan unit fungsional otot, sarkomer ini akan berulang sepanjang poros
fibril jarak 1500-2500 nm. Bila dilihat menggunakan mikroskop terdiri atas pita A (gelap)
dan I (terang) berselang-seling, sedangkan pada pita A (zona H) bersifat kurang padat dan
pita I terbagi 2 dibatasi garis z.
Potongan melintang myofibril, mikrograf elektron terdiri 2 filamen longitudinal yaitu
filamen tebal pada pita A yaitu miosin dengan diameter 16 nm deret heksagonal dan
dan troponin. Pita A filamen tipis terletak setangkup antara 3 filamen tebal masing-
masing filamen tebal dikelilingi simetris oleh 6 filamen tipis. Jembatan lintang/ silang
(cross bridges) akan interaksi filamen tebal dan tipis. Kontraksi pada zona H dan pita I
memendek menyebabkan susunan filamen yang bertautan (interdigitating) harus bergeser
satu sama lain selama kontraksi otot.

Aktin merupakan monomer G-aktin, struktur protein globuler, BM 43.000, 25% berat
protein otot, terdapat magnesium serta berpolimerisasi membentuk G-aktin
berpolimerisasi. Aktin F (6-7 nm) mempunyai struktur berulang setiap 35,5 nm. Ada 4
Protein lain bagian kecil dari massa otot lurik yaitu tropomiosin yang terdiri dari molekul
fibrosa 2 rantai  dan  pada celah aktin-F terdapat disemua otot, troponin yang
merupakan unit untuk otot lurik terdiri 3 protein berupa troponin T (TpT) terikat pada
tropomiosin, troponin I (TpI) menghambat interaksi aktif F-miosin dan troponin C (TpC)
protein pengikat 4 kalsium ((mirip kalmodulin) dan filamen tipis otot lurik Aktin-F,
tropomiosin dan 3 komponen troponin.

Miosin memiliki 55% berat protein otot dan membentuk filamen tebal berupa heksamer,
BM 460.000, mempunyai bagian fibrosa 2 heliks membelit dengan kepala globuler pada
ujung heliks, BM sepasang heksamer rantai berat 200.000, BM sepasang heksamer rantai
ringan 15.000-27.000. Miosin otot beraktivitas menghidrolisis ATP (ATP-ase) yang
terikat pada aktinF. Miosin dipecah oleh tripsin menjadi 2 fragmen yosin yaitu :
1. Meromiosin ringan (LMM), light meromiosin, terdiri dari kumpulan serabut -heliks
tidak larut dan tidak ada aktivitas ATPase dan tidak terikat aktin-F
2. Meromiosin berat (HMM), heavy meromiosin merupakan protein larut, BM 34.000,
mempunyai bagian fibrosa dan globuler dan ada aktivitas ATPase dan terikat pada aktin F
Mekanisme depolarisasi Akibat hilangnya ATP dalam sarkoplasma, pada pompa Ca2+
dalam retikulum sarkoplasma berhenti mempertahankan konsentrasi Ca2+ sarkoplasma
yang rendah terjadi interaksi miosin-Aktin F dipermudah. Pelepasan miosin dari aktin F
yang memerlukan ATP tidak terjadi menyebabkan kaku mayat (rigor mortis). Pengaturan
kontraksi berdasarkan myosin. Semua otot mempunyai : aktin, miosin dan tropomiosin
keculai otot lurik vertebrata mempunyai troponin. Otot polos mempunyai molekul -
aktinin dan tropomiosin, tetapi tidak mempunyai troponin. Kontraksi otot polos diatur
oleh Ca2+ . Miosin otot polos terikat aktin-F tidak ada tropomiosin serta tidak ada
aktivitas ATPase. Mekanisme otot polos mencegah pengikatan kepala miosin ke aktin-F
fosforilasi rantai ringan memulai siklus kontraksi pengikatan pelepasan dari otot polos.
Pengaturan kontraksi berdasarkan myosin, pada sarkoplasma otot polos terdapat kinase
rantai ringan miosin → aktivitas tergantung kalsium. Aktivitas C2+ dari kinase rantai
ringan miosin berikatan dengan kalmadulin. Ada 4Ca2+ ke subunit kinasenya (BM
105.000) kinase rantai ringan akan diaktifkan oleh kalmadulin 4Ca2+ menfosforilasi
rantai ringan-p yang menghambat interaksi aktin-F miosin pada siklus kontraksi dimulai.
Relaksasi Otot Polos 1, Ca2+ sarkoplasma <10-7 mol/L menyebabkan Ca2+ berdisosiasi
dari kalmadulin dan kinase rantai ringan myosin. Inaktifasi kinase menyebabkan tidak
ada fosfat baru pada rantai ringan-p terjadi fosfatesi rantai ringan protein aktif terus tanpa
kalsium yang menyingkirkan fosfat dari rantai ringan-p. Terhambatnya pengikatan kepala
miosin ke aktin dan aktifitas ATPase . Kepala miosin terlepas dari aktin-F dengan adanya
ATP , tetapi tidak dapat terikat kembali karena rantai ringan-p defosforilasi terjadi
relaksasi.
Relaksasi Otot Polos 2, protein kinase diaktifkan oleh cAMP menyebabkan
mengfosforilasi kinase rantai ringan miosin terjadi afinitas kalmadulin C2+ menurun.
cAMP meningkat serta mengurangi respon kontraksi otot polos terhadap pengikatan C2+
sarkoplasma. Inhibitor fenotiazin dan obat antipsikotik akan terikat di kalmadulin dapat
mencegah pengikatan kalmadulin pada enzim-enzim yang memerlukan kalsium

Anda mungkin juga menyukai