Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KEWIRAAN

OTONOMI DAERAH

DISUSUN OLEH : 1.MAULANA


HAFIZI (18110325)
2.EKO SUDRAJAT
(18110413)
3.HILMAN
RAMDANI
(18110294)
4.M.ILHAM LINALDI (18110

Dosen Pengajar : M. ALANG KHAIRUN NIZAR S.Pd.I., M.Pd.I.

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bina


Karya Tebing Tinggi
T.A: 2018-2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,


Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

                                                                                     

 Tebing tinggi, Juli 2019


                                                                  

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………………..
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………......................
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………
BAB II Pembahasan
A.Pengertian Otonomi Daerah
B.Ciri Ciri otonomi Daerah
C.Hubungan Otonomi Daerah Dan Demokrasi
D.Implementasi Otonomi Daerah
BAB III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari
pengertian tersebut di atas maka akan tampak bahwa daerah diberi hak otonom oleh pemerintah
pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri.

Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah pemerintah dan DPR sepakat
untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua UU
otonomi daerah ini merupakan revisi terhadap UU Nomor 22 dan Nomor 25 Tahun 1999 sehingga
kedua UU tersebut kini tidak berlaku lagi.

Sejalan dengan diberlakukannya undang-undang otonomi tersebut memberikan kewenangan


penyelenggaraan pemerintah daerah yang lebih luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya
perimbangan tugas fungsi dan peran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah tersebut
menyebabkan masing-masing daerah harus memiliki penghasilan yang cukup, daerah harus
memiliki sumber pembiayaan yang memadai untuk memikul tanggung jawab penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Dengan demikian diharapkan masing-masing daerah akan dapat lebih
maju, mandiri, sejahtera dan kompetitif di dalam pelaksanaan pemerintahan maupun
pembangunan daerahnya masing-masing.

Memang harapan dan kenyataan tidak lah akan selalu sejalan. Tujuan atau harapan tentu akan
berakhir baik bila pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan juga berjalan baik. Namun
ketidaktercapaian harapan itu nampak nya mulai terlihat dalam otonomi daerah yang ada di
Indonesia. Masih banyak permasalahan yang mengiringi berjalannya otonomi daerah di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi
daerah dapat tercapai.

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa Pengertian Otonomi Daerah?

2.Apa Saja Ciri Ciri Otonomi Daerah ?

3.Apa Hubungan Otonomi Daerah Dan Demokrasi ?

4.Apa Maksud Implementasi Otonomi Derah ?

C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II
mampu mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat dan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara sosial ekonomi yang merata.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Derah


Otonomi berasal dari 2 kata yaitu ,  auto berarti sendiri,nomosberarti rumah tangga atau
urusan pemerintahan.Otonomi dengan demikian berarti mengurus rumah tangga sendiri.Dengan
mendampingkan kata ekonomi dengan kata daerah,maka istilah “mengurus rumah tangga
sendiri” mengandung makna memperoleh kekuasaan dari pusat dan mengatur atau
menyelenggarakan rumah tangga pemerintahan daerah sendiri.
Ada juga berbagai pengertian yang berdasarkan pada aturan yang di tetapkan oleh
Pemerintahan Daerah. Pengertian yang memliki kaitan dan hubungan dengan otonomi daerah
yang terdapat di dalam Undang-Undang,yaitu sebagai berikut:
-          Pemerintah daerah yaitu penyelenggaraan urusan di dalam suatu daerah.
-          Penyelenggaran urusan pemerintah daerah tersebut harus menurut asas otonomi seluas-luasya
dalam prinsip dan sistem NKRI sebagaimana yang dimaksudkan di dalam UUD 1945.
-          Pemerintah Daerah itu meliputi Bupati atau Walikota, perangkat daerah seperti Lurah,Camat
serta Gubernur sebagai pemimpin pemerintahan daerah tertinggi.
-          DPRD adalah lembaga pemerintahan daerah di mana di dalam DPRD duduk para wakil rakyat
yang menjadi penyalur aspirasi rakyat.Selain itu DPRD adalah suatu unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
-          Otonomi daerah adalah wewenang,hak dan kewajiban suatu daerah otonom untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan pemerintahan dan mengurus berbagai kepentingan masyarakat yang
berada dan menetap di dalam daerah tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
-          Daerah otonom adalah suatu kesatuan masyarakat yang berada di dalam batas-batas wilayah dan
wewenang dari pemerintahan daerah di mana prngaturan nya berdasarkan prakarsa sendiri
namum sesuai dengan sistem  NKRI.
-          Di dalam otonomi daerah di jelaskan bahwa pemerintah pusat adalah Presiden Republik
Indonesia sebagaiman tertulis di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.

5
B.Ciri Ciri Otonomi Daerah
1. Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)

2. Hanya Presiden berwenang mengatur hukum

3. DPRD (provinsi) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR

4. Perjanjian dengan pihak asing/luar negeri harus melalui pusat

5. APBN dan APBD tergabung

6. Pengeluaran APBN dan APBD dihitung perbandingan

7. Tidak ada perjanjian antar daerah jika SDM/SDA dilibatkan

8. Masalah daerah merupakan tanggung jawab bersama

C.Hubungan Otonomi Daerah Dan Demokrasi


Demokrasi adalah keadaan negara dimana dalam sistem pemerintahannya kedaulatan
negara berada di tangan rakyat.Kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama
rakyat,pemerintah rakyat dan kekuasaan oleh rakyat.Sedangkan yang dimaksud dengan
Demokrasi Pancasila adalah sistem tata kehidupan kenegaraan atau kemasyarakatan
didasarkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban antara kepentingan pribadi
dan masyarakat atau sesuai dengan Sila ke-4 dari Pancasila yaitu Kerakyatan dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan.Hal ini juga diserap
oleh Indonesia dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sehingga daerah dalam
melaksanakan pemerintahannya terdapat lembaga Legislatif Daerah yaitu DPRD yang
bertugas mengawasi badan Eksekutif Daerah,dan menyampaikan aspirasi rakyat
daerahnya kepada Eksekutif daerah itu agar sesuai dengan kepentingan rakyat tetap
terjaga atau tersalurkan dalam berpolitik atau menentukan nasibnya.

Keberadaan Demokrasi sangat penting karena keberhasilan pembangunan daerah sangat


bergantung pada pelaksanaan desentralisasi yang baik dan benar.Salah satu keuntungan
desentralisasi adalah pemerintah daerah dapat mengambil keputusan lebih cepat ,dengan
demikian prioritas pembangunan dan kualitas pelayananmasyarakat diharapkandapat
lebih mencerminkan kebutuhan nyat masyarkat di daerah.Pemerintah daerah disini
berarti badan eksekutif daerah dan badan legislatif daerah.

6
D.Implementasi Otonomi Daerah
Implementasi penerapan otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu pertama, dilihat dari segi
wilayah(teritorial) harus berorientasi pada pemberdayaan dan penggalian potensi daerah. Kedua, dari segi
struktur tata pemerintahan berorientasi pada pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-
sumber daya yang dimilikinya secara bertanggung jawab dan memegang prinsip-prinsip kesatuan negara
dan bangsa. Ketiga, dari segi kemasyarakatan berorientasi pada pemberdayaan dan pelibatan  masyarakat
dalam pembangunan di berbagai daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing.

            Undang-undang dan peraturan tentang otonomi daerah sudah disusun sejak Indonesia merdeka .Hal
ini menunjukkan bahwa para pemimpin negara dari jaman Orde Lama, Orde Baru sampai pemimpin negara
saat ini sudah memikirkan betapa penting otonomi daerah mengingat wilayah Indonesia yang demikian luas
yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya merupakan
upaya pemberdayaan dalam rangka mengelola pembangunan di daerahnya. Daerah diharapkan sedikit
demi sedikit mampu melepaskan ketergantungannya terhadap bantuan pemerintah pusat dengan cara 
meningkatkan kreativitas,  meningkatkan inovasi dan meningkatkan kemandiriannya. Bila  pelaksaan
otonomi daerah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang telah disusun, maka harapan indah
untuk mewujudkan “daerah membangun“ (bukan membangun daerah), dapat segera tercapai. Otonomi
daerah memberikan harapan cerah kepada daerah  untuk lebih meningkatkan dayaguna dan hasilguna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan efektifitas pelayanan kepada masyarakat .Hal 
lain yang tidak kalah penting adalah daerah dapat melaksnakan fungsi-fungsi pembangunan serta
mengembangkan prakarsa masyarakat secara demokratis, sehingga sasaran pembangunan diarahkan dan
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang ada di daerah.

            Pada kenyataannya sangat ironis bila pelaksanaan dan penerapan otonomi daerah sejak Orde Lama,
Orde Baru dan  sampai saat ini  tidak pernah tuntas. Berbagai faktor penyebab pelaksanaan otonomi daerah
yang tidak mulus adalah karena distorsi kepentngan-kepentingan politik penguasa yang menyertai
penerapan otonomi daerah sehingga penguasa cenderung tetap melaksanakan pemerintahan secara
sentralistik dan otoriter. Selain itu kepentingan-kepentingan politik para pemimpin negara untuk
memerintah dan berkuasa secara absolut dengan mempolitisir otonomi daerah mengakibatkan otonomi
daerah semakin tidak jelas tujuannya. Suatu contoh yaitu  pada masa pemerintahan presiden Suharto telah
ditetapkan proyek percontohan untuk menerapkan otonomi daerah di 26 daerah tingkat II berdasarkan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tetapi tidak ada hasilnya.

            Penerapan otonomi daerah melalui Undang-undang  Nomor 22 Tahun 1999 saat ini masih mencari
bentuk, karena sikap pemerintah yang masih “ mendua “. Di satu pihak pemerintah sadar bahwa otonomi
daerah sudah sangat mendesak untuk segera dilaksanakan secara tuntas, tetapi di lain pihak pemerintah
juga berusaha tetap mengendalikan daerah secara kuat pula. Hal ini terlihat pada kewenangan-kewenangan
yang cukup luas yang masih  ditangani pemerintah terutama yang sangat potensial sebagai sumber
keuangan. Selain itu kewenangan pemerintah yang lain , yang juga dapat mengancam pelaksanaan otonomi
daerah adalah otoritas pemerintah untuk mencabut otonomi yang  telah diberikan kepada daerah.  Selama
kurang lebih empat tahun sejak dicanangkannya otonomi daerah di Indonesia, pemberdayaan daerah yang
gencar diperjuangkan pada kenyataannya belum dilaksanakan secara optimal. Pembangunan di daerah
kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Keputusan-keputusan pemerintah serta
program-program pembangunan tidak menyertakan masyarakat, sehingga program-program pembangunan
di daerah cenderung masih bersifat top  down  daripada bottom up planning . 

7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya
kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan
daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik
dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang
akan terjadi dikemudian hari.

Perjalanan Otonomi daerah selalu ditandai dengan lahirnya UU baru yang menggantikan
UU sebelumnya. Dimulai dari UU Nomor 1 Tahun 1945 pasca-proklamasi yang kemudian
digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1948.  Selanjutnya UU Nomor 1 tahun 1957 yang
kemudian diikuti UU Nomor 18 tahun 1965. Pada tahun 1974, muncul undang-undang
nomor 5 tahun 1974 yang berumur cukup lama yaitu 25 tahun sebelum masa reformasi
yang kemudian digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1999. Setelah tiga tahun
implementasinya, lahirlah UU Nomor 32 tahun 2004 yang berlaku hingga sekarang di
Indonesia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mursyid, Diyanto, modul pendidikan kewarganegaraan kelas IX semester gasal


2010/2011

Riwu Kaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.
DR. Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal Dan Tantangan Global, Jakarta, Rhineka Cipta.
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah-di.html
Obatkafe.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-definisi-otonomi-daerah.html?m=1
Otonomidaerah.com/pengertian-otonomi-daerah.html

Anda mungkin juga menyukai