Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

DISUSUN OLEH

TINGKAT II A

KELOMPOK 11

REZKI CYNDI SARI

ANGGER ANGGRAINI

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO

JURUSAN KEPERAWATAN

2012
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena limpahan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan Leukimia ” walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana.

Dalam penulisan makalah ini tidak luput dari kesulitan-kesuliatan, namun pada akhirnya
berkat ketekunan serta bantuan dari rekan-rekan sekelompok, sehingga makalah ini dapat selesai
pada waktunya.

Akhirnya kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Olehnya itu kritik dan saran, sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.

Manado,26 Maret 2012

Kelompok 11
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................................
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................
C. Metode. .....................................................................................................

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi.....................................................................................................
B. Etiologi......................................................................................................
C. Patofisiologi……. .....................................................................................
D. Klasifikasi Leukimia.................................................................................
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................
......................
F. Gambaran Klinis........................................................................................
......................
G. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................
......................
H. Penatalaksanaan.........................................................................................
......................
I. Asuhan Keperawatan.................................................................................
......................

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................
B. Saran................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia merupakan suatu penyakit keganasan yang berasal dari sel induk sistem
hematopoetik yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan
pada sel-sel darah merah namun sangat jarang.Ini adalah suatu penyakit darah dan
organ-organ dimana sel-sel darah tersebut dibentuk dan ditandai dengan proliferasi sel-
sel imatur abnormal yang mempengaruhi produksi dari sel-sel darah normal
lainnya.Penyakit ini disebabkan terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah
yaitu pada sum-sum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang dihasilkan
adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan sel darah
normal.Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruh genetik  maupun
factor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peran.

B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kesehatan
terutama leukemia.
b. Tujuan Khusus
 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dan keluarga dengan
masalah leukemia.
 Mahasiswa mampu menganalisa data dengan masalah leukemia.
 Mahasiswa mampu menyusun rencana dan intervensi keperawatan terhadap
klien dengan leukemia.
 Mahasiswa  mampu  melakukan  implementasi  sesuai  dengan intervensi
keperawatan yang telah disusun.
 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap implementasi keperawatan
yang telah dilaksanakan.

C. Metode

Adapun Metode Yang Dilakukan Dalam Pembuatan Makalah Ini Yaitu :


1. Internet
2. Diskusi kelompok

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Defenisi
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa (Reeves, 2001). Sifat khas leukemia adalah
proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang,
menggantikan elemen sumsum tulang normal. Proliferasi juga terjadi di hati,
limpa, dan nodus limfatikus. Terjadi invasi organ non hematologis seperti
meninges, traktus gastrointestinal, ginjal, dan kulit.
Leukemia limfositik akut (LLA) sering terjadi pada anak-anak. Leukemia
tergolong akut bila ada proliferasi blastosit (sel darah yang masih muda) dari
sumsum tulang. Leukemia akut merupakan keganasan primer sumsum tulang
yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah
abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran organ-organ lain. Leukemia
tergolong kronis bila ditemukan ekspansi dan akumulasi dari sel tua dan sel muda
(Tejawinata, 1996).
Selain akut dan kronik, ada juga leukemia kongenital yaitu leukemia yang
ditemukan pada bayi umur 4 minggu atau bayi yang lebih muda.

2. Etiologi
Penyebab LLA sampai sekarang belum jelas, namun kemungkinan besar
karena virus (virus onkogenik).
Faktor lain yang berperan antara lain:
a. Faktor eksogen seperti sinar X, sinar radioaktif, dan bahan kimia (benzol,
arsen, preparat sulfat), infeksi (virus dan bakteri).
b. Faktor endogen seperti ras
c. Faktor konstitusi seperti kelainan kromosom, herediter (kadang-kadang
dijumpai kasus leukemia pada kakak-adik atau kembar satu telur).

Faktor predisposisi:
a. Faktor genetik: virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen
(T cell leukimia-lymphoma virus/HTLV)
b. Radiasi ionisasi: lingkungan kerja, prenatal, pengobatan kanker sebelumnya
c. Terpapar zat-zat kimiawi seperti benzen, arsen, kloramfenikol, fenilbutazon,
dan agen anti neoplastik.
d. Obat-obat imunosupresif, obat karsinogenik seperti diethylstilbestrol
e. Faktor herediter misalnya pada kembar satu telur
f. Kelainan kromosom.

Jika penyebab leukimia disebabkan oleh virus, virus tersebut akan mudah
masuk ke dalam tubuh manusia jika struktur antigen virus tersebut sesuai dengan
struktur antigen manusia. Struktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen
dari berbagai alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak di
permukaan tubuh(antigen jaringan). Oleh WHO, antigen jaringan ditetapkan
dengan istilah HL-A (human leucocyte locus A). Sistem HL-A individu ini
diturunkan menurut hukum genetika sehingga peranan faktor ras dan keluarga
sebagai penyebab leukemia tidak dapat diabaikan.

3. Patofisiologi
Leukemia merupakan proliferasi dari sel pembuat darah yang bersifat
sistemik dan biasanya berakhir fatal. Leukemia dikatakan penyakit darah yang
disebabkan karena terjadinya kerusakan pada pabrik pembuat sel darah yaitu
sumsum tulang. Penyakit ini sering disebut kanker darah. Keadaan yang
sebenarnya sumsum tulang bekerja aktif membuat sel-sel darah tetapi yang
dihasilkan adalah sel darah yang tidak normal dan sel ini mendesak pertumbuhan
sel darah normal.
Terdapat dua mis-konsepsi yang harus diluruskan mengenai leukemia,
yaitu:
a. Leukemia merupakan overproduksi dari sel darah putih, tetapi sering
ditemukan pada leukemia akut bahwa jumlah leukosit rendah. Hal ini
diakibatkan karena produksi yang dihasilkan adalah sel yang immatur.
b. Sel immatur tersebut tidak menyerang dan menghancurkan sel darah normal
atau jaringan vaskuler. Destruksi seluler diakibatkan proses infiltrasi dan
sebagai bagian dari konsekuensi kompetisi untuk mendapatkan elemen
makanan metabolik.
4. Klasifikasi Leukimia
a. Leukemia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua
sel mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil, eosinofil), eritrosit, dan
trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena. Insidensi meningkat sesuai
dengan bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling
sering terjadi.
b. Leukemia Mielogenus Krinis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namu lebih
banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan.
LMK jarang menyerang individu dibawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan
gambaran LMA tetapi dengan tanda dan gejala yang lebih ringan. Pasien
menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit
kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar.
c. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 – 70 tahun.
Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala. Penyakit baru terdiagnosa
saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit.
d. Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-
anak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Puncak insiden usia 4
tahun, setelah usia 15 tahun. LLA jarang terjadi. Limfosit immatur
berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga
mengganggu perkembangan sel normal.

5. Tanda dan Gejala


a. Anemia
Disebabkan karena produksi sel darah merah kurang akibat dari kegagalan
sumsum tulang memproduksi sel darah merah. Ditandai dengan berkurangnya
konsentrasi hemoglobin, turunnya hematokrit, jumlah sel darah merah kurang.
Anak yang menderita leukemia mengalami pucat, mudah lelah, kadang-
kadang sesak nafas.
b. Suhu tubuh tinggi dan mudah infeksi
Disebabkan karena adanya penurunan leukosit, secara otomatis akan
menurunkan daya tahan tubuh karena leukosit yang berfungsi untuk
mempertahankan daya tahan tubuh tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Perdarahan
Tanda-tanda perdarahan dapat dilihat dan dikaji dari adanya perdarahan
mukosa seperti gusi, hidung (epistaxis) atau perdarahan bawah kulit yang
sering disebut petekia. Perdarahan ini dapat terjadi secara spontan atau karena
trauma. Apabila kadar trombosit sangat rendah, perdarahan dapat terjadi
secara spontan.
d. Penurunan kesadaran
Disebabkan karena adanya infiltrasi sel-sel abnormal ke otak dapat
menyebabkan berbagai gangguan seperti kejang sampai koma.
e. Penurunan nafsu makan
f. Kelemahan dan kelelahan fisik

6. Gambaran Klinis
Gejala yang khas berupa pucat (dapat terjadi mendadak), panas, dan
perdarahan disertai splenomegali dan kadang-kadang hepatomegali serta
limfadenopati. Perdarahan dapat didiagnosa ekimosis, petekia, epistaksis,
perdarahan gusi, dsb.
Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang yang dapat
disalahartikan sebagai penyakit rematik. Gejala lain dapat timbul sebagai akibat
infiltrasi sel leukemia pada alat tubuh seperti lesi purpura pada kulit, efusi pleura,
kejang pada leukemia serebral.
7. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah tepi, gejala yang terlihat adalah adanya pansitopenia,
limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran darah tepi monoton dan
terdapat sel blast (menunjukkan gejala patogonomik untuk leukemia).
Pemeriksaan sumsum tulang ditemukan gambaran monoton yaitu hanya
terdiri dari sel limfopoetik patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia
sekunder).
Pemeriksaan biopsi limfa memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel
yang berasal dari jaringan limfa yang terdesak seperti: limfosit normal, RES,
granulosit, pulp cell.
70 – 90% dari kasus leukemia Mielogenus Kronis (LMK) menunjukkan
kelainan kromosom yaitu kromosom 21 (kromosom Philadelphia atau Ph 1).
50 – 70% dari pasien Leukemia Limfositik Akut (LLA), Leukemia
Mielogenus Akut (LMA) mempunyai kelainan berupa:
 Kelainan jumlah kromosom seperti diploid (2n), haploid (2n-a),
hyperploid
 Kariotip yang pseudodiploid pada kasus dengan jumlah kromosom yang
diploid (2n+a)
 Bertambah atau hilangnya bagian kromosom (partial depletion)
 Terdapat marker kromosom yaitu elemen yang secara morfologis bukan
merupakan kromosom normal, dari bentuk yang sangat besar sampai yang
sangat kecil. Untuk menentukan pengobatannya harus diketahui jenis
kelainan yang ditemukan. Pada leukemia biasanya didapatkan dari hasil
darah tepi berupa limfositosis lebih dari 80% atau terdapat sel blast. Juga
diperlukan pemeriksaan dari sumsum tulang dengan menggunakan
mikroskop elektron akan terlihat adanya sel patologis.

8. Penatalaksanaan
o Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996)
yaitu:
a. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
 Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk
mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah
trombosit kurang dari 10.000/mm³, maka diperlukan transfusi
trombosit.
 Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal.
Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
 Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk
mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat
diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi
sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun
intratekal sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang
tampak.
 Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang
tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
 Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
 Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk
mempertahankan masa remisi
c. Fase Pelaksanaan Kemoterapi:
 Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini
diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda
penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kuurang dari 5%.
 Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan
hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel
leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada
pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
 Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk
mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel
leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan
pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum
tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum
tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat
dikurangi.
o Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh
agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan seluruhnya dihentikan
setelah 3 tahun remisi terus menerus.
 

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi
klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : Nama,
Tempat/tgl lahir, BB/TB saat lahir, Jenis Kelamin, Pendidikan anak, Anak Ke-
dalam keluarga, Nama ayah, Pekerjaan, Pendidikan,Nama ibu,Pekerjaan,
Pendidikan ,Alamat.
b. Riwayat Keperawatan, yang terdiri atas :
1. Keluhan Utama
Nyeri tulang sering terjadi, lemah nafsu makan menurun, demam (jika
disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala.
2. Riwayat Perawatan Sebelumnya
Riwayat kelahiran anak :
 Prenatal
 Natal
 Post natal

Riwayat Tumbuh Kembang


Bagaimana pemberian ASI, adakah ketidaknormalan pada masa
pertumbuhan dan kelainan lain ataupun sering sakit-sakitan.
3. Riwayat keluarga
Insiden LLA lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).

c. Kebutuhan Dasar
1. Cairan : Terjadi deficit cairan dan elektrolit karena muntah dan
diare.
2. Makanan : Biasanya terjadi mual, muntah, anorexia ataupun alergi
makanan. Berat badan menurun.
3. Pola tidur : Mengalami gangguan karena nyeri sendi.
4. Aktivitas : Mengalami intoleransi aktivitas karena kelemahan tubuh.
5. Eliminasi : Pada umumnya diare, dan nyeri tekan perianal.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum tampak lemah
Kesadaran composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah :
Nadi :
Suhu : Meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3. Pemeriksaan Kepala Leher
Rongga mulut : apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi
Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP.
4. Pemeriksaan Integumen
Adakah ulserasi ptechie, ekimosis, tekanan turgor menurun jika terjadi
dehidrasi.
5. Pemeriksaan Dada dan Thorax
 Inspeksi bentuk thorax, adanya retraksi intercostae.
 Auskultasi suara nafas, adakah ronchi (terjadi penumpukan secret
akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II, dan III jika ada
 Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
 Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
6. Pemeriksaan Abdomen
 Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran, terdapat
bayangan vena, auskultasi peristaltic usus, palpasi nyeri tekan bila
ada pembesaran hepar dan limpa.
 Perkusi tanda asites bila ada.
7. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah cyanosis kekuatan otot.

e. Informasi Lain
Perangkat Diagnostik
 Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah
spesifik.
 Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal
dan penimbunan sel darah.
Penatalaksanaan
 Kemoterapi dengan banyak obat
 Antibiotik untuk mencegah infeksi
 Tranfusi untuk mengatasi anemia

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA TINDAKAN

1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan :


a. Tidak adekuatnya pertahanan sekunder
b. Gangguan kematangan sel darah putih
c. Peningkatan jumlah limfosit imatur
d. Imunosupresi
e. Penekanan sumsum tulang ( efek kemoterapi 0)

Hasil yang Diharapkan : Infeksi tidak terjadi.

Rencana tindakan :

a. Tempatkan anak pada ruang khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi


Rasional ; Melindungi anak dari sumber potensial patogen / infeksi
b. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf
petugas
Rasional : mencegah kontaminasi silang / menurunkan risiko infeksi
c. Awasi suhu. Perhatikan hubungan antara peningkatan suhu dan
pengobatan chemoterapi. Observasi demam sehubungan dengan
tachicardi, hiertensi
Rasional : Hipertermi lanjut terjadi pada beberapa tipe infeksi dan demam
terjadi pada kebanyakan pasien leukaemia.
d. Dorong sering mengubah posisi, napas dalam, batuk.
Rasional ; Mencegah statis secret pernapasan, menurunkan resiko
atelektasisi/ pneumonia.
e. Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut secara periodic.
Gnakan sikat gigi halus untuk perawatan mulut.
Rasional : Rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme pathogen
f. Awasi pemeriksaan laboratorium : WBC, darah lengkap
Rasional : Penurunan jumlah WBC normal / matur dapat diakibatkan oleh
proses penyakit atau kemoterapo.
g. Berikan obat sesuai indikasi, misalnya Antibiotik
Rasional ; Dapat diberikan secara profilaksis atau mengobati infeksi
secara khusus.
h. Hindari antipiretik yang mengandung aspirin
Rasional ; aspirin dapat menyebabkan perdarahan lambung atau
penurunan jumlah trombosit lanjut.

2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan :


a. Kehilangan berlebihan, mis ; muntah, perdarahan
b. Penurunan pemasukan cairan : mual, anoreksia.

Hasil Yang Diharapkan :Volume cairan tubuh adekuat, ditandai dengan TTV
dbn, stabil, nadi teraba, haluaran urine, BJ dan PH urine, dbn.

Rencana Tindakan :
a. Awasi masukan dan pengeluaran. Hitung pengeluaran tak kasat mata dan
keseimbangan cairan. Perhatikan penurunan urine pada pemasukan
adekuat. Ukur berat jenis urine dan pH Urine.
Rasional ; Penurunan sirkulasi sekunder terhadap sel darah merah dan
pencetusnya pada tubulus ginjal dan / atau terjadinya batu ginjal
(sehubungan dengan peningkatan kadar asam urat) dapat menimbulkan
retensi urine atau gagal ginjal.
b. Timbang BB tiap hari.
Rasional : Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal.
Pemasukan lebih dari keluaran dapat mengindikasikan memperburuk /
obstruksi ginjal.
c. Awasi TD dan frekuensi jantung
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan efek hipovolemik
(perdarahan/dehidrasi)
d. Inspeksi kulit / membran mukosa untuk petike, area ekimotik, perhatikan
perdarahan gusi, darah warn karat atau samar pada feces atau urine;
perdarahan lanjut dari sisi tusukan invesif.
Rasional ; Supresi sumsum dan produksi trombosit menempatkan pasien
pada resiko perdarahan spntan tak terkontrol.
e. Evaluasi turgor kulit, pengiisian kapiler dan kondisi umum membran
mukosa.
Rasional ; Indikator langsung status cairan / dehidrasi.
f. Implementasikan tindakan untuk mencegah cedera jaringan / perdarahan,
ex : sikat gigi atau gusi dengan sikat yang halus.
Rasional ; Jaringan rapuh dan gangguan mekanis pembekuan
meningkatkan resiko perdarahan meskipun trauma minor.
g. Berikan diet halus.
Rasional : Dapat membantu menurunkan iritasi gusi.
h. Berikan cairan IV sesuai indikasi
Rasional : Mempertahankan keseimbangan cairan / elektrolit pada tak
adanya pemasukan melalui oral; menurunkan risiko komplikasi ginjal.
i. Berikan sel darah Merah, trombosit atau factor pembekuan
Raional : Memperbaiki jumlah sel darah merah dan kapasitas O2 untuk
memperbaiki anemia. Berguna mencegah / mengobati perdarahan.
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan :
a. Agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe, sumsum tulang yang
dikmas dengan sel leukaemia.
b. Agen kimia ; pengobatan antileukemia.

Rencana Tindakan ;

a. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan petunjuk nonverbal,rewel, cengeng,


gelisah
Rasional ; Dapat membantu mengevaluasi pernyatan verbal dan
ketidakefektifan intervensi.
b. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stress
Rasional ; Meingkatkan istirahat.
c. Tempatkan pada posisi nyaman dan sokong sendi, ekstremitas denganan
bantal
Rasional ; Menurunkan ketidak nyamanan tulang/ sensi
d. Ubah posisi secara periodic dan berikan latihan rentang gerak lembut.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilisasi sendi.
e. Berikan tindakan ketidak nyamanan; mis : pijatan, kompres
Rasional ; Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia adalah suatu jenis kanker darah. Gangguan ini disebabkan oleh sel
darah putih yang diproduksi melebihi jumlah yang seharusnya ada. Leukemia akut pada
anak adalah suatu kelainan atau mutasi pembentukan sel darah putih oleh  sumsum
tulang  anak  maupun  gangguan  pematangan  sel-sel  tersebut selanjutnya.  Gangguan
ini  sekitar  25-30%  jumlahnya  dari  seluruh  keadaan keganasan yang didapat pada
anak.
Leukemia terdiri dari dua tipe besar, yakni acute lymphoblastic leukemia dan
acute myeloid leukemia. Jumlah penderita acute lymphoblastic leukemia umumnya lebih
banyak dibandingkan jenis acute myeloid leukemia.
Penyebab utama penyakit kelainan darah ini sampai sekarang belum diketahui
secara pasti, dan masih terus diteliti. Namun, faktor genetik berperan cukup penting pada
beberapa penelitian yang dilakukan. Dengan kata lain, ada hubungannya dengan faktor
keturunan, selain tentunya banyak faktor penyebab lain yang bervariasi sesuai kasus per
kasus dan jenis sub tipe yang didapat.Terapi yang diberikan pada penderita leukemia akut
bertujuan untuk menghancurkan sel-sel leukemia dan mengembalikan sel-sel darah yang
normal.Terapi yang dipakai biasanya adalah kemoterapi (pemberian obat melalui
infus),obat-obatan,  ataupun  terapi  radiasi.  Untuk  kasus-kasus  tertentu,  dapat  juga
dilakukan transplantasi sumsum tulang belakang.Mengenai kemungkinan keberhasilan
terapi, sangat tergantung waktu penemuan pertama penyakit si penderita. Apakah dalam
stadium awal atau sudah lanjut, subtipe penyakit, teratur tidaknya jadwal terapi yang
dilakukan, timbul relapse (kambuh) atau tidak selama terapi maupun kemungkinan
penyebab yang bisa diperkirakan.

B. Saran
Bagi keluarga sebaiknya memahami bagaimana tatalaksana terapeutik untuk pasien
leukemia agar penyakitnya tidak memasuki stadium lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.

(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

2. Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).

Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,

(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

4. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.

5. Mansjoer, Arif & Suprohaita. (2000). Kapita Slekta Kedokteran Jilid II. Fakultas

Kedokteran UI : Media Aescullapius. Jakarta.

6. Ngastiyah (1997). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

7. Soeparman. (1987). Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi kedua. Penerbit FKUI. Jakarta.

8. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.

9. Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

10. Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

11. http://praktik-perawat.blogspot.com

12. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/leukemia_pada_anak.html
13. http://dilichild86.blogspot.com/2008/04/asuh-keperawatan.html

14. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan

Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung

Anda mungkin juga menyukai