Pengujian tahanan dalam atau coil resistance test adalah pengujian untuk mengetahui kesetidaktimbangan antar fasa/kutup, kesesuaian antara nilai tahanan dalam lilitan yang diukur, pengukuran sebelumnya dan dengan nilai pada nameplate. Jika terjadi masalah, rotor seharusnya diperiksa untuk mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut. Masalah yang timbul biasanya adalah hubung singkat dengan rotor, hubung singkat diantara lilitan baik antara fasa yang sama atau berbeda, dan lepas atau rusaknya koneksi lilitan. Sebenarnya lebih jauh Hi-pot atau Surge test tidak perlu dilakukan selama hasil pengukuran tahanan dalam telah sesuai. Pada pengukuran tahanan dalam rotor (Rd) hanya dapat dilakukan pada saat Retaining Ring (R-R) dilepas karena center pole terletak disebelah sisi dalam dari Retaining Ring. Pelepasan retaining ring ini membutuhkan waktu yang lama karena proses pelepasannya harus dengan pemanasan yang sangat tinggi ( sekitar 300° C ) secara merata sehingga retaining ring dapat memuai sehingga retaining ring dapat didorong keluar. Pemanasan ini dengan media arus yang besar yang dialirkan melalui keramik. Gambar 5.17. Pelepasan Retaining Ring (R-R)
Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan dalam adalah Winding
Resistance Meter, pada pengukuran ini digunakan alat produk dari Vanguard Instruments Company type WRM-40. Winding Resistance Meter dapat mengukur resistansi secara akurat dengan range dari 1 mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini dapat digunakan untuk mengukur resistansi lilitan motor, lilitan trafo atau pengujian resistansi rendah yang lain.. Cara pengukuran adalah dengan memberikan tegangan pengujian maksimum sebesar 36 Vdc sehingga akan ada arus yang mengalir ke lilitan rotor yang besarnya menyesuaikan supply tegangan pengujian, besarnya arus maksimum sampai dengan 40 Ampere. Pada saat pengujian ini maka akan timbul panas pada lilitan rotor, suhu yang terukur pada lilitan rotor ini kemudian akan dicari nilai resistansi ekivalennya dari lilitan aluminum atau tembaga berdasarkan standar referensi suhu. Nilai resistansi ekivalen inilah yang kemudian disebut hambatan dalam. Dari hasil pengukuran didapatkan besarnya tahanan dalam masing – masing lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut : R1 : 118,6 miliohm R2 : 119,4 miliohm Dimana R1 adalah besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole, sedangkan R2 adalah besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole. Besarnya batas maksimum perbedaan tahanan dalam adalah tidak boleh melebihi dua persen ( 2 % ) dari total tahanan dalam. R 1 R2 R max R1 R2 x100 persen Dimana : Rmax = selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 R1 = besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole. Jadi berdasarkan hasil pengukuran didapatkan besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah sebesar : R 118,6 119,4 max 118,6 119,4 x100 persen 0,8 x100 persen 238 0.3361persen Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam rotor masih memenuhi standar karena besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 % yaitu sebesar 0,3361 %. Untuk diagram pengawatan pengukuran hambatan dalam adalah sbb :
Gambar 5.18. Rangkaian pengawatan pengukuran hambatan dalam (Rd) dengan menggunakan Winding Resistance Meter.
Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd)
rotor adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor tegangan pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde miliampere. Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian hanya sampai beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere. 5.3.7. Partial Discharge Test Partial Discharge Test atau PD test telah dipakai lebih dari 50 tahun untuk mengukur kualitas isolasi, dan kadang – kadang untuk mendeteksi penurunan isolasi yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi. Untuk beberapa tipe peralatan, tujuan pengukuran PD adalah untuk mencari masalah pembuatan dalam peralatan baru, sementara beberapa pengguna juga menggunakan PD test untuk mendeteksi kemunduran saat peralatan saat sedang digunakan. Partial Discharge Test atau PD test dapat dilakukan pada saat generator beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal (off-line PD test). Pengujian partial discharge secara langsung mengukur pulsa arus yang dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai gejala dapat dideteksi dengan metode ini. Pengujian ini relevan/sesuai untuk lilitan stator dengan rating tegangan 2300 volt atau diatasnya. Metode umum PD test terbagai menjadi beberapa klasifikasi yang meliputi : 1. Off-line PD test pada stator untuk mengukur aktifitas PD 2. TVA (corona) probe test untuk menentukan lokasi PD 3. Ultrasonic probe test untuk menentukan lokasi PD 4. Blackout or ultraviolet test untuk menentukan lokasi PD 5. On-line PD test untuk mengukur aktifitas PD selama kondisi normal operasi.