Anda di halaman 1dari 9

5.3.3.

DC Leakage
DC Leakage adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi
isolasi. Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah ubah
dimana tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara bertahap dan arus
bocor yang melewati isolasi diukur pada masing – masing tegangan. Ini
membutuhkan peralatan yang lebih kompleks dan besar daripada megger tetapi
memberikan ketepatan lebih, seperti dasar level isolasi. Ini mempunyai kemampuan
lebih tinggi dan dapat menjaga tegangan yang dipilih konstan saat sementara arus
bocor diukur pada point tegangan yang diinginkan. Pengujian ini telah digunakan
secara ekstensif dalam peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut
sistem isolasi, yang didasarkan kepada penyerapan kelembaban.
Mesin berpendingin udara berdasarkan perubahan kelembaban dalam udara
pendingin. Pada mesin berpendingin hidrogen, lingkungan sekitar sungguh kering
dan lilitan terhindar dari kelembaban. Bahkan jika gangguan tidak ada pada isolasi
dalam lapisan udara yang sangat kering, sepanjang gangguan pada saat kering dan
bersih, tidak cukup besar arus bocor dc yang didapatkan. Ini kemudian
memungkinkan bahwa pengujian dc leakage akan gagal / tidak sesuai untuk
mengindikasikan gangguan pada generator berpendingin hidrogen. Sementara
sistem epoxy-mica tidak menyerap kelembaban dalam kondisi normal.
Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage
tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari
generator.
VDC maksimum  2 xVAC rms
Dimana,
VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakage
VAC rms : Tegangan RMS generator
5.3.4. Dissipation Faktor
Dissipation faktor atau faktor disipasi isolasi diukur sebagai bagian dari
keseluruhan rencana evaluasi untuk menentukan kondisi isolasi. Pengukuran ini
juga biasa disebut power factor atau tan delta dan merupakan parameter untuk
memperlihatkan efisiensi isolasi. Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan stator.
Pengujian ini efektif untuk mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas
semikonduktor, jumlah kandungan kehampaan, kerusakan parsial discharge,
delamination isolasi.
Isolasi yang sempurna adalah mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi –
rugi internal. Peningkatan faktor disipasi sebagai fungsi tegangan mengindikasikan
angka peningkataan ionisasi, rugi – rugi internal dan pemanasan.
Angka perubahan dalam slope pada kurva, kurva ini menyediakan nilai
dalam menentukan kualitas isolasi.
Pengujian ini merupakan pengujian AC yang menggunakan frekuensi kerja
peralatan. Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja diterapkan pada isolasi stator,
jumlah arus yang mengalir terdiri dari dua komponen arus kapasitif yang relatif
besar ( ic ), yang mendahului tegangan 90°, dan arus resistif yang lebih kecil ( ir )
yang sefasa dengan tegangan. Dielektrik kapasitor yang disimulasikan adalah
sistem isolasi yang meliputi dua elektroda, konduktor tembaga tegangan tinggi dan
inti besi stator. Faktor daya adalah cos , sudut antara tegangan yang diterapkan dan
total arus.

 r r 


i Ei W Watts
Cos
it Eit Eit VA

Gambar 5.8. Rangkaian dielektrik dasar.


Gambar 5.9. Arus pengisian total.

Pengukuran ini merupakan pengukuran rugi – rugi dielektrik isolasi dan


memberikan informasi yang sesuai tentang kualitas isolasi. Faktor daya diterapkan
per fasa pada tegangan yang meningkat, dimulai dibawah tegangan permulaan
korona timbul dan berlanjut sampai rating tegangan fasa ke netral generator dan
mungkin 25 % ke atas. Tip-up faktor daya adalah faktor daya yang diukur pada
tegangan line-netral di kurangi faktor daya tegangan rendah ( umumnya diterapkan
100 % dan 25 % dari tegangan line – netral ).

Gambar 5.10. Kumparan dengan sedikit rongga/ kehampaan pada isolasinya mempunyai PF 2 %
pada tegangan kerja. Sedangakan dengan banyak kehampaan mempunyai PF 5%-10% yang diukur
pada tegangan kerja.

Selama semua tipe isolasi kering mengandung kehampaan, faktor daya akan
meningkat dengan peningkatan tegangan pengujian. Peningkatan faktor daya sebagai
fungsi tegangan dikarenakan oleh ionisasi gas pada kehampaan sistem isolasi.
Pada sistem isolasi dengan kehampaan yang berlebihan akan mempunyai
tip-up faktor daya yang lebih tinggi ( lihat gambar 5.10). Kehampaan yang
berlebihan mungkin dikarenakan penuaan kertas pengikat isolasi atau material
pengikat/penyusun sistem isolasi. Penuaan material ini menimbulkan pengurangan
kekuatan fisik dan dapat menghasilkan kehampaan/rongga. Sekali kehampaan yang
berlebihan terjadi, parsial discharge akan terjadi yang juga akan merusak material
penyusun isolasi. Degradasi sistem isolasi mungkin akan terjadi secara internal
maupun pada permukaan koil/bar diantara slot.
Lilitan stator harus diisolasi dan netral terpisah sehingga masing – masing
fasa diuji secara terpisah. Masing – masing fasa diuji pada fasa ke ground.
Pengujian faktor daya pada lilitan stator dilakukan pada saat tidak
beroperasi dan pada saat rotor dikeluarkan.

5.3.5. Balancing Voltage Rotor Test


Sebelum melakukan balancing voltage rotor test maka dilakukan dahulu
pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor untuk menentukan kelinearan impedansi
rotor apabila diterapkan tegangan baik dengan pengujian tegangan naik maupun
tegangan turun dengan tegangan AC sampai dengan tegangan yang akan diterapkan
pada pengujian balancing tegangan rotor.
Dalam balancing voltage rotor ini dibutuhkan alat – alat antara lain adalah
supply tegangan yang dapat divariasi berupa voltage regulator, tang Amperemeter
dan AVO meter. Berikut adalah rangkaian pengukuran impedansi karakteristik :

Gambar 5.11. Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik.

Berdasarkan pengukuran berikut adalah data pengukuran impedansi


karakteristik untuk pengujian tegangan naik maupun tegangan turun.
5.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor Sebelum
Pemasangan Retaining Ring.
Tabel 5.19. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) )
10 10 0.53 18.86
20 19.9 1.04 19.13
30 30.2 1.56 19.36
40 40 2.03 20.7
50 50.2 2.47 20.32
60 60.1 2.9 20.72
70 70 3.31 21.14
80 80 3.7 21.62
90 90 4.1 21.95
100 100 4.47 22.37
110 110 4.85 22.68
120 120 5.23 22.94
130 130 5.6 23.21

Gambar 5.12. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.
Tabel 5.20. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) )
130 130 4.99 26.05
120 120 4.95 24.24
110 110 4.58 24.01
100 100 4.23 23.64
90 90 3.87 23.25
80 80 3.78 21.16
70 70 3.11 22.5
60 60 2.73 21.97
50 50 2.33 21.45
40 40 1.94 20.61
30 30 1.51 19.86
20 20 1.04 19.23
10 10 0.54 18.51

Gambar 5.13. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring.
Pada waktu uji impedansi karakteristik seharusnya nilai Z perubahannya tidak
terlalu banyak baik pada saat pengujian tegangan naik maupun pada saat tegangan
turun. Tegangan tertinggi pada saat melakukan pengujian impedansi karakteristik
adalah sebesar tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu pengujian balancing rotor yaitu
130 Volt AC. Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan sebelum dan sesudah
pemasangan Retaining Ring (R-R) ini dimaksudkan untuk memastikan impedansi
karakteristik rotor masih linear dengan peningkatan tegangan yang diterapkan.

5.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor Setelah Pemasangan


Retaining Ring.
Tabel 5.21. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining
Ring.

Vac-regulator Vac I Z
(V) (V) (A) )
10 10.1 0.62 16.29
20 20.3 1.21 16.77
30 29.9 1.7 17.58
40 39.9 2.19 18.21
50 50.8 2.71 18.74
60 60.9 3.18 19.15
70 70.9 3.64 19.47
80 80.3 4.05 19.82
90 90 4.46 20.18
100 100.6 4.94 20.36
110 110.4 5.34 20.67
120 120.6 5.75 20.97
130 130.1 6.14 21.18

Gambar 5.14. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring
Tabel 5.22. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining
Ring.

Vac- regulator Vac I Z


(V) (V) (A) )
130 130.1 6.14 21.19
120 120.6 5.74 21.01
110 110.5 5.27 20.96
100 100.5 4.89 20.55
90 90.5 4.46 20.29
80 80.5 4 20.12
70 70.6 3.55 19.88
60 60.2 3.05 19.73
50 50.3 2.61 19.27
40 40.3 2.1 19.19
30 30.4 1.57 19.36
20 20.1 1.06 18.96
10 10.4 0.6 17.33

Gambar 5.15. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.
Dari pengukuran impedansi karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil
impedansi karakteristik yang linear terhadap tegangan yang diterapkan secara
bertahap.

5.3.5.3. Balancing Voltage Rotor Test


Balancing voltage rotor test adalah mengukur ketidakseimbangan tegangan
(unbalance voltage) antara kutup A dan kutup B terhadap center pole pada rotor.
Caranya adalah dengan cara menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt AC
pada kedua ujung kutup rotor kemudian mengukur besarnya tegangan kutup A
terhadap center pole kemudian mengukur kutup yang lain (kutup B) sehingga akan
didapatkan tegangan masing masing tegangan kutup A terhadap center pole (VA)
dan tegangan kutup B terhadap center pole (VB). Rangkaian pengujian balancing
voltage rotor adalah sebagai berikut :

Gambar 5.16. Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor.

Besarnya tegangan yang diinjeksikan pada lilitan rotor adalah sebesar 130
Volt AC yang dinjeksikan pada ujung lilitan rotor.
Dari hasil pengukuran didapatkan hasil percobaan untuk masing masing
kutup terhadap center pole adalah sebagai berikut : V kutup A - center pole = 68,8 V

V kutup B - center pole = 59,4 V

Syarat seimbang adalah tegangan diantara kutup terhadap center pole adalah
harus sama atau masih dalam batas toleransi yaitu maksimal drop tegangannya ( V)
adalah tidak boleh lebih dari 10 % dari total tegangan yang diinjeksikan ke rotor.
Dimana drop tegangannya dapat dirumuskan sebagai berikut :
V V
AC BC
V  x100 persen
VR
Dimana :
V = drop tegangan dalam %
VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan rotor
VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A terhadap center pole
VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B terhadap center pole
Dari pengujian diatas total tegangan yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi
dalam perhitungan drop tegangan adalah sebesar :
68,6  59,4
V  x100 persen  7,076 persen
130
Jadi besarnya drop tegangan masih dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 %
jadi dapat disimpulkan bahwa rotor tersebut masih sesuai dengan ketetapan yang
ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai