PENGUKURAN RESISTANSI
I. Tujuan Percobaan:
1. Mengenal dan mempelajari teknik pengukuran resistansi menggunakan metoda
Voltmeter-Ammeter, Ohmmeter, dan Jembatan Wheatstone.
2. Mengenal dan mempelajari konstruksi Ohmmeter analog tipe seri.
3. Mengetahui prosedur penggunaan Ohmmeter.
A. Metoda Voltmeter-Ammeter
Vx
Rx
Ix
It Ix
A
Sumber tegangan
Vt V Vx Rx Beban
1
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
Rangkaian tersebut di atas akan menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran tegangan
yang hasilnya lebih besar dibandingkan dengan tegangan beban, sehingga hasil
perhitungan tahanan akan lebih besar dari pada Rx.
It Ix
A
Sumber tegangan
Vt V Vx Rx Beban
Rangkaian tersebut di atas akan menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran arus yang
hasilnya lebih besar dibandingkan dengan arus beban, sehingga hasil perhitungan tahanan
akan lebih kecil dari pada Rx.
Untuk menentukan apakah suatu resistor Rx tergolong tinggi atau rendah resistansinya,
dilakukan prosedur pengujian sebagai berikut (lihat gambar di bawah ini):
A
Sumber tegangan
2 1
Rx
a. Hubungkan voltmeter terhadap Rx dengan sakelar pada posisi-1 dan amati pembacaan
ammeter.
2
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
b. Pindahkan sakelar ke posisi-2. Jika pembacaan ammeter tidak berubah, kembalikan
sakelar ke posisi-1. Gejala ini menunjukkan pengukuran tahanan rendah. Catat
pembacaan arus dan tegangan dan hitung Rx dengan menggunakan hukum Ohm.
Tahanan ammeter PMMC bergantung pada perencanaan kumparan dan umumnya lebih
besar bagi arus skala penuh (batas ukur arus) yang rendah. Beberapa nilai khas tahanan
dalam ammeter PMMC diperlihatkan pada tabel berikut:
B. Ohmmeter analog
R1
A
R1 = tahanan pembatas arus
R2 = tahanan pengatur nol
Vb = batere di dalam alat ukur
Rm R2 Rx Rm = tahanan dalam PMMC
Rx = tahanan yang akan diukur
Im Vb It
B
Dalam pemakaiannya, suatu resistor Rx yang akan diukur resistansinya dihubungkan ke
terminal alat ukur di titik A dan B. Jika terminal A dan B dihubungsingkatkan (short
circuit) atau Rx = 0, maka arus maksimum akan mengalir di dalam rangkaian. Dalam
3
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
keadaan ini tahanan shunt R2 harus diatur agar jarum penunjuk PMMC terdefleksi pada
skala penuh. Arus yang mengalir pada PMMC pada kondisi defleksi skala penuh ini
disebut arus skala penuh (Ifsd). Posisi skala penuh ini ditandai dengan 0 . Jika terminal
A dan B dalam keadaan terbuka (open circuit) atau R x = , maka tidak ada arus yang
mengalir di dalam rangkaian dan ditandai dengan pada skala. Resistansi Rx diantara
0 dan akan menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke beberapa titik di antara
kedua harga ekstrim ini.
Apabila tegangan batere berkurang karena pemakaian dan umur, maka arus yang
mengalir di dalam rangkaian akan berkurang sehingga jarum penunjuk PMMC tidak
menunjukkan defleksi skala penuh (tidak membaca 0 ) ketika terminal A dan B
dihubungsingkatkan. Resistor variabel R2 berfungsi untuk mengembalikan posisi jarum
penunjuk ke 0 pada kondisi hubung singkat tersebut dengan cara memperbesar nilai
resistansinya. Batere harus diganti jika resistor variabel R2 tidak mampu lagi
mengembalikan posisi jarum ke 0 pada kondisi hubung singkat.
Pada pemakaiannya, ohmmeter tipe seri akan memberikan hasil pengukuran yang paling
akurat apabila pada pengukuran tahanan Rx jarum penunjuk alat ukur terdefleksi setengah
skala penuh. Defleksi setengah skala penuh ini menunjukkan bahwa nilai tahanan R x
yang diukur sama dengan nilai tahanan dalam ohmmeter tersebut (R). Pada umumnya
suatu ohmmeter analog memiliki beberapa pilihan faktor pengali untuk mengubah skala
pengukurannya. Pemilihan faktor pengali mana yang akan digunakan sangat tergantung
pada nilai resistansi Rx yang akan diukur. Pilihlah faktor pengali yang akan
mengakibatkan jarum penunjuk berada pada daerah yang paling dekat dengan setengah
skala penuh. Berdasarkan konstruksi ohmmeter tipe seri seperti tersebut di atas, nilai
tahanan dalam ohmmeter tersebut dapat dinyatakan sbb.:
R mR 2
R R1
Rm R2
I fsd R m R 1
R2
Vb I fsd (R m R 1 )
Berubahnya nilai resistansi R2 ini akan mengakibatkan berubahnya nilai tahanan dalam
ohmmeter tersebut sehingga akan mengubah kalibrasi sepanjang skala ohmmeter
tersebut. Dengan membuat nilai tahanan paralel Rm dan R2 jauh lebih kecil dibandingkan
4
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
dengan R1, maka perubahan nilai resistansi R2 ini tidak mengubah kalibrasi begitu
banyak.
Untuk keperluan perancangan ohmmeter tipe seri dengan tahanan dalam tertentu sesuai
dengan yang diinginkan (R), diperlukan data PMMC mengenai arus skala penuh (I fsd)
dan tahanan dalamnya (Rm), serta tegangan batere yang akan dipergunakan. Selanjutnya
dapat dihitung nilai tahanan R1 dan R2 yang dibutuhkan dengan menggunakan rumus sbb:
I fsd R m I fsd R m R
R2
I t I fsd Vb I fsd R
R mR 2 I R R
R1 R R fsd m
Rm R2 Vb
Tanda skala ohm pada peraga data dapat ditentukan dengan menghubungkan beberapa
nilai Rx yang berbeda yang telah diketahui. Ketelitian tanda-tanda skala ini tergantung
pada kepresisian alat ukur (PMMC) dan toleransi tahanan kalibrasi. Pemberian tanda
skala ohm pada peraga data juga dapat dibuat dengan cara lain, yaitu dengan
menggunakan rumus:
I fsd
R x R 1
I
m
Ketelitian tanda-tanda skala yang dibuat dengan cara ini tergantung pada ketelitian alat
ukur (PMMC) dan toleransi tahanan dalam ohmmeter yang dibuat.
Gambar di bawah ini merupakan contoh pemberian skala ohmmeter dengan tahanan
dalam (R) sebesar 30 menggunakan peraga data PMMC dengan arus skala penuh (Ifsd)
sebesar 10 mA. Terlihat bahwa skala ohm yang terdapat pada ohmmeter tidak linier (non-
linier)
5
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
10mA
R x 30 1 120
2mA
10mA
R x 30 1 30
5mA
10mA
R x 30 1 7,5
8mA
1. Jika resistansi yang akan diukur dapat diperkirakan besarnya, pindahkan saklelar
ohmmeter ke skala yang akan memberikan hasil pengukuran paling akurat. Jika
resistansi yang akan diukur tidak dapat diperkirakan sama sekali besarnya, gunakan
skala resistansi yang terbesar.
2. Sebelum menghubungkan terminal ohmmeter ke resistor yang akan diukur,
hubungsingkatkan kedua terminal ohmmeter tersebut. Atur posisi pengatur nol
hingga jarum penunjuk terdefleksi ke skala penuh (ke pembacaan 0 )
3. Lepaskan kedua terminal ohmmeter tersebut dari kondisi hubung singkat, kemudian
hubungkan kedua terminal ohmmeter tersebut ke resistansi yang akan diukur
(sebelumnya pastikan terlebih dahulu bahwa semua catu daya ke resistor yang akan
diukur dalam keadaan mati). Pindahkan saklar skala ohmmeter ke skala yang
6
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
mengakibatkan jarum penunjuk ohmmeter terdefleksi ke posisi yang paling dekat
dengan skala penuh (pastikan untuk melakukan pengaturan nol kembali sebelum
dilakukan pembacaan pada skala terakhir yang akan digunakan). Skala ini akan
memberikan hasil pengukuran yang paling akurat. Nilai resistansinya dapat dibaca
langsung dari angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk ohmmeter dikalikan
dengan faktor pengalinya (skala yang digunakan).
4. Pindahkan sakelar ke posisi off untuk menjaga batere agar tidak terkuras.
5. Apabila tahanan yang akan diukur terdapat di dalam suatu rangkaian, selain catu daya
rangkaian tersebut harus dimatikan, ada hal lainnya yang perlu diperhatikan yaitu
tentang efek penyimpanan muatan listrik di kapasitor-kapasitor yang terdapat di
dalam rangkaian tersebut dan yang terdapat di catu daya rangkaian itu sendiri. Pada
saat ohmmeter dihubungkan ke rangkaian tersebut; meskipun catu daya rangkaian
sudah dimatikan; muatan yang masih tersimpan di kapasitor-kapasitor itu perlahan-
lahan akan dikosongkan (discharge) dan akan menyebabkan kesalahan pembacaan
atau bahkan dapat menimbulkan kerusakan pada ohmmeter. Dengan demikian, hal
utama harus dilakukan sebelum melakukan pengukuran adalah mematikan semua
catu daya rangkaian dan mengosongkan muatan semua kapasitor yang ada.
6. Karena ohmmeter itu sendiri mensuplai tegangan dc yang mana polaritasnya
tergantung dari disain instrumennya, maka perlu kehati-hatian apabila akan
digunakan untuk pengukuran resistansi suatu komponen yang akan rusak apabila
mendapatkan arus tertentu (misalnya: PMMC, sekering, komponen-komponen
semikonduktor, rangkaian-rangkaian yang di dalamnya terdapat komponen-
komponen tersebut).
7. Jika dilakukan pengukuran tahanan yang terdapat di dalam suatu rangkaian, harus
diingat bahwa hasil yang ditunjukkan oleh ohmmeter tersebut adalah nilai resistansi
paralel antara tahanan yang akan diukur tersebut dengan semua komponen dc lainnya
yang terdapat di dalam rangkaian tersebut.
C. Ohmmeter digital
Suatu ohmmeter digital umumnya memiliki beberapa pilihan batas ukur. Hasil
pengukuran yang paling akurat terdapat pada penggunaan batas ukur yang paling dekat
dengan nilai resistansi tahanan yang akan diukur. Nilai resistansinya dapat dibaca
langsung dari angka yang ditunjukkan oleh display digital ohmmeter tersebut.
7
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
D. Jembatan Wheatstone
Jembatan Wheatstone digunakan untuk keperluan pengukuran nilai resistansi yang sangat
akurat, dari mili-ohm sampai dengan mega-ohm. Jembatan Wheatstone komersiel
umumnya memiliki akurasi sekitar 0,1 %. Dengan demikian hasil pengukuran dengan
menggunakan jembatan Wheatstone jauh lebih akurat dibandingkan dengan hasil yang
diperoleh dengan menggunakan metoda ohmmeter ataupun voltmeter-ammeter.
Rx R2
R 3 R1
8
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
Seandainya R1, R2, dan R3 diketahui nilai resistansinya, maka Rx dapat dihitung
berdasarkan persamaan:
R2
R x R3
R1
Pada umumnya perbandingan antara R2 dan R1 dapat diatur dengan menggunakan suatu
sakelar dengan rasio perbandingan faktor sepuluh. Dengan demikian rasio R 2/R1 dapat
diset pada 10-3, 10-2, 10-1, 1, 10, 102, dan 103. R3 merupakan resistor variabel yang dapat
diatur nilainya secara kontinyu. Apabila kondisi defleksi nol pada galvanometer telah
dicapai, nilai resistansinya dapat langsung dibaca pada panel penunjuk yang ada.
1. Hubungkan tahanan Rx yang akan diukur ke terminal jembatan dengan baik, dengan
rapat. Ini akan meminimalkan kontak resistansi.
2. Atur skala galvanometer ke seting sensitivitas terkecil. Ini akan mencegah kerusakan
galvanometer yang disebabkan oleh arus berlebih jika terjadi ketidakseimbangan pada
jembatan.
3. Atur resistor variabel R3 hingga defleksi nol tercapai pada galvanometer.
4. Pindahkan skala galvanometer ke seting skala yang lebih sensitif, atur kembali
resistor variabel R3 agar dicapai defleksi nol kembali.
5. Lanjutkan langkah-4 tersebut diatas hingga dicapai seting skala yang paling sensitif.
6. Hitung resistansi Rx berdasarkan hubungan
R
R x R3 2
R1
atau hasilnya juga dapat langsung dibaca pada panel penunjuk yang ada.
IV.Peralatan Praktikum:
PMMC, Ifsd - 50 A
DC variable power supply 1 buah
9
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
Multimeter analog 2 buah
Multimeter digital 1 buah
Resistor: 47 ; 1,2 k, 18 k, 100 k
Resistor Variabel: 10 k
Kabel penghubung
V. Pelaksanaan Praktikum:
10
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
5. Dengan nilai Rm yang telah di ketahui dari percobaan 5.1, hasil pengukuran semua
resistor dan Rpot pada langkah (4) tersebut diatas, dan dianggap tahanan dalam sumber
tegangan adalah nol, hitung tahanan dalam ohmmeter tersebut (R teoritis).
6. Kembalikan Rpot pada rangkaian ohmmeter yang anda buat. Kembalikan posisi saklar
Vb pada kondisi on.
7. Pasangkan Potensio Rx 10 k pada rangkaian ohmmeter. Aturlah Rx hingga diperoleh
hasil arus PMMC sebesar setengah skala penuh ( Ifsd = 25 A).
8. Lepaskan Rx dari rangkaian, ukur nilai Rx tersebut dengan menggunakan ohmmeter
digital. Tentukan nilai tahanan dalam ohmmeter dengan cara pengukuran ini (R
pengukuran).
11
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
12
Praktikum Instrumentasi & Pengukuran I
Judul Modul : Pengukuran Resistansi
V (volt)
Faktor pengali
I (ampere)
Hasil (ohm)
Im (A)
(ohm)
V/I (ohm)
Hasil (ohm)
R (ohm)
R (ohm)
Rx = R{(50A/Im) 1}Hasil
Pengaruh penurunan tegangan catu daya
Rm = Rm =
Vb = 1.5 V Vb = 1.2 V
R1 = R1 =
R2 = R2 =
Rs = Rs =
Rpot = Rpot =
R (teori) = R (teori) =
R (ukur) = R (ukur) =
13