43 tahun suku Bali datang dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak 6
jam sebelum masuk RS. Pasien juga terdapat nyeri kepala dan deman tinggi dikeluhkan sejak 5 hari
sebelumnya, tidak ada riwayat infeksi THT, gigi, dan paru, serta penggunaan narkoba. Pasien
memiliki kebiasaan mengolah dan mengonsumsi daging babi. Pemeriksaan tanda vital didapatkan TD
110/70mmHg, nadi 88x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 39°C. Pemeriksaan neurologis didapatkan
kesadaran sopor (E2M5V2), kaku kuduk, dan tanda Kernig, tidak ada defisit neurologis fokal lainnya.
Foto toraks dalam batas normal dan CT scan kepala terlihat edema otak difus. Pemeriksaan darah
lengkap ditemukan leukositosis (22,93x103 /uL) dengan neutrofilia (89%). Pemeriksaan cairan otak
ditemukan warna keruh, pleositosis (333/mm3) dengan sel dominan mononuklear (70%), kadar
glukosa rendah (cairan otak 3mg/dL, darah 115mg/dL), dan kadar protein
meningkat (211,9mg/dL). Pewarnaan gram, preparat tinta India, dan PCR-TB negatif. Pemeriksaan
kultur cairan otak pada media agar darah tampak koloni bakteri α hemolitik berantai. Bakteri ini
pada pengecatan gram positif dari subkultur tampak berbentuk bulat (pin point). Dilakukan
identifikasi kuman dengan VITEX (Biomerieux) diperoleh hasil S. suis tipe II, dilanjutkan dengan uji
sensitivitas. Strain ini sensitif terhadap Ceftriakson. Pasien diterapi dengan Ceftriakson 2gram IV
setiap 12 jam selama 14 hari dengan terapi tambahan Deksametason 10mg IV setiap 6 jam yang
diturunkan bertahap. Pasien di diagnosa Meningitis.
1. Apa yang terjadi pada pasien? Jelaskan penyebab dan manifestasi klinik yang
mendukung
Jawab :
Pasien menderita meningitis, Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen,
yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Meningitis terkadang
sulit dikenali, karena penyakit ini memiliki gejala awal yang serupa dengan flu, seperti demam
dan sakit kepala. Meningitis atau radang selaput otak dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
virus, jamur, atau parasit. Kondisi-kondisi tertentu, seperti melemahnya sistem imun
tubuh, juga dapat memicu munculnya meningitis. Tanda dan gejala meningitis yaitu
demam tinggi, leher kaku, sakit kepala, kejang, sensitif terhadap cahaya, mual atau
muntah, sulit berkonsentrasi atau kebingungan, ruam pada kulit, dan nafsu makan
menurun.
2. Apa masalah keperawatan utama pada pasien? Jelaskan data mayor dan data minor
yang mendukung masalah tersebut berdasarkan kasus di atas!, Buat berdasarkan
SDKI!
Jawab :
Analisa Data
Kerusakan neurologis
CO2 meningkat
Permeabilitas vaskuler
pada serebri
Transudat cairan
Edema serebral
Volume tekanan otak
TIK meningkat
Vasospasme pada
pembuluh darah serebri
Sirkulasi di serebral
menurun
Penurunan Kapasitas
Adaptif Intrakranial
Adanya aktivitas
makrofag dan virus
Merangsang kerja
hipotalamus
Termoregulasi tidak
stabil
3. Apa kriteria hasil yang ingin dicapai dari kasus tersebut? Buat berdasarkan SLKI!
DX II Hipertermi
Intervensi Utama :
- Manajemen hipertermia
Intervensi Pendukung :
- Pemantauan cairan
- Pemberian obat
- Edukasi terapi cairan
- Edukasi termoregulasi
- Kompres dingin.
Observasi Observasi
- Identifikasi kesiapan
- Identifikasi penyebab
dan kemampuan
hipertermia (mis.
menerima informasi
Dehidrasi, terpapar
Terapeutik
lingkungan panas,
penggunaan inkubator) - Sediakan materi dan
- Monitor suhu tubuh media pendidikan
- Monitor kadar elektrolit kesehatan
- Monitor haluaran urine - Jadwalkan pendidikan
- Monitor komplikasi kesehatan sesuai
akibat hipertermia kesepakatan
- Berikan kesempatan
Terapeutik
untuk bertanya
- Sediakan lingkungan Edukasi
yang dingin - Ajarkan kompres hangat
- Longgarkan atau jika demam
lepaskan pakaian basahi - ajarkan cara pengukuran
dan kipasi permukaan suhu
tubuh - anjurkan pemberian
- Berikan cairan oral antipiretik
- Ganti linen setiap hari - anjurkan memperbanyak
atau lebih sering jika minum
mengalami hiperhidrosis - anjurkan melakukan
(keringat berlebih) pemeriksaan darah jika
- Lakukan pendinginan demam > 3 hari.
eksternal (mis. Selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu.