A. Latar Belakang
Pembangunan sumber daya manusia merupakan isu yang harus diperhatikan
secara serius oleh pemerintah. Untuk menjadi daerah yang maju dan memiliki daya saing,
sebuah daerah perlu memiliki sumber daya yang kompetitif sebagai subjek
pembangunan agar daerah mampu tumbuh berkembang dan mampu meningkatkan taraf
hidup masyarakatnya. Dalam konteks pemerintahan, sumber daya manusia ini dikenal
sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN).
Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara dan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil,
menjadi momentum penting dalam pembangunan ASN melalui penguatan pengelolaan
pegawai berbasis merit. Hal ini merefleksikan kebutuhan organisasi terhadap kebijakan
pengembangan ASN agar memiliki kompetensi yang tinggi sesuai dengan tuntutan dan
dinamika lingkungan strategisnya.
Sumber daya aparatur perlu disiapkan untuk menjawab berbagai tantangan
pembangunan yang ada. Apalagi, saat ini kita tengah dihadapkan pada berbagai
tantangan global seperti revolusi industri 4.0, big data dan digital disruption. Dalam
kerangka RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) telah ditetapkan visi
pembangunan 2005-2025, yaitu “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”.
Pentahapan pembangunan sendiri terbagi menjadi 4 tahap yang tertuang dalam RPJMN
1 (2005-2009), RPJMN 2 (2010-2014), RPJMN 3 (2015-2019) dan RPJMN 4 (2020-2025).
Saat ini, kita tengah berada pada tahap RPJMN 3 dengan sasaran memantapkan
pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan
kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta
kemampuan IPTEK.
ASN merupakan komponen penting dalam tata laksana penyelenggaraan
birokrasi pemerintahan, bahkan dapat dikatakan ASN menjadi lokomotif dalam
mendorong kinerja birokrasi, sehingga secara terus menerus perlu ditingkatkan
produktivitas dan kualitas kinerjanya. Apalagi, dalam Perpres 81 Tahun 2010 tentang
Pembangunan ASN menjadi agenda yang sangat penting dalam mewujudkan ASN
yang memiliki keunggulan daya saing (competitive advantages) berkelas dunia. Hal ini
juga tidak terlepas dari peran strategis ASN sebagai pelayan publik, perekat kesatuan
bangsa dan pelaksana kebijakan publik yang harus dapat merespon tantangan-tantangan
internal dan eksternal. Apalagi, dalam beberapa tahun terakhir pemerintah tengah
mengupayakan ’Smart ASN’, yaitu ASN yang memiliki karakteristik berwawasan global,
menguasai teknologi dan informasi dan bahasa, memiliki kemampuan jejaring atau
networking tinggi dengan kemampuan skill multitasking yang proporsional (Chrisnandi,
2016). Oleh karena itu, perumusan perencanaan pembangunan ASN secara ideal harus
mampu menjawab kebutuhan ASN yang profesional.
Pentingnya pembangunan ASN sebagai penyelenggara pemerintahan disadari
betul oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ini sendiri dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2000, yang pada saat awalnya terdiri dari
2 (dua) Kabupaten yaitu Bangka, Belitung dan 1 (satu) Kota yaitu Pangkalpinang.
Kemudian melakukan pemekaran berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003,
yang membentuk 4 (empat) kabupaten baru yaitu Bangka Tengah, Bangka Barat, Bangka
C. Output
Keluaran atau Output yang diharapkan adalah tersedianya Peraturan Gubernur
terkait Grand Design Pembangunan Aparatur Sipil Negara Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2019-2023.
D. Ruang Lingkup
Grand Design Pembangunan ASN merupakan pedoman dalam pembangunan dan
pengembangan kepegawaian (PNS) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk jangka
waktu 5 (lima) tahun.
Dalam upaya untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, maka ada 6 (enam) misi
pembangunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Periode 2017 – 2022, yaitu:
1. Meningkatkan pembangunaan ekonomi berbasis potensi daerah
Pernyataan misi ini mengandung makna:
a. Pembangunaan ekonomi adalah pembangunan bidang ekonomi yang
ditandai dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakatyang dilihat dari
pertumbuhaan ekonomi, melalui peningkatan produksi sektor-sektor
ekonomi berbasis inovasi serta peningkatan konsumsi pemerintah dan
masyarakat yang diukur dari pendapatan perkapita masyarakat dan
pengeluaran pemerintah, peningkatan investasi, serta peningkatan ekspor.
b. Berbasis potensidaerah adalah pembangunan daerah dalam meningkatkan
pertumbuhaan ekonomi, yang diprioritaskan kepada peningkatan sektor
Misi II: Mewujudkan infrastruktur dan konektifitas, yang dijabarkan dengan tujuan
sebagai berikut:
1. Meningkatnya Infrastruktur dan konektivitas daerah yang berkualitas dengan
indikator tujuan Persentase Pertumbuhan subsektor jasa konstruksi, yang
diintervensi dengan sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatkan pemenuhan infrastruktur pengembangan potensi daerah
dengan indikator kinerja sasaran sebagai berikut:
Terbangunnya Daerah Irigasi (ha)
Ketersediaan Air Baku (M3)
Persentase Desa yang Terlayani Jaringan Telekomunikasi
b. Meningkatnya pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat dengan
indikator kinerja sasaran sebagai berikut:
Persentase akses jalan lingkungan yang memadai
Persentase kawasan permukiman yang tertata
Persentase Desa yang Terlayani Jaringan Telekomunikasi
c. Meningkatnya konektivitas antar wilayah dengan indikator kinerja sasaran
sebagai berikut:
Persentasekunjungan kapal di pelabuhan laut
Persentase armada pengangkutan
Persentase jalan kondisi mantap
Misi IV: Meningkatkan kesehatan masyarakat, yang dijabarkan dengan tujuan sebagai
berikut :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator tujuan Angka Usia
Harapan Hidup (Angka Usia Harapan Hidup Laki-laki, Angka Usia Harapan Hidup
Perempuaan), yang diintervensi dengan sasaran sebagai berikut:
a. Peningkatan pembangunan kesehatan masyarakat dengan indikator kinerja
sasaraanAngka Kesehatan Masyarakat.
Misi VI: Meningkatkan pengendalian bencana dan kualitas lingkungan hidup, yang
dijabarkan dengan tujuan sebagai berikut :
1. Meningkatnya tata kelola kebencanaan dengan indikator tujuan Indeks Resiko
Bencana (IRB),yang diintervensi dengan sasaran sebagai berikut:
a. Meningkatnya kapasitas terhadap penanggulangan bencana dengan indikator
kinerja sasaran Indeks kapasitas Bencana Daerah
2. Meningkatnya tata kelola lingkungan hidup dengan indikator tujuan Indeks
Kualitas Lingkungan Hidup [IKLH], yang diintervensi dengan sasaran sebagai
berikut:
a. Meningkatnya Pengendalian Lingkungan Hidup dengan indikator kinerja
sasaran Indeks kapasitas daerah sasaran sebagai berikut:
Indeks kualitas Air Sungai
Indeks Udara
Indeks Tutupan Lahan
Emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
Adapun profil PNS Provinsi Kepualaun Bangka Belitung berdasarkan jabatan (JPT,
Administrator, Pengawas, Fungsional, Pelaksana) adalah sebagai berikut:
2441
2059
2500
2000
1500
601
1000
210
46
500 1
0
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Jabatan Pimpinan
1 Tinggi Pratama Jabatan Administrator
Jabatan Pengawas Jabatan Fungsional Pelaksana
Sumber: Sub Bidang Data dan Informasi Kepegawaian BKPSDMD per Juni 2018.
Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa jabatan fungsional merupakan jabatan
yang paling banyak diemban, yaitu sebanyak 2441 orang dan disusul jabatan pelaksana
sebanyak 2059 orang. Selanjutnya, dari segi tingkat pendidikan profilnya dapat dilihat
dalam diagram berikut:
Diagram 3.2 Jumlah PNS Berdasarkan Tingkat Pendidikan Semester I Tahun
2018
3403
3500
3000
2500
2000
1500 702 646
483
1000 67 21 4 7 8
17
500
0
Sumber: Sub Bidang Data dan Informasi Kepegawaian BKPSDMD per Juni 2018.
Berdasarkan diagram tersebut dapat diketahui bahwa PNS di Provinsi Kepuluan
Bangka Belitung rata-rata memiliki tingkat pendidikan sarjana yaitu sebanyak 3404
b. Pengembangan e-disiplin
E-Disiplin adalah sebuah aplikasi pengembangan dari Sistem Informasi Absensi
Pegawai (SIAP) online. Sistem ini dibuat untuk memudahkan pegawai dalam
menerapkan penegakan integritas dan disiplin, seperti: proses pemanggilan,
pemeriksaan, penyusunan BAP, hingga penjatuhan hukuman disiplin. Dengan
menerapkan sistem ini akan diperoleh data pelanggaran yang akurat dan terkoneksi
langsung dengan Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG) sehingga dapat
meminimalisir kesalahan data yang akan digunakan untuk kenaikan pangkat, penggajian,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, pemberian penghargaan, pensiun, dan lain-lain.
Selain dijadikan dasar dalam penentuan sanksi, e-disiplin juga dapat dimanfaatkan
sebagai salah satu dasar dalam pemberian penghargaan, karena dalam e-disiplin
terdapat data terkait absensi dan kinerja pegawai. Dengan adanya aplikasi e-disiplin ini
diharapkan dapat meningkatkan integritas, akuntabilitas dan disiplin pegawai di
lingkungan pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b. Pengembangan e-office
Penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan pelayanan publik harus sedapat
mungkin memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pemanfaatan TIK untuk
administrasi pemerintahan dan pelayanan publik pada umumnya disebut dengan
electronic government (e-Gov). Hal ini disadari karena adanya keterbatasan sumber daya,
mengharuskan kita untuk menciptakan sistem kerja yang lebih efisien serta tidak
terbatas pada ruang dan waktu. Berkenaan dengan ini, e-office merupakan salah satu hal
yang dapat mengefisiensikan penanganan fungsi administrasi (pemanfaatan teknologi
informasi dalam penanganan fungsi administrasi).
Beberapa contoh pelaksanaan e-office antara lain proses disposisi berbasis IT (e-
disposisi), pengarsipan dokumen berbasis IT (e-arsip), pelaporan kinerja berbasis IT, dll.
Dengan penggunaan e-office dapat memudahkan pegawai dalam kepengurusan
administrasi dengan berbasis administrasi web jaringan yang bersifat paperless
(mengurangi penggunaan kertas) serta informasi dapat tersampaikan dengan cepat,
mudah diakses dan terbaru (up to date) dan meningkatkan efisiensi pekerjaan
dilingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Sumber Daya
Keberhasilan dalam implementasi Grand Design perlu didukung dengan sumber
daya, baik sumber daya manusia (SDM) maupun pembiayaan serta ketersediaan
sarana dan prasarana yang memadai.
SDM aparatur sebagai kunci keberhasilan kinerja organisasi harus mendapatkan
perhatian utama dalam perbaikan kinerja organisasi. Beberapa kriteria SDM yang dapat
mendukung penerapan Grand Design antara lain mencakup: (a) komitmen; (b)
integritas; (c) tanggung jawab; (d) partisipatif atau gotong royong; dan (e) kompeten.
Selain itu, disadari bahwa setiap upaya perbaikan sistem penyelenggaraan
pemerintahan mempunyai konsekuensi terhadap kebutuhan anggaran, termasuk
pembangunan ASN melalui penyusunan dan penerapan Grand Design ini. Kebutuhan
dukungan pembiayaan dimaksud terkait dengan program‐program yang telah
ditetapkan dalam dokumen ini.
A. Kesimpulan
Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan komponen penting dalam tata laksana
penyelenggaraan birokrasi pemerintahan, sehingga secara terus menerus perlu
ditingkatkan produktivitas dan kualitas kinerjanya, terlebih jika dikaitkan dengan cita-
cita mewujudkan pemerintahan yang berkelas dunia. Cita-cita tersebut dapat
diwujudkan oleh ASN yang memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembangunan ASN menjadi agenda
strategis. Hal ini juga tidak terlepas dari fungsi strategis ASN sebagai pelayan publik,
perekat kesatuan bangsa dan pelaksana kebijakan publik yang harus dapat merespon
tantangan-tantangan internal dan eksternal. Oleh karena itu, perumusan pembangunan
ASN secara ideal harus mampu menjawab kebutuhan ASN yang profesional.
Berdasarkan mandat kebijakan dan pentingnya pembangunan ASN, serta dalam
rangka memastikan setiap tahapan pembangunan ASN dapat dilaksankaan dengan baik,
maka diperlukan suatu perencanaan yang jelas dan terarah dalam pelaksanaan program
pembangunan ASN. Penyusunan Grand Design Pembangunan ASN menjadi titik tolak
yang dapat memberikan acuan bagi impementasi kebijakan pembangunan ASN di
lingkungan Pemprov Kepulauan Bangka Belitung dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
Dalam dokumen ini telah ditetapkan 5 (lima) agenda utama dalam pembangunan
ASN, yaitu: 1) Perencanaan kebutuhan, penataan jumlah, jabatan dan distribusi ASN, yang
didalamnya terdapat 6 (enam) program; 2) Audit atau assessment, perencanaan
pengembangan karir, pola karir, promosi dan mutasi ASN, yang didalamnya terdapat 9
(sembilan) program; 3) Disiplin dan integritas, yang didalamnya terdapat 8 (delapan)
program; 4) Pengembangan kompetensi pegawai, yang didalamnya terdapat 5 (lima)
program; 5) pengembangan sistem informasi manajemen ASN, yang didalamya terdapat
4 (empat) program.
B. Saran
Agar pelaksanaan dokumen ini efektif, beberapa hal yang perlu dilakukan antara
lain:
a. Sosialisasi program-program pembangunan ASN kepada pihak-pihak terkait,
sehingga terdapat awareness terhadap suksesi pelaksanaan program
pembangunan ASN di lingkungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
b. Monitorig dan evaluasi terhadap program-program pembangunan ASN secara
berkelanjutan, sehingga mampu menjaga atau menjamin pelaksanaan dan tujuan
program maupun dalam rangka merespon berbagai pembaharuan dan tantangan
lingkungan stratejik.
c. Perlu dukungan sumber daya, khususnya sumber daya anggaran terhadap
program-program pembangunan ASN, sumber daya anggaran ini perlu dtetapkan
dalam perencanaan anggaran tahunan.
d. Perlu komitmen bersama baik dari jajaran pimpinan maupun seluruh pegawai di
lingkungan Pemprov Kepulauan Bangka Belitung dalam implementasi program-
program pembangunan ASN yang telah ditetapkan.
BKPSDM Prov. Kepulauan Bangka Belitung. 2018. Data Rekapitulasi Pegawai per-
Semester I 2018.
Jalis, Ahmad. 2017. Bahan Paparan: Manajemen Asn: Arah Kebijakan dan Program
Pengembangan Serta Penempatan Pegawai Dalam Jabatan. Jakarta: BKN.
Peraturan-peraturan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil.
Peraturan Presiden RI Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi
2010-2025.
Peraturan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor 14 Tahun 2017 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung Tahun 2017- 2022.