Anda di halaman 1dari 4

5.3.

6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor


Pengujian tahanan dalam atau coil resistance test adalah pengujian untuk
mengetahui kesetidaktimbangan antar fasa/kutup, kesesuaian antara nilai tahanan dalam
lilitan yang diukur, pengukuran sebelumnya dan dengan nilai pada nameplate. Jika
terjadi masalah, rotor seharusnya diperiksa untuk mencari penyebab ketidaksesuaian
tersebut. Masalah yang timbul biasanya adalah hubung singkat dengan rotor, hubung
singkat diantara lilitan baik antara fasa yang sama atau berbeda, dan lepas atau
rusaknya koneksi lilitan. Sebenarnya lebih jauh Hi-pot atau Surge test tidak perlu
dilakukan selama hasil pengukuran tahanan dalam telah sesuai.
Pada pengukuran tahanan dalam rotor (Rd) hanya dapat dilakukan pada saat
Retaining Ring (R-R) dilepas karena center pole terletak disebelah sisi dalam dari
Retaining Ring. Pelepasan retaining ring ini membutuhkan waktu yang lama karena
proses pelepasannya harus dengan pemanasan yang sangat tinggi ( sekitar 300° C )
secara merata sehingga retaining ring dapat memuai sehingga retaining ring dapat
didorong keluar. Pemanasan ini dengan media arus yang besar yang dialirkan
melalui keramik.
Gambar 5.17. Pelepasan Retaining Ring (R-R)

Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan dalam adalah Winding


Resistance Meter, pada pengukuran ini digunakan alat produk dari Vanguard
Instruments Company type WRM-40. Winding Resistance Meter dapat mengukur
resistansi secara akurat dengan range dari 1 mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini
dapat digunakan untuk mengukur resistansi lilitan motor, lilitan trafo atau
pengujian resistansi rendah yang lain..
Cara pengukuran adalah dengan memberikan tegangan pengujian maksimum
sebesar 36 Vdc sehingga akan ada arus yang mengalir ke lilitan rotor yang besarnya
menyesuaikan supply tegangan pengujian, besarnya arus maksimum sampai dengan 40
Ampere. Pada saat pengujian ini maka akan timbul panas pada lilitan rotor, suhu yang
terukur pada lilitan rotor ini kemudian akan dicari nilai resistansi ekivalennya dari
lilitan aluminum atau tembaga berdasarkan standar referensi suhu. Nilai resistansi
ekivalen inilah yang kemudian disebut hambatan dalam.
Dari hasil pengukuran didapatkan besarnya tahanan dalam masing – masing
lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut :
R1 : 118,6 miliohm
R2 : 119,4 miliohm
Dimana R1 adalah besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole,
sedangkan R2 adalah besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.
Besarnya batas maksimum perbedaan tahanan dalam adalah tidak boleh
melebihi dua persen ( 2 % ) dari total tahanan dalam.
R
1 R2
R
max  R1  R2 x100 persen
Dimana :
Rmax = selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2
R1 = besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole
R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.
Jadi berdasarkan hasil pengukuran didapatkan besarnya selisih maksimum
antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah sebesar :
R 118,6 119,4
max  118,6 119,4 x100 persen
0,8
  x100 persen
 238
 0.3361persen
Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam rotor
masih memenuhi standar karena besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam
R1 dan R2 masih dibawah 2 % yaitu sebesar 0,3361 %.
Untuk diagram pengawatan pengukuran hambatan dalam adalah sbb :

Gambar 5.18. Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan menggunakan
Winding Resistance Meter.

Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd)


rotor adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor
tegangan pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde
miliampere. Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian
hanya sampai beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere.
5.3.7. Partial Discharge Test
Partial Discharge Test atau PD test telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk
mengukur kualitas isolasi, dan kadang – kadang untuk mendeteksi penurunan
isolasi yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi. Untuk beberapa tipe peralatan,
tujuan pengukuran PD adalah untuk mencari masalah pembuatan dalam peralatan
baru, sementara beberapa pengguna juga menggunakan PD test untuk mendeteksi
kemunduran saat peralatan saat sedang digunakan.
Partial Discharge Test atau PD test dapat dilakukan pada saat generator
beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau
mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal (off-line
PD test). Pengujian partial discharge secara langsung mengukur pulsa arus yang
dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai
gejala dapat dideteksi dengan metode ini. Pengujian ini relevan/sesuai untuk lilitan
stator dengan rating tegangan 2300 volt atau diatasnya. Metode umum PD test
terbagai menjadi beberapa klasifikasi yang meliputi :
1. Off-line PD test pada stator untuk mengukur aktifitas PD
2. TVA (corona) probe test untuk menentukan lokasi PD
3. Ultrasonic probe test untuk menentukan lokasi PD
4. Blackout or ultraviolet test untuk menentukan lokasi PD
5. On-line PD test untuk mengukur aktifitas PD selama kondisi normal operasi.

Anda mungkin juga menyukai