Sejarah Maritim Muhammad Fachrul Rabul/ 18407141018/ Ilmu Sejarah A 2018
Peradaban Indonesia sejak berabad-abad lalu berkembang lewat laut, membuat
sebagian besar pusat peradaban yang ada di Indonesia berkembang di wilayah pesisir. Maka muncullah kota-kota dagang di pesisir. Kota-kota dagang yang berkembang di Nusantara pada abad-abad 16 sampai 17 antara lain Banten, Batavia, Cirebon, Semarang, Demak, Rembang, Tuban, Pasuruan, Gresik, Surabaya, Probolinggo, Panarukan, Pamekasan, Buleleng, Lampung, Palembang, Banjarmasin, Pontianak, Sampit, Sambas, Makasar, Sumba, Kupang, Larantuka, dan sebagainya. Pada abad ke-15 dan ke- 16 ini dipandang sebagai masa pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia. Tentu saja kehidupan sosial budaya mereka dipengaruhi oleh Islam. Masyarakat kota pusat kerajaan maritim lebih menitikberatkan kehidupannya ada perdagangan yaitu ciri yang erat dan berhubungan dengan kenyataan bahwa para pedagang lebih sesuai hidup dalam masyarakat kota bercorak maritim. Kekuatan militernya dititikberatkan pada angkatan laut, suatu ciri penting pula dan erat berhubungan dengan suasana politik serta perluasannya. Pertumbuhan kota pelabuhan dihubungkan dengan unsur magis religius dalam pertumbuhan beberapa kota pusat kerajaan pada masa zaman pengaruh Islam. Sebagai contoh tumbuhnya kota pusat kerajaan Demak di Bintara menurut babad Tanah Jawi adalah atas petunjuk Sunan Ampel. Pendiri kota Surosowan sebagai ibukota kerajaan Banten atas petunjuk dan nasihat Sunan Gunung Jati. Begitu pula beberapa kota pusat kerajaan dihubungkan dengan bintang-bintang ajaib atau pohon keramat. Di dalam kota, kecuali terdapat tempat peribadatan, pasar, dan bangunan untuk penguasa yaitu kraton terdapat pula perkampungan. Perkampungan itu ada yang didasarkan kepada status sosial–ekonomi, status keagamaan, serta status kekuasan dalam pemerintahan. Biasanya tempat perkampungan untuk pedagang asing ditentukan oleh masing-masing penguasa kota. Di kota Malaka terdapat perkampungan para pedagang asing dari Gujarat Koromandel, Hindu, Persi, Arab, Cina, dan perkampungan pedagang asal Indoensia. Di kota pusat kerajaan lainnya yang berfungsi sebagai kota tempat pelabuhan, ada perkampungan yang berdasarkan jenis pekerjaan. Misalnya Panjunan tempat tinggal para tukang, Kademangan yaitu tempat tinggal demang, dan lain-lain. Sumber: Deri Septi Efendi, “Peranan J. P Coen dalam Membangun Batavia sebagai Kota Pelabuhan Tahun 1619-1629”, Skripsi Tidak Diterbitkan, Bandung: FPIPS UPI, 2015. Diambil dari: http://repository.upi.edu/22138/ Safri Burhanuddin, Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa Bahari bangsa Indonesia dalam Proses Integrasi Bangsa, Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003