OTONOMI DAERAH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa
kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari
pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya.
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar…………………………………………………………………..
Daftar Isi…………………………………………………………………………..
BAB I. Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah……………………………………......................
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………
BAB II Pembahasan
A.Pengertian Otonomi Daerah
B.Ciri Ciri otonomi Daerah
C.Hubungan Otonomi Daerah Dan Demokrasi
D.Implementasi Otonomi Daerah
BAB III Penutup
A. Kesimpulan………………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ……………………………………………………………….
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari
pengertian tersebut di atas maka akan tampak bahwa daerah diberi hak otonom oleh pemerintah
pusat untuk mengatur dan mengurus kepentingan sendiri.
Implementasi otonomi daerah telah memasuki era baru setelah pemerintah dan DPR sepakat
untuk mengesahkan UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua UU
otonomi daerah ini merupakan revisi terhadap UU Nomor 22 dan Nomor 25 Tahun 1999 sehingga
kedua UU tersebut kini tidak berlaku lagi.
Memang harapan dan kenyataan tidak lah akan selalu sejalan. Tujuan atau harapan tentu akan
berakhir baik bila pelaksanaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan juga berjalan baik. Namun
ketidaktercapaian harapan itu nampak nya mulai terlihat dalam otonomi daerah yang ada di
Indonesia. Masih banyak permasalahan yang mengiringi berjalannya otonomi daerah di Indonesia.
Permasalahan-permasalahan itu tentu harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dari otonomi
daerah dapat tercapai.
B.RUMUSAN MASALAH
C. Tujuan Penulisan
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah tingkat I maupun Tingkat II
mampu mengelola daerah nya sendiri. Untuk kepentingan rakyat dan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat secara sosial ekonomi yang merata.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B.Ciri Ciri Otonomi Daerah
1. Setiap daerah memiliki perda (dibawah UU)
3. DPRD (provinsi) tidak punya hak veto terhadap UU negara yang disahkan DPR
6
D.Implementasi Otonomi Daerah
Implementasi penerapan otonomi daerah dapat dilihat dari berbagai segi yaitu pertama, dilihat dari segi
wilayah(teritorial) harus berorientasi pada pemberdayaan dan penggalian potensi daerah. Kedua, dari segi
struktur tata pemerintahan berorientasi pada pemberdayaan pemerintah daerah dalam mengelola sumber-
sumber daya yang dimilikinya secara bertanggung jawab dan memegang prinsip-prinsip kesatuan negara
dan bangsa. Ketiga, dari segi kemasyarakatan berorientasi pada pemberdayaan dan pelibatan masyarakat
dalam pembangunan di berbagai daerah sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Undang-undang dan peraturan tentang otonomi daerah sudah disusun sejak Indonesia merdeka .Hal
ini menunjukkan bahwa para pemimpin negara dari jaman Orde Lama, Orde Baru sampai pemimpin negara
saat ini sudah memikirkan betapa penting otonomi daerah mengingat wilayah Indonesia yang demikian luas
yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Pemberian otonomi kepada daerah pada dasarnya merupakan
upaya pemberdayaan dalam rangka mengelola pembangunan di daerahnya. Daerah diharapkan sedikit
demi sedikit mampu melepaskan ketergantungannya terhadap bantuan pemerintah pusat dengan cara
meningkatkan kreativitas, meningkatkan inovasi dan meningkatkan kemandiriannya. Bila pelaksaan
otonomi daerah sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang telah disusun, maka harapan indah
untuk mewujudkan “daerah membangun“ (bukan membangun daerah), dapat segera tercapai. Otonomi
daerah memberikan harapan cerah kepada daerah untuk lebih meningkatkan dayaguna dan hasilguna
penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka memberikan efektifitas pelayanan kepada masyarakat .Hal
lain yang tidak kalah penting adalah daerah dapat melaksnakan fungsi-fungsi pembangunan serta
mengembangkan prakarsa masyarakat secara demokratis, sehingga sasaran pembangunan diarahkan dan
disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan yang ada di daerah.
Pada kenyataannya sangat ironis bila pelaksanaan dan penerapan otonomi daerah sejak Orde Lama,
Orde Baru dan sampai saat ini tidak pernah tuntas. Berbagai faktor penyebab pelaksanaan otonomi daerah
yang tidak mulus adalah karena distorsi kepentngan-kepentingan politik penguasa yang menyertai
penerapan otonomi daerah sehingga penguasa cenderung tetap melaksanakan pemerintahan secara
sentralistik dan otoriter. Selain itu kepentingan-kepentingan politik para pemimpin negara untuk
memerintah dan berkuasa secara absolut dengan mempolitisir otonomi daerah mengakibatkan otonomi
daerah semakin tidak jelas tujuannya. Suatu contoh yaitu pada masa pemerintahan presiden Suharto telah
ditetapkan proyek percontohan untuk menerapkan otonomi daerah di 26 daerah tingkat II berdasarkan
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tetapi tidak ada hasilnya.
Penerapan otonomi daerah melalui Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 saat ini masih mencari
bentuk, karena sikap pemerintah yang masih “ mendua “. Di satu pihak pemerintah sadar bahwa otonomi
daerah sudah sangat mendesak untuk segera dilaksanakan secara tuntas, tetapi di lain pihak pemerintah
juga berusaha tetap mengendalikan daerah secara kuat pula. Hal ini terlihat pada kewenangan-kewenangan
yang cukup luas yang masih ditangani pemerintah terutama yang sangat potensial sebagai sumber
keuangan. Selain itu kewenangan pemerintah yang lain , yang juga dapat mengancam pelaksanaan otonomi
daerah adalah otoritas pemerintah untuk mencabut otonomi yang telah diberikan kepada daerah. Selama
kurang lebih empat tahun sejak dicanangkannya otonomi daerah di Indonesia, pemberdayaan daerah yang
gencar diperjuangkan pada kenyataannya belum dilaksanakan secara optimal. Pembangunan di daerah
kurang memperhatikan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Keputusan-keputusan pemerintah serta
program-program pembangunan tidak menyertakan masyarakat, sehingga program-program pembangunan
di daerah cenderung masih bersifat top down daripada bottom up planning .
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat dipahami dengan adanya otonomi daerah, maka
setiap daerah akan diberi kebebasan dalam menyusun program dan mengajukannya
kepada pemerintahan pusat. Hal ini sangat akan berdampak positif dan bisa memajukan
daerah tersebut apabila Orang/badan yang menyusun memiliki kemampuan yang baik
dalam merencanan suatu program serta memiliki analisis mengenai hal-hal apa saja yang
akan terjadi dikemudian hari.
Perjalanan Otonomi daerah selalu ditandai dengan lahirnya UU baru yang menggantikan
UU sebelumnya. Dimulai dari UU Nomor 1 Tahun 1945 pasca-proklamasi yang kemudian
digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1948. Selanjutnya UU Nomor 1 tahun 1957 yang
kemudian diikuti UU Nomor 18 tahun 1965. Pada tahun 1974, muncul undang-undang
nomor 5 tahun 1974 yang berumur cukup lama yaitu 25 tahun sebelum masa reformasi
yang kemudian digantikan oleh UU nomor 22 tahun 1999. Setelah tiga tahun
implementasinya, lahirlah UU Nomor 32 tahun 2004 yang berlaku hingga sekarang di
Indonesia.
8
DAFTAR PUSTAKA
Riwu Kaho, Josef, 1988, Prospek Otonomi Daerah di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada.
DR. Kaloh J, 2007, Mencari Bentuk otonomi Daerah, Suatu Solusi Dalam Menjawab Kebutuhan
Lokal Dan Tantangan Global, Jakarta, Rhineka Cipta.
http://susisitisapaah.blogspot.com/2011/03/sejarah-perkembangan-otonomi-daerah-di.html
Obatkafe.blogspot.com/2012/11/pengertian-dan-definisi-otonomi-daerah.html?m=1
Otonomidaerah.com/pengertian-otonomi-daerah.html