JURUSAN PROFESI NERS KEPERAWATAN PONTIANAK 2020/2021 A. DEFINISI TRAKEOSTOMI Trakeostomi adalah prosedur pembedahan dengan memasang slang melalui sebuah lubang ke dalam trakea untuk mengatasi obstruksi jalan nafas bagian atas atau mempertahankan jalan nafas dengan cara menghisap lendir, atau untuk penggunaan ventilasi mekanik yang kontinu. Trakeostomi dapat digunakan sementara yaitu jangka pendek untuk masalah akut, atau jangka panjamg biasanya permanen dan slang dapat dilepas (Marelli,2011:228) Trakeostomi adalah pembukaan melalui leher ke dalam trakea di mana sebuah tabung dapat dimasukkan. Insisi dibuat ke dalam trakea melalui leher di bawah laring. Pembukaan dapat dilakukan sebagai tindakan darurat atau dilakukan sesuai jadwal di ruang operasi. Sayatan dibuat melalui kulit melalui cincin trakea kedua, ketiga, atau keempat. Sebuah lubang kecil dibuat di jaringan fibrosa trakea, dan bukaan tersebut kemudian dilebarkan untuk memungkinkan masuknya udara. Trakeostomi adalah tindakan bedah untuk membuat lubang pada saluran udara (trakea) agar dapat dipasangi tabung pernapasan. Tujuan utama dilakukannya prosedur ini adalah untuk memudahkan masuknya oksigen ke paru-paru pasien. (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2010). B. MANFAAT Menurut Charles (2010) Trakeostomi memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan intubasi endotrakeal jangka panjang antara lain: 1. Meningkatkan kenyamanan pasien 2. Kebersihan rongga mulut 3. Kemampuan untuk berkomunikasi 4. Kemungkinan makan secara oral serta perawatan yang lebih mudah dan aman 5. Memiliki potensi untuk menurunkan penggunaan obat sedasi dan analgesic sehingga dapat menfasilitasi proses penyapihan dan menghidari pneumonia akibat ventilator mekanik. C. INDIKASI Indikasi Menurut novialdi dan surya (2013). Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar adalah : 1. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas 2. Luka saluran pernapasan akibat menghirup bahan kimia 3. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) 4. Luka di dinding dada 5. Luka bakar atau operasi besar pada wajah 6. Kelumpuhan otot pernapasan 7. Kelumpuhan otot menelan 8. Cedera mulut atau leher yang parah 9. Kelumpuhan pita suara 10. Kanker leher atau tumor di sekitar leher yang menekan jalan napas 11. Obstruksi laring yang disebabkan oleh: a. Karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring b. Karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens D. KONTRA INDIKASI 1. Infeksi leher luas dan tidak terkontro 2. Fraktur servikal tidak stabil 3. Infeksi dan luka bakar terkontrol leher depan 4. Anatomi leher sulit (obesitas, leher pendek, struma, deviasi trakea E. KOMPILIKASI Menurut Smeltzer & Bare (2013:654) komplikasi yang terjadi dalam penatalaksanaan selang trakeostomi dibagi atas: 1. Komplikasi dini a. Pendarahan hebat b. Kerusakan pada laring c. Kerusakan esofagus (jarang) d. Udara terperangkap di jaringan di bawah kulit leher (emfisema subkutan), yang dapat menyebabkan masalah pernapasan dan kerusakan pada trakea atau esofagus e. Penumpukan udara antara dinding dan paru-paru (pneumotoraks), yang menyebabkan nyeri, masalah pernapasan hingga kolaps paru-paru f. Penyumbatan tabung trakeostomi oleh pembekuan darah, lendir, atau tekanan dinding saluran pernapasan. 2. Komplikasi jangka panjang akibat pemasangan tracheostomy a. Infeksi di sekitar sayatan tracheostomy, bronkus, serta paru-paru. b. Ruptur arteri inominata dan Fistula trakeoesofagus c. Dilatasi trakea atau iskemia trakea d. Penyumbatan selang tracheostomy. e. Selang tracheostomy bergeser dari posisi seharusnya. f. Kerusakan dan terbentuknya jaringan parut. g. Penyempitan trakea.Terbentuknya saluran penghubung abnormal antara trakea dan kerongkongan (fistula trakeoesofageal). Kondisi ini dapat meningkatkan risiko masuknya cairan atau makanan ke dalam paru-paru. h. Terbentuknya saluran penghubung abnormal antara trakea dan pembuluh darah arteri besar. Kondisi ini bisa menyebabkan perdarahan yang mengancam nyawa. F. SUCTION PADA KASUS TRAKEOSTOMI Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby,2010). Tindakan suction merupakan suatu prosedur penghisapan lendir, yang dilakukan dengan memasukkan selang catheter suction melalui selang endotracheal (Syafni, 2012). Suction pada Trakeostomi Suction ini digunakan untuk memindahkan lendir dari tabung trakeostomy dan trakea sehingga akan mempermudah proses pernapasan, penghangatan saluran napas bagian atas, membersihkan dan melembabkannya ketika kita bernapas. Lendir yang timbul ini merupakan reaksi normal terhadap iritan yang ditimbulkan oleh tabung trakeostomi pada saluran pernapasan. G. TUJUAN Menurut Arif dan Khotijah, (2014:7), tujuan penghisapan lendir lewat endotrakeal adalah: 1. Untuk menjaga saluran nafas tetap bersih. 2. Untuk mengeluarkan sekret dari pasien yang tidak mampu mengeluarkan sendiri. 3. Diharapkan suplay oksigen terpenuhi dengan jalan nafas yang adekuat H. IINDIKASI SUCTION Menurut Asmadi (2008:44), indikasi dilakukan suction pada trakeostomi adalah : 1. Bila sekret dapat terlihat atau suara sekret yang terdengar dengan atau tanpa menngunakan stetoskop 2. Setelah prosedur fisioterapi dada 3. Setelah prosedur pengobatan bronkodilator 4. Peningkatan atau popping off dari puncak tekanan jalan nafas terhadap klien yang sedang menggunakan ventilator mekanik. I. KONTRAINDIKASI menurut Arif dan khotijah, (2014:7) adalah 1. Pasien dengan stridor 2. Perdarahan (thrombositopenial) 3. Post pneumonectomy,ophagotomy yang baru. 4. Larimg spasme J. PRINSIP SUCTION 1. Teknik aseptic. Dilakukan dengan benar dan steril untuk mencegah infeksi 2. Efektif. Dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien 3. Atraumatik. Dilakukan seoptimal mungkin dan hindari trauma 4. Perhatikan kedalaman suction, ukuran dan waktu selama suction K. PERSIAPAN Standar alat yang harus disiapkan untuk hisab lendir menurut SPO Standar Keperawatan Buku 1 RS dr Kariadi (2015) adalaha. 1. Kassa atau Tissue, 2. botol berisi air (diberi lebel untuk membersihkan tube suction dan cantumkan tanggal) 3. Kanul suction, Kateter isap dengan ukuran yang sesuai (dengan kelulusan jika tersedia) Ukuran canul suction untuk trakeostomi menurut Kozier dan Erb”s (2015) adalah: Dewasa : 12-18 Fr Anak anak : 10 Fr Bayi : 6-8 Fr Pita pengukur dengan kedalaman yang diperlukan untuk penyedotan tabung trakeostomi 4. Mesin suction atau flow suction (menempel di dinding atau portable) 5. Sarung tangan steril 6. Selang penhubung kateter suction 7. Google untuk pelindung mata 8. Masker L. PROSEDUR SUCTION PADA TRAKEOSTOMI 1. Jelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa Anda akan menyedot selang trakeostomi. sebelum memulai dan berikan ketenangan selama penghisapan,karena pasien mungkin gelisah berkenaan dengan tersedak dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi 2. Mulai dengan cuci tangan atau hand hygien 3. Gunakan pelindung mata dan masker 4. Hidupkan sumber mesin penghisab (tekanan tidak boleh melebihi 120 mmHg) 5. Lakukan kebersihan tangan, gunakan sarung tangan non-steril 6. Buka kit kateter penghisab 7. Isi com dengan normal salin steril atau aqua steril 8. Kupas ujung kateter isap terbuka dan pasang ke tabung isap, periksa dan sesuaikan pengukur tekanan isap antara 80 - 120 mmHg. 9. Memanfaatkan teknik non-sentuh dengan lembut masukkan ujung kateter isap ke dalam tabung trakeostomi ke kedalaman yang telah diukur sebelumnya. 10. Oleskan jari ke lubang kateter hisap & putar kateter dengan lembut saat menarik. 11. Kaji laju pernapasan pasien, warna kulit dan / atau pembacaan oksimetri untuk memastikan pasien tidak terganggu selama prosedur. 12. Masukan kateter sejauh mungkin sampai ujung selang tanpa memberikan isapan,cukup untuk menstimulasikan reflek batuk 13. Beri isapan sampai menarik kateter,memutar kateter dengan perlahan 360 derajat (tidak lebih dari 10-15 detik,karena pasien dapat menjadi hipoksi dan mengalami disritmia yang dapat mengarah pada henti jantung Tekanan isap yang sesuai: tekanan isap yang benar untuk digunakan pada pipa trakeostomi adalah maksimum 80-120mmHg saat tersumbat . Pengukur hisap Medigas yang digunakan di bangsal diukur dalam kPa. Setara dengan 80-120mmHg adalah 10-16kPa .: 14. Ulangi pengisapan seperti yang ditunjukkan oleh kondisi individu pasien. 15. Perhatikan sekresi di dalam pipa hisap - biasanya harus bening atau putih dan mudah bergerak melalui pipa. Dokumentasikan berubah dari warna dan konsistensi normal dan beri tahu tim perawatan jika sekresi berwarna abnormal atau konsistensi. 16. Bilas kateter isap dengan air steril yang dituang ke dalam wadah (bukan langsung dari botol). 17. Ganti kateter isap ke dalam kemasan 18. Buang kateter dan sarung tangan disampah infeksius Hal yang harus diperhatikan 1. Kateter hisap harus diganti secara rutin setiap 24 jam atau setiap saat jika terkontaminasi atau tersumbat oleh sekresi. 2. Air hisap / dan wadah harus diganti setiap 24 jam. 3. Penggunaan rutin natrium klorida 0,9% tidak direkomendasikan karena hanya ada sedikit bukti klinis yang mendukung hal ini. Namun, dalam situasi di mana ini mungkin bermanfaat misalnya, sekresi kental dan / atau untuk merangsang batuk 0,5 ml natrium klorida 0,9% dapat ditanamkan ke dalam tabung trakeostomi segera sebelum prosedur penyedotan. M. KOMPLIKASI Dalam melakukan tindakan hisap lender atau suction perawat harus memperhatikan komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan, antara lain yaitu (Kozier & Erb, 2015). 1. Hipoksemia 2. Trauma jalan nafas 3. Infeksi nosocomial 4. Respiratory arrest 5. Bronkospasme 6. Perdarahan pulmonal 7. Nyeri 8. Kecemasan. N. ANTISIPASI TERJADINYA KOMPLIKASI: 1. Kerusakan trakea dapat disebabkan oleh penyedotan. Hal ini dapat diminimalkan dengan menggunakan kateter isap dengan ukuran yang sesuai, tekanan isap yang sesuai dan hanya pengisapan di dalam tabung trakeostomi. 2. Kedalaman pemasangan kateter isap perlu ditentukan sebelum penyedotan. Dengan menggunakan tabung trakeostomi cadangan dengan jenis dan ukuran yang sama dan kateter isap masukkan kateter isap untuk mengukur jarak dari panjang konektor tabung trakeostomi 15mm ke ujung tabung trakeostomi. Pastikan ujung kateter isap tetap berada di dalam tabung trakeostomi. 3. Catat kedalaman isap yang diperlukan pada pita pengukur yang ditempatkan di samping tempat tidur dan dalam catatan pasien. Pasang pita pengukur ke ranjang bayi / samping tempat tidur / mesin penghisap untuk digunakan di kemudian hari. 4. Gunakan kateter isap yang telah diukur sebelumnya (jika tersedia) untuk memastikan kedalaman isap yang akurat 5. Pengaturan tekanan untuk penyedotan trakea adalah 80-120mmHg (10-16kpa). Untuk menghindari kerusakan trakea, pengaturan tekanan isap tidak boleh melebihi 120mmHg / 16kpa. 6. Direkomendasikan bahwa episode penyedotan (termasuk melewatkan kateter dan penyedotan tabung trakeostomi) diselesaikan dalam 5-10 detik. DAFTAR PUSTAKA
B Noonan, N Walsh, S Healy, R Dunn, M O'Grady. Metric development for
tracheostomy suctioning: assessment of face and content validity.bmj-journals- volume 3.2017