Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

GANGGUAN KONSEP DIRI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Jiwa

PEMBIMBING

Meti Agustini, Ns., M.Kep


Maradona S.Kep., Ns

DI SUSUN OLEH :

Nama : RISDAYANTI, S.Kep


NPM : 1914901210148

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU


KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KONSEP DIRI

I. Pengertian
Konsep diri merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikososial yang tidak didapat
sejak lahir, akan tetapi dapat dipelajari sebagai hasil dari pengalaman seseorang terhadap
dirinya. Konsep diri ini berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan
psikososial seseorang. Secara umum konsep diri adalah semua tanda, keyakinan dan
pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat
memengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide
dan tujuan (Hidayat, 2006:238).
Diri merupakan bagian paling kompleks dari semua kualitas manusia. Diri adalah kerangka
acuan dimana seseorang mempersepsi dan mengevaluasi dunia. Konsep diri terdiri semua
nilai-nilai, keyakinan dan ide-ide yang berkonstribusi terhadap pengetahuan diri dan
memengaruhi hubungan seseorang tentang karakteristik dan kemampuan pribadi serta
tujuan dan cita-cita seseorang (Stuart,2016:213).
Menurut Schult & videbeck (1998) penilaian negative seseorang terhadap diri dan
kemampuan yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung. Harga diri rendah
adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat
evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Adanya perasaan hilang
percaya diri , merasa gagal karena karena tidak mampu mencapai keinginansesuai ideal diri
(keliat. 1998).

II. Rentang Respon


Respon adaptif Respon maladaptif

aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah kerancuan depersonalisasi


positif kronis identitas

sumber: Keliat (1999)


Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial, secara
umum yang berlaku di masyarakat terdiri dari :
1. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman yang
sukses.
2. Konsep diri positif.
Klien mempunyai pengalaman yang dalam perwujudan dirinya dapat
mengidentifikasikan kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam menilai masalah
sesuai norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat
Jika menyimpang, hal ini merupakan respon maladaptif. Yang termasuk didalamnya
adalah
3. Harga diri rendah
Transisi antara respon adaptif dan maladaptif sehingga individu cenderung berpikir
ke arah negatif.
4. Keranuan identitas
Kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke
dalam kematangan psikologis dan kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
5. Depersonalisasi
Perasaan yang tidak realistik dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan
dengan kecemasan, kepanikan dan tidak dapat membedakan dirinya dengan orang
lain sehingga mereka tidak mengenal dirinya sendiri.

III. Faktor Predisposisi


1) Biologi :
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau
sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising,
rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran
(polusi) udara atau zat kimia.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal
diri yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan
kegagalan.
3) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial.
4) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a) Kehilangan / kerusakan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh.
c) Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
d) Prosedur pengobatan seperi radiasi, transplantasi, kemoterapi
5) Faktor predisposisi gangguan harga diri
a) Penolakan dari orang lain.
b) Kurang penghargaan.
c) Pola asuh yang salah
d) Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
e) Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
6) Faktor predisposisi gangguan peran
a) Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan
keadaan sehat – sakit.
b) Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan
secara terus menerus yang tidak terpenuhi.
c) Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran
yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
d) Peran yang terlalu banyak.
7) Faktor predisposisi gangguan identitas diri
a) Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
b) Tekanan dari teman sebaya.
c) Perubahan struktur sosial (Stuart,2016 : 221)
IV. Faktor Presitipasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
terdiri dari :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat
melakukan peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak
merasa cocok dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :
a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan
pertumbuhan. Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan
individu atau keluarga dan norma – norma budaya, nilai – nilai, serta tekanan untuk
menyesuaikan diri.
b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga
melalui peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau
kematian.
c) Transisi peran sehat – sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan
sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
1) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
2) Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
3) Prosedur medis dan perawatan (Stuart,2016 : 221)

V. Manifestasi Klinis/tanda dan gejala


1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Tidak menerima pujian
5. Penurunan produktivitas
6. Penolakan terhadap kemampuan diri
7. Kurang memperhatikan perawatan diri
8. Berpakaian tidak rapi
9. Selera makan berkurang
10. Tidak berani menatap lawan bicara
11. Lebih banyak menunduk
12. Bicara lambat dengan nada suara lemah
VI. Pathway

Isolasi Menarik diri

Gangguan Konsep Diri

(Wijaya Ningsih,2015:53)
Tidak Efektifnya Koping Individu

VII. PROSES KEPERAWATAN


6.1 Pengkajian
1) Identitas klien
Nama, usia, jenis kelamin, alamat, suku/bangsa, status pernikahan, agama,
pekerjaan, diagnose medik, nomer RM, tanggal masuk, serta penanggung
jawab.
2) Keluhan utama
Menanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang akan dicapai.
3) Faktor Prepitasi dan Predisposisi
Menanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan :
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
c. Sosial budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang
disukai dan tidak disukai
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki /
perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga diri
rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
f. Status Mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien (sedih, takut, khawatir), afek klien, interaksi selama
wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat konsentrasi dan berhitung
g. Kebutuhan persiapan pulang
 Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC,
membersikan dan merapikan pakaian.
 Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
 Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam
dan diluar rumah
 Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
h. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya pada
orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri)

i. Masalah psikososial dan lingkungan


Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
j. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter. Terapi yang diterima klien
bisa berupa terapi farmakologi, psikomotor, TAK, dan rehabilitasi

6.2 Diagnosa Keperawatan


Gangguan konsep diri

6.3 Rencana Tindakan Keperawatan


 Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.Untuk
membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang
masih dimilikinya , perawat dapat :
 Diskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
 Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
 Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.Untuk tindakan
tersebut, saudara dapat :
 Diskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini.
 Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan pasien.
 Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
 Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih Tindakan
keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
 Diskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
 Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri
 Melatih kemampuan yang dipilih pasien. Untuk tindakan keperawatan tersebut
saudara dapat melakukan:
 Diskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
 Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
 Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.
 Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih. Untuk
mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan hal-hal
berikut:
 beri kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
 Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
 Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
 Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan
kegiatan

VII. Strategi Pelaksanaan Tindakan


SP1 Klien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu
klien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien
memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah
dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam
rencana harian
 Orientasi
“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya Mira, biasa dipanggil Mira, saya mahasiswa
UMB yang sedang praktik diruangan ini., Bagaimana keadaan ibu hari ini ?
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang
pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu
dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih””Dimana
kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?
 Kerja
” Ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya
ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa ibu lakukan? Bagaimana dengan
merapihkan kamar? Menyapu ? “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang ibu miliki “.” ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang
masih dapat dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3
kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. ”Sekarang, coba ibu pilih
satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang nomor satu,
merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapikan tempat tidur ibu”. Mari kita lihat tempat tidur ibu Coba lihat, sudah
rapikah tempat tidurnya?”. “Nah kalau kita mau merapikan tempat tidur, mari kita
pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan
kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah
atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”. ” ibu sudah bisa
merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ” “Coba ibu lakukan dan jangan lupa memberi tanda
MMM (mandiri) kalau ibu lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan
bisa melakukan, dan ibu(tidak) melakukan.
 Terminasi
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapikan tempat
tidur ? Yah, ternyata ibu banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di
rumah sakit ini. Salah satunya, merapikan tempat tidur, yang sudah ibu praktekkan
dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah
pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadwal harian. Ibu mau berapa kali sehari
merapikan tempat tidur? Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis
istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Ibu masih ingat kegiatan apa
lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci
piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur
ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”

SP2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan
pasien.
 Orientasi
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana ibu, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag?
Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan
kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu ibu?” ”Ya benar, kita akan latihan
mencuci piring di dapur ruangan ini” ”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke
dapur!”
 Kerja
“ibu, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu
sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air
untuk membilas., ibu bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya
jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan. “Sekarang saya
perlihatkan dulu ya caranya” “Setelah semuanya perlengkapan tersedia, ibu ambil
satu piring kotor, lalu buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat
sampah. Kemudian ibu bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan air
bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu ibu bisa
mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di dapur. Nah
selesai… “Sekarang coba ibu yang melakukan…”“Bagus sekali,ibu dapat
mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
 Terminasi
”Bagaimana perasaan ibu setelah latihan cuci piring ?” “Bagaimana jika kegiatan
cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari ibu. Mau berapa kali ibu
mencuci piring? Bagus sekali ibu mencuci piring tiga kali setelah makan.” ”Besok
kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel” ”Mau
jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
DAFTAR PUSTAKA

Agung majestic.files wordress.com/2011/10/lp-harga diri-rendah.doc


Purwaningsih, Wahyu. Karlina, Ina. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Nuha Medika
Press.
Stuart, G.W& Sundeen, S.J ( 19998) Buku saku keperawatan jiwa (terjemahan) Edisi
3,EGC,Jakarta

Palangka Raya, 17 September 2020

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

(Meti Agustini, Ns.M.Kep) (Maradona, S.Kep., Ns)

Mengetahui,
Preseptor Klinik RSJ Kalawa Atei

(…………………………………..…)

Anda mungkin juga menyukai