Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

HAKEKAT BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Untuk memenuhi Syarat Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran


Dosen Pengampu : Nuramalia, S.Pd., M.Pd

Nama Kelompok
Muhammad Rahul 2019.11.0945
Abdul Bahid 2019.11.0935
Semester II

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

STKIP PARIS BARANTAI KOTABARU


TAHUN PELAJARAN 2019/202

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Hakekat belajar
dan pembelajaran” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses
pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena
pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih

Kotabaru, 08 Maret 2020

                                                                                                 

Kelompok 9 

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR…………...................................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………..……………………….……….iii
BAB I
 PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II
 PEMBAHASAN ........................................................................................................ 2
2.1. Hakekat Belajar......................................................................................................2
2.1. Pengertian Belajar...................................................................................................2
2.3. Tuuan Belajar..........................................................................................................4
2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.............................................................5
2.5. Teori Belajar...........................................................................................................9
2.6. Hakekat Pembelajaran..........................................................................................13
2.7. Tujuan Pembelajaran............................................................................................14
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran................................................14
2.9. Model-model Pembelajaran..................................................................................16
BAB III
 PENUTUP .................................................................................................................17
3.1. Kesimpulan...............................................................................................17
3.2. Saran.........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk
menghasilkan sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala
hal. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi
tuntutan  zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga menjadi individu yang
berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan hal yang mudah. Perlu
proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu mengikuti alur era
globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu harus melakukan suatu
proses yang disebut belajar.
Dalam pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika
tidak ada belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan
terjadi suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang
berjudul “ Hakikat Belajar dan Pembelajaran” yang nantinya dapat memperjelas
pengertian dan hakikat dari belajar dan pembelajaran itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?
2. Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?
3. Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan pembelajaran?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.
2. Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.

4
3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan
pembelajaran.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Hakikat Belajar
Secara harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan,
belajar merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi
tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk bertindak
(dtindak lanjuti). Menurut kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002: 23).
Menurut Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah
proses komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia
komunikasi tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan
ide dan pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar.
Dari segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar sebagai
perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru, kegiatan belajar
siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau pembelajaran. Proses belajar
siswa tersebut menghasilkan perilaku yang dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai
dampak pengajaran.

2.2.Pengertian Belajar
1.      Belajar menurut Skinner
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a.       Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar, 

6
b. Respons si pembelajar, dan
c. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi
pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku
respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang
tidak baik diberi teguran dan hukuman. (Mudjiono, 2002:9)
2.      Belajar Menurut Rogers
           Rogers mengemukakan pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan.
Rogers mengemukakan saran tentang langkah-langkah pembelajaran yang perlu
dilakukan oleh guru. Pembelajaran meliputi hal berikut:
a.        Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara
terstruktur.
b.    Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c.    Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery
learning).
d.   Guru menggunakan metode simulasi.
e.    Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berpartisipasi dengan kelompok lain.
f.     Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.

2.3.  Tujuan Belajar
Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai tujuan belajar.
Sukandi, 1983 berpendapat bahwa  tujuan belajar adalah mengadakan perubahan
tingkah laku dan perbuatan. Perbuatan itu dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai pengetahuan atau penerima dan
penghargaan
Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah mengumpulkan pengetahuan,
penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan sikap dan perbuatan.

7
Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai  sebagai pernyataan mengenai
keterampilan atau konsep yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta didik pada
akhir priode pembelajaran (Slavin, 1994). 

Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar
adalah merubah tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan,
keterampilan, kemampuan dan sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang
diharapkan.

2.4.  Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar


Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor tersebut saling
memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil
belajar. 
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan
dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal ini meliputi faktor
fisiologis dan psikologis. 
1.       Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam,
yaitu: Pertama, keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat
memengaruhi aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi
fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang
maksimal. Oleh karena keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka
perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. 

8
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran
fungsi fisiologi pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama
pancaindra. Pancaindra yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas
belajar dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk
bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia
dapat mengenal dunia luar. 

2.  Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa faktor psikologis yang utama memengaruhi
proses belajar adalah kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

a) Kecerdasan/inteligensi siswa

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar
siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar
dari orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor psikologis
yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman
tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru profesional,
sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.

b) Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar
siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para
ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang

9
aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994).
Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan
terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
c) Minat

Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh
terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar,
ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
d) Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses


belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap
objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif . Sikap
siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada
performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi
munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi
guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.

e) Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum,
bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar,
Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang
siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang
menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

10
Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat
itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

b. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal
juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal
yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor
lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1. Lingkungan Sosial 

a.     Lingkungan sosial masyarakat

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar


siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan
belum dimilikinya.
b.      Lingkungan sosial keluarga
 Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-
sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya
dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota
keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa
melakukan aktivitas belajar dengan baik.
c.       Lingkungan sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat
yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung,

11
ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak
sesuai dengan bakatnya.

2.   Lingkungan Nonsosial

a.       Lingkungan alamiah

Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi
aktivitasbelajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung,
proses belajar siswa akan terhambat.
b.      Faktor instrumental

Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware,
seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain
sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah,
buku panduan, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke
siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu
juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa.
Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas
belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode
mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

2.5.  Teori Belajar

1.      Teori Belajar Behaviorisme


Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku
yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui

12
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans.
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-
R (stimulus-Respon).
Ciri-Ciri Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.
a.          Mementingkan faktor lingkungan
b.          Menekankan pada faktor bagian
c.          Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan
metode
            obyektif
d.          Sifatnya mekanis
e.          Mementingkan masa lalu
Ada tiga jenis teori Behaviorisme:
a.       Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa
perilaku atau tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan.
Fisiolog Pavlov (1849-1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara
spontan memanggil respon. Melalui conditioning, stimuli netral (netral spontan)
memancing refleks namun sengaja dibuat agar mampu memancing respon refleks.
Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka stimuli kedua yang tidak relevan
dihadirkan serempak dengan stimuli pertama, dan akhirnya respon tadi muncul tanpa
menghadirkan stimuli pertama.
b.      Teori Belajar Operant Conditioning
B.F. Skinner sebagai tokoh teori belajar Operant Conditionioning berpendapat
bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku yang dapat diamati., sedang perilaku
dan belajar diubah oleh kondisi lingkungan. Teori Skinner (1954) sering

13
disebut Operant Conditioning yang berunsur rangsangan atau stimuli, respon, dan
konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon, sedangkan
konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif namun keduanya
memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).
c.   Teori Observation Learning (Belajar Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning
(Belajar Sosio-Kognitif)
   Proses belajar yang bersangkut-paut dengan peniruan disebut dengan belajar
observasi (observation learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar
observasi merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah
pola perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar sosial
(Sosial learning) karena yang menjadi obyek observasi pada umumya perilaku belajar
orang lain.

   Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial sebagai aktivitas meniru


melalui pengamatan (observasi). Individu yang perilakunya ditiru menjadi model
pebelajar yang meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan proses
belajar sosial. Model ini merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai stimuli
bagi respon pebelajar.
   John W. Santrock (1981) menyebut pandangan Albert Bandura tentang teori
belajar sebagai teori belajar sosial kognitif. Hal ini didasarkan pemikiran bahwa
meniru perilaku model melibatkan proses-proses psikologis yang sangat bersifat
kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention), kinerja motorik (motorik
reproduction), kondisi penguatan dan insentif. Walter Mischel (1973) cenderung
menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena di dalamnya
terkandung harapan (expectancies), strategi memproses informasi dan memaknai
stimuli secara pribadi, anutan nilai subyektif dilekatkan pada stimuli (subjective
stimuli values).

2.      Teori Belajar Kognitivisme

14
Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi kognitif, dan berupaya
menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur ingatan atau cognitif  dalam
aktivitas belajar.
          a.   Teori Perkembangan Kognitif
            Teori ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai
struktur kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan
menanggapi pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
              b.  Teori Kognisi Sosial
            Teori ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran
bahwa budaya berperan pening dalam belajar seseorang.
              c.  Teori Pemrosesan Informasi
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model
kognitif information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf
sistem informasi yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term
memory.

3.      Teori Belajar Konstruktivisme


Konsep dasar belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan
baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya.
 Pembelajaran konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang
melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan
menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing
4.      Teori Belajar Humanisme
            Menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori
belajar humanisme lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, daripada bidang kajian psikologi belajar.

15
2.6.  Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran artinya suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru
sebagai pengajar atau pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang
diajar atau sebagai penerima ilmu pengetahuan atau keterampilan. Secara umum
istilah belajar dimaknai sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya
perubahan tingkah laku. Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat
dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga
tingkah laku peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara
bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu
secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran itu
sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan
hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana
penekanannya adalah pada proses pembelajaran oleh peserta didik(student of
learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher of teaching) (Suryosubroto, 1997:
34).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan
tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai
usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.

2.7.  Tujuan Pembelajaran

16
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut.
Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin
dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh hasil belajar
yang maksimal.
Banyak pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan
pembelajaran, yang
satu sma lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut
pandang garapannya. Robert F. Mager (1962)  misalnya memberikan pengertian
tujuan pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua
dikemukakan oleh Edwar L.
Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang
bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan
dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambrkan hasil belajar yang diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang
samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukan
penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat dicapai sebagai
hasil belajar.
2.8.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.         Faktor Kecerdasan
Yang dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk
melakukan kegiatan berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah
suatu kemapuan yang dibawa dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat
meningkatkannya, tetapi hanya dapat mengembangkannya.
2.         Faktor Belajar

17
Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar,
misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang
dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga kurang menguasai
cara-cara belajar efektif dan efisien.
3.         Faktor Sikap
Sikap dapat menentukan kualitas belajar seseorang.  Diantara sikap yang
dimaksud di sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap
yang positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4.         Faktor Kegiatan
Faktor kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran
jasmani dan keadaan fisik seseorang.
5.         Faktor Emosi dan Sosial
Faktor emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti
persaingan dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada
diantara faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang
menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6.         Faktor Lingkungan
Yang dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat
seseorang belajar. Selain kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang serasi
dengan teman juga dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7.         Faktor Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar
dan perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Guru dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga
mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha
mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan
kepada kepribadian gurunya.

2.9.    Model-model Pembelajaran

18
                      1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran yang
lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan
untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam
suatu periode tertentu

2.  Model Pembelajaran Kooperatif


Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak
tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model pembelajaran
dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen.
3. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks
(Ratumanan, 2002 : 123).

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

19
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
hakikatnya belajar merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang
berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan
tingkah laku yang bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah
laku,dalam belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan
yang lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.

Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas
guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar
pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan
kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang
menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.

3.2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan
ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih
kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik
membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

20
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta

Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora

http://ningningocha.wordpress.com/2011/06/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
belajar-
dan-pembelajaran/

http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/30/apa-hubungan-belajar-dan-
pembelajaran/

http://henpedia.blogspot.co.id/2014/10/makalah-hakikat-belajar-dan-
pembelajaran.html

Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan


Munandir).
Jakarta: Rajawali Pers.

Rooijakkkers, Ad.. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta: Gramedia.

http://aidas07.blogspot.co.id/2014/10/makalah-mata-kuliah-belajar-dan.html

21

Anda mungkin juga menyukai