OLEH :
JOAO C. NETO MOK ORNAI
1411021
2. Tipe Keluarga
a) Tradisional :
1. The nuclear family (keluarga inti) : Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan
anak.
2. The dyad family: keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang
hidup bersama dalam satu rumah.
3. Keluarga usila: keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4. The childless family: keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar
karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
5. The extended family (keluarga luas/besar): keluarga yang terdiri dari tiga
generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai :
paman, tante, orang tua (kakak-nenek), keponakan, dll).
6. The single-parent family (keluarga duda/janda): keluarga yang terdiri dari satu
orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses
perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7. Commuter family: kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah
satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota
bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end).
8. Multigenerational family: keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok
umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.
9. Kin-network : beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama.
Misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll).
10. Blended family: keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.
11. The single adult living alone / single-adult family: keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi),
seperti : perceraian atau ditinggal mati.
b) Non-Tradisional
1. The unmarried teenage mother : keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama
ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The stepparent family : keluarga dengan orangtua tiri.
3. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas
yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama.
4. The nonmarital heterosexual cohabiting family : keluarga yang hidup bersama
berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and lesbian families: seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners).
6. Cohabitating couple: orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7. Group-marriage family : beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat
rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang
lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group network family : keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai,
hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah
tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless family: keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang
mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
3. Patofisiologi
Jantung adalah sistim pompa yang berfungsi untuk memompakan darah
keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada factor cardiac output dan
tekanan peririfer. Pada keadaan normal untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan peningkatan cardiac
output dan tekanan perifer menurun .
Konsumsi sodium (garam ) yang berlebihan akan mengakibatkan
meningkatnya volume cairan dan pre load sehingga meningkatkan cardiac
output . Dalam sistim renin - angiotensien - aldosteron pada patogenesis
hipertensi, glandula supra renal juga menjadi faktor penyebab oleh karena
faktor hormon. Sistim renin mengubah angiotensin menjadi angiotensin I
kemudian angoitensin I menjad angiotensin II oleh Angitensi Convertion
Enzym (ACE).
Angiotensin II mempengaruhi Control Nervus Sistim dan nervus
perifer yang mengaktifkan sistim simpatik dan menyebabkan retensi
vaskuler perifer meningkat . Disamping itu angiotensin II mempunyai efek
langsung terhadap vaskuler smoot untuk vasokonstruksi renalis. Hal
tersebut merangsang adrenal untuk mengeluarkan aldosteron yang akan
meningkatkan extra fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini
semua akan meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac
output (Jurnlistik international cardiovaskuler,1999 ).
2. Nutrisi
Dalam merencanakan menu makanan untuk penderita hipertensi ada beberapa
faktor yang perlu diperhatikan yaitu keadaan berat badan, derajat
hipertensi,aktifitas dan ada tidaknya komplikasi. Sebelum pemberian nutrisi
pada penderita hipertensi ,diperlukan pengetahuan tentang jumlah kandungan
natrium dalam bahan makanan. Makan biasa ( untuk orang sehat rata-rata
mengandung 2800 – 6000 mg per hari ). Sebagian besar natrium berasal dari
garam dapur.
Untuk mengatasi tekanan darah tinggi harus selalu memonitor kadaan
tekanan darah serta cara pengaturan makanan sehari-hari. Secara garis besar ada
4 (empat) macam diit untuk menanggulangi atau minimal mempertahankan
tekanan darah yaitu :
1) Diet rendah garam
Diet rendah garam pada hakekatnya merupakan diet dengan mengkonsumsi
makanan tanpa garam. Garam dapur mempunyai kandungan 40% natrium.
Sumber sodium lainnya antara lain makanan yang mengandung soda kue,
baking powder, MSG (Mono Sodium Glutamat), pengawet makanan atau
natrium benzoat biasanya terdapat dalam saos,kecap,selai,jelli,makanan
yang terbuat dari mentega. Penderita tekanan darah tinggi yang sedang
menjalankan diet pantang garam memperhatikan hal sebagai berikut :
a) Jangan menggunakan garam dapur.
b) Hindari makanan awetan seperti kecap, margarin, mentega, keju, terasi,
petis, biscuit, ikan asin, sarden, sosis dan lain-lain.
c) Hindari bahan makanan yang diolah dengan menggunakan bahan
makanan tambahan atau penyedap rasa seperti saos.
d) Hindari penggunaan baking soda atau obat-obatan yang mengandung
sodium.
e) Batasi minuman yang bersoda.
2) Diet rendah kolesterol / lemak.
Didalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid. Sekitar 25 – 50 % kolesterol berasal dari makanan dapat
diabsorbsi oleh tubuh sisanya akan dibuang lewat faeces. Beberapa makanan
yang mengandung kolesterol tinggi yaitu daging, jeroan, keju, susu, kuning
telur, ginjal, kepiting, hati dan kaviar. Tujuan diet rendah kolesterol adalah
menurunkan kadar kolesterol serta menurunkan berat badan bila gemuk.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengatur nutrisi pada hipertensi
adalah :
a) Hindari penggunaan minyak kelapa, lemak, margarine dan mentega.
b) Batasi konsumsi daging, hati, limpa dan jenis jeroan.
c) Gunakan susu full cream.
d) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir per minggu.
e) Lebih sering mengkonsumsi tahu, tempe, dan jenis kacang-kacang
lainnya.
f) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis-manis seperti sirup,
dodol.
g) Lebih banyak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah – buahan.
3) Diet kalori bila kelebihan berat badan.
Hipertensi tidak mengenal usia dan bentuk tubuh seseorang. Meski
demikian orang yang kelebihan berat badan akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Salah satu cara untuk menanggulanginya dengan melakukan diet
rendah kalori, agar berat badannya menurun hingga normal. Dalam
pengaturan nutrisi perlu diperhatikan hal berikut :
a) Asupan kalori dikurangi sekitar 25 % dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 0,5 kg berat badan per minggu.
b) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c) Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
b. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian
atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
1. Mempunyai efektivitas yang tinggi
2. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
4. Tidak menimbulakn intoleransi.
5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.
6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti
golongan diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan
penghambat konversi rennin angitensin.
7. Komplikasi
Organ- organ tubuh sering terserang akibat hipertensi antara lain mata berupa
perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan, gagal jantung,
gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
3. Prioritas Masalah
Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan
sistim scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai
berikut:
K riteria Bobot
1. Sifat masalah
Skala : ancaman kesehatan 2
1
Tidak/kurang sehat(aktual) 3
Krisis 1
2. Kemungikan masalah dapat diubah
Skala : Dengan mudah 2
2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
3. Potensia masalah untuk dicegah
Skala : Tinggi 3
1
Cukup 2
Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
Skala : Masalah berat harus ditangani 2
Ada masalah tapi tidak perlu 1
1
segera ditangani
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
1. Tentukan skor untuk tiap kriteria
2. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikanlah
dengan bobot.
Skor
x bobot
angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria , skor
tertinggi 5 sama dengan seluruh bobot.
Depkes, R.I.., 1991., Petunjuk Menyusun Menu Bagi Lanjut Usia., Depkes, Jakarta.
Hartono., 2001., Upaya-upaya Hidup Sehat Sampai Tua, Depot Informasi Obat, Jakarta.
Hurlock, 1999., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga, Jakarta.
Kiat-kiat Hidup Sehat., http://www.geocities.com/aguscht/tipdua.html.
Monks, dkk, 2002., Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya.
Yogyakarta. Gajah Mada University Press.
Friedman Marilyn. 1998.Keperawatan Keluarga.Jakarta: EGC.
McCloskey, Bulechek. 2000. “Nursing Interventions Classification (NIC)”. United
States of America: Mosby.
Meidean, J., M. 2000. “Nursing Outcomes Classification (NOC)”. United States of
America: Mosby.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi. Jakarta:
EGC.
Perry & potter .2005.Fundamental of nursing. Jakarta :EGC.
Rahmad hidayat,Dede.2009.Ilmu perilaku manusia. Jakarta: CV Trans Info Media.
Suprajitno.2004. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta:EGC.
Hurlock B Elizabeth.1980.Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Mubarak Wahit Iqbal.2009.Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salimba Medika