Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris Di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris Di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
01
*) Email : halimatusadiahsiti@yahoo.com
ABSTRACT
Upstream watershed is one of the sub-watersheds that serve to maintain the availability of water for the
central and downstream region. So that, when damage occurs in that area, it will effect to the middle and
lower area of the watershed. The purposes of this study were (1) to determine the stakeholders who
involved in the rescue of Citarum watershed upstream, (2) to know the effectiveness of participatory
institutions to change attitudes and behavior of society around the Citarum watershed upstream. This study
was conducted using a quantitative approach supported by qualitative approach. Meanwhile, the results of
this study showed (1) institutional participatory have successfully changed attitudes and behavior of
society to not to dispose the household garbage and sewage into the river again (2) participatory
institutional not yet managed to change the manner of private parties to not to dispose garbage and
industrial waste into the river, and (3) participatory institutions in central are more effective to change
society attitudes and behavior to be more concerned for the environment than the existing participatory
institutions in the upstream. In generally, the participatory institutions have successfully established
collaborative between public, private and government at the sub-watershed upstream.
Keywords: stakeholders, participatory, institutional, rescue of upstream watershed, community participation.
PENDAHULUAN terhadap sumberdaya alam hingga berujung pada
tingginya tekanan terhadap DAS dan berakhir pada
Barber (1997) menyatakan bahwa Daerah Aliran Sungai
kerusakan ekosistem DAS (Dephut 2006). Deforestasi
(DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan
yang menyebabkan degradasi lahan di bagian hulu dan
satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya
tengah DAS memicu terjadinya erosi yang berdampak
serta berfungsi menampung, menyimpan dan
pada sedimentasi di bagian hilir DAS. Prinsip
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau
interkonektivitas untuk daerah DAS sangatlah besar. Bila
atau ke laut secara alami. DAS dapat dibagi ke dalam tiga
terjadi kerusakan di salah satu bagian DAS, maka akan
komponen yaitu: bagian hulu, tengah dan hilir. Ekosistem
mempengaruhi bagian DAS yang lain (Dephut 2008).
bagian hulu merupakan daerah tangkapan air utama dan
Hingga saat ini, belum ada satu lembaga/instansi
pengatur aliran. Ekosistem bagian tengah sebagai daerah
pengelolaan DAS yang dapat mengintegrasikan seluruh
distributor dan pengatur air, sedangkan ekosistem bagian
pemangku kepentingan dari berbagai sektor yang ada.
hilir merupakan pengguna air. Hubungan antara
T idak adanya pedoman yang sama yang digunakan
ekosistem-ekosistem tersebut menjadikan DAS sebagai
oleh masing-masing sektor membuat pengelolaan
satu kesatuan hidrologis yang tidak dapat dipisahkan.
terhadap DAS semakin terpecah-pecah dimana lembaga-
Kesatuan pengelolaan DAS menjadi hal penting untuk
lembaga pengelolaan DAS hanya bekerja pada
dilakukan sebagai upaya untuk mengendalikan hubungan
wilayahnya masing-masing serta hanya berdasarkan batas
timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia dan
wilayah administratif semata (Dephut 2008).
segala aktivitasnya dengan tujuan membina kelestarian
dan keserasian ekosistem serta meningkatkan Salah satu langkah awal untuk mengatasi kerusakan DAS
kemanfaatan sumberdaya alam bagi kesejahteraan yang semakin parah adalah dengan membentuk gerakan
manusia (Barber 1997). masyarakat untuk bersama-sama melestarikan dan
menjaga ekosistem DAS. Untuk membentuk gerakan
Kerusakan DAS yang terjadi saat ini dipercepat oleh
masyarakat tersebut dibutuhkan suatu wadah yang dapat
peningkatan pemanfaatan sumberdaya alam sebagai
menampung aspirasi dan koordinasi dalam mengelola
akibat dari pertambahan penduduk, konflik kepentingan,
DAS. Prinsipnya kelembagaan DAS dibentuk atas
kurangnya keterpaduan antar sektor, dan antara wilayah
kesadaran dan kebutuhan masyarakat sekitar DAS untuk
hulu-tengah- hilir. Degradasi DAS diperparah dengan
melaksanakan pengelolaan DAS yang lebih baik
pesatnya perkembangan ekonomi dimana banyaknya
sebagai akibat dari permasalahan-permasalahan yang
industri-industri menyebabkan meningkatnya permintaan
72 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
administrasi Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Sejarah Pembentukan Kelembagaan Partisipatoris
dan Kabupaten Bandung sepanjang ± 28 km. Pada tahun Sub Daerah Aliran Sungai Cikapundung
2010 Sungai Cikapundung memiliki curah hujan berkisar
Komunitas Cikapundung Rehabilitation Program (CRP)
antara 1500-2400 mm/tahun, adapun hari hujan antara 96-
terbentuk pada akhir tahun 2009 tepatnya pada 22
220 hari, sedangkan curah hujan maksimum 89 mm.
Desember 2009 di Curug Dago Bandung oleh LSM
Tataguna lahan di Sungai Cikapundung meliputi:
Penjelajah Rimba dan Pendaki Gunung (CAMEL) dan
perkebunan sebesar 53,8 persen, pemukiman sebesar 25,3
Dinas Kehutanan Tahura Ir.H Juanda, serta oleh salah
persen, hutan sebesar 3,71 persen, sawah sebesar 6,62
satu Perguruan Tinggi Swasta di Bandung Institut
persen, semak belukar sebesar 5,3 persen dan terakhir
Teknologi Nasional (ITENAS). Awalnya komunitas CRP
lahan kosong sebesar 5,64 persen. Populasi di wilayah
merupakan salah satu program kerja dari Perhimpunan
sungai sekitar 750.000 jiwa. Sungai Cikapundung
Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung alam bernama
memiliki luas daerah tangkapan di bagian hulu sebesar
CAMEL yang telah berdiri selama lebih dari 30 tahun
111,3 km², di bagian tengah seluas 90,4 km² dan di bagian
lamanya sejak 5 Mei 1982 yang sekretariatnya berada di
hilir seluas 76,5 Km². Pada bagian hulu terdapat
daerah Dago Bandung. Program tersebut berupa
percabangan sungai yang membentuk dua sub sistem
kegiatan konservasi alam dengan nama Cikapundung
DAS, yang terletak di Maribaya. Percabangan kearah
Rehabilitation Program. Program rehabilitasi Sungai
Barat merupakan sub sistem Cigulung meliputi Cikidang,
Cikapundung tersebut dilakukan oleh anggota CAMEL
Cibogo, Ciputri dan Cikawari, sedangkan kearah Timur
atas dasar keprihatinan terhadap Sungai Cikapundung
meliputi sungai Cibodas dan Sungai Cigalukguk1.
yang kondisinya semakin hari semakin memprihatinkan.
Sungai Cikapundung termasuk kedalam 48 sungai yang Pada akhirnya program CRP tersebut terpisah dari LSM
mengitari Kota Bandung dan menjadi 13 anak sungai CAMEL dan menjadi sebuah komunitas tersendiri.
utama yang menjadi pemasok air bagi Sungai Citarum. Komunitas CRP senantiasa mengajak masyarakat di
Panjang alur Sungai Cikapundung yang melintasi Kota sepanjang Sungai Cikapundung untuk selalu
Bandung adalah sebesar ± 15,5 km (68,2 persen dari total berpartisipasi aktif menjaga dan melestarikan Sungai
panjang sungai) dan diantaranya merupakan daerah Cikapundung.
pemukiman padat penduduk yang dipenuhi dengan 1.058
Komunitas CRP mensosialisasikan gerakan nyata di
bangunan. Lebar sungai di hulu sepanjang 22 meter dan di
lapangan berupa gerakan bersih-bersih Sungai
hilir 26 meter, dimana debit air minimum sebesar enam
Cikapundung yang sekaligus menjadi awal terjalinnya
meter kubik per detik. Sungai Cikapundung membelah
hubungan masyarakat dan aparatur pemerintah mulai dari
Kota Bandung dengan melintasi sembilan kecamatan, 13
tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan, bahkan ketingkat
kelurahan dan 124 RW. Sungai Cikapundung terbagi
Walikota dan Gubernur. Komunitas CRP merupakan
dalam dua segmen antara lain kawasan hijau sepanjang
pencetus gerakan rehabilitasi Sungai Cikapundung,
lima kilometer meliputi wilayah Dago Bengkok -
hingga saat ini sudah terdapat ± 42 komunitas yang
Curug Dago - hingga Gandok, dan sepanjang 10,5 km
melakukan kegiatan serupa komunitas CRP yang
daerah Gandok hingga Mengger bantarannya sudah
ditempatkan di beberapa posko/titik yang berbeda di
merupakan daerah perumahan padat penduduk,
sepanjang Sungai Cikapundung dengan berbagai nama
perdagangan dan sebagainya.
komunitas yang berbeda-beda. Terbentuknya 42
Seperti fungsi sungai lainnya, Cikapundung pun berfungsi komunitas pegiat sungai ini, dimulai saat komunitas CRP
sebagai: (1) drainase utama pusat kota; (2) penggelontor melakukan kegiatan pengambilan sampah dari Sungai
kotoran dan pembuangan limbah domestik maupun Cikapundung hampir setiap harinya
industri sampah kota; (3) objek wisata Bandung
Gambaran Umum Kelurahan Dago (Hulu Sungai
(Maribaya, Curug Dago, kebun binatang dll); (4)
Cikapundung)
penyedia air baku Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Kota Bandung yang membangun instalasi Kelurahan Dago, Kecamatan Coblong merupakan salah
penyadapan di Dago Pakar, Dago, dan di Badak Singa; satu bagian hulu Sungai Cikapundung yang berdekatan
(5) pemanfaatan energi yang dikelola oleh PT Indonesia langsung dengan kelembagaan partisipatoris DAS
Power-Unit Saguling yang mendirikan instalansi di PLTA (komunitas CRP). Kelurahan Dago memiliki luas lahan
Bengkok dan PLTA Dago Pojok, serta (6) sebagai sarana sebesar 258 ha. Secara geografis Kelurahan Dago
irigasi pertanian, namun seiring dengan pertumbuhan dan memiliki bentuk wilayah datar/berombak yaitu sebesar 80
perkembangan kota, instalasi tersebut tidak berfungsi persen dari total keseluruhan luas wilayah. Ditinjau dari
secara efektif. Merehabilitasi Sungai Cikapundung sudut ketinggian tanah. Kelurahan Dago berada pada
merupakan suatu langkah awal untuk merehabilitasi 13 ketinggian 100 m di at as permukaan air laut. Suhu rata-
sungai lainnya agar jernih kembali, dimana Sungai rata di Kelurahan Dago berkisar 36°C, sedangkan dilihat
Cikapundung digunakan untuk menampung air pada dari segi hujan sebesar 21 mm/thn dan jumlah hari dengan
musim kemarau, mengurangi sedimentasi lumpur keruh di curah hujan yang terbanyak sebesar 45 hari. Berikut
Sungai Citarum, juga sebagai sumber listrik Ibukota Jawa pembagian penggunaan areal tanah di Kelurahan Dago:
Barat dan jaringan Jawa hingga Bali.
1
Data didapat dari PSDA Jawa Barat dan BPLH Kota
Bandung
74 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
pada umumnya penduduk Kelurahan Dago rata-rata hujan berkisar 2433,63 mm/th dengan jumlah hari dan
bermata pencaharian sebagai pegawai swasta, pedagang, curah hujan terbanyak sebesar 45 hari. Kelurahan
dan pegawai negeri. Lebak Siliwangi, Kecamatan Coblong merupakan salah
satu wilayah pemerintahan Kota Bandung dengan luas
Kegiatan Lingkungan di Kelurahan Dago
wilayah 100 ha. Berikut pembagian penggunaan areal
Kelurahan Dago merupakan salah satu daerah hulu Kota tanah di Kelurahan Lebak Siliwangi antara lain :
Bandung yang dijadikan pusat para peneliti lingkungan
Tabel 3. Penggunaan Areal Tanah di Kelurahan Lebak
dan juga dijadikan sebagai tempat para pecinta
Siliwangi, 2010
lingkungan dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan alam/lingkungan. Hal ini
dikarenakan Kelurahan Dago merupakan wilayah yang
masih asri dengan adanya ruang terbuka hijau, di
Kelurahan Dago pun terdapat beberapa tempat sejarah
seperti prasati peninggalan kerajaan Thailand di Curug
Dago, Gua peninggalan Jepang dan Belanda, serta Taman
Hutan Rakyat Insinyur Juanda, yang hingga kini masih
dijadikan sebagai sarana objek wisata di kawasan
Bandung Utara. Kelurahan Dago merupakan salah satu
wilayah yang paling sering dituju oleh berbagai instansi
atau masyarakat untuk melakukan penanaman pepohonan. Pada Tabel 3. terlihat bahwa penggunaan areal tanah di
Hal ini dikarenakan masih luasnya lahan terbuka hijau Kelurahan Lebak Siliwangi masih didominasi oleh tanah
yang ada di Kelurahan Dago. Dahulu penghijauan atau kering yaitu seluas 75 ha, kemudian fasilitas umum seluas
reboisasi hanya dilakukan oleh instansi-instansi tertentu 25 ha. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
seperti dinas-dinas pemerintah, namun tak jarang setelah umumnya Kelurahan Lebak Siliwangi sudah tidak
melakukan penghijauan kegiatan monitoring jarang memiliki lahan basah seperti pada Kelurahan Dago.
dilakukan, sehingga pepohonan yang telah ditanam Secara administratif Kelurahan Lebak Siliwangi dibatasi
banyak yang tidak tumbuh, bahkan mati. oleh:
Seiring berjalannya waktu, Kelurahan Dago yang 1. Bagian Selatan : Kel, Tamansari Kec,
dijadikan sebagai kawasan objek wisata Bandung Utara, Bandung Wetan
kian hari banyak dikunjungi oleh para pendatang yang
berasal dari luar Kota Bandung. Banyaknya pendatang 2. Bagian Utara : Kel. Dago Kec. Coblong
menyebabkan daerah hulu di Kelurahan Dago dipenuhi 3. Bagian Timur : Kel. Lebak Gede Kec.
oleh pemukiman atau vila-vila yang menempati kawasan Coblong
ruang terbuka hijau. Hal ini menyebabkan berkurangnya
ruang terbuka hijau disamping penanaman pohon yang 4. Bagian Barat : Kel. Cipaganti Kec. Coblong
tidak dapat menyeimbangi laju kerusakan di hulu Kota
Sampai dengan Februari 2010 penduduk Kelurahan Lebak
Bandung. Namun setelah adanya komunitas-komunitas
Siliwangi memiliki jumlah penduduk sebesar 4.422 jiwa
pegiat lingkungan seperti CAMEL dan CRP serta dengan
yang terdiri dari 2.274 jiwa laki-laki dan 2.148 jiwa
adanya kelembagaan partisipatoris yang terdiri dari 42
perempuan. Jumlah kepala keluarga di Kelurahan Lebak
komunitas pegiat Sungai Cikapundung maka kegiatan
Siliwangi saat ini mencapai sekitar 1.088 KK. Jumlah
yang berhubungan dengan lingkungan tertutama
tersebut lebih kecil dibandingkan dengan jumlah
penghijauan semakin gencar dilakukan di Kelurahan
penduduk di Kelurahan Dago. Berdasarkan
Dago. Saat ini, semakin hari di Kelurahan Dago kini
kepercayaannya, penduduk Kelurahan Lebak Siliwangi
semakin banyak pihak swasta yang melakukan
yang beragama Islam sebanyak 3.178 jiwa, Kristen
Coorporate Social Responsibilities (CSR) yang
Protestan sebanyak 297 jiwa, Kristen Katholik sebanyak
berhubungan dengan lingkungan, bekerjasama dengan
199 jiwa, yang beragama Hindu sebanyak 73 jiwa
aparat setempat dan komunitas pegiat Sungai
sedangkan yang beragama Budha sebanyak 105.
Cikapundung.
Berdasarkan data kependudukan dari kelurahan, pada
Gambaran Umum Kelurahan Lebak Siliwangi tahun 2010 Kelurahan Lebak Siliwangi memiliki
(Tengah Sungai Cikapundung) kepadatan penduduk sebesar 44 jiwa per hektar dan
dilihat dari pertumbuhan penduduk, dimana intensitasnya
Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan salah satu akan terus bertambah dari waktu ke waktu. Penduduk di
kelurahan yang terdapat di Kecamatan Coblong yang Kelurahan Lebak Siliwangi sebagian besar berada pada
memiliki banyak jumlah penduduk yang tinggal di usia produktif yang berkisar antara 15 tahun hingga 65
bantaran Sungai Cikapundung. Secara geografis tahun yaitu sebanyak 3.393 jiwa. Untuk penduduk yang
Kelurahan Lebak Siliwangi sudah termasuk ke bagian usianya belum produktif yaitu usia kurang dari 15 tahun
tengah Sungai Cikapundung, selain itu Kelurahan Lebak sebanyak 1.029 jiwa dari total jumlah penduduk. Angka
Siliwangi memiliki bentuk wilayah datar/berombak besar. ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk di
Ditinjau dari sudut ketinggian tanah, Kelurahan Lebak Kelurahan Lebak Siliwangi memiliki kemampuan untuk
Siliwangi berada pada ketinggian 750 m di atas dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dikarenakan
permukaan air laut. Suhu rata-rata di Kelurahan Lebak jumlah penduduk usia produktif lebih banyak
Siliwangi berkisar 26°C, sedangkan dilihat dari segi dibandingkan jumlah penduduk yang belum atau tidak
76 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
dengan pemukiman penduduk. Selanjutnya disajikan
gambaran karakteristik responden penelitian dari dua
kelurahan berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 5. berikut
ini:
Tabel 5. Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Sub
DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011
78 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
Peternakan Sapi walaupun secara kasat mata, Sungai Cikapundung
menjadi bersih dari
Selama ini kelembagaan partisipatoris mungkin berhasil
dalam mengubah perilaku warga bantaran Sungai sampah akibat dari adanya komunitas-komunitas pegiat
Cikapundung untuk menyadarkan dan mengubah perilaku Sungai Cikapundung. Berikut disajikan data E.Coli yang
mereka agar tidak lagi membuang limbah rumah tangga terkandung dalam Sungai Cikapundung setiap tahunnya.
ke Sungai Cikapundung. Namun, kelembagaan
Tabel 7. Data Pengujian E.Coli Pada Sungai Cikapundung
partisipatoris tidak berdaya untuk menyadarkan atau
merubah perilaku para pelaku industri atau pengusaha
yang hingga saat ini masih membuang limbah ke Sungai
Cikapundung, terutama pelaku usaha yang banyak
terdapat di hulu Sungai Cikapundung yang sudah mulai
memasuki wilayah Kabupaten Bandung Barat. Banyaknya
industri-industri di hulu Sungai Cikapundung
menyebabkan Sungai Cikapundung menjadi keruh, hal ini
dikarenakan industri-industri tersebut memanfaatkan
sungai sebagai tempat pembuangan limbah mereka
dengan cara menghanyutkannya langsung ke sungai atau
mengalirkannya melalui pipa-pipa. Daerah hulu Sungai
Cikapundung merupakan lokasi peternakan sapi perah. Tabel 7. menunjukkan bahwa pada tahun 2008 sebelum
Setiap harinya sapi-sapi yang berada di Lembang dan adanya kegiatan aksi kali bersih yang dilakukan
sekitarnya menghasilkan limbah berupa kotoran sapi kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung, kadar
mencapai 330 ton per harinya. Seperti salah satu industri E.Coli yang terkandung di Sungai Cikapundung adalah
peternakan sapi terbesar yang berada di hulu Sungai sebesar 150.000 Jml/100 ml hampir sekitar 75 kali di atas
Cikapundung tepatnya di kawasan Maribaya, Cibodas, baku mutunya, padahal toleransi baku mutu bakteri E-
Kabupaten Bandung Barat. Peternakan sapi tersebut Coli adalah sebesar 2000 mikroorganisme per 100
membuang kotoran sapi lebih dari 750 ekor ke dua aliran mililiter air. Setelah adanya aksi bersih yang dilakukan
sungai yang berbeda yaitu Sungai Cikapundung dan oleh para komunitas pegiat Sungai Cikapundung, kadar
Sungai Cikawari. Setiap harinya satu ekor sapi E.Coli dalam Sungai Cikapundung mengalami penurunan
menghasikan kotoran sapi sebanyak 30 kg. Hanya sekitar yang cukup signifikan dimana kadar E.Coli hanya sebesar
lima persen yang dimanfaatkan menjadi pupuk selebihnya 1.100 Jml/100 ml, namun pada tahun 2010 kadar E.Coli
dibuang ke kali-kali kecil yang bermuara di Sungai kembali meningkat menjadi 46.000 Jml/100 ml atau
Cikapundung. sekitar 23 kali lipat di atas baku mutunya.
Jika dianalisis, terlihat bahwa di hulu Sungai Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLH)
Cikapundung tepatnya di Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung status mutu air sungai menunjukkan bahwa
belum terdapat komunitas atau kelembagaan khusus yang Sungai Cikapundung sudah tergolong ke dalam kategori
mengakomodir permasalahan lingkungan khususnya tercemar berat untuk kategori Kelas I (air baku air
sungai seperti yang ada di Kelurahan Dago dan minum), Kelas II (sarana dan prasarana rekreasi air), dan
Kelurahan Lebak Siliwangi. Selain itu, hingga saat ini Kelas III (pembudidayaan ikan air tawar serta peternakan)
Pemerintah Kota Bandung belum melakukan negosiasi dalam PP No. 8/2001. Sungai Cikapundung hanya
dan kolaborasi kepada Pemerintah Kabupaten Bandung dinyatakan tercemar ringan pada kategori Kelas IV untuk
terkait industri peternakan sapi yang mencemarkan mengairi tanaman. Tingginya kadar polutan terbesar
Sungai Cikapundung. Pemerintah Kota mengaku Sungai Cikapundung adalah bakteri E-coli yang berasal
Pemerintah Kabupaten belum mengeluarkan kebijakan dari tinja dimana masyarakat di sekitar bantaran sungai
yang tegas terkait para peternak sapi yang membuang selama bertahun-tahun menggunakan sungai pemasok air
limbah kotoran sapi ke sungai. Setiap triwulannya baku terbesar bagi Sungai Citarum itu sebagai septic tank,
komunitas CRP senantiasa mengadakan cek terhadap selain itu kerusakan Sungai Cikapundung diperparah
kualitas air di Sungai Cikapundung. Pada triwulan dengan tingginya kandungan limbah yang berasal dari
pertama (tahun 2008) sebelum diadakannya kegiatan pertanian yang tidak ramah lingkungan, peternakan,
penyelematan Sungai Cikapundung khususnya aksi kali rumah tangga, pasar dan limbah industri.Keberadaan
bersih yang diadakan oleh komunitas CRP, kualitas air Sungai Cikapundung tidak bisa terlepas dari KBU
Sungai Cikapundung dinyatakan dalam keadaan buruk, (Kawasan Bandung Utara) di hulunya. Sebagai kawasan
hal ini dikarenakan banyaknya limbah/sampah rumah resapan, KBU memiliki andil terhadap kualitas dan
tangga dan industri yang dibuang langsung ke Sungai kuantitas debit air-nya. Dengan Kondisi KBU saat ini
Cikapundung. Pada triwulan kedua (tahun 2009) setelah maka, sudah tidak bisa lagi menjamin pasokan air yang
komunitas CRP melakukan kegiatan pembersihan sungai, memadai dan berkualitas terutama di musim kemarau
maka kualitas Sungai Cikapundung membaik hal ini dimana air yang mengalir dari hulu sama sekali tak
dikarenakan berkurangnya jumlah/volume sampah di menunjang penataan bagi hilir Sungai Cikapundung.
Sungai Cikapundung. Namun pada triwulan ketiga (tahun Hingga saat ini gerakan penyelamatan Sungai
2010) setelah dibukanya peternakan sapi di hulu Sungai Cikapundung baru terlihat di Kota Bandung, dimana
Cikapundung, kualitas air dinyatakan lebih buruk upaya penyelamatan Sungai Cikapundung di Kabupaten
dibandingkan dengan kualitas air pada triwulan pertama, Bandung masih dibatasi oleh batas-batas administratif,
dan yurisdiksi.
80 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
komunitas Zero melakukan pelepasan burung agar dapat antar rumah sudah sangat padat. Realisasi septic tank
melestarikan pepohonan yang ada di bantaran Sungai komunal ini hanya dapat dilakukan di beberapa RT saja di
Cikapundung sehingga suasana Sungai Cikapundung pada Kelurahan Lebak Siliwangi (di daerah bantaran sungai).
dahulu kala dapat dirasakan kembali pada saat ini. Untuk wilayah di hulu, anggota komunitas CRP
Komunitas CRP pun melestarikan satwa dan berbagai menuturkan bahwa septic tank komunal masih sangat
jenis tanaman langka yang hampir punah seperti tanaman mungkin untuk direalisasikan melihat kondisi lahan yang
kapundung, pandan bali, aron dan tanaman ampelas di ada, dimana masih terdapat lahan kosong untuk membuat
sekitar hulu Sungai Cikapundung. lubang septic tank itu sendiri, namun pembuatan septic
tank komunal ini pun seringkali menjadi pro-kontra
Pengelolaan Sampah/Limbah
diantara masyarakat yang setuju dan yang tidaksetuju
Mengelola Sampah Organik dan Non Organik dengan adanya septic tank komunal di masing-masing
RT, untuk saat ini komunitas CRP dan aparat pemerintah
Komunitas CRP mengelola sampah organik dengan setempat masih melakukan upaya pendekatan dan
membuat pupuk organik sendiri. Namun hingga saat ini, sosialisasi terhadap warga setempat.
komunitas CRP masih berusaha mencari jalan keluar
untuk mengelola sampah non organik khususnya sampah Menggunakan Teknologi Tepat Guna
basah yang didapatkan dari hasil mengambil dari sungai
Berbagai ketersediaan teknologi baik itu teknologi yang
(bersih-bersih Sungai Cikapundung), karena saat ini
dibuat secara swadaya oleh anggota komunitas CRP dan
belum ada teknologi yang dapat mengelola sampah-
Zero maupun teknologi yang diberikan oleh pemerintah,
sampah basah non organik hasil dari limbah Sungai
swasta maupun lembaga atau organisasi lainnya seperti
Cikapundung.
teknologi pencacah sampah, perahu karet, bak sampah
Komunitas CRP berharap dengan adanya dukungan dari dan alat-alat lainnya untuk mendukung kegiatan
berbagai pihak swasta, akademisi maupun pemerintah penyelamatan lingkungan khususnya terkait kelestarian
maka dapat membantu untuk memecahkan penanganan Sungai Cikapundung, sangat membantu komunitas dan
daur ulang sampah basah plastik. Untuk pengelolaan warga dalam melestarikan kebersihan lingkungan sekitar.
sampah organik, komunitas Zero mengaku bahwa hingga
Komunitas Zero dan CRP seringkali membuat berbagai
saat ini mereka belum dapat membuat pupuk organik atau
kreatifitas lainnya dengan bahan-bahan dasar limbah yang
kompos sendiri secara besar-besaran seperti apa yang
didapat dari hasil kegiatan kali bersih di Sungai
telah dilakukan oleh komunitas CRP. Namun, komunitas
Cikapundung, komunitas Zero dan CRP bahkan sudah
Zero memanfaatkan sampah-sampah basah hasil bersih-
dapat memproduksi perahu karet, pelampung dan ban
bersih kali seperti pepohonan, sampah plastik dan sampah
sendiri dan kini dapat dijual dan disewakan kepada
lainnya yang hanyut untuk dijadikan kerajinan yang
masyarakat luas, serta sebagai bukti keseriusan warga
akhirnya dapat bernilai guna dan bernilai jual tinggi.
Cikapundung untuk persiapan membuat Sungai
Membuat Septic Tank Komunal Cikapundung menjadi obyek wisata air di Kota Bandung.
Salah satu kerusakan Sungai Cikapundung disebabkan Penyuluhan dan Penyadaran Warga
karena perilaku warga yang masih membuang hasil
Komunitas CRP dan komunitas Zero mencoba
Mandi Cuci Kakus (MCK) ke Sungai Cikapundung.
melakukan aksi penyadaran khususnya penyadaran bagi
Kelembagaan partisipatoris serta pihak-pihak terkait
masyarakat yang berada di sekitar bantaran Sungai
lainnya seperti pemerintah kota, PDAM dan swasta
Cikapundung, tidak hanya dengan penyuluhan namun
bersama-sama untuk membantu warga agar tidak lagi
juga disertai aksi langsung di lapangan bersama dengan
membuang limbah domestik yaitu kotoran manusia ke
warga. Aksi penyadaran warga tersebut, berupa
Sungai Cikapundung dengan cara membuat septic tank
penyadaran dalam hal tidak membuang sampah rumah
komunal. Septic tank komunal ini dibuat bersama-sama
tangga dan limbah ke sungai, pembuatan kompos serta
warga dengan cara membuat pipa-pipa pada setiap
penya daran dalam hal penghijauan. Penyadaran tersebut
keluarga dan mengalirkan kotoran manusia ke tempat
akan efektif bila disertai dengan aksi-aksi atau kegiatan
yang telah dibuat di satu lahan kosong. Rencananya setiap
langsung di tempat bersama warga. Bila hanya
RT yang dijadikan target, dapat mendapatkan satu septic
penyuluhan-penyuluhan tetapi tidak disertai aksi
tank komunal untuk dapat digunakan secara bersama-
langsung bersama warga maka cara ini dinilai kurang
sama oleh warga setempat. Sayangnya, pembuatan septic
efektif dan kebanyakan warga masih suka membuang
tank komunal ini terkendala masalah tempat (lahan
sampah di sungai. Aksi langsung bersama warga beserta
kosong), dana, biaya dan kesadaran warga itu sendiri
pemberian materi lingkungan yang disampaikan dalam
untuk mengelolanya.
satu waktu, sangat efektif dilakukan agar warga merasa
Salah satu anggota komunitas Zero menuturkan bahwa malu untuk membuang sampah ke Sungai Cikapundung.
untuk realisasi septic tank komunal di daerah bantaran
Diskusi Sabtu-Minggu
Sungai Cikapundung seperti pada Kelurahan Lebak
Siliwangi yang telah lama melakukan kegiatan membuang Diskusi yang diadakan oleh komunitas CRP setiap hari
hasil MCK ke Sungai Cikapundung, septic tank komunal sabtu dan minggu yang diadakan di Curug Dago Bandung
ini kurang dapat direalisasikan dikarenakan sangat adalah kegiatan berupa kumpul bersama anggota
tergantung pada lahan yang ada, karena pada umumnya komunitas CRP dan komunitas-komunitas pegiat Sungai
lahan untuk membuat septic tank komunal di bantaran Cikapundung lainnya tak terkecuali komunitas Zero.
Sungai Cikapundung sudah sangat terbatas dimana jarak Kumpul bersama ini bertujuan untuk meningkatkan rasa
82 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
(SATPOL PP) yang bertugas untuk terus memantau Pengetahuan Sikap dan Perilaku Warga
Sungai Cikapundung. Namun hingga saat ini, SATPOL
Pengetahuan Warga Mengenai Sampah
PP belum dapat menemukan warga yang membuang
sampah langsung ke Sungai Cikapundung, hal ini Selanjutnya, kondisi sungai Cikapundung menurut
disebabkan industri atau warga yang membuang sampah responden di dua kelurahan sebelum dan setelah adanya
ke sungai sering tidak ketahuan dengan melakukannya kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung adalah
secara sembunyi-sembunyi pada malam hari atau dengan sebagai berikut:
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor dan mobil.
Menurut aparat setempat, PERDA Nomor 11 tahun 2004
tentang K3 belum sepenuhnya dapat diterapkan di kota
Bandung sementara kesadaran warga masih kurang
dimana denda uang belum bisa diterapkan baik kepada
warga maupun industri-industri terkait. Kesadaran
untuk merevitalisasi Sungai Cikapundung hanya
dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung semata.
PERDA Nomor 11 tahun 2004 tentang K3 serta
penurunan SATPOL PP belum dapat diterapkan di
wilayah Kabupaten Bandung. Berbedanya wilayah dan
kebijakan di Kota dan Kabupaten Bandung akan tidak
menyelesaikan permasalahan di hulu Sungai
Cikapundung dimana hampir 50 persen warga Kabupaten
Bandung Barat khususnya, hidup dari beternak sapi.
Bersama-sama kelembagaan partisipatoris Sungai
Cikapundung maka masyarakat sekaligus Walikota Pada Gambar 5 sebesar 23,33 persen responden di
Bandung terus mewujudkan Sungai Cikapundung bersih Kelurahan Dago menjawab kondisi Sungai Cikapundung
sebagai ruang publik yang menyatu dengan fungsi sebelum adanya kelembagaan partisipatoris sangatlah
lingkungan fisik, seni budaya, sosial dan ekonomi bagi buruk, sisanya sebesar 76,67 persen responden menjawab
warga Kota Bandung, serta membangun kesadaran dan kondisi sungai dalam keadaan buruk. Berbeda dengan
partisipasi pemangku kepentingan untuk tidak membuang Kelurahan Lebak Siliwangi yang berlokasi sudah masuk
sampah dan limbah ke sungai. wilayah tengah hingga hilir Sungai Cikapundung, dimana
responden yang menjawab kondisi Sungai Cikapundung
Aktivitas Swasta sangat buruk jauh lebih besar dibandingkan dengan
Banyaknya pihak swasta di Kota Bandung tidak responden di Kelurahan Dago yaitu sebesar 60 persen,
selamanya membawa dampak buruk bagi Sungai sisanya responden yang menjawab kondisi sungai dalam
Cikapundung, hal ini terlihat dari banyaknya pihak swasta keadaan buruk yaitu sebesar 40 persen. Setelah adanya
yang seringkali melakukan Corporate Social kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung kondisi
Responsibilities (CSR) dengan melakukan penghijauan sungai sudah sedikit mengalami perubahan walaupun
serta memberikan berbagai jenis bantuan terkait perlahan tetapi pasti, dimana kondisi Sungai Cikapundung
kelestarian lingkungan khususnya Sungai Cikapundung. sudah jauh lebih baik. Sebagaimana terlihat pada jawaban
Banyak pihak swasta yang telah bekerjasama dengan responden di dua lokasi penelitian dimana setelah
komunitas CRP dan komunitas pegiat Sungai adanya kelembagaan partisipatoris di daerahnya,
Cikapundung untuk melaksanakan kegiatan penghijauan sebanyak 63,33 persen responden Kelurahan Dago
bersama masyarakat di Kelurahan Dago dengan menjawab kondisi sungai sangat baik dan sisanya sebesar
melibatkan RW, RT hingga karang taruna untuk bersama- 36,67 persen responden menjawab baik. Responden di
sama menanam pohon di daerah lahan kritis di Curug Kelurahan Lebak Siliwangi yang menjawab kondisi
Dago. sungai sangat baik hanya sebesar 26,67 persen serta
responden yang menjawab baik sebesar 73,33 persen. Hal
Aktivitas Akademisi ini sesuai penuturan warga Kelurahan Lebak Siliwangi
yang mengamati kondisi Sungai Cikapundung dari hari ke
Kelembagaan partisipatoris di Sungai Cikapundung
hari semakin baik. Umumnya kualitas air di hulu Sungai
seringkali melaksanakan observasi-observasi untuk
Cikapundung (Kelurahan Dago) masih lebih baik
mengetahui kondisi atau untuk melakukan upaya
dibandingkan dengan kualitas air yang berada di tengah
penyelamatan terhadap Sungai Cikapundung. Disinilah
Sungai Cikapundung (Kelurahan Lebak Siliwangi). Hal
pihak akademisi turut dilibatkan untuk membantu
ini terjadi karena wilayah hulu Sungai Cikapundung
menganalisis lebih dalam mengenai permasalahan serta
pada umumnya masih merupakan kawasan hijau dan
solusi terkait Sungai Cikapundung, pihak akademisi
bukan merupakan kawasan padat penduduk seperti di
seringkali membantu komunitas pegiat Sungai
daerah tengah hingga hilir Sungai Cikapundung yang
Cikapundung menangani permasalahan lingkungan baik
warna airnya sudah sangat coklat keruh.
dalam rangka bakti sosial maupun praktek kerja lapang.
Dengan bersama-sama bertukar pikiran dan pengalaman Pengetahuan Warga Mengenai Penghijauan
maka komunitas-komunitas pegiat Sungai Cikapundung
dan para akademisi mendapat ilmu pengetahuan baru Rata-rata responden di dua lokasi penelitian mengatakan
yang dapat saling melengkapi dan saling memberikan bahwa adanya kegiatan penghijauan yang dilakukan
manfaat satu sama lain. adalah agar di daerahnya terdapat resapan air, ruang
84 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
Siliwangi yang kini warganya sudah tidak lagi membuang persen responden yang bersedia untuk membuat dan
sampah rumah tangga ke Sungai Cikapundung. menggunakan septic tank komunal, sementara 18 orang
lainnya atau sebesar 60 persen responden menyatakan
Salah satu kegiatan lainnya yang menjadi prioritas bagi
tidak bersedia atas pembuatan septic tank komunal di
kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung adalah
daerahnya. Untuk kelurahan Lebak Siliwangi hanya
membuat septic tank komunal di beberapa RT dan RW
sebanyak sembilan orang responden yang bersedia atau
agar pencemaran Sungai Cikapundung dapat
sebesar 30 persen yang bersedia atas pembuatan septic
diminimalisir dengan mengurangi pipa-pipa santasi yang
tank komunal sementara 21 orang lainnya atau sebesar 70
umumnya dialirkan warga langsung ke Sungai
persen menyatakan tidak bersedia jika tetap dipaksakan
Cikapundung. Jenis sanitasi yang digunakan warga di
untuk membuat septic tank komunal di daerahnya.
kedua lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
Dengan adanya program pembuatan septic tank komunal
Tabel 8. Jenis Sanitasi yang Digunakan oleh Warga, Sub membuat pro-kontra di antara warga di RT 02/RW 01
DAS Cikapundung, Bandung, Jawa Barat, 2011 Kelurahan Dago. Sebagaimana penuturan ketua RT
02/RW 01 yang mengaku warganya tidak setuju dengan
adanya pembuatan septic tank komunal. Hal ini
dikarenakan septic tank tersebut dibangun di daerah yang
terletak dekat dengan rumah beberapa warga.
Untuk pembuatan septic tank komunal, tidak semua RW
di Kelurahan Dago dijadikan daerah sasaran, dari 13 RW
yang ada di Kelurahan Dago hanya ada beberapa RW saja
yang akan dibuat septic tank komunal yaitu di RW 01, 03,
04, 12, dan RW 13. Menurut staf ahli kelurahan yang juga
merupakan ketua perkumpulan RW Lebak Siliwangi,
permasalahan yang dihadapi dalam merealisasikan septic
Umumnya responden di dua kelurahan baik itu Kelurahan tank komunal di Kelurahan Lebak Siliwangi adalah
Dago maupun Kelurahan Lebak Siliwangi memiliki ketersediaan lahan. Kelurahan Lebak Siliwangi
karakteristik yang sama, dimana sebesar 83,33 persen merupakan pemukiman yang padat, untuk membuat satu
responden di Kelurahan Dago dan sebesar 100 persen septic tank komunal di satu RT saja sudah sangat sulit
responden di Kelurahan Lebak Siliwangi sama-sama tidak karena dibutuhkan lahan kosong. Sementara ketersediaan
memiliki septic tank untuk membuang hasil sanitasinya. lahan kosong yang tidak ada pemiliknya sudah tidak ada
Responden di kedua lokasi penelitian mengaku bahwa di RT 03/ RW 08. Pembebasan lahan inilah yang menjadi
mereka menggunakan Sungai Cikapundung untuk kendala utama untuk pembuatan septic tank komunal,
membuang hasil sanitasi lewat pipa-pipa yang langsung sedangkan untuk sarana dan prasarana pembuatan septic
dialirkan ke sungai. Responden mengaku mengalirkan tank komunal sendiri sudah dibantu oleh PDAM dan
hasil sanitasi ke Sungai Cikapundung merupakan suatu Bank Dunia. Saat ini, perealisasian septic tank komunal
hal yang sudah dianggap sangat wajar, karena sudah sejak baru dapat dilaksanakan di dua RW saja, dari delapan RW
dahulu dilakukan oleh hampir seluruh warga di yang ada di Kelurahan Lebak Siliwangi, RW-RW tersebut
daerahnya. Warga tidak terlalu memikirkan dan antara lain RW 05 dan RW 07 saja, itupun tidak pada
mempermasalahkan dampak apa yang ditimbulkan semua RT di RW tersebut, namun hanya di beberapa RT
terhadap pembuangan hasil sanitasi tersebut. Berikut tertentu saja.
kesediaan warga untuk mensukseskan pelaksanaan
pembuatan septic tank komunal. Tingkat Keterlibatan Warga dalam Penghijauan
Kegiatan lainnya yang telah dilakukan oleh
kelembagaan partisipatoris Sungai Cikapundung adalah
penghijauan atau penanaman pohon. Untuk kegiatan
Tabel 9. Kesediaan Warga Membuat Septic Tank Setelah penghijauan di Kelurahan Lebak Siliwangi, hal ini tidak
Adanya Sosialisasi, Sub DAS Cikapundung, Bandung, terlalu sering dilakukan dikarenakan lahan kosong atau
Jawa Barat, 2011 lahan kritis di RT 03/ RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi,
Kecamatan Coblong Bandung Barat, sudah sangat sedikit,
serta rumah antar warga sangat berdekatan sehingga
untuk menanam pohon atau sekedar menanam tanaman
sudah sangat sulit, menurut responden di Kelurahan
Lebak Siliwangi penghijauan atau penanaman pohon
hanya beberapa kali saja dilakukan dalam satu tahun di
daerahnya.
Berbeda halnya dengan Kelurahan Dago dimana kegiatan
penghijauan atau penanaman pohon memang sudah ada
sejak dahulu kala, namun setelah adanya komunitas CRP,
kegiatan penghijauan semakin gencar dilaksanakan.
Pada Tabel 9 terlihat bahwa dari 30 orang responden di Berikut pasrtisipasi masyarakat dalam kegiatan
Kelurahan Dago hanya sebanyak 12 orang atau sebesar 40 penghijauan yang diadakan oleh kelembagaan
partisipatoris Sungai Cikapundung di dua lokasi
86 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
berada di dalam gang-gang kecil, dimana responden Partisipasi responden dalam setiap kegiatan gotong
yang tinggal di dalam gang kecil mengaku tidak memiliki royong dikategorikan menjadi empat kategori yaitu selalu,
lahan yang cukup bahkan hanya untuk menyimpan pot. kadang-kadang, jarang dan tidak pernah, berikut
Warga RT 02/RW 01 Kelurahan Dago secara kasat mata persentase warga yang mengikuti kegiatan gotong royong
melihat memang jarang sekali ada yang menanam di daerahnya dipaparkan dalam Gambar 11.
tumbuh-tumbuhan atau tanaman hias di pekarangannya.
Tingkat Keterlibatan Warga dalam Kegiatan Gotong
Royong
Berbeda halnya dengan asas gotong royong di Kelurahan
Lebak Siliwangi yang sebelumnya telah lama ada, setelah
adanya komunitas Zero, kegiatan semacam gotong
semakin gencar dilaksanakan atas inisiatif warga sendiri.
Sebelumnya, di Kelurahan Lebak Siliwangi tidak ada
semacam komunitas-komunitas pegiat lingkungan, namun
setelah masuknya komunitas CRP ke daerah Lebak
Siliwangi, kini sudah ada beberapa komunitas pegiat
sungai di Kelurahan Lebak Siliwangi. Dari delapan RW Pada Gambar 11 partisipasi responden dalam kegiatan
di Kelurahan Lebak Sliwangi kini telah ada lima gotong royong di dua lokasi penelitian tidaklah jauh
komunitas pegiat Sungai Cikapundung dengan berbagai berbeda dimana sebesar 30 persen responden di
nama yang berbeda yang ditempatkan di beberapa RW. Kelurahan Dago menjawab selalu mengikuti kegiatan
Berikut frekuensi kegiatan gotong royong di dua lokasi gotong royong di daerahnya, sementara 23,33 persen
penelitian sebelum dan setelah adanya kelembagaan lainnya menjawab kadang-kadang saja mengikuti
partisipatoris Sungai Cikapundung sebagaimana Gambar kegiatan gotong royong, 40 persen lainnya menjawab
10 di bawah ini: jarang mengikuti kegiatan gotong royong dan 6,67 persen
responden menyatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
gotong royong di daerahnya. Untuk tingkat partisipasi di
Kelurahan Lebak Siliwangi, responden yang menjawab
selalu dalam setiap kegiatan gotong royong sebesar 23,33
persen, kadang-kadang sebesar 56,67 persen dan
menjawab jarang sebesar 20 persen. Ketidakhadiran
responden di dua lokasi penelitian memiliki berbagai
macam alasan, namun pada umumnya dua alasan
responden tidak mengikuti kegiatan gotong royong adalah
karena disibukkan dengan pekerjaannya serta berbagai
acara keluarga sehingga berbentrokan dengan waktu
dilaksanakannya gotong royong dan juga karena masalah
informasi dimana banyak warga yang tidak tahu bahwa
Kegiatan gotong royong sebelum adanya kelembagaan
akan diadakan kegiatan gotong royong di daerahnya.
partisipatoris Sungai Cikapundung di Kelurahan Dago
Komunitas CRP dan komunitas Zero yang berada di dua
umumnya dilakukan secara insidentil dimana responden
lokasi penelitian selalu melakukan aksi bersih-bersih
menjawab sebesar 83,33 persen, sisanya sebesar 20
Sungai Cikapundung, hal ini diterapkan komunitas
persen responden menjawab bahwa gotong royong di
sebagai salah satu bentuk kegiatan gotong royong
daerahnya dilakukan secara berkala. Untuk Kelurahan
bersama-sama dengan warga. Berikut partisipasi warga
Lebak Siliwangi responden yang menjawab gotong
dalam kegiatan bersih-bersih sungai yang biasanya
royong di daerahnya dilakukan secara insidentil sebesar
dilakukan secara rutin setiap hari oleh komunitas.
63,33 persen dan yang menjawab berkala ada sebanyak
37 persen. Setelah adanya kegiatan kelembagaan
partisipatoris di Sungai Cikapundung terjadi perubahan
frekuensi kegiatan gotong royong dimana 100 persen
responden di RT 03/ RW 08 Kelurahan Lebak Siliwangi
menjawab bahwa kegiatan gotong royong di daerahnya
dilakukan secara rutin yaitu seminggu sekali tepatnya
dilaksanakan pada hari sabtu pagi. Berbeda dengan
Kelurahan Dago yang hampir tidak ada perubahan dari
sebelum adanya kegiatan kelembagaan partisipatoris,
dimana sebanyak 73,33 persen responden menyatakan
kegiatan gotong royong di daerahnya bersifat insidentil
dan sebesar 26,67 persen menjawab gotong royong
dilakukan secara berkala hanya menjelang hari-hari besar Gambar 8 memperlihatkan bahwa sebesar tujuh persen
saja. Berikut pernyataan salah seorang anggota komunitas responden di Kelurahan Dago menjawab kadang-kadang
Zero di Kelurahan Lebak Siliwangi yang juga warga asli saja mengikuti kegiatan bersih-bersih, responden yang
RT 03/RW 08. menjawab jarang sebesar 20 persen dan yang tidak pernah
88 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum
Cikapundung terlihat dari telah berhasilnya kelembagaan adalah upaya sadar dan terencana yang
partisipatoris dalam menyadarkan dan mengubah perilaku memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan
warga di beberapa bantaran sungai untuk tidak membuang ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk
sampah ke sungai lagi. Namun, untuk penyadaran dalam menjamin keutuhan lingkungan hidup serta
hal pengelolaan sampah dan penghijauan masih kurang keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu
berpengaruh terhadap perilaku warga, dimana partisipasi hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.
warga masih sangat rendah. Kelembagaan partisipatoris
6. Sungai Cikapundung harus dipandang sebagai satu
pun belum berhasil menyadarkan warga di dua kelurahan
kesatuan ekosistem mulai dari hulu, tengah dan hilir
untuk membuat septic tank komunal karena terbentur
serta pengelolaan yang mengacu pada pembangunan
banyaknya kendala seperti pembebasan lahan kosong
yang berkelanjutan dimana sungai tidak hanya dilihat
serta masih banyaknya pro dan kontra diantara warga
dari sisi ekonomis saja namun juga dari sisi sosial
yang tidak setuju dengan adanya program septic tank
dan ekologi sehingga dapat diwariskan kepada
komunal sekalipun sudah ada campur tangan Walikota,
generasi selanjutnya.
Lurah, RW, dan RT. Kelembagaan partisipatoris memiliki
pengaruh yang berbeda terhadap warga di dua kelurahan 7. Melihat lingkungan yang cukup asri dan potensi
dimana warga Kelurahan Dago yang pada umumnya wisata maka untuk mengembangkan Sungai
berada di wilayah hulu Sungai Cikapundung pada Cikapundung menjadi objek wisata diperlukan
kenyataannya memiliki partisipasi yang jauh lebih rendah kerjasama dari dinas-dinas terkait terutrama dinas
di bidang lingkungan dibandingkan warga di tengah budaya pariwisata, pihak swasta maupun masyarakat
Sungai Cikapundung yaitu Kelurahan Lebak Siliwangi. yang nantinya menjadi pengelola utama Sungai
Cikapundung.
Adanya batas wilayah kerja Kota dengan Kabupaten
Bandung membuat upaya penyelamatan di hulu Sungai 8. Upaya penyelamatan DAS Citarum (Sub DAS
Cikapundung tidak menyeluruh, dimana semangat untuk Cikapundung) tidak serta merta harus langsung
merevitalisasi sungai hanya ada di Kota Bandung saja, hal pada arena kolaboratif sub DAS hulu-tengah-hilir,
ini dikarenakan di wilayah Kabupaten Bandung belum namun upaya kolaboratif sebaiknya terlebih dahulu
terdapat komunitas-komunitas pegiat sungai seperti yang dilakukan di masing- masing sub DAS (kolaborasi
telah ada di Kota Bandung. Kelembagaan partisipatoris dalam sub DAS), hal ini dilakukan agar kolaboratif
tidak berdaya menyadarkan serta mengubah perilaku para dilakukan secara holistik di setiap lini sub DAS tanpa
pengusaha yang memanfaatkan sungai untuk tidak lagi terkecuali. Jikalau kolaborasi di masing-masing sub
membuang hasil limbah mereka ke Sungai Cikapundung DAS sudah kuat, kini tinggal bagaimana menyatukan
khususnya pengusaha di daerah Kabupaten Bandung kepentingan antar sub DAS yang ada yaitu antara sub
Barat. DAS hulu, tengah hingga hilir (kolaborasi antar sub
DAS).
SARAN
Beberapa saran yang dapat diajukan dari hasil penelitian
ini, anatara lain: DAFTAR PUSTAKA
1. Diperlukan koordinasi dan kolaborasi dari berbagai Agusta, I. 1998. Cara Mudah Menggunakan Metode
pemangku kepentingan baik itu, pemerintah, Kualitatif pada Sosiologi Pedesaan. Kelompok
masyarakat, swasta, serta pihak akademisi mulai dari Dokumentasi Ilmu Sosial IPB. Bogor.
hulu, tengah maupun hilir untuk bersama-sama
Arifin, B. 2001. Pengelolaan Sumberdaya Alam Indonesia
menjaga dan melestarikan Sungai Cikapundung.
(Perspektif Ekonomi, Etika, dan Praksis
2. Diperlukan ketegasan dari pemerintah daerah Kebijakan). Jakarta: Erlangga.
khususnya Kabupaten Bandung dengan
mengeluarkan kebijakan dan sanksi untuk mengatasi Arimbi. 1993. Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan. Jakarta: Walhi.
para pihak yang memanfaatkan hulu Das Citarum,
(Sub DAS Cikapundung) secara tidak bertanggung Atmanto. 1995. Peran Pemerintah dan Partisipasi
jawab khususnya pihak swasta dan pengusaha. Masyarakat dalam Pembangunan Hutan Kota:
3. Diperlukan komunitas lingkungan di Kabupaten Studi Kasus di Kelurahan Krobokan Kecamatan
Bandung Barat yang khusus menangani Semarang Barat, Kotamadya Semarang. Bogor:
Tesis. Program Pascasarjana Institut Pertanian
permasalahan lingkungan (industri peternakan sapi).
Bogor.
4. Diperlukan kesadaran dari berbagai pihak bahwa
Barber, C.V, et al. 1997. Meluruskan Arah Pelestarian
Sungai Cikapundung dapat dijadikan tempat wisata
Keanekaragaman Hayati dan Pembangunan di
yang dapat membangun kembali citra Sungai
Cikapundung agar menjadi sungai kebanggaan di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Kota Bandung. [Dephut] dan IPB. 2003a. Rencana Pengelolaan DAS
Terpadu DAS Ciliwung. Bogor: Kerjasama antara
5. Pemerintah setempat harus mengaplikasikan
Balai Pengelolaan DAS Citarum-Ciliwung
pembanguanan kota yang berwawasan kelestarian
Departemen Kehutanan dengan Fakultas
lingkungan sebagaimana yang tercantum dalam pasal
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
1 ayat 3 UU No. 32 Tahun 2009: tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
90 | Halimatusadiah, Siti. et. al.Efektivitas Kelembagaan Partisipatoris di Hulu Daerah Aliran Sungai Citarum