Anda di halaman 1dari 17

3.

Pengujian Rotor dan Stator Ada beberapa pengujian pada sistem isolasi untuk mengevaluasi kekuatan dielektrik untukmenjamin keandalan. Perbedaan dari satu pengujian ke pengujian yang lain adalah perbedaan level tegangan yang diterapkan, pengukuran dan penunjukkan hasil. Secara garis besar pengujian rotor dan stator pada generator dibagi atas dua kategori yaitu Proof test dan Analytical test. 3.2.1 Proof Test Proof test yaitu pengujian yang menggunakan level tegangan yang lebih tinggi daripada tegangan kerja. Argumen yang sering digunakan dalam pengujian tegangan lebih adalah mungkin akan menimbulkan breakdown pada lilitan. Breakdown biasanya mengalir selama kondisi beban puncak. Jika satu atau lebih titik lemah pada lilitan mengalir gangguan, ini kemudian akan menjadi titik grounding dari lilitan, menggantikan netral dan kemudian menerapkan tegangan yang besar ke bagian lain lilitan. Breakdown susulan dapat mengalir kemudian, dimana dapat menghasilkan arus sirkulasi yang tinggi seperti gangguan fasa ke fasa. Ini akan menghasilkan

kerusakan inti, yang mengharuskan inti diperbaiki dan kemungkinan seluruhnya diganti lilitannnya. Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mencari kelemahan, dan kemungkinan breakdown. Contoh proof test pada generator adalah pengujian High Potensial Test. 3.2.2 Analytical Test Analytical test yaitu pengujian dengan menggunakan level tegangan yang biasanya dibawah tegangan kerja. Beberapa diantaranya jenis jenis analytical test adalah sebagai berikut : a. Insulation Resistance Test / Megger Test b. DC Leakage c. Dissipation Factor d. Balancing Voltage Rotor Test e. Tahanan Dalam (Rd) Rotor f. Partial Discharge Test Pengujian pada peralatan berdasarkan standar ANSI dan dilakukan oleh perusahaan sebelum pengiriman. Jika pengguna memilih menggunakan pengujian tambahan pada peralatan, juga harus berdasarkan standar yang dipublikasikan oleh ANSI. 3.3 Ulasan Pengujian 3.3.1 High Potensial Test High Potensial Test atau Hi-Pot Test paling umum diterapkan pada lilitan stator generator untuk mencari kerusakan pada lilitan. Pengujian ini merupakan pengujian yang dimaksudkan untuk memperkirakan kekuatan dielektrik isolasi dari lilitan stator generator. Prinsip kerja pengujian ini adalah jika ada kerusakan isolasi yang cukup besar, tegangan yang cukup besar diterapkan pada lilitan maka akan mengakibatkan breakdown pada isolasi tersebut, pengujian ini jarang dilakukan karena sifatnya merusak sehingga perlu melilit ulang rotor atau stator jika terjadi breakdown. Selama pengujian masing masing fasa terpisah, salah satu fasa dites sedangkan dua fasa lainya digroundkan. High Potensial Test dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori :

3.3.1.1 AC High Potensial Test AC High Potensial Test /AC Hi-Pot Test atau pengujian tegangan 50/60 hertz adalah pengujian dengan menggunakan tegangan pengujian normal 50/60 hertz. Tegangan yang diterapkan dalam pengujian AC Hi-Pot Test adalah sebesar satu setengah kali dari tegangan line-toline RMS generator (1,5E) untuk keserasian dengan peralatan dan setelah penggantian kumparan atau bar dipasang, sedangkan pada saat sebelum penggantian kumparan dipasang adalah sebesar 1,5 E + 2000. 3.3.1.2 Very-Low-Frequency Test Voltage Very-Low-Frequency Test Voltage atau VLF Test Voltage adalah pengujian dengan menggunakan tegangan frekuensi 0.1 hertz. Tegangan pada pengujian 0,1 hertz harus 15% lebih besar daripada nilai RMS tegangan pada pengujian AC Hi-Pot Test. 3.3.1.3 DC High Potensial Test Pada Hi-Pot Test selain dengan menggunakan tegangan AC juga dapat dengan menggunakan tegangan DC atau biasa disebut dengan DC Hi-Pot Test. Besarnya tegangan pengujian DC seharusnya 70 % lebih besar daripada tegangan RMS pengujian AC Hi-Pot Test.
Tabel 3. Tegangan yang digunakan pada HiPot Test Pengujian Tegangan Pengujian 50/60Hertz AC (RMS) Sebelum penggantian kumparan Keserasian dengan peralatan 1,5 E 1,5 E + 2000 Tegangan Pengujian 0,1-HertzAC (puncak) Tegang an Penguji an DC 1.7x(1,5 E) =

3.3.2 Insulation Resistance Test Insulation Resistance Test/Megger Test merupakan pengujian yang paling mudah dan sederhana untuk menentukan kemampuan isolasi. Megger Test ini dilakukan pada rotor dan stator generator, selain itu juga dapat diterapkan pada semua mesin atau lilitan. Peralatan yang digunakan untuk pengujian ini disebut Mega Ohm Meter atau Megger Tester atau Megger saja. Indeks yang biasa digunakan dalam menunjukkan pembacaan megger dikenal sebagai dielectric absorbtion, yang diperoleh dengan pembacaan yang berkelanjutan untuk periode waktu yang lebih lama. Jika pengujian berkelanjutan untuk periode selama 10 menit, megger akan mempunyai kemampuan untuk mempolarisasikan atau mencharge kapasitansi tinggi ke isolasi stator, dan pembacaan resistansi akan meningkat jika isolasi bersih dan kering. Rasio pembacaan 10 menit dibandingkan pembacaan 1 menit dikenal sebagai Polarization Index atau Indeks Polarisasi (IP). Nilai Indeks polarisasi adalah 2,5 atau lebih tinggi pada stator dan 1,25 atau lebih tinggi pada rotor/medan. Hasilnya mengindikasikan apakah ada atau tidak bagian lilitan yang terhubung singkat pada atau disekitar sistem isolasi. Jika IP terlalu rendah ini mengindikasikan bahwa lilitan mungkin terkontaminasi oli, kotoran, serangga, atau terbasahi oleh air. Besarnya Polarization Index (IP) dapat dirumuskan sebagai berikut :

IP =

R10 menit R menit1

Pembacaan megger yang sangat rendah dan juga indeks polarisasi yang kecil biasanya mengindikasikan adanya kelembaban dan pengeringan harus segera dilakukan. Secara garis besar megger pada

2 x1 15, x

1( E + 2000) 2,25E 5,
1.7x(1,5

2 1x 15, x 1( 5, E)
1,5 E

E) = 2,25E

generator dibagi menjadi dua yaitu megger stator dan megger rotor.yang membedakan adalah tegangan yang diterapkan. Berdasarkan standar IEEE no 43-2000

Setelah penggantian

2 1x 15,
kumparan

1.7x(1 ,5 E)

besarny a
2,25E line-to-line

x 1( 5, E)
:Tegangan RMS

tegangan yang diterapkan untuk pengujian berdasarkan tegangan kerja pada lilitan generator dapat dilihat pada tabel 4.

Dimana E generator

Tabel 4. Tegangan DC yang diterapkan untuk pengujian megger berdasarkan tegangan kerja lilitan.

Megger stator sebelum penambahan resin Megger stator setelah penambahan resin Megger stator sebelum divarnis Megger stator setelah rotor dimasukkan Megger stator sebelum busbar di

VAC (tegangan kerja lilitan (line-to-line))

VDC (tegangan DC yang diterapkan)

<100 500 1000 2500 500 1000 2501 5000 1000 2500 5001 12000 2500 5000 >12000 5000 -10000 Alat yang digunakan dalam megger adalah Metriso 5000A dengan tegangan yang diterapkan untuk megger stator sebesar 5000 Volt DC sedangkan dalam megger rotor tegangan yang diterapkan adalah 500 Volt DCkarena melihat kemampuan rotor untuk menahan tegangan. 3.3.2.1 Megger Stator Secara garis besar megger stator sendiri dibagi menjadi dua yaitu megger fasa ke fasa dan fasa ke ground. Berikut adalah rangkaian megger stator :

connect Maksud megger stator yang berkelanjutan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa kelembaban lilitan stator tetap terjaga dan tidak terjadi hubung singkat atau kerusakanisolasiselama proses perawatan. Jika dalam proses didapatkan nilai indeks polarisasi (IP) yang terlalu kecil itu mengisyaratkan bahwa stator terlalu lembab maka perlu dipanasi dengan lampu halogen.
Tabel 5. Megger fasa ground stator sebelum busbar di connect. R (G) S (G) T (G) 0,95 0,75 0,6

Tabel 6. Megger fasa fasa stator sebelum busbar di connect. R - S, T-Ground (G) 1,7 R-T, S-Ground (G) 1,5 S - T, R-Ground (G) 1,7

Gambar 6. Rangkaian megger stator fasa ground

Megger stator sebelum busbar di connect ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa lilitan stator tidak ada yang mengalami hubung singkat. Apabila terjadi hubung singkat pada lilitan maka pada megger akan menghasilkan nilai hambatan sebesar nol (Z= 0).

Gambar 7. Rangkaian megger stator fasa fasa

Dalam pengukuran megger stator tidak hanya dilakukan sekali saja, pengukuran megger stator tersebut dilakukan berdasarkan suatu tahapan/proses. Megger awal stator

Dengan hasil IP seperti pengujian diatas maka stator masih lembab sehingga perlu dikeringkan supaya dapat didapatkan nilai IP yang sesuai. Kelembaban sangat mempengaruhi nilai IP karena resistansi pada awal pertama besar dan hanya meningkat sedikit pada saat menit ke-10 sehingga didapatkan IP yang kecil. Ini berbeda pada saat kondisi kering pada saat awal menit pertama nilai resistansi kecil dan meningkat secara bertahap sampai menit ke 10 sehingga akan didapatkan nilai IP yang bagus. Selain dengan menggunakan acuan indeks polarisasi sebagai penentu apakah lilitan generator dalam keadaan lembab atau

mengalami hubung singkat juga dapat digunakan acuan berdasarkan nilai resistansi minimum dengan syarat besarnya nilai resistansinya adalah sebesar tegangan operasi dalam KV ditambah 1 untuk kemudian dikalikan dengan 100 0 yang dapat dirumuskan sbb :

generator sebelum dilakukan sebelum heating dan cleaning.


Tabel 7. Megger awal rotor Cuaca Tegangan Waktu ( t ) Hasil setelah hujan ( 29 C ) 500 V 1 menit Z = 800 M

Rmin

= Vrm s(

+ )1 x100.M

Dimana : Rmin : resistansi minimum lilitan (M) Vrms : tegangan rms dalam KV (line-toline) Contoh pada generator 50 MW dengan tegangan operasi 11,5 KV maka resistansi minimumnya adalah sebesar : Rmin = (11,5 + 1) x 100 M = 1250 M = 1,25 G 3.3.2.2 Megger Rotor Pada Megger rotor tegangan yang dikenakan tidak boleh besar karena akan merusak isolasi pada rotor, karena tegangan yang dapat ditahan rotor terbatas menyesuaikan tegangan eksitasinya. Pada megger rotor ini digunakan tegangan sebesar 500 V DC.

Resistansi rotor dan stator sangat dipengaruhi oleh kelembabandisekitarnya karena akanmempengaruhi kelembaban lilitan, semakin besar kelembaban maka impedansi semakin besar.
Tabel 8. Megger rotor sebelum Retaining Ring di lepas Cuaca Tegangan Waktu ( t ) Megger Rotor mendung (30 C) 500 V 1 menit Z = 2,5 G

Megger Rotor diberi Resin Z = 1 G Tabel 9. Megger rotor setelah Retaining Ring masuk Cuaca Tegangan Waktu ( t ) Megger Rotor Mendung (30 C) 500 V 1 menit Z = 90 M

ketika rotor baru saja dikeluarkan dari

Gambar 8. Rangkaian Megger rotor

Berdasarkan tahapannya megger rotor pada saat overhaul tidak jauh berbeda dengan megger stator, berikut tahapan megger rotor : Megger awal rotor Megger rotor (sebelum Retaining Ring di lepas) Megger rotor sebelum injeksi DC (Retaining Ring dilepas) Megger rotor (setelah Retaining Ring masuk) Cek Megger rotor (Retaining Ring masuk) Megger awal rotor ini dilakukan

Setelah Retaining Ring masuk ini sangat mempengaruhi resistansi rotor sehingga didapatkan nilai hasil megger yang besar.
Tabel 10. Cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk Menit ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Z 65 100 100 105 110 120 121 125 125 130 IP = 2 (M)

Dengan hasil pada cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk didapatkan hasil bahwa indeks polarisasi sudah memenuhi standar yang ditentukan yaitu sebesar 1,25. Selain itu cek megger rotor setelah Retaining Ring masuk ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa tidak ada hubung singkat pada lilitan rotor setelah Retaining Ring masuk karena dalam pemasangan atau pelepasan Retaining Ring dengan memakai suhu yang sangat tinggi. 3.3.3 DC Leakage DC Leakage adalah tipe pengukuran lain untuk menentukan resistansi isolasi. Ini diperoleh dengan pengujian dengan set tegangan yang berubah - ubah dimana tegangan yang diterapkan pada isolasi dinaikkan secara bertahap dan arus bocor yang melewati

Isolasi yang sempurna adalah mempunyai PF 0 dan tidak mempunyai rugi rugi internal. Peningkatan faktor disipasi sebagai fungsi tegangan mengindikasikan angka peningkataan ionisasi, rugi rugi internal dan pemanasan. Pengujian ini merupakan pengujian AC yang menggunakan frekuensi kerja peralatan. Pada saat tegangan dengan frekuensi kerja diterapkan pada isolasi stator, jumlah arus yang mengalir terdiri dari dua komponen arus kapasitif yang relatif besar ( ic ), yang mendahului tegangan 90, dan arus resistif yang lebih kecil ( ir ) yang sefasa dengan tegangan. Dielektrik kapasitor yang disimulasikanadalah sistem isolasi yang meliputi dua elektroda, konduktor tembaga tegangan tinggi dan inti besi stator. Faktor daya adalah cos , sudut antara tegangan yang diterapkan dan total arus.
W Watts Cos = ir = Ei r = =
t

isolasi diukur pada masing masing tegangan. Pengujian ini telah digunakan secara ekstensif dalam peralatan elektris yang sudah tua, terutama menyangkut sistem isolasi, yang didasarkan kepada penyerapan kelembaban. Tegangan dc yang diterapkan secara bertahap pada pengujian dc leakage tegangan maksimumnya dibatasi sampai dua kali nilai RMS tegangan kerja ac dari generator.

Ei t

Ei t

VA

Gambar .9. Rangkaian dielektrik dasar.

Dimana :

VDC maksimum = 2 xV rms AC

VDC maksimum : Tegangan dc maksimum pada pengujian dc leakage VAC rms : Tegangan RMS generator 3.3.4 Dissipation Factor Pengukuran ini juga biasa disebut power factor atau tan delta dan merupakan parameter untuk memperlihatkan efisiensi isolasi. Pengujian tan delta dilakukan pada lilitan stator. Pengujian ini efektif untuk mendeteksi kontaminasi isolasi, kualitas semikonduktor, jumlah kandungan kehampaan, dan kerusakan parsial.

Gambar 10. Arus pengisian total.

3.3.5 Balancing Voltage Rotor Test Sebelum melakukan balancing voltage rotor test maka dilakukan dahulu pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor untuk menentukan kelinearan impedansi rotor apabila diterapkan tegangan baik dengan pengujian tegangan naik maupun tegangan turun dengan tegangan AC sampai dengan tegangan yang akan diterapkan pada pengujian balancing tegangan rotor. Dalam balancing voltage rotor ini dibutuhkan alat alat antara lain adalah supply tegangan yang dapat divariasi berupa

voltage regulator, tang Amperemeter dan AVO meter.


V

Tabel 12. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring. Vac- regulator (V) 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 Vac (V) 130 120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 I (A) 4.99 4.95 4.58 4.23 3.87 3.78 3.11 2.73 2.33 1.94 1.51 1.04 0.54 Z ) 26.05 24.24 24.01 23.64 23.25 21.16 22.5 21.97 21.45 20.61 19.86 19.23 18.51

Pole A Center Pole

Pole B

A
Power Supply (Regulator ) 10 - 130 V

Gambar 11. Rangkaian pengukuran impedansi karakteristik.

3.3.5.1 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor sebelum Pemasangan Retaining Ring.


Tabel 11. Data pengukuran karakteristik tegangan naik pemasangan Retaining Ring. Vac- regulator (V) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 impedansi sebelum

Vac (V) 10 19.9 30.2 40 50.2 60.1 70 80 90 100 110 120 130

I (A) 0.53 1.04 1.56 2.03 2.47 2.9 3.31 3.7 4.1 4.47 4.85 5.23 5.6

Z ) 18.86 19.13 19.36 20.7 20.32 20.72 21.14 21.62 21.95 22.37 22.68 22.94 23.21

Gambar 13. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun sebelum pemasangan Retaining Ring. tegangan naik sebelum pemasangan Retaining Ring.

Gambar 12. Grafik impedansi karakteristik

Pada waktu uji impedansi karakteristik seharusnya nilai Z perubahannya tidak terlalu besar baik pada saat pengujian tegangan naik maupun pada saat tegangan turun. Tegangan tertinggi pada saat melakukan pengujian impedansi karakteristik adalah sebesar tegangan yang akan dinjeksikan sewaktu pengujian balancing rotor yaitu 130 Volt AC. Ukur Impedansi Karakteristik dilakukan sebelum dan sesudah pemasangan Retaining Ring (R-R), ini dimaksudkan untuk memastikan impedansi karakteristik rotor masih linear dengan peningkatan tegangan yang diterapkan.

3.3.5.2 Pengukuran Impedansi Karakteristik Rotor setelah Pemasangan Retaining Ring.


Tabel 13. Data pengukuran karakteristik tegangan naik pemasangan Retaining Ring. Vac- regulator (V) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 impedansi setelah

90 80 70 60 50

90.5 80.5 70.6 60.2 50.3 40.3 30.4 20.1 10.4

4.46 4 3.55 3.05 2.61 2.1 1.57 1.06 0.6

20.29 20.12 19.88 19.73 19.27 19.19 19.36 18.96 17.33

Vac (V) 10.1 20.3 29.9 39.9 50.8 60.9 70.9 80.3 90 100.6 110.4 120.6 130.1

I (A) 0.62 1.21 1.7 2.19 2.71 3.18 3.64 4.05 4.46 4.94 5.34 5.75 6.14

Z ) 16.29 16.77 17.58 18.21 18.74 19.15 19.47 19.82 20.18 20.36 20.67 20.97 21.18

40 30 20 10

Gambar 15. Grafik impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring.

Dari pengukuran impedansi karakteristik tersebut diatas didapatkan hasil impedansi karakteristik yang linear terhadap tegangan yang diterapkan secara bertahap. 3.3.5.3 Balancing Voltage Rotor Test Balancing voltage rotor test adalah mengukur ketidakseimbangan tegangan (unbalance voltage) antara kutup A dan kutup B terhadap center pole pada rotor. Caranya adalah dengan cara menginjeksi tegangan AC sebesar 130 Volt AC pada kedua ujung kutup rotor kemudian mengukur besarnya tegangankutup A terhadap center pole kemudian mengukur kutup yang lain (kutup B) sehingga akan didapatkan tegangan masing masing tegangan kutup A terhadap center pole (VA) dan

Gambar 14. Grafik impedansi karakteristik tegangan naik setelah pemasangan Retaining Ring. Tabel 14. Data pengukuran impedansi karakteristik tegangan turun setelah pemasangan Retaining Ring. Vac- regulator (V) 130 120 110 100 Vac (V) 130.1 120.6 110.5 100.5 I (A) 6.14 5.74 5.27 4.89 Z ) 21.19 21.01 20.96 20.55

tegangan kutup B terhadap center pole (VB). Rangkaian pengujian balancing voltage rotor adalah sebagai berikut :

Gambar 12. Rangkaian pengujian balancing tegangan rotor

Dari hasil pengukuran didapatkan hasil percobaan untuk masing masing kutup terhadap center pole adalah sebagai berikut : V kutup A - center pole = 68,8 V V kutup B - center pole = 59,4 V Syarat seimbang adalah tegangan diantara kutup terhadap center pole adalah harus sama atau masih dalam batas toleransi yaitu maksimal drop tegangannya (V) adalah tidak boleh lebih dari 10 % dari total tegangan yang diinjeksikan ke rotor.

adalah hubung singkat dengan rotor, hubung singkat diantara lilitan baik antara fasa yang sama atau berbeda, dan lepas atau rusaknya koneksi lilitan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur tahanan dalam adalah Winding Resistance Meter, produk dari Vanguard Instruments Company type WRM-40. Winding Resistance Meter dapat mengukur resistansi secara akurat dengan range dari 1 mikro ohm sampai ratusan ohm, alat ini dapat digunakan untuk mengukur resistansi lilitan motor, lilitan trafo atau pengujian resistansi rendah yang lain. Dari hasil pengukuran didapatkan besarnya tahanan dalam masing masing lilitan dari kedua kutup adalah sebagai berikut. R1 : 118,6 miliohm R2 : 119,4 miliohm Besarnya batas maksimum perbedaan tahanan dalam adalah tidak boleh melebihi dua persen dari total tahanan dalam.

Dimana drop tegangannya dapat dirumuskan sebagai berikut :

=R

R1 R2 R1 +
max 2R

x100 persen

V =

V A C VB C
RV

x100 persen

Dimana : Rmax = selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 R1 = besarnya tahanan dalam kutup A terhadap center pole. R2 = besarnya tahanan dalam kutup B terhadap center pole.

Dimana : V = drop tegangan dalam % VR = tegangan yang diinjeksikan ke lilitan rotor VA-C = tegangan hasil pengukuran kutup A terhadap center pole VB-C = tegangan hasil pengukuran kutup B terhadap center pole Dari pengujian diatas total tegangan yang diinjeksikan adalah 130 Volt. Jadi dalam perhitungan drop tegangan adalah sebesar :

Berdasarkan hasil pengukuran didapatkan besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 adalah sebesar : Rmax ,118 6 ,119 4 118 + 6, 0 8, = 238 x100 persen ,119 4 x100 persen

V = 8,

68

,59 4

= 7,076 %

100x 130

Jadi besarnya drop tegangan masih

= 0 3361 .

persen

dalam toleransi yaitu sebesar 7,076 %. 3.3.6 Tahanan Dalam (Rd) Rotor Pengujian tahanan dalam atau coil resistance test adalah pengujian untuk mengetahui kesetidaktimbangan antar fasa/kutup. Masalah yang timbul biasanya

Dari hasil pengukuran dapat disimpulkan bahwa nilai tahanan dalam rotor masih memenuhi standar karena besarnya selisih maksimum antara tahanan dalam R1 dan R2 masih dibawah 2 % yaitu sebesar 0,3361 %.

Perbedaan antara megger rotor dengan pengukuran tahanan dalam (Rd) rotor adalah level tegangan yang digunakan untuk pengujian, dalam megger rotor tegangan pengujian adalah besar dengan arus yang kecil hanya dalam orde miliampere. Sedangkan dalam pengukuran tahanan dalam rotor tegangan pengujian hanya sampai beberapa Volt dengan arus yang besar hingga orde puluhan Ampere. 3.3.7 Partial Discharge Test Partial Discharge Test atau PD test telah dipakai untuk mengukur kualitas isolasi, dan kadang kadang untuk mendeteksi penurunan isolasi yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi. PD test dapat dilakukan pada saat generator beroperasi (on-line PD test) dan pada saat generator berhenti operasi atau mengenergize peralatan tegangan tegangan tinggi dengan trafo eksternal (off-line PD test). Pengujian partial discharge secaralangsung mengukur pulsa arus yang dihasilkan dari PD pada lilitan. Jadi proses kegagalan yang dihasilkan PD sebagai gejala dapat dideteksi dengan metode ini.

4. Theraja. BL, Electrical Technology Volume II, S. Chand & Company LTD, Ram Nagar, New Delhi, 1994. 5. United States Department of The Interior, Testing Solid Insulation of Electrical Equipment, Facilities Instructions, Standards, and Tecniques, Volume 3-1, Facilities Engineering Branch Denver, Colorado, 2000. 6. www.gmc-instruments.com 7. www.gepower.com 8. www.indonesiapower.co.id 9. www.vanguard-instruments.com 10. ........., Drying Turbine Generator Windings, GEI-69534B, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang. 11. ........., Drying Turbine Generator Windings-Hidrogen Cooled Turbine Generator, GEI-53946D, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang. 12. ........., Insulation Testing of TurbineGenerator Windings, GEK-7613A, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang. 13. ........., Insulation Testing of TurbineGenerator Windings (Epoxy-Bonded Mica Insulation System), GEK7613F, Manual Book PLTU Unit 1&2 PT. Indonesia Power UBP Semarang.

BIODATA Nama : Eko Parjono NIM : L2F 004 473 Lahir di Boyolali pada tanggal 21 Oktober 1985. Riwayat pendidikan : TK Pertiwi Jatirejo, SD N Klabang, SLTP N 1 Sawit, SMU N 1 Kartasura. Saat ini sedang menempuh pendidikan di Jurusan Teknik Elektro Universitas Diponegoro Semarang, semester 8 dengan Konsentrasi Ketenagaan. Kerja Praktek di PLTU Unit 1 PT. Indonesia Power UBP Semarang pada tanggal 3 sampai dengan 31 Desember 2007.

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Abdul Syakur, ST, MT NIP. 132 231 132

Anda mungkin juga menyukai