Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI

OLEH :
JOAO C. NETO MOK ORNAI
1411021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PATRIA HUSADA BLITAR
2019
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan
adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan
perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall
dan Logan, 1986 ).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1978 ).
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI,1988 ).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah terdiri dari dua atau lebih
individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Anggota keluarga
biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain,
keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
(suami, istri, anak, kakak dan adik) dan mempunyai tujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial
anggota.

2. Tipe Keluarga
a) Tradisional :
1. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
2. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai :
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
6. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati.
b) Non-Tradisional
1. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
3. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7. Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

3. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga


Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara unik, namun
secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Friedman, 1998):
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
(psikologis) keluarga masing-masing :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun :
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman.
2. Membantu anak untuk bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot).
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya.
Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
2. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1. Mempertahankan kesehatan
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak
3. Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
3. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
4. Keluarga Sebagai Unit Keperawatan
Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 1998 ) adalah sebagai berikut:
1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut
kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu dapat menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau
memperbaiki masalah – masalah dalam kelompoknya.
3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu
angota keluarganya mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap
anggota keluarga yang lain.
4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu ( pasien ) keluarga
tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan anggota
keluarganya yang menderita hipertensi.
5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah dalam upaya kesehatan bagi
anggota keluarga yang menderita sakit hipertensi.

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sehat- Sakit


Faktor yang mempengaruhi status kesehatan individu dan keluarga menurut H. L
Bloom yaitu :
1)  Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mencegah terjadinya penyakit hipertensi adalah
dengan cara menghindari adanya stres
2)  Faktor sosial budaya
 Faktor sosial budaya yang dapat mempengaruhi penyakit hipertensi adalah :
 Kebiasaan merokok
 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam
 Pola diet tidak teratur
 Bila sakit tidak segera berobat
 Status sosial budaya yang dapat meningkatkan stasus kesehatan pada kasus
hipertensi adalah :
 Menghindari kebiasaan merokok
 Mengurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung garam .
 Menjaga berat badan dan olah raga yang teratur
 Melakukan konril yang teratur
3) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan sangat diperlukan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian akibat hipertensi
4) Faktor keturunan
Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang bersifat genetik.

6. Tugas Keluarga Dalam Pemeliharaan Kesehatan


Menurut Friedman ( 1998) keluarga mempunyai lima (5 ) tugas memelihara
kesehatan keluarga khususnya keluarga yang anggotanya menderita penyakit
hipertensi yaitu :
1) Mengenal gangguan dan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
tentang gejala hipertensi
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap angota
keluarga yang menderita penyakit hpertensi
3) Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang menderita hipertensi
4) Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepada anggota keluarganya
5) Mempertahankan hubungan timbal balik dengan fasilitas kesehatan yang dapat
mengatasi penyakit hipertensi.
7. Peran Perawat Dalam Memberi Asuhan Keperawatan Pada
Keluarga
Yang Menderita Penyakit Hipertensi.
Dalam proses membantu keluarga yang menderita penyakit hipertensi maka peran
perawat diperlukan sebagai berikut :
1)  Pengenal tentang gejala hipertensi
Perawat membatu keluarga untuk mengenal tentang gejala penyakit
hipertensi.
2)  Pemberi perawatan pada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi. Dalam memberikan perawatan pada anggota keluarga yang
menderita penyakit hipertensi, perawat memberikan kesempatan kepada
keluarga untuk mengembangkan kemampuam mereka dalam melaksanakan
perawatan dan memberikan demonstrasi kepada keluarga bagaimana merawat
anggota keluarga yang menderita hipertensi.
3)  Koordinator pelayanan kesehatan kepada keluarga yang menderita penyakit
hipertensi.
Perawat melakukan hubungan yang terus menerus dengan kelurga yang
menderita penyakit hipertensi, sehingga dapat menilai, mengetahui masalah
dan kebutuhan keluarga serta mencari cara penyelesaian masalah penyakit
yang sedang dihadapi
4)   Fasilitator
Menjadikan pelayanan kesehatan dengan mudah untuk mengenal masalah
pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi dan mencari alternatif
pemecahanya .
5)   Pendidik kesehatan
Perawat dapat berperan sebagai pendidik untuk merubah perilaku keluarga
dari perilaku tidak sehat menjadi sehat dalam mencegah penyakit hipertensi
6)   Penyuluh dan konsultasi
Perawat berperan sebagai petunjuk dalam asuhan keperawatan dasar terhadap
keluarga yang anggotanya mederita penyakit hipertensi.

B. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Definisi Hipertensi          
Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah baik tekanan sistolik dan
diastolik serta merupakan suatu faktor terjadinya kompilikasi penyakit
kardiovaskuler.
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik diatas
standar dihubungkan dengan usia.
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic diatas normal
sesuai umur dan merupakan salah satu faktor resiko terjadinya komplikasi
penyakit kardiovaskuler.
2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan
hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain- lain.
Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia
esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke
penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah
di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:jantung memompa lebih
kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Terjadi
penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat
mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan
meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi
ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam
tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat. Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang,
arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi, maka
tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat
dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Pada 70-80% kasus
hipertensi primer didapatkan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Apabila
riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan
ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya
hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress,
kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor
lingkungan ini juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.
Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melalui aktivasi saraf
simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas, saraf para simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita
tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan
darah secara intermitten (tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan,
dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini
belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih
tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan kegemukan merupakan ciri khas dari
populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang
erat dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari. Walaupun belum dapat
dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi esensial, tetapi
penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi
volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan
dengan penderita yang mempunyai berat badan normal.

3. Patofisiologi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan
tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac
output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac
output . Dalam sistim renin - angiotensien - aldosteron pada patogenesis
hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor penyebab oleh karena
faktor hormon. Sistim renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I
kemudian angoitensin I menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion
Enzym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus
perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi
vaskuler perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai efek
langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal
tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan
meningkatkan extra fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac
output (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 ).

4. Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme terjadinya hipertensi gejala-gejala hipertensi antara lain pusing,
muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi
adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening (retina mata),
pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
5. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti
hipokoagulabilitas, anemia.
b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan
hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer
(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan
untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
terjadinya hipertensi.
l. 12.Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal dan ureter.
n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; pembesaran jantung.
o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
p. 16.EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis
1. Aktivitas
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan dengan
batasan medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.

2. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi
pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan
natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari
garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan
tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada
4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
tekanan darah yaitu :
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi
makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau
natrium benzoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang
menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
a) Jangan menggunakan garam dapur.
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi,
petis, biscuit, ikan asin, sarden, sosis dan lain-lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan
makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang mengandung
sodium.
e) Batasi minuman yang bersoda.
2) Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat
diabsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan
yang mengandung kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju, susu, kuning
telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat badan bila gemuk.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi
adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang
lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,
dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam
pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
7. Komplikasi
Organ- organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung,
gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistimatis untuk
mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga,melaksanakan asuhan keperawatan ,serta implementasi keperawatan
terhadap keluarga sesuai rencana yang telah direncanakan /dibuat serta
mengevaluasi hasil asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan .
I. PENGKAJIAN
a.    Penjajakan pertama
Tujuan penjajakan tahap pertama adalah untuk mengetahui masalah yang
dihadapi oleh keluarga.
1. Pengumpulan data
Merupakan informasi yang diperlukan untuk mengukur masalah
kesehatan ,status kesehatan, kesanggupan keluarga dalam memberikan
perawatan pada anggota keluarga .
a) Struktur dan sifat anggota keluarga
 Anggota –anggota keluarga dan hubungan dengan kepala
keluarga.
 Data demografi : umur,jenis kelamin, kedudukan dalam keluarga.
 Tempat tinggal masing-masing anggota keluarga.
 Macam struktur anggota keluarga apakah matrikat,patrikat
berkumpul atau menyebar.
 Anggota keluarga yang menonjol dalam pengambilan keputusan.
 Hubungan dengan anggota keluarga termasuk dalam perselisihan
yang nyata ataupun tidak nyata.
 Kegiatan dalam hidup sehari-hari,kebiasaan tidur,kebiasaan makan
dan penggunaan waktu senggang.
b) Faktor sosial budaya dan ekonomi
Pekerjaan, penghasilan, kesanggupan untuk memenuhi kebutuhan
primer, jam kerja ayah dan ibu, siapa yng menentukan keuangan dan
penggunaannya .
c) Faktor lingkungan
 Perumahan: luas rumah, pengaturan dalam
rumah, persediaan sumber air, adanya bahan
kecelakaan, dan pembuangan sampah.
 Macam lingkungan / daerah rumah
 Fasilitas social dan lingkungan
 Fasilitas transportasi dan kesehatan
d) Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan dari tiap anggota keluarga
 Upaya pencegahan terhadap penyakit
 Sumber pelayanan kesehatan
 Perasepsi keluarga terhadap peran pelayanan
dari petugas kesehatan.
 Pengalaman yang lalu dari petugas kesehatan.
e)   Cara pengumpulan data
 Oservasi langsung : dapat mengetahui keadaan secara langsung.
 Keadaan fisik dari tiap anggota keluarga, komunikasi dari tiap
anggota keluarga, peran dari tiap anggota keluarga, keadaan
rumah dan lingkungan.
 Wawancara (Aspek fisik, aspek mental, sosial budaya, ekonomi,
kebiasaan, lingkungan.
 Studi dokumentasi antara lain : perkembangan kesehatan anak,
kartu keluarga, catatan kesehatan lainnya.
 Dilakukan terhadap angota keluarga yang mengalami masalah
kesehatan dan keperawatan antara lain : tanda-tanda penyakit dan
kelainan organ tubuh.
2. Analisa data
Analisa data bertujuan untuk mengetahui masalah kesehatan yang
dialami oleh keluarga. Dalam menganalisis data dapat menggunakan
typologi masalah dalam family health care. Permasalahan dapat
dikategorikan sebagai berikut :
a. Ancaman kesehatan adalah : keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit,kecelakaan atau kegagalan dalam mencapai potensi
kesehatan. Contoh :
 Riwayat penyakit keturunan dari keluarga seperti hipertensi.
 Masalah nutrisi terutama dalam pengaturan diet.
b. Kurang atau tidak sehat adalah : kegagalan dalam memantapkan
kesehatan. Contoh:
 Adakah didalam keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
 Siapakah yang menderita penyakit hipertensi.
c. Krisis adalah : saat- saat keadaan menuntut terlampau banyak dari
indivdu atau keluarga dalam hal penyesuaian maupun sumber daya
mereka. Contoh : Adakah anggota keluarga yang meninggal akibat
hipertensi.

3. Prioritas Masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan
sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai
berikut:

K riteria Bobot
1. Sifat masalah
Skala : ancaman kesehatan 2
1
Tidak/kurang sehat(aktual) 3
Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah
Skala : Dengan mudah 2
2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensia masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu 1
1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah
dengan bobot.
Skor
x bobot
angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor
tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot.

b. Penjajakan pada tahap kedua


Tahap ini menggambarkan sampai dimana keluarga dapat melaksanakan tugas-
tugas kesehatan yang berhubungan dengan ancaman kesehatan, kurang /tidak
sehat dan krisis yamg dialami oleh keluarga yang didapat pada penjajakan tahap
pertama. Pada tahap kedua menggambarkan ketidak mampuan keluarga untuk
melaklasanakan tugas-tugas kesehatan serta cara pemecahan masalah yang
dihadapi .
Karena ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas
kesehatan dan keperawatan,maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
secara umum pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi antara lain :
1. Ketidak sanggupan keluarga mengenal masalah penyakit hipertensi
berhubungan dengan ketidaktahuan tentang gejala hipertensi.
2. Ketidaksanggupan keluarga dalam mengambil keputusan dalam
melaksanakan tindakan yang tepat untuk segera berobat kesarana kesehatan
bila terkena hipertensi berhubungan dengan kurang pengetahuan
klien/keluarga tentang manfaat berobat kesarana kesehatan.
3. Ketidak mampuan merawat anggota keluarga yang sakit berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi ,cara perawatan
dan sifat penykit hipertensi .
4. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan keluarga berhubungan dengan tadak dapat melihat
keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan serta ketidaktahuan
tentang usaha pencegahan penyakit hipertensi.
5. Ketidakmampuan menggunakan sumber yang ada di masyarakat guna
memelihara kesehatan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
dan keluarga tersedianya fasilitas kesehatan seperti JPS,dana sehat dan tidak
memahami manfaatnya.
2. PERENCANAAN
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan yang
ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi.
Ciri- ciri rencana perawatan keluarga:
1) Berpusat pada tindakan- tindakaan yang dapat memecahkan atau meringankan
masalah yang sedang dihadapi.
2) Merupakan hasil dari suatu proses yang sistematis dan telah dipelajari dengan
pikiran yang logis.
3) Rencana perawatan keluarga berhubungan dengan masa yang akan datang.
4) Berkaitan dengan masalah kesehatan dan masalah keperawatan yang diidentifikasi.
5) Rencana perawatan merupakan cara untuk mencapai tujuan.
6) Merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus.
Perumusan Tujuan:
- Tujuan jangka panjang mengacu pada penyelesaian masalah.
- Tujuan jangka pendek mengacu pada penyelesaian etiologi.
Kriteria Evaluasi:
- Kriteria
- Standar
Hal yang perlu dipertimbsngksn sebelum menetspksn intervensi, yaitu:
 Apakah pendekatan itu menyebabkan meningkatnya ketergantungan atau
kemandirian keluarga?
 Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan keterampilan keluarga?
 Apakah tindakan tersebut menurunkan atau meningkatkan koping keluarga?
 Apakah keluarga punya komitmen dan motivasi yg memadai terhadap
perencanaan tersebut ?
 Apakah kelugrga punya sumber-sumber yang memadai untuk melaksanakan
perencanaan tersebut ?
Tipologi Intervensi:
a. Kognitif: mengemukakan informasi dan gagasan serta pengalaman contohnya
pengajaran.
b. Afektif : tindakan dirancang untuk mengubah emosi dari anggota keluarga
sehingga dapat memecahkan masalah secara lebih efektif. Orang tua membantu
mengurangi ansietas thd perawatan anak sakit.
c. Perilaku : strategi perawatan yang diarahkan untuk membantu anggota keluarga
berinteraksi/ bertingkah laku dengan anggota keluarga lain.
3. PELAKSANAAN
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga, didasarkan kepada rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Hal- hal yang peru diperhatikan dalam
pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga adalah:
- Sumber daya keluarga (keuangan)
- Tingkat pendidikan keluarga
- Adat istiadat yang berlaku
- Respon dan penerimaaan keluarga
- Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
4. EVALUASI
Tolok ukur yang dipergunakan dalam evaluasi adalah:
a. Kriteria keberhasilan
b. Standar keperawatan
c. Perubahan perilaku
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, R.I.., 1991., Petunjuk Menyusun Menu Bagi Lanjut Usia., Depkes, Jakarta.
Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.
Hurlock, 1999., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga, Jakarta.
Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html.
Monks, dkk, 2002., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Friedman Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.Jakarta: EGC.
McCloskey, Bulechek. 2000. “Nursing Interventions Classification (NIC)”. United
States of America: Mosby.
Meidean, J., M. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of
America: Mosby.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Perry & potter .2005.Fundamental of nursing. Jakarta :EGC.
Rahmad hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia. Jakarta: CV Trans Info Media.
Suprajitno.2004. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta:EGC.
Hurlock B Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Mubarak Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salimba Medika

Anda mungkin juga menyukai