Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan


pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali
menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis
(bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang
paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan
juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Untuk mengetahui bahwa tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik
adalah dengan melakukan penilaian atau asesmen. Beberapa ahli telah
mengajukan berbagai gagasan untuk menjaring kemampuan berpikir siswa dalam
belajar. Bloom adalah salah satu ahli pendidikan yang mengajukan asesmen
pembelajaran dengan membagi kemampuan berpikir siswa kedalam tahapan-
tahapan tertentu. Berdasarkan asesmen yang ia ajukan tersebut, telah banyak
digunakan dalam pembelajaran disekolah-sekolah di Indonesia. Selain asesmen
yang diajukan oleh Bloom tersebut, Anderson juga mencoba mengkaji tentang
hasil belajar siswa yang mengacu pada hubungan antara dimensi pengetahuan dan
dimensi proses berpikir (kognitif) siswa. Dalam pengembangannya, muncul
taksonomi Anderson sebagai bentuk revisi dari taksonomi yang diajukan oleh
Bloom. Anderson masih membagi dimensi kemampuan berpikir (kognitif) siswa
ke dalam enam kategori namun, ada perbedaan pada beberapa aspek. Berdasarkan
hal diatas penulis berkeinginan untuk menelaah lebih jauh mengenai taksonomi
Anderson.

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui:
1. Prinsip dasar penyusunan taksonomi.
2. Latar belakang revisi taksonomi Bloom.
3. Perbedaaan taksonomi Bloom dan Anderson.
4. Dimensi taksonomi Anderson.

Taksonomi Anderson Page 1


5. Kata kerja operasional pada dimensi proses kognisi dalam taksonomi
Anderson.

Taksonomi Anderson Page 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Penyusunan Taksonomi


Ada 4 buah prinsip dasar yang digunakan Bloom dan Krathwohl dalam
melahirkan taksonomi, yaitu:
a. Prinsip metodologis (cara guru mengajar)
b. Prinsip psikologis (fenomena kejiwaan)
c. Prinsip logis (logis dan konsisten)
d. Prinsip tujuan (keselarasan antara tujuan dan nilai-nilai)

2.2 Latar Belakang Revisi Taksonomi Bloom


Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi yang dibuat untuk tujuan
pendidikan. Taksonomi ini pertama kali dirancang oleh Benjamin S. Bloom pada
tahun 1956. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain
(ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian
yang lebih rinci berdasarkan hirarkinya.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin.
Beberapa istilah lain yang juga menggambarkan hal yang sama dengan
ketiga domain tersebut di antaranya seperti yang diungkapkan oleh Ki Hajar
Dewantoro, yaitu: cipta, rasa, dan karsa. Selain itu, juga dikenal istilah: penalaran,
penghayatan, dan pengamalan.

Taksonomi Anderson Page 3


Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan
subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku
yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam
setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih
rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman”
yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada
tingkatan pertama.
Bloom memimpin pengembangan ranah kognitif yang menghasilkan enam
tingkatan kognitif. Tingkatan paling sederhana adalah pengetahuan, berikutnya
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian yang lebih bersifat
kompleks dan abstrak. Sedangkan ranah afektif yang berdasarkan penghayatan
dipimpin oleh David R. Krathwohl, ranah psikomotorik yang berhubungan
dengan gerakan refleks sederhana ke gerakan syaraf dipimpin oleh Anita Harrow.
Ketiga ranah dalam taksonomi Bloom ini bersifat linier, sehingga
seringkali menimbulkan kesukaran bagi guru dalam menempatkan konten (isi)
pembelajaran. Akhirnya tahun 1990 seorang murid Benjamin Bloom yang
bernama Lorin W. Anderson melakukan penelitian dan mengasilkan perbaikan
terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun 2001. Perbaikan yang
dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata benda (noun) menjadi
kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi Bloom sesungguhnya
adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga dilakukan pergeseran urutan
taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir tingkat rendah (low order
thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order thinking).

Taksonomi Anderson Page 4


2.3 Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson

Perbaikan Taksonomi
Taksonomi Bloom
Bloom

Pengetahuan Mengingat
Pemahaman Memahami
Penerapan Menerapkan
Analisis Menganalisis
Sintesis Menilai
Penilaian Menciptakan

Selama masih menggunakan kata benda, orientasi pembelajaran adalah


pada produk, padahal belajar adalah sebuah proses. Pengetahuan merupakan hasil
berpikir bukan proses berfikir, sehingga diperbaiki menjadi mengingat yang
menunjukkan proses paling rendah. Sedangkan menciptakan merupakan proses
berfikir tingkat paling tinggi. Ini sangat logis, karena orang baru bisa mencipta
bila telah mampu menilai adanya kelebihan dan kekurangan pada sesuatu dari
berbagai pertimbangan dan pemikiran kritis.

Taksonomi Anderson Page 5


Kunci perubahan ini terutama terkait dengan terminologi. Menurut
Anderson dan Krathwohl istilah knowledge, comprehension, application dan
selanjutnya tidak menggambarkan penerapan hasil belajar. Oleh karena itu
mengusulkan penggunaan terminologi berbentuk  gerund yaitu remembering
(ingatan), understanding (pemahaman) , applying (penerapan), analysis (analisis),
evaluation (penilaian) dan creation (penciptaan) dan seterusnya. Terminologi ini
lebih menggambarkan kompetensi secara spesifik. Istilah knowledge mewakili
kata benda umum yaitu pengetahuan. Berbeda dengan remembering yang
bermakna ingatan; kata ini memiliki arti sebuah kemampuan sebagai hasil dari
proses belajar dengan kegiatan membaca, mendengar, melakukan dan sejenisnya.
Dalam skema terlihat perbedaan istilah dan jenis Selain itu ada revisi
susunan tingkat kompetensi dan menambahkan satu istilah untuk kompetensi
kognitif tertinggi yaitu creation.  Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa
kemampuan mensintesis merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan 
akumulasi dari kelima kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka
memindahkan kompetensi tersebut di puncak piramida domain kognitif tapi
mengubah istilah menjadi creation (penciptaan).

2.4 Dimensi Taksonomi Anderson


Deskripsi dan kata kunci setiap kategori dapat dilihat dalam tabel di bawah
ini.
KATEGORI KATA KUNCI
Remembering (ingatan): can the Menyebutkan definisi, menirukan ucapan,
student recall or remember the menyatakan susunan, mengucapkan,
information? Dapatkah peserta mengulang, menyatakan
didik mengucapkan atau
mengingat informasi?
Understanding (pemahaman): Mengelompokkan, menggambarkan,
Dapatkah peserta didik menjelaskan identifikasi, menempatkan,
menjelaskan konsep, prinsip, melaporkan, menjelaskan,
hukum atau prosedur? menerjemahkan, pharaprase.
Applying (penerapan): Dapatkah Memilih, mendemonstrasikan,
peserta didik menerapkan memerankan, menggunakan,
pemahamannya dalam situasi mengilustrasikan, menginterpretasi,
baru? menyusun jadwal, membuat sketsa,
memecahkan masalah, menulis
Analyzing (analisis): Dapatkah Mengkaji, membandingkan,

Taksonomi Anderson Page 6


peserta didik memilah bagian- mengkontraskan, membedakan,
bagian berdasarkan perbedaan dan melakukan deskriminasi, memisahkan,
kesamaannya? menguji, melakukan eksperimen,
mempertanyakan.
Evaluating (evaluasi): Dapatkah Memberi argumentasi, mempertahankan,
peserta didik menyatakan baik atau menyatakan, memilih, memberi
buruk terhadap sebuah fenomena dukungan, memberi penilaian,  melakukan
atau objek tertentu? evaluasi
Creating (penciptaan): Dapatkah Merakit, mengubah, membangun,
peserta didik menciptakan sebuah mencipta, merancang, mendirikan,
benda atau pandangan? merumuskan, menulis.
(Siana, 2012)

Dalam taksonomoi Bloom domain kognitif dikenal hanya satu dimensi


tapi dalam taksonomi Anderson dan Krathwohl menjadi dua dimensi. Dimensi
pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi pengetahuan) dan Cognitive
Process Dimension (dimensi proses kognisi). Perspektif dua dimensi Anderson
dan Krathwohl dapat digambarkan dengan tabel berikut.

The Taxonomy Table


Dimensi Dimensi Proses Kognisi (The Cognitive Process Dimension)
Pengetahuan
(The Ingatan Pemahaman Penerapan Analisis Penilaian Penciptaan
Knowledge
(remember) (understand) (apply) (analyze) (evaluate) (create)
Dimension)
Pengetahuan
Faktual
(Factual
Knowledge)
Pengetahuan
Konseptual
(Conceptual
Knowledge)
Pengetahuan
Prosedural
(Procedural
Knowledge)
Pengetahuan
Meta-Kognisi
(Meta-
Cognitive
Knowledge)
(LorinW. Anderson and David R. Krathwohl, 2001)

Taksonomi Anderson Page 7


Dimensi Pengetahuan
JENIS UTAMA DAN JENIS SUB CONTOH
A. PENGETAHUAN FAKTUAL Siswa harus mengetahui elemen dasar
untuk sebuah disiplin atau cara
memecahkan masalah di dalamnya.
Aa. Pengetahuan tentang terminologi Teknis kosakata, simbol musik.

Ab. Pengetahuan tentang rincian Sumber utama, sumber informasi yang


spesifik dan elemen dapat diandalkan.
B. PENGETAHUAN KONSEPTUAL Keterkaitan di antara unsur-unsur dasar
struktur yang lebih besar yang
memungkinkan mereka untuk
berfungsi bersama-sama.
Ba. Pengetahuan tentang klasifikasi dan Periode waktu geologi, bentuk-bentuk
kategori kepemilikan bisnis.

Bb. Pengetahuan tentang prinsip dan Teorema pythagoras, hukum penawaran


generalisasi dan permintaan.

Bc. Pengetahuan tentang teori, model, Teori evolusi, struktur kongres.


dan struktur
C. PENGETAHUAN PROSEDURAL Bagaimana melakukan sesuatu, metode
penyelidikan, dan kriteria untuk
menggunakan keterampilan, algoritma,
teknik, dan metode.
Ca. Pengetahuan tentang subjek- Keterampilan yang digunakan dalam
keterampilan khusus dan algoritma lukisan dengan warna air, seluruh
nomor algoritma pembagian.

Cb. Pengetahuan tentang subjek khusus Teknik wawancara, metode ilmiah.


teknik dan metode

Cc. Pengetahuan tentang kriteria untuk Kriteria yang digunakan untuk


menentukan kapan harus menentukan kapan harus menerapkan

Taksonomi Anderson Page 8


menggunakan prosedur yang tepat prosedur yang melibatkan hukum kedua
Newton, kriteria yang digunakan untuk
menilai kelayakan dari penggunaan
metode tertentu untuk memperkirakan
biaya bisnis.
D. PENGETAHUAN METAKOGNITIF Pengetahuan kognisi secara umum
serta kesadaran dan pengetahuan
tentang kognisi sendiri.
Da. Pengetahuan strategis Pengetahuan menguraikan sebagai
sarana menangkap struktur dari unit
materi pelajaran dalam buku teks,
pengetahuan tentang penggunaan
heuristik.

Db. Pengetahuan tentang tugas kognitif, Pengetahuan tentang jenis tes khusus,
termasuk pengetahuan kontekstual mengelola pengetahuan dari tuntutan
dan kondisional yang tepat kognitif dari tugas yang berbeda.

Dc. Pengetahuan diri Pengetahuan mengkritisi diri adalah


kekuatan pribadi, sedangkan menulis
esai adalah kelemahan pribadi,
kesadaran tingkat pengetahuan sendiri
(Anderson W. Lorin, Classroom Assessment, 2003)

Keterangan
1. Pengetahuan faktual (Factual Knowledge): pengetahuan berbentuk fakta
seperti nama, nomor, jumlah, tahun, alamat dan sejenisnya. Misalnya tahun
lahirnya Ki Hajar Dewantara, jumlah rakaat shalat, nama presiden Indonesia
pertama dan sebagainya.
2. Pengetahuan konseptual (Conceptual Knowledge): pengetahuan berbentuk
konsep, hukum, dan prinsip. Contoh definisi puasa, hokum archimides, prinsip
kerja AC dan sejenisnya.

Taksonomi Anderson Page 9


3. Pengetahuan prosedural (Procedural Knolwledge): pengetahuan berbentuk
cara melakukan sesuatu. Contoh: langkah-langkah membuat teh tubruk,
prosedur menerbangkan pesawat terbang, langkah menyusun modul dan
sejenisnya.
4. Pengetahuan metakognisi (Meta-cognition Knowledge): sering disebut a
process of thinking about thinking atau pengetahuan mengenai proses kognisi
dan strategi terkait dengan penerapan pengetahuan tersebut untuk
meningkatkan hasil belajar. Juga sering diartikan sebagai sebuah kesadaran
otomatis (automatic awareness) yang timbul karena pengetahuan dan
kemampuan melakukan pengendalian (control) dan memanipulasi proses
kognitif. Contoh, seorang peserta didik menyadari bahwa gaya belajar yang
dimilikinya adalah visual, maka dia memilih video pembelajaran sebagai
strategi untuk meningkatkan hasil belajarnya.

Struktur Dimensi Proses Kognisi (Cognitive Process Dimension)


KATEGORI & NAMA ALTERNATIF DEFINISI DAN
PROSES KOGNISI CONTOH
1. INGATAN - Mengambil pengetahuan relevan dari memori jangka panjang
1.1 Mengenali Mengidentifikasi Mencari pengetahuan
dalam memori jangka
panjang yang konsisten
dengan materi yang
disampaikan (misalnya,
Kenali tanggal peristiwa
penting dalam sejarah
AS)

1.2 Mengingat Mengambil Mengambil


pengetahuan yang
relevan dari memori
jangka panjang
(misalnya, Ingat tanggal

Taksonomi Anderson Page 10


peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah
AS)
2. PEMAHAMAN - Membangun makna dari pesan instruksional, termasuk
lisan, tertulis, dan komunikasi grafis
2.1 Menafsirkan Klarifikasi, Mengubah dari satu
parafrase bentuk representation
mewakili (misalnya, numerik) ke
menerjemahkan bentuk yang lain
(misalnya pidato, dan
dokumen)

2.2 Mencontohkan Menggambarkan, Menemukan contoh


instantiating spesifik atau ilustrasi
dari suatu konsep atau
prinsip (misalnya,
Berikan contoh gaya
lukisan varicusartistik

2.3 Mengklasifikasi Mengkategorikan, Menentukan sesuatu


subsuming yang termasuk dalam
kategori (misalnya,
klasifikasikan kasus
yang diamati atau
dijelaskan dari
gangguan mental)

2.4 Meringkas Abstrak, Abstrak tema umum


generalisasi atau titik utama
(misalnya, Menulis
ringkasan singkatdari
acara yang digambarkan
pada rekaman video)

Taksonomi Anderson Page 11


2.5 Menyimpulkan Penutup, Mengambil kesimpulan
ekstrapolasi, logis dari informasi
interpolasi, yang disajikan
memprediksi (misalnya, Dalam
belajar bahasa asing,
menyimpulkan prinsip
gramatikal dari contoh
yang ada)

2.6 Membandingkan Kontras, Mendeteksi


pemetaan, korespondensi antara
sesuai dua ide, benda, dan
sejenisnya (misalnya,
peristiwa sejarah
dibandingkan dengan
situasi kontemporer)

2.7 Menjelaskan Membangun Membangun model


model sebab-akibat dari suatu
sistem (misalnya,
Jelaskan penyebab
peristiwa penting abad
ke-18 di Perancis)

3. PENERAPAN - Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi


tertentu
3.1 Menjalankan Melaksanakan Menerapkan prosedur
untuk mengerjakan
tugas (misalnya, digit
nomor satu keseluruhan
dengan nomor lain

Taksonomi Anderson Page 12


keseluruhan,baik
dengan digit ganda)

3.2 Mengimplementasikan Menggunakan Menerapkan prosedur


untuk tugas asing
(misalnya, Gunakan
Hukum Kedua Newton
dalam situasi di mana
itu tepat)
4. ANALISIS-Memilah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan
menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan
satu sama lain dan struktur keseluruhan atau tujuan.
4.1 Membedakan Diskriminatif, Membedakan sesuatu
membedakan, yang relevan dari bagian
fokus, yang tidak relevan atau
memilih penting dari bagian
materi yang
disampaikan (misalnya,
bedakan antara angka
yang relevan dan tidak
relevan dalam bahasa
matematis)

4.2 Mengorganisir Temuan Menentukan bagaimana


koherensi, elemen yang cocok atau
mengintegrasikan, berfungsi dalam struktur
menguraikan, (misalnya, Struktur
parsing, bukti dalam deskripsi
penataan sejarah menjadi bukti
dan penjelasan terhadap
resiko artikular sejarah)

4.3 Menghubungkan Mendekonstruksi Tentukan point

Taksonomi Anderson Page 13


pandang, nilai-nilai,
atau bahan yang
disajikan yang mendasar
(misalnya, Tentukan
sudut pandang penulis
esai dalam hal nya atau
perspektif politik nya)

5. EVALUASI-Membuat penilaian berdasarkan kriteria dan standar


5.1 Memeriksa Koordinasi, Mendeteksi
mendeteksi, inkonsistensi dari
pemantauan, fallacies dalam proses
pengujian atau produk,
menentukan apakah
suatu proses atau
produk memiliki
konsistensi internal,
detecting efektivitas
prosedur seperti yang
sedang dilaksanakan
(misalnya,
Menentukan apakah
kesimpulan seorang
ilmuwan diikuti dari
data yang diamati)

5.2 Mengkritik Menilai Mendeteksi konsistensi


antara produk dan
kriteria eksternal,
menentukan apakah
suatu produk memiliki
konsistensi eksternal,
mendeteksi kesesuaian

Taksonomi Anderson Page 14


prosedur untuk masalah
tertentu (misalnya,
Hukum yang dari dua
metode adalah cara
terbaik untuk
memecahkan masalah
yang diberikan)
6. PENCIPTAAN- Masukan elemen bersama-sama untuk membentuk satu
kesatuan yang koheren atau fungsional, mengenali unsur-
unsur ke dalam pola baru atau struktur
6.1 Membuat Hipotesa Datang dengan hipotesa
berdasarkan kriteria
(misalnya, Hasilkan
hipotesa untuk
menjelaskan fenomena
yang diamati)

6.2 Merencanakan Merancang Merancang prosedur


untuk menyelesaikan
beberapa tugas
(misalnya, Rencanakan
sebuah makalah
penelitian tentang topik
sejarah tertentu)

6.3 Memproduksi Membangun Menciptakan suatu


produk (misalnya,
Membangun habitat
untuk tujuan tertentu)
(Anderson W. Lorin. Classroom Assessment, 2003)

Taksonomi Anderson Page 15


2.5 Kata Kerja Operasional pada Dimensi Proses Kognisi dalam
Taksonomi Anderson

Kata Kerja Operasional (KKO) Ranah Kognitif (Anderson)

Mengingat: Menjelaskan jawaban faktual, menguji ingatan dan pengenalan


Memahami: Menerjemahkan, menjabarkan, menafsirkan, menyederhana-
kan, dan membuat perhitungan
Menerapkan : Memahami kapan menerapkan, mengapa menerapkan, dan
mengenali pola penerapan ke dalam situasi baru, tidak biasa dan agak
berbeda atau berlainan.
Menganalisis :Memecahkan ke dalam bagian, bentuk dan pola
Menilai: Berdasarkan kriteria dan menyatakan mengapa?.
Menciptakan : Menggabungkan unsur-unsur ke dalam bentuk atau pola
yang sebelumnya kurang jelas

KATA KERJA OPERASIONAL TAKSONOMI ANDERSON


Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Menilai Menciptakan
Memilih Menggolongkan Menerapkan Menganalisis Menghargai Memilih
Menguraikan Mempertahankan Menentukan Mengategorikan Mempertimbangkan Menentukan
Mendefinisikan Mendemonstrasikan Mendramatisasikan Mengelompokkan Mengkritik Menggabungkan
Menunjukkan Membedakan Menjelaskan Membandingkan Mempertahankan Mengombinasikan
Memberitabel Menerangkan Menggeneralisasikan Membedakan Membandingkan Mengarang
Mendaftar Mengekspresikan Memperkirakan Mengunggulkan Mengkonstruksi
Menempatkan Mengemukakan Mengelola Mendiversivikasikan Membangun
Memadankan Memperluas Mengatur Mengidentifikasi Menciptakan
Mengingat Membericontoh Menyiapkan Menyimpulkan Mendesain

Taksonomi Anderson Page 16


Menamakan Menggambarkan Menghasilkan Membagi Merancang
Menghilangkan Menunjukkan Memproduksi Merinci Mengembangkan
Mengutip Mengaitkan Memilih Memilih Melakukan
Mengenali Menafsirkan Menunjukkan Menentukan Merumuskan
Menentukan Menaksir Membuatsketsa Menunjukkan Membuathipotesis
Menyatakan Mempertimbangkan Menyelesaikan Melaksanakan survei Menemukan
Memadankan Menggunakan Membuat
Membuatungkapan Mempercantik
Mewakili Mengawali
Menyatakankembali Mengelola
Menuliaskembali Merencanakan
Menentukan Memproduksi
Merangkum Memainkanperan
Mengatakan Menceritakan.
Menerjemahkan
Menjabarkan
(Samsudin, 2011. Kata Kerja Operasional)
Menurut Thohir (2009) dalam bab terakhir bukunya, Anderson dan
Krathwohl sendiri mengakui bahwa hasil revisinya ini lebih melihat fungsi otak
dalam satu kesatuan ranah (domain). Tidak seperti sebelumnya yang
menggunakan klasifikasi dalam tiga ranah, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
Pembagian tersebut dikritisi banyak pihak karena cenderung membuat pendidikan
beranggapan bahwa adanya isolasi aspek-aspek dalam sebuah tujuan yang sama.
Pada revisi taksonomi Bloom kali ini, ranah kognitif tidak dianggap
terpisah dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu
dengan yang lain. Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari
fungsi kerja otak. Sebagai contoh, pada kategori pengetahuan metakognitif, di
dalamnya juga mencakup ranah kognitif dan afektif, juga psikomotor.
Revisi ini merupakan bukti fenomena kompleksitas fungsi otak. Weisstein
mengatakan, complexity is the theory of classifying problems based on how
difficult they are to solve. Sebutan ini cukup wajar karena masalah otak dan
fungsinya telah mengundang beragam teori yang secara tak langsung telah
menunjukkan betapa rumitnya kajian tentangnya.
“How amazing is it…” begitulah ungkapan dalam artikel Barry L.
Aaronson. Dalam narasi yang lebih sederhana, kami mencoba mengambil analog
dari gambaran saat seseorang sedang berpikir. Terkadang, dia akan terlihat
mengernyitkan dahi, memegang atau memijit-mijit keningnya. Orang lain yang

Taksonomi Anderson Page 17


melihatnya, dengan mudah menebak kalau orang dengan tanda-tanda seperti itu
sedang melakukan proses berpikir.
Berpikir tentu saja merupakan aktifitas menggunakan otak. Karena
informasi yang dipikirkan berat, maka reaksi tubuh dan gesture penyerta semacam
itu menjadi indikasi seseorang sedang berpikir. Namun, saat seseorang
menyampaikan perasaan atau dengan kata, “hati-hati di jalan ya!”, mengapa yang
dipegang bukanlah kepala, tetapi malah memegang dada. Bukankah saraf emosi
dan perasaan juga berada dalam otak?.
Menfungsikan otak berarti menggunakan pikiran atau berpikir. Bartlett
(1932) mengartikan berpikir (thinking) sebagai (1) interpolasi yang memenuhi
informasi, (2) ekstrapolasi yang melampaui informasi yang diberikan, dan (3) re-
interpretasi yang mengatur kembali informasi. Terkait dengan hal ini pula, Mayer
(1977) menyarankan pengertian berpikir sebagai upaya mengarahkan dan
menghasilkan perilaku untuk memecahkan (solve) atau mencari solusi dari suatu
masalah. Pengertian ini selevel dengan kategori metakognitif Anderson dan
Krathwohl.
Kompleksitas fungsi otak lainnya terkait dengan berpikir adalah adanya
pandangan para ahli cognitive neuroscientists. Marianne Szegedy, misalnya,
menegaskan bahwa aktifitas kognitif manusia dan perilakunya bergantung kepada
95 persen di bawah batas kesadaran manusia (subconscious awarness). Hanya 5
persen aktifitas manusia dilakukan berdasarkan kesadaran penuh (conscious
awareness). Konsep ini agak sulit disinergikan dengan kalsifikasi Anderson dan
Krathwohl dalam revisi Taksonomi Bloomnya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa revisi
taksonomi menggambarkan kompetensi hasil belajar lebih rinci dan
komprehensif. Hal tersebut dapat dilihat dari ranah kognitif yang dibagi menjadi
dua dimensi, dimensi pertama adalah Knowledge Dimension (dimensi
pengetahuan) dan dimensi kedua adalah Cognitive Process Dimension (dimensi

Taksonomi Anderson Page 18


proses kognisi). Pada dimensi pengetahuan dibagi menjadi empat pengetahuan
yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan
pengetahuan metakognisi. Sedangkan pada dimensi proses kognisi dibagi menjadi
enam proses kognisi yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, penilaian,
dan penciptaan.
Dalam revisi taksonomi yang dilakukan Anderson dan Krathwohl, mereka
melakukan perbaikan terhadap taksonomi Bloom, revisinya diterbitkan tahun
2001. Perbaikan yang dilakukan adalah mengubah taksonomi Bloom dari kata
benda (noun) menjadi kata kerja (verb). Ini penting dilakukan karena taksonomi
Bloom sesungguhnya adalah penggambaran proses berfikir. Selain itu juga
dilakukan pergeseran urutan taksonomi yang menggambarkan dari proses berfikir
tingkat rendah (low order thinking) ke proses berfikir tingkat tinggi (high order
thinking). Anderson dan Krathwohl berasumsi bahwa kemampuan mensintesis
merupakan kompetensi tertinggi karena merupakan  akumulasi dari kelima
kompetensi lainnya. Dengan alasan itu mereka memindahkan kompetensi tersebut
di puncak piramida domain kognitif tapi mengubah istilah menjadi creation
(penciptaan).
Pada revisi taksonomi Bloom ini, ranah kognitif tidak dianggap terpisah
dengan ranah afektif atau psikomotor, melainkan terkait antara satu dengan yang
lain. Karena semua aspek tersebut merupakan satu bagian utuh dari fungsi kerja
otak.

3.2 Saran
Ada baiknya taksonomi ini mulai dipahami secara mendalam dan
diaplikasikan dalam perumusan tujuan pembelajaran. Diharapkan hasil belajar
sampai tingkat tertinggi yaitu penciptaan. Hal ini akan mengarahkan pembelajaran
kepada kegiatan-kegiatan nyata yang bermakna. Jangan sampai pembelajaran
terus menerus seperti sekarang yang miskin dengan bukti nyata hasil belajar. Ke
depan diharapkan para peserta diuji kelulusannya tidak hanya berdasarkan nilai
ujian tulis melainkan dari produk yang dihasilkan.

Taksonomi Anderson Page 19


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W dan David R Krathwohl. 2001. A Taxonomy for Learning,


Teaching, and Assesing. New York: Longman.

Anderson, Lorin W. 2003. Classroom Assessment. London: Lawrence Erlbaum


Associates Inc Publisher.

Samsudin, Ahmad. 2011. Kata Kerja Operasional. Terdapat pada .


http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._FISIKA/AHMAD_
SAMSUDIN/Evaluasi_Pembelajaran_Fisika/KATA_KERJA_OPERAS
IONAL.pdf. diakses pada tanggal 20 Desember 2012.

Taksonomi Anderson Page 20


Sari, Ika Mustika. 2010. Evaluasi Pendidikan (Taxonomy Anderson). Tersedia
pada http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR. PEND. FISIKA/IKA
MUSTIKA SARI/EVALUASI PENDIDIKAN/Taxonomy
Anderson.pdf. (diakses tanggal, 25 Oktober 2012).

Siana, Edune. 2012. Revisi Taxonomy Bloom. Tersedia pada


http://edunesiana.blogspot.com/2012/03/revisi-taxonomi-bloom.html.
(diakses tanggal, 1 November 2012).

Thohir, M. 2009. Revisi Taksonomi Bloom sebagai Kompleksitas Fungsi Otak.


Tersedia pada http://mthohir.wordpress.com/2009/01/26/revisi-
taksonomi-bloom-sebagai-kompleksitas-fungsi-otak/. (diakses tanggal,
25 Oktober 2012).

Taksonomi Anderson Page 21

Anda mungkin juga menyukai