Makalah
Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kepsel Ilmu Politik
Dosen Pengampu Arik Darojat M.Pd,
Assalammualaikum W. W.
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Alloh SWT yang telah memberikan saya
kesempatan dan kesehatan di selah waktu yang tidak mampu saya elahkan, betapa
bersukurnya bisa kemudahan dalam penulisan makalah ini. Sholawat dan salam akan
tercurahlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang menuntun umat manusia ke sesuatu
yang sebelumnya gelap hingga sekarang mampu menerangi jalan kebahagiaan.
Sebelumnya saya sangat bertertima kasih kepada Jiwa saya pribadi, karena sudah
menemani dan penuh semangat dalam mengerjakan segala apapun itu, kalau tidak ada
dukungan tubuh ini secara fisik ataupun batiniah yah mungkin tahu sahabat semuah, saya
tidak bisa apa-apa. Saya juga berterima kasih kepada dosen saya yang elegant serta luas
pengetahuan yang memberikan pemahaman yang mudah dipahami. jazakalloh khoerun
katsriroon kepada bapak Dr. Arik Darojat M.Pd.
Makalah ini di buat berdasarkan penugasan Dosen pengampu Kepsel Ilmu Politik
dalam melengkapi penilaian guna berupaya sebagai bukti kualitas sejauh mana mahasiswa
memahami materi mata kuliah yang sudah diajarkan, terutama materi ini DEMOKRASI DI
INDONESIA. Saya berharap dalam makalah ini bisa memberikan sedikitnya pemahaman
pembaca ataupun penulis untuk lebih tertarik dalam menelaah materi-materi lain yang
berkesinambungan.
Saya mengakui masih banyak hal yang perlu dipelajari tentang materi ini. Namun,
saya akan berusaha semaksimal mungkin dalam membedah materi ini. Terima kasih
Wassalammulaikum W.W.
Garut, 22 Januari 2021
Penulis
Wandi Mulyana
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
a. Simpulan ............................................................................................................. 27
b. Saran ................................................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Demokrasi saat ini merupakan kata yang senantiasa mengisi perbincangan berbagai
lapisan masyarakat mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat kelas elit seperti
kalangan elit politik, birokrat pemerintahan, tokoh masyarakat, aktivis lembaga swadaya
masyarakat, cendikiawan, mahasiswa, kaum profesional lainnya. Pada berbagai kesempatan
mulai dari obrolan warung kopi sampai dalam forum ilmiah seperti seminar, lokakarya,
symposium, diskusi publik, dan sebagainya. Semaraknya perbincangan tentang demokrasi
semakin memberi dorongan kuat agar kehidupan bernegara , berbangsa , dan bermasyarakat
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Wacana tentang demokrasi seringkali dikaitkan
dengan berbagai persoalan. Karena itu demokrasi menjadi alternatif system nilai dalam
berbagai lapangan kehidupan manusia baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan
Negara.
Demokrasi sepertinya sebuah kata yang sudah tidak asing bagi siapa saja. Oleh karena
itu , untuk mewujudkan salah satu tujuan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa, ada baiknya kita sebagai calon tenaga pendidik mengetahui hakikat dari demokrasi
ini.
Demokrasi di Indonesia adalah suatu proses sejarah dan politik perkembangan
demokrasi di dunia secara umum, hingga khususnya di Indonesia, mulai dari pengertian dan
konsepsi demokrasi menurut para tokoh dan founding fathers Kemerdekaan Indonesia,
terutama Soekarno, Mohammad Hatta, dan Soetan Sjahrir. Selain itu juga proses ini
menggambarkan perkembangan demokrasi di Indonesia, dimulai saat Kemerdekaan
Indonesia, berdirinya Republik Indonesia Serikat, kemunculan fase kediktatoran Soekarno
dalam Orde Lama dan Soeharto dalam Orde Baru, hingga proses konsolidasi demokrasi pasca
Reformasi 1998 hingga saat ini.
Dari pembahasan pendahuluan di atas, maka saya tertarik untuk membuat dan
menyusun makalah yang berjudul “DEMOKRASI DI INDONESIA”
1
c. Bagaimana penjelasan tentang demokrasi terpimpin?
d. Bagaimana susasana demokrasi dalam pemerintahan orde baru ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Ketiga, dengan maklumat Wakil Presiden maka dimungkinkan terbentuk sejumlah
partai politik.
Pembentukan sejumlah partai politik ini kemudian menjadi peletak dasar sistem
kepartaian di Indonesia untuk masa-masa selanjutnya dalam sejarah kehidupan politik
Indonesia.
Beberapa hal yang akan saya jelaskan juga mengenai demokrasi masa revolusi
melihat dari pekembangan, kendala serta system politik kerakyatan pada masa ini.
a. Perkembangan Demokrasi pada Masa Revolusi
4
Presiden 5 Juli 1959. Kekuasaan menjadi tersentral di tangan presiden, dan secara
signifikan diimbangi dengan peran PKI dan Angkatan Darat. Kekuatan-kekuatan
Superstruktur dan infrastruktur politik dikendalikan secara hampir penuh oleh presiden.
Dengan ambisi yang besar PKI mulai memperluas kekuatannya sehingga terjadi kudeta
oleh PKI yang akhirnya gagal di penghujung September 1965, kemudian mulailah pada
massa orde baru.
Stabilitas pemerintah dalam 20 tahun bereda dalam keadaan memprihatinkan.
Mengalami 25 pergantian kabinet, 20 kali pergantian kekuasaan eksekutif dengan rata-
rata satu kali pergantian setiap tahun. Stabilitas politik secara umum memprihatinkan.
Ditandai dengan kuantitas konflik politik yang amat tinggi. Konflik yang bersifat
ideologis dan primordial dalam masa 20 tahun pasca merdeka.
Krisis ekonomi dalam masa demokrasi parlementer dikarenakan karena kabinet
tidak sempat untuk merealisasikan program ekonomi karena pergantian kekuasaan yang
sering terjadi. Masa demokrasi terpimpin mengalami krisis ekonomi karena
kegandrungannya terhadap revolusi serta urusan internasional sehingga kurangnya
perhatian disektor ekonomi. Perangkat kelembagaan yang memprihatinkan.
Ketidaksiapan aparatur pemerintah dalam proses politik menjadikan birokrasi tidak
terurus.
b. Kendala Demokrasi pada Masa Revolusi
Pada masa revolusi 1945-1950 banyak kendala yang dihadapi bangsa Indonesia,
misalnya perbedaan-perbedaan antara kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata dengan
kekuatan diplomasi, antara mereka yang mendukung revolusi sosial dan mereka yang
menentangnya dan antara kekuatan Islam dalam kekuatan sekuler. Di awal revolusi tidak
satu pun perbedaan di antara bangsa Indonesia yang terpecahkan. Semua permasalahan
itu baru dapat diselesaikan setelah kelompok-kelompok kekuatan itu duduk satu meja
untuk memperoleh satu kata sepakat bahwa tujuan pertama bangsa Indonesia adalah
kemerdekaan bangsa Indonesia. Pada akhirnya kekuatan-kekuatan perjuangan bersenjata
dan kekuatan diplomasi bersama-sama berhasil mencapai kemerdekaan.
c. Demokrasi Kerakyatan pada Masa Revolusi
5
membangun sebuah tatanan sosial yang adil akhirnya membuahkan hasil dengan
diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
6
berjalan beberapa bulan. Seperti Djuanda Kartawidjaja diberhentikan dengan mosi tidak
percaya dari parlemen.
Kedua, akuntabilitas (pertanggungjawaban) pemegang jabatan dan politisi pada
umumnya sangat tinggi. Hal ini dapat terjadi karena berfungsinya parlemen dan juga
sejumlah media massa sebagai alat kontrol sosial. Sejumlah kasus jatuhnya kabinet dalam
periode ini merupakan contoh konkret tingginya akuntabilitas.
Ketiga, kehidupan kepartaian memperolah peluang sebesar-besarnya untuk
berkembang secara maksimal. Dalam periode ini, Indonesia menganut sistem multipartai.
Pada periode ini 40 partai politik terbentuk dengan tingkat otonomi yang sangat tinggi
dalam proses rekrutmen, baik pengurus atau pimpinan partai maupun para pendukungnya.
Campur tangan pemerintah dalam hal rekrutmen tidak ada. Sehingga setiap partai bebas
memilih ketua dan segenap anggota pengurusnya.
Keempat, sekalipun Pemilihan Umum hanya dilaksanakan satu kali pada 1955,
tetapi Pemilihan Umum tersebut benar-benar dilaksanakan dengan prinsip demokrasi.
Kompetisi antar partai politik berjalan sangat intensif dan fair. Setiap pemilih dapat
menggunakan hak pilih dengan bebas tanpa ada tekanan atau rasa takut.
Kelima, masyarakat umumnya dapat merasakan hak-hak dasar dan tidak dikurangi
sama sekali. Meski tidak semua warga negara dapat memanfaatkan hak-hak dasar dengan
maksimal. Tetapi hak untuk berserikat dan bekumpul dapat diwujudkan, dengan
terbentuknya sejumlah partai politik dan organisasi peserta Pemilihan Umum. Kebebasan
pers dan kebebasan berpendapat dirasakan dengan baik. Masyarakat bisa melakukan
tanpa rasa takut menghadapi risiko, meski mengkritik pemerintah dengan keras. Contoh
Dr. Halim, mantan Perdana Menteri, menyampaikan surat terbuka dengan kritikan sangat
tajam terhadap sejumlah langkah yang dilakukan Presiden Soekarno. Surat tersebut
tertanggal 27 Mei 1955.
Keenam, dalam masa pemerintahan parlementer, daerah-daerah yang memperoleh
otonomi yang cukup. Daerah-daerah bahkan memperoleh otonomi seluas-luasnya dengan
asas desentralisasi sebagai landasan untuk berpijak, dalam mengatur hubungan kekuasaan
antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
7
3) Perdanamenteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa)untuk mengangkat
danmemberhentikan menteri-menteri yang memimpin departement dan non-
departemen.
4) Menteri-menterihanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
5) Kekuasaaneksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.
6) Kekuasaaneksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.
7) Kontrolterhadap negara, alokasi sumberdaya alam dan manusia dapat terkontrol.
8) Kelompokminoritas (agama, etnis) boleh berjuang, unuk memperjuangkan dirinya.
Program kerja :
a) Menjalankanberbagai tindakan tegas sebagai negara hukum untuk menjamin
keamanan danketentraman serta menyempurnakan organisasi alat-alat
kekuasaan negara.
8
b) Membuatdan melaksanakan rencana kemakmuran nasional dalam jangka
pendek untukmempertinggi kehidupan sosial ekonomi rakyat dan
mempercepat usaha penempatanbekas pejuang dalam pembangunan
c) Menyelesaikan persiapan pemilu untuk membentukDewan Konstituante dan
menyelenggarakan pemilu itu dalam waktu singkat sertamempercepat
terlaksananya otonomi daerah
d) MenyampaikanUndang-Undang pengakuan serikat buruh, perjanjian kerja
sama, penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buru
e) Menyelenggarakan politik luar negeri bebas aktif
f) Memasukkan Irian Barat ke wilayah RI secepatnya
3. Kabinet Wilopo (3 April 1952-3 Juni 1953)
Kabinet ini merupakan zakenkabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Mr. Wilopo
Program kerja :
a) Mempersiapkan pemilu
b) Berusahamengembalikan Irian Barat ke dalam pangkuan RI
c) Meningkatkankeamanan dan kesejahteraan
d) Perbaharuibidang pendidikan dan pengajaran
e) Melaksanakanpolitik luar negeri bebas dan aktif
4. Kabinet Ali Sastroamijoyo ( 1 Agustus 1953-24 Juli 1955)
Kabinet ini merupakan koalisiantara PNI dan NU. Dipimpin oleh Mr.
AliSastroamijoyo.
Program kerja :
a) Menumpaspemberontakan DI/TII di berbagai daerah
b) Memperjuangkankembalinya Irian Barat kepada RI
c) MenyelenggarakanKonferensi Asia Afrika
d) Meningkatkan keamanandan kemakmuran serta segera menyelenggarakan Pemilu.
e) Pembebasan Irian Baratsecepatnya.
f) Pelaksanaan politikbebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.
g) Penyelesaian Pertikaianpolitik
5. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 3 Maret 1956)
9
a) Mengembalikan kewibawaanpemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan
Angkatan Darat dan masyarakatkepada pemerintah.
b) Melaksanakan pemilihanumum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan
mempercepat terbentuknyaparlemen baru.
c) Masalah desentralisasi,inflasi, pemberantasan korupsi.
d) Perjuangan pengembalianIrian Barat.
e) Politik KerjasamaAsia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.
6. Kabinet Ali Sastroamijoyo II (20 Maret 1956 – 4 Maret 1957)
Kabinet ini merupakan koalisiantara tiga partai yaitu PNI, Masyumi, dan NU.
Dipimpin oleh Ali Sastroamijoyo.
Program kerjanya disebut RencanaPembangunan Lima Tahun, yaitu :
a) Menyelesaikanpembatalan KMB
b) Pembentukanprovinsi Irian Barat
c) Menjalankanpolitik luar negeri bebas aktif
d) Perjuangan pengembalianIrian Barat
e) Pembentukandaerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya anggota-
anggota DPRD.
f) Mengusahakan perbaikannasib kaum buruh dan pegawai.
g) Menyehatkan perimbangankeuangan negara.
h) Mewujudkan perubahanekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional berdasarkan
kepentingan rakyat.
i) Pemulihan keamanan danketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan
politik luar negeri bebas aktif
j) Melaksanakan keputusanKAA.
7. Kabinet Djuanda ( 9 April1957-10 Juli 1959 )
Kabinet ini merupakan zakenkabinet yatu kabinet yang terdiri dari para pakar
yang ahli dalam bidangnya.Dibentuk karena kegagalan konstituante dalam menyusun
Undang-Undang Dasarpengganti UUDS 1950 serta terjadinya perebutan kekuasaan
politik. Dipimpin oleh Ir. Juanda.
10
e) Mempercepatpembangunan
11
1. „Gunting Sjafruddin‟, yaitu pemotongan nilaiuang (sanering) pada 20 Maret 1950.
Istilah „Gunting Sjafruddin‟ ini melekatpada era Sjafruddin Prawiranegara menjadi
Menteri Keuangan pada kabinet HattaII. Langkah ini bertujuan untuk mengurangi
jumlah uang yang beredar agartingkat harga turun.
2. Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya menumbuhkan wiraswastawan
pribumi danmendorong importir nasional agar bisa bersaing dengan perusahaan
impor asing.Impor barang tertentu dibatasi dan memberikan lisensi impornya hanya
padaimportir pribumi. Pemberian kredit juga diberikan pada perusahaan-
perusahaanpribumi agar mereka bisa berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi
nasional.Tapi, usaha ini gagal. Pengusaha pribumi memiliki sifat yang
cenderungkonsumtif dan tak bisa bersaing dengan pengusaha nonpribumi.\
3. Nasionalisasi De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada 15 Desember 1951,
lewat UU No 24 Tahun 1951 dengan fungsi sebagai bank sentral dan bank sirkulasi.
4. Sistemekonomi Ali-Baba (kabinet Ali Sastroamijoyo I) yang diprakarsai Mendagri
kalaitu, Iskak Cokrohadisuryo. Langkah yang dilakukan adalah menggalang kerja
samaantara pengusaha Cina dan pengusaha pribumi. Pengusaha nonpribumi
wajibmemberikan latihan-latihan kepada pengusaha pribumi. Sementara itu,
pemerintahmenyediakan kredit dan lisensi bagi usaha-usaha swasta nasional.
Program inipun tidak berjalan dengan baik. Pengusaha pribumi kurang
berpengalaman sehinggahanya dijadikan alat untuk mendapatkan bantuan kredit dari
pemerintah.
5. Pembatalan sepihak atas hasil-hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), termasuk
pembubaran UniIndonesia-Belanda. Akibatnya, banyak pengusaha Belanda yang
menjualperusahaannya, sedangkan pengusaha-pengusaha pribumi belum bisa
mengambil alihperusahaan-perusahaan tersebut.
6. Rencana Pembangunan Lima Tahun, Program yang dilaksanakan umumnya
merupakan programjangka pendek, tetapi pada masa kabinet Ali Sastroamijoyo II,
pemerintahanmembentuk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang disebut
Biro PerancangNegara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka panjang. Ir.
Juanda diangkatsebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun
RencanaPembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan
antara tahun1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun
1957 sasarandan prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan
(Munap).Pembiayaan RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
12
7. Musyawarah Nasional Pembangunan, untukmengubah rencana pembangunan agar
dapat dihasilkan rencana pembangunan yangmenyeluruh untuk jangka panjang.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dapat dipandang sebagai suatu bentuk usaha untuk
mencari jalan keluar dari kemacetan politik dengan melalui pembentukan
kepemimpinan yang kuat. Setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 tersebut,
Indonesia jatuh pada masa Demokrasi Terpimpin. Dalam demokrasi terpimpin
Soekarno bertindak seperti seorang diktator. Ia hampir menguasai semua sektor
kekuasaan negara baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Demokrasi Terpimpin merupakan sebuah hype pendek demokrasi yang tidak
didasarkan atas paham liberalisme, sosialisme-nasional, fasisme, dan komunisme,
tetapi suatu paham demokrasi yang didasarkan pada keinginan-keinginan luhur bangsa
Indonesia seperti yang tercantum di dalam pembukaan UUD 1945. Demokrasi yang
menuju pada satu tujuan yaitu mencapai masyarakat adil dan makmur yang penuh
dengan kebahagiaan material dan spiritual sesuai dengan cita-cita Proklamasi 17
Agustus 1945.
13
Namun di dalam prakteknya, apa yang dinamakan dengan Demokrasi Terpimpin
yang mempunyai tujuan yang luhur ini tidak pernah dilaksanakan secara konsekuen.
Malah sebaliknya, sistem ini sangat jauh dan menyimpang dari arti yang sebenarnya.
Dalam prakteknya, yang memimpin demokrasi ini bukan Pancasila sebagaimana
yang dicanangkan, tetapi sang pemimpinnya sendiri. Akibatnya, demokrasi yang
dijalankan tidak berdasarkan keinginan luhur bangsa Indonesia, tetapi berdasarkan
keinginan-keinginan atau ambisi politik pemimpinnya sendiri.
b. Sejarah Demokrasi Terpimpin
Pada masa Demokrasi Terpimpin, banyak terjadi penyelewengan terhadap
Pancasila dan UUD 1945 seperti: Pembentukan Nasakom (Nasionalis, Agama dan
Komunis), Tap MPRS Nomor III/MPRS/1963 tentang Pengangkatan Soekarno
sebagai Presiden Seumur Hidup. Pembubaran DPR hasil pemilu oleh Presiden.
Pengangkatan ketua DPRGR/MPRS menjadi menteri negara oleh Presiden. GBHN
yang bersumber pada pidato Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul
“Penemuan Kembali Revolusi Kita” ditetapkan oleh DPA, bukan MPRS.
Dalam demokrasi terpimpin, jika tidak terjadi mufakat dalam sidang DPR,
maka permasalahan yang ada akan diserahkan kepada Presiden sebagai pemimpin
besar revolusi untuk diputuskan sendiri. Dengan demikian, rakyat atau wakil rakyat
yang duduk dalam lembaga legislatif tidak mempunyai peranan yang penting dalam
pelaksanaan Demokrasi Terpimpin. Pada akhirnya, pemerintahan Orde Lama beserta
demokrasi terpimpinnya jatuh setelah terjadinya peristiwa G-30-S/PKI 1965 dengan
diikuti krisis ekonomi yang cukup parah.
14
a. Kelahiran Surat Perintah Sebelas Maret 1966 (Supersemar)
15
b. Pemberangusan Partai Komunis Indonesia
Sebagai tindak lanjut keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret, Letnan Jenderal
Soeharto mengambil beberapa tindakan. Pada tanggal 12 Maret 1966, ia
mengeluarkan surat keputusan yang berisi pembubaran dan larangan bagi Partai
Komunis Indonesia serta ormas-ormas yang bernaung dan berlindung atau senada
dengannya untuk beraktivitas dan hidup di wilayah Indonesia. Keputusan ini
kemudian diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI ABRI/Mandataris
MPRS No.1/3/1966 tanggal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran Partai Komunis
Indonesia beserta ormas-ormasnya mendapat sambutan dan dukungan karena
merupakan salah satu realisasi dari Tritura.
Pada tanggal 18 Maret 1966, Soeharto mengamankan 15 orang menteri yang
dinilai tersangkut dalam Gerakan 30 September dan diragukan etika baiknya yang
dituangkan dalam Keputusan Presiden No. 5 Tanggal 18 Maret 1966. Ia kemudian
memperbaharui Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan membersihkan lembaga
legislatif, termasuk MPRS dan DPRGR, dari orang-orang yang dianggap terlibat
Gerakan 30 September. Keanggotaan Partai Komunis Indonesia dalam MPRS
dinyatakan gugur. Peran dan kedudukan MPRS juga dikembalikan sesuai dengan
UUD 1945, yakni di atas presiden, bukan sebaliknya. Di DPRGR sendiri, secara total
ada 62 orang anggota yang diberhentikan. Soeharto juga memisahkan jabatan pimpian
DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan DPRGR tidak lagi diberi
kedudukan sebagai menteri.
Pada tanggal 20 Juni hingga 5 Juli 1955, diadakanlah Sidang Umum IV MPRS
dengan hasil sebagai berikut:
- Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 tentang Pengesahan dan Pengukuhan
Supersemar.
- Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966 mengatur Kedudukan Lembaga-Lembaga
Negara Tingkat Pusat dan Daerah.
- Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri
RI Bebas Aktif
- Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera.
- Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Tap. MPRS
yang Bertentangan dengan UUD 1945.
- Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang Sumber Tertib Hukum RI dan Tata
Urutan Perundang-undangan di Indonesia.
16
- Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis
Indonesia dan Pernyataan Partai Komunis Indonesia dan Ormas-Ormasnya sebagai
Organisasi Terlarang di Indonesia.
Hasil dari Sidang Umum IV MPRS ini menjadi landasan awal tegaknya Orde
Baru dan dinilai berhasil memenuhi dua dari tiga tuntutan rakyat (tritura), yaitu
pembubaran Partai Komunis Indonesia dan pembersihan kabinet dari unsur-unsur
Partai Komunis Indonesia.
Selain dibubarkan dan dibersihkan, kader-kader Partai Komunis Indonesia juga
dibantai khususnya di wilayah pedesaan-pedesaan di pulau Jawa. Pembantaian ini
tidak hanya dilakukan oleh angkatan bersenjata, namun juga oleh rakyat biasa yang
dipersenjatai. Selain kader, ribuan pegawai negeri, ilmuwan, dan seniman yang
dianggap terlibat juga ditangkap dan dikelompokkan berdasarkan tingkat
keterlibatannya dengan Partai Komunis Indonesia. Sebagian diasingkan ke Pulau Buru,
sebuah pulau kecil di wilayah Maluku. Pada tanggal 30 September setiap tahunnya,
pemerintah menayangkan film yang menggambarkan Partai Komunis Indonesia
sebagai organisasi yang keji.
c. Pembentukan Kabinet Ampera
17
kekuatannya perlahan-lahan dilemahkan. Kalangan militer, khususnya yang
mendapatkan pendidikan di negara Barat, keberatan dengan kebijakan pemerintah
Soekarno yang dekat dengan Partai Komunis Indonesia. Mengalirnya bantuan dana
dari Uni Soviet dan Tiongkok pun semakin menambah kekhawatiran bahwa Indonesia
bergerak menjadi negara komunis.
Akhirnya pada 22 Februari 1967, untuk mengatasi situasi konflik yang
semakin memuncak kala itu, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaan kepada
Jenderal Soeharto. Penyerahan ini tertuang dalam Pengumuman Presiden Mandataris
MPRS, Panglima Tertinggi ABRI Tanggal 20 Februari 1967. Pengumuman itu
didasarkan atas Ketetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 yang menyatakan apabila
presiden berhalangan, pemegang Surat Perintah 11 Maret 1966 berfungsi sebagai
pemegang jabatan presiden. Pada 4 Maret 1967, Jenderal Soeharto memberikan
keterangan pemerintah di hadapan sidang DPRHR mengenai terjadinya penyerahan
kekuasaan. Namun, pemerintah tetap berpendirian bahwa sidang MPRS perlu
dilaksanakan agar penyerahan kekuasaan tetap konstitusional. Karena itu, diadakanlah
Sidang Istimewa MPRS pada tanggal 7-12 Maret 1967 di Jakarta, yang akhirnya
secara resmi mengangkat Soeharto sebagai presiden Republik Indonesia hingga
terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum.
d. Kebijakan ekonomi
- Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
Di awal kekuasaannya, Pemerintah Orde Baru mewarisi kemerosotan ekonomi
yang ditinggalkan oleh pemerintahan sebelumnya. Kemerosotan ekonomi ini
ditandai oleh rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia yang hanya
mencapai 70 dollar AS, tingginya inflasi yang mencapai 65%, serta hancurnya
sarana-sarana ekonomi akibat konflik yang terjadi di akhir pemerintahan Soekarno
Untuk mengatasi kemerosotan ini, pemerintah Orde Baru membuat program
jangka pendek berdasarkan Tap. MPRS No. XXII/MPRS/1966 yang diarahkan
kepada pengendalian inflasi dan usaha rehabilitasi sarana ekonomi, peningkatan
kegiatan ekonomi, dan pencukupan kebutuhan sandang. Program jangka pendek ini
diambil dengan pertimbangan apabila inflasi dapat dikendalikan dan stabilitas
tercapai, kegiatan ekonomi akan pulih dan produksi akan meningkat.
Mulai tahun 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk
pembangunan yang disebut sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita).
Repelita pertama yang mulai dilaksanakan tahun 1969 tersebut fokus pada
rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi.
18
Pembangunan sektor pertanian diberi prioritas untuk memenuhi kebutuhan pangan
sebelum membangun sektor-sektor lain. Pembangunan antara lain dilaksanakan
dengan membangun prasana pertanian seperti irigasi, perhubungan, teknologi
pertanian, kebutuhan pembiayaan, dan kredit perbankan. Petani juga dibantu
melalui penyediaan sarana penunjang utama seperti pupuk hingga pemasaran hasil
produksi.
Repelita I membawa pertumbuhan ekonomi naik dari rata-rata 3% menjadi
6,7% per tahun, pendapatan perkapita meningkat dari 80 dolar AS menjadi 170
dolar AS, dan inflasi dapat ditekan menjadi 47,8% pada akhir Repelita I pada tahun
1974. Repelita II (1974-1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian
pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pembangunan dengan
penekanan pada sektor pertanian dan industri yang mengolah bahan mentah
menjadi bahan baku. Pada tahun 1984, Indonesia berhasil mencapai status
swasembada beras dari yang tadinya merupakan salah satu negara pengimpor beras
terbesar di dunia pada tahun 1970-an. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita
V (1989-1994), selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian,
juga mulai bergerak menitikberatkan pada sektor industri khususnya industri yang
menghasilkan barang ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja, industri
pengolahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin
industri.
e. Swasembada beras
19
Pemerintah juga berusaha mengiringi pertumbuhan ekonomi dengan
pemerataan kesejahteraan penduduk melalui program-program penyediaan
kebutuhan pangan, peningkatan gizi, pemerataan pelayanan kesehatan, keluarga
berencana, pendidikan dasar, penyediaan air bersih, dan pembangunan perumahan
sederhana. Strategi ini dilaksanakan secara konsekuen di setiap pelita. Berkat
usaha ini, penduduk Indonesia berkurang dari angka 60% pada tahun 1970-an ke
angka 15% pada tahun 1990-an. Pendapatan perkapita masyarakat juga naik dari
yang hanya 70 dolar per tahun pada tahun 1969, meningkat menjadi 600 dolar per
tahun pada tahun 1993.
Pemerataan ekonomi juga diiringi dengan adanya peningkatan usia
harapan hidup, dari yang tadinya 50 tahun pada tahun 1970-an menjadi 61 tahun
di 1992. Dalam kurun waktu yang sama, angka kematian bayi juga menurun dari
142 untuk setiap 1.000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1.000 kelahiran
hidup. Jumlah penduduk juga berhasil dikendalikan melalui program Keluarga
Berencana (KB). Selama dasawarsa 1970-an, laju pertumbuhan penduduk
mencapai 2,3% per tahun. Pada awal tahun 1990-an, angka tersebut dapat
diturunkan menjadi 2,0% per tahun.
Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada
masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhanaan dan
penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan sosial politik.
Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan
ideologi, tetapi lebih atas persamaan program. Tiga kekuatan sosial politik itu
adalah: Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU,
20
Parmusi, PSII, dan PERTI; Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan
gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo; Golongan
Karya
Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru
dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan
pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya
perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsi serta pemahaman
Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia.
- Pemilihan Umum
21
- Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI
Menurut Connie Rahakundini Bakrie, Orde Baru menempatkan militer sebagai
pemain sentral dalam perpolitikan melalui doktrin Dwi Fungsi ABRI. Selain
menjadi angkatan bersenjata, ABRI juga memegang fungsi politik, menjadikannya
organisasi politik terbesar di negara. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI
karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara.
Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR
mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu.
Dasar hukum pelaksanaan Dwifungsi ABRI di antaranya yakni Ketetapan
MPR, yaitu sejak TAP MPR(S) No. II Tahun 1969 hingga TAP MPR No. IV Tahun
1978. Selain itu, dasar hukumnya yakni Undang-Undang (UU) No. 15 dan 16 tahun
1969 yang diperbarui menjadi UU No. 4 dan 5 tahun 1975. Pengukuhan peran
ABRI sebagai kekuatan sosial politik ditegaskan dalam UU No. 20 Tahun 1982.
Dalam penjelasan pasalnya disebutkan bahwa prajurit ABRI dalam bidang sosial
politik bertindak selaku dinamisator dan stabilisator. Peran dinamisator sebenarnya
telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal
Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun
pemimpin pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang
dilakukan Soeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah Gerakan
30 September, yang melahirkankan Orde Baru.
Sistem ini memancing kontroversi di tubuh ABRI sendiri. Banyak perwira,
khususnya mereka yang berusia muda, menganggap bahwa sistem ini mengurangi
profesionalitas ABRI. Masuknya pendidikan sosial dan politik dalam akademi
militer mengakibatkan waktu mempelajari strategi militer berkurang.
Secara kekuatan, ABRI juga menjadi lemah dibandingkan negara Asia
Tenggara lainnya. Saat itu, hanya ada 533.000 prajurit ABRI, termasuk Polisi yang
kala itu masih menjadi bagian dari ABRI. Angka ini, yang hanya mencakup 0,15
persen dari total populasi, sangat kecil dibanding Singapura (2,06%), Thailand
(0,46%), dan Malaysia (0,68%). Pendanaan yang didapatkan ABRI pun tak kalah
kecil, hanya sekitar 1,96% dari total PDB, sementara angkatan bersenjata Singapura
mendapatkan 5,48% dan Thailand 3,26%. Selain itu, peralatan dan perlengkapan
yang dimiliki juga sedikit; ABRI hanya memiliki 100 tank besar dan 160 tank
ringan.
h. Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
22
Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan
mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal
dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan
Pengamalan Pancasila (P4). Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978
pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan
masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama
mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama
terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan
kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini
rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.
Sehingga sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas
tunggal dalam kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh
menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas
tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan
Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial
masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh
karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai
dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila,
demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Pancasila dianggap memiliki kesakralan
(kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.
f. Penataan Kehidupan Ekonomi
Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi
23
terus. Rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana
ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana
yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
i. Pembangunan nasional
direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka
Panjang. Dan Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui program
Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Selama masa Orde Baru, pemerintah telah
melaksanakan enam Pelita yaitu:
1) Pelita I
Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979.
Sasaran utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan,
sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.
Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil. Pada awal pemerintahan Orde
Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi
47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.
3) Pelita III
Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.
Pelaksanaan Pelita III masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan, dengan titik
berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur
Pemerataan.
4) Pelita IV
24
meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan di
tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi
resesi. Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi, pemerintah
mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional dapat
berlangsung terus.
5) Pelita V
Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994. Pada Pelita ini
pembangunan ditekankan pada sector pertanian dan industri. Pada masa itu
kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan pertumbuhan
ekonomi sekitar 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan
gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding
sebelumnya.
6) Pelita VI
25
maupun daerah), legislatif (MPR, DPR dan DPRD) maupun yudikatif (MA). Di
negara yang menganut sistem pemerintahan demokratis, semua warga negara yang
mampu dan memenuhi syarat mempunyai peluang sama untuk mengisi jabatan
politik tersebut. Tetapi yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru, sistem
rekrutmen politik bersifat tertutup. Sistem rekrutmen tertutup sangat bertentangan
dengan semangat demokrasi. Pengisian jabatan tinggi seperti Mahkamah Agung
(MA),
Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan jabatan-jabatan lain dalam
birokrasi dikontrol sepenuhnya oleh lembaga kepresidenan. Demikian juga dengan
anggota badan legislatif. Anggora DPR dipilih melalui proses pengangkatan dengan
surat keputusan Presiden. Pada rekrutmen politik lokal (gubernur dan bupati atau
walikota), masyarakat di daerah tidak punya peluang ikut menentukan pemimpin.
Presiden memutuskan siapa yang akan menjabat.
3. Terjadi kecurangan pada Pemilihan Umum.
26
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Banyak sekali pelajar-pelajar yang didapat, betapa berharganya dari perjuangan tokoh
pembangunan demokrasi di Indonesia, walapun banyak rintangan para tokoh nasionalis
tetap teguh untuk mepersatukan Indonesia walapun demokrasi naik turun
perkembangannya.
Pelajaran lain adalah sejarah jangan dilupakan karena banyak ilmu yang akan didapat
bila kita belajar sejarah, terutama sitem politik demokrasi di Indonesia. Indonesia banyak
mengalami banyak fase perihal demokrasi, dari mulai revolusi, terpimpin sampai masuk
ke orde baru. Disanalah banyak nilai-nilai yang bisa kita ambil bila kita telaah dengan
seksama.
3.2 Saran
Tidak luput dari kesalahan, manusia adalah tempat kesalahan tapi bukan berarti juga
temapt selalu salah yang mana harus ada perbaikan diri dalam menempuh kesalahan
tersebut. Dalam makalah ini masih banyak kekurangan bahkan mungkin mendekati
kesalahan , saya atas nama penulis juga penyusun meminta maaf sebesar-besarnya jika
dalam mengutuip sumber atau mengarang masih ada yang ambigu. Oleh karena jika
berkenan bisa memberikan masukan dan saran yang disertai solusi bagaimana
memperbaiki kesalahan tersebut. Jazakalloh khoiron katsiroon ..
27
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Rifan. 2020. Suara.com. Sejarah Demokrasi Terpimpin, Latar Belakang, dan
Kondisi Ekonomi. https://www.suara.com/news/2020/12/11/090111/sejarah-
demokrasi-terpimpin-latar-belakang-dan-kondisi-ekonomi?page=all. Diakses tanggal
22 Januari 2021.
Putri, Arum Sutrisni . 2020. KOMPAS.com. Karakteristik Demokrasi Periode Orde Baru .
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/13/110000969/karakteristik-demokrasi-
periode-orde-baru?page=all . Diakses tanggal 22 Januari 2021.
iii