Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Nama : Faiz Aditya Yasin


Kelas : XI MIPA 4
MAPEL : PJOK
Pembina : Bpk. Sukriadi Sanjaya

SMA NEGERI 1 SIBOLGA


Tahun ajaran 2020-2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai “Penyalahgunaan
NARKOTIKA” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas Bapak Sukriadi Sanjaya, S.Pd. pada bidang studi Pendidikan
Jasmani Olahraga Kesehatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang dampak serta bahaya dari pemakaian dan penggunaan narkoba bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sukriadi Sanjaya, S.Pd. selaku guru
Pendidikan Jasmani Olahraga Kebugaran yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang dampak serta bahaya dari pemakaian
dan penggunaan narkoba. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

SIBOLGA, 28 November 2020

FAIZ ADITYA YASIN.


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pada awalnya narkotika hanya digunakan sebagai alat bagi ritual keagamaan dan
disamping itu juga dipergunakan untuk pengobatan, jenis narkotika yang digunakan pada
mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat atau opium. Namun, dengan semakin
berkembangnya zaman, narkoba digunakan untuk hal-hal negatif, di dunia kedokteran
narkotika banyak digunakan khususnya dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi.
Seiring dengan perkembangan zaman juga, seseorang yang pada awalnya awam terhadap
narkotika berubah menjadi seorang pecandu yang sulit terlepas dari ketergantungannya.
Pecandu narkotika merupakan “self victimizing victims”, karena pecandu narkotika
menderita sindroma ketergantungan akibat dari penyalahgunaan narkotika yang dilakukannya
sendiri.

Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses pengobatan untuk


membebaskan pecandu dari ketergantungan, rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga
merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu narkotika ke
dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika. Berdasarkan
undang-undang setidaknya terdapat dua jenis rehabilitasi yaitu rehabilitasi medis dan
rehabilitasi sosial.

Seiring dengan perkembangan zaman seperti sekarang ini, semakin banyak saja fenomena-
fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari hari dalam masyarakat. Diantara
fenomena tersebut seperti fenomena di bidang ekonomi, bidang sosial budaya, bidang politik,
dan bidang hukum. Diantara fenomena tersebut yang menjadi sorotan utama adalah fenomena
dibidang hukum.

Seiring dengan perkembangan zaman juga, seseorang yang pada awalnya awam
terhadap narkotika berubah menjadi seorang pecandu yang sulit terlepas dari
ketergantungannya. Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari
aspek yuridis adalah sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang
penggunaan narkotika tanpa izin oleh undang-undang yang dimaksud
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika telah memberi perlakuan yang
berbeda bagi pelaku penyalahgunaan narkotika, sebelum undangundang ini berlaku tidak ada
perbedaan perlakuan antara pengguna pengedar, bandar, maupun produsen narkotika.
Pengguna atau pecandu narkotika di satu sisi merupakan pelaku tindak pidana, namun di sisi
lain merupakan korban.

Pengguna atau pecandu narkotika menurut undang-undang sebagai pelaku tindak pidana
narkotika adalah dengan adanya ketentuan Undang-Undang Narkotika yang mengatur
mengenai pidana penjara yang diberikan pada para pelaku penyalahgunaan narkotika.
Kemudian di sisi lain dapat dikatakan bahwa menurut Undang-Undang Narkotika, pecandu
narkotika tersebut merupakan korban adalah ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa
terhadap pecandu narkotika dapat dijatuhi vonis rehabilitasi

Berdasarkan tipologi korban yang diidentifikasi menurut keadaan dan status korban, yaitu:

a. Unrelated victims, yaitu korban yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan
pelaku dan menjadi korban karena memang potensial.
b. Provocative victims, yaitu seseorang atau korban yang disebabkan peranan
korban untuk memicu terjadinya kejahatan.
c. Participating victims, yaitu seseorang yang tidak berbuat, akan tetapi dengan
sikapnya justru mendorong dirinya menjadi korban.
d. Biologically weak victims, yaitu mereka yang secara fisik memiliki kelemahan
yang menyebabkan ia menjadi korban.
e. Socially weak victims, yaitu mereka yang memiliki kedudukan sosial yang lemah
yang menyebabkan ia menjadi korban.
f. Self victimizing victims, yaitu mereka yang menjadi korban karena kejahatan
yang dilakukannya sendiri.

Pecandu narkotika merupakan “self victimizing victims”, karena pecandu narkotika


menderita sindroma ketergantungan akibat dari penyalahgunaan narkotika yang dilakukannya
sendiri.
Pasal 54 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan bahwa:

Pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi


medis dan rehabilitasi social. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu
proses pengobatan

Untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan masa menjalani rehabilitasi


tersebut diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman.3 Rehabilitasi terhadap pecandu
narkotika juga merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan pecandu
narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika.
Berdasarkan Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang narkotika, yang merupakan
pengganti dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika terdapat setidaknya
dua jenis rehabilitasi, yaitu rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Pasal 1 butir 16 Undang Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa:


Rehabilitasi medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk
membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika. Pasal 1 butir 17 Undang
Undang Nomor 35 tahun 2009 menyatakan bahwa: Rehabilitasi sosial adalah suatu
proses kegiatan pemulihan secara terpadu, baik fisik, mental, maupun sosial, agar
bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan
masyarakat.

Dalam menangani masalah rehabilitasi, BNN mempunyai deputi yang khusus


menanganinya yaitu Deputi Bidang Rehabilitasi. Hal ini dapat kita lihat pada Pasal 20 ayat
(1) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Badan Narkotika
Nasional yang menyatakan bahwa:

Deputi Bidang Rehabilitasi adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi
dibidang rehabilitasi berada dibawah dan bertanggung jawab kepada kepala BNN

Deputi Bidang Rehabilitasi mempunyai tugas melaksanakan pencegahan dan


pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika (P4GN) khusus di bidang
rehabilitasi, hal ini sesuai dengan Pasal 21 Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010 Tentang
Badan Narkotika Nasional.
Untuk mengantisipasi lebih parahnya kasus penyalahgunaan narkotika, dibutuhkan kerja
sama yang sinergis antara institusi pendidikan, aparat penegak hukum, lingkungan, termasuk
disini orang tua dan generasi muda.

Salah satu tujuan negara Indonesia secara konstitusional adalah terwujudnya masyarakat
Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena itu kualitas sumber daya manusia
Indonesia sebagai salah satu modal pembangunan nasional perlu ditingkatkan secara terus
menerus termasuk derajat kesehatannya.

Peningkatan derajat kesehatan sumber daya manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan rakyat perlu dilakukan upaya peningkatan di segala bidang ekonomi, kesehatan
dan hukum. Adapun yang dimaksud antara lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang
berkualitas dan berkesinambungan sehingga mencapai kesejahteraan; terciptanya peningkatan
upaya kesehatan, sarana, dan prasarana, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, pembinaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian disertai oleh peningkatan
kemandirian masyarakat melalui upaya provokatif dan preventif dalam peningkatan kualitas
lingkungan, perilaku hidup bersih sehat dan pelayanan kesehatan; serta terciptanya supremasi
hukum serta tertatanya sistem hukum daerah yang mencerminkan kebenaran, keadilan,
akomodatif, dan aspiratif.

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan. 2 Di satu sisi narkotika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan. Namun, di
sisi lain dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan
tanpa adanya pengendalian serta pengawasan yang ketat dan seksama.

Pada dasarnya peredaran narkotika di Indonesia apabila ditinjau dari aspek yuridis adalah
sah keberadaannya. Undang-Undang Narkotika hanya melarang penggunaan narkotika tanpa
izin oleh undang-undang yang dimaksud. Keadaan yang demikian ini dalam tataran
empirisnya, penggunaan narkotika sering disalahgunakan bukan untuk kepentingan
pengobatan dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi jauh dari pada itu, dijadikan ajang bisnis yang
menjanjikan dan berkembang pesat, yang mana kegiatan ini berimbas pada rusaknya fisik
maupun psikis mental pemakai narkotika khususnya generasi muda.
Badan Narkotika Nasional menyatakan telah menangani sebanyak 28.382 kasus
penyalahgunaan narkoba selama periode Januari sampai November 2009. Dari jumlah itu,
sebanyak 35.299 orang telah ditangkap. Berdasarkan total jumlah penyalahgunaan narkoba
itu, sebanyak 9.661 kasus adalah kasus narkotika, 8.698 kasus psikotropika, dan 10.023 kasus
bahan berbahaya lainnya. Sedangkan jumlah tersangka yang sudah ditangkap sebanyak
35.299 orang. Dengan rincian 13.051 orang untuk kasus narkotika, 11.601 orang untuk kasus
psikotropika, dan 10.647 kasus bahan berbahaya lainnya. Dari pelaku itu, sebagian besar
adalah pelaku yang berusia di atas 30 tahun. Ada sebanyak 102 tersangka yang masih berusia
di bawah 15 tahun, serta 1.596 tersangka berusia 16-19 tahun. Saat ini sebanyak 72 terpidana
mati kasus narkoba sedang menunggu eksekusi hukuman mati.

Pengkajian tentang penegakan hukum pidana atau criminal law enforcement sebagai
bagian dari criminal policy atau kebijakan penanggulangan kejahatan. Dalam
penanggulangan kejahatan dibutuhkan dua sarana, yakni menggunakan penal atau sanksi
pidana dan menggunakan sarana non penal yaitu penanggulangan kejahatan tanpa
menggunakan sanksi pidana (penal).

Penegakan hukum mempunyai sasaran agar orang taat kepada hukum. Ketaatan
masyarakat terhadap hukum disebabkan tiga hal, yakni: (1) takut berbuat dosa; (2) takut
karena kekuasaan dari pihak penguasa berkaitan dengan sifat hukum yang bersifat imperatif;
(3) takut karena malu berbuat jahat. Penegakan hukum dengan sarana non penal mempunyai
sasaran dan tujuan untuk kepentingan internalisasi.

Penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika talah banyak dilakukan oleh aparat
penegak hukum dan telah banyak mendapat putusan hakim. Dengan demikian, penegakan
hukum ini diharapkan mampu manjadi faktor penangkal terhadap merebaknya perdagangan
gelap serta peredaran narkotika. Namun, dalam kenyataannya justru semakin intensif
dilakukan penegakan hukum, semakin meningkat pula peerdaran serta perdagangan narkotika
tersebut.

Ketentuan perundang-undangan yang mengatur masalah narkotika telah disusun dan


diberlakukan, namun demikian kejahatan yang menyangkut tentang narkotika belum dapat
diredakan. Dalam banyak kasus terakhir, banyak bandarbandar dan pengedar yang tertangkap
dan mendapat sanksi berat, namun pelaku lain seperti tidak mengacuhkannya bahkan lebih
cenderung untuk memperluas daerah operasinya.
Kejahatan narkotika dan obat-obatan terlarang pada masa sekarang telah bersifat
transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi yang
canggih, aparat penegak hukum diharapkan mampu mencegah dan menanggulangi kejahatan
tersebut guna meningkatkan moralitas dan kualitas.

sumber daya manusia di Indonesia, khususnya bagi generasi penerus bangsa. Di antara aparat
penegak hukum yang juga mempunyai peran penting terhadap adanya kasus tindak pidana
narkotika ialah Badan Narkotika Nasional (BNN), yang diharapkan mampu membantu proses
penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika.

Kejahatan narkotika masih menjadi masalah kronis yang menimpa Indonesia. Berbagai
cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas kejahatan yang telah merenggut
banyak nyawa anak bangsa ini. Salah satunya di bidang regulasi yang ditandai dengan
diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Seiring dengan
perkembangan kejahatan narkotika, undang-undang tersebut dianggap sudah tidak lagi
memadai, maka kemudian dikeluarkan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika

Dalam Pasal 4 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, tujuan pengaturan
narkotika adalah:

a. Untuk menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan


dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari
penyalahgunaan narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika;
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi penyalahguna dan
pecandu narkotika.

Dalam Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika yang di dalamnya diatur
juga sanksi hukumnya, serta hal-hal yang diperbolehkan, maka Badan Narkotika Nasional
diharapkan mampu membantu proses penyelesaian perkara terhadap seseorang atau lebih
yang telah melakukan tindak pidana narkotika dewasa ini. Dalam Undang-Undang Nomor 35
tahun 2009 tentang Narkotika, Badan Narkotika Nasional diberi kewenangan untuk
melakukan penyelidikan dan penyidikan, hal mana belum diatur dalam undang-undang yang
lama. Dua kewenangan dirasa perlu untuk mengantisipasi kejahatan narkotika dengan modus
operandi yang semakin kompleks dan didukung oleh jaringan organisasi. Tidak hanya
penambahan kewenangan, status kelembagaan Badan Narkotika Nasional pun ditingkatkan

Efektifitas berlakunya undang-undang ini sangatlah tergantung pada seluruh jajaran


penegak umum, dalam hal ini seluruh intansi yang terkait langsung, yakni Badan Narkotika
Nasional serta para penegak hukum yang lainnya. Di sisi lain, hal yang sangat penting adalah
perlu adanya kesadaran hukum dari seluruh lapisan masyarakat guna menegakkan
kewibawaan hukum dan khususnya terhadap Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009, maka
peran Badan Narkotika Nasional bersama masyarakat sangatlah penting dalam membantu
proses penegakan hukum terhadap tindak pidana narkotika yang semakin marak.

Permasalahan narkotika di Indonesia sudah bukan hal baru, bahkan hampir setiap hari di
tabloid, televisi dan media lainnya. Ada saja berita yang membahas narkotika mulai dari
penyalahgunaan, tertangkapnya seorang pengedar bahkan pecandu yang sedang menjalani
proses rehabilitasi.

Pada abad sekarang ini, perilaku perdagangan gelap narkotika masih terus berlangsung.
Bahkan, pemakainya dari kalangan anak-anak, remaja, mahasiswa, profesional dan bahkan
oknum penegak hukum seperti kepolisian dan kejaksaan ikut terlibat

Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda dewasa


ini kian meningkat. Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda tersebut dapat
membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai
generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti
zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.
Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja. Kalau dirataratakan,
usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar, yaitu berkisar umur 11 sampai 24 tahun.

Kebanyakan orang menggunakan narkotika, psikotropika, dan miras karena adanya


sensasi psikologis berupa perasaan menyenangkan yang mucul setelahnya. Faktanya, semua
jenis zat yang masuk ke dalam tubuh manusia akan diproses secara fisiologis sebelum
akhirnya dinilai oleh otak: enak atau tidak enak, nyaman atau tidak nyaman, lagi atau
berhenti dan sejenisnya

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri, serta menimbulkan ketergantungan. Pada satu sisi, narkotika dan
psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang pengobatan, pelayanan
kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dan pada sisi lain dapat menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa pengendalian ,
pengawasan yang ketat dan seksama

Dalam upaya menurunkan angka penyalahgunaan dan peredaran narkotika maka


pemerintah mengeluarkan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 sebagai pengganti dari
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika yang sudah tidak sesuai lagi
dengan perkembangan situasi dan kondisi yang berkembang untuk menangggulangi dan
memberantas tindak pidana tersebut.

Keterlibatan anak dalam dunia narkotika, tidak lepas dari kontrol orang tua, karena
sebagaimana mestinya orang tua harus melindungi, mendidik dan memberikan kehidupan
yang layak baik kebutuhan dari segi fisik maupun psikis. Orang tua diharapkan untuk
mengawasi dan mendidik anaknya agar selalu menjauhi penyalahgunaan narkoba. Dengan
memberikan pendidikan agama maupun pendidikan umum. Generasi muda adalah tulang
punggung bangsa dan negara

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka ada beberapa masalah yang dapat
diindentifikasi sebagai berikut:

 Bagaimana sebenarnya bentuk- bentuk dari narkotika itu ? Apakah kita harus
mewaspadai akan hal itu ?
 Bagaimana tindakan hukum terhadap permasalahan penyalahgunaan narkotika di
Indonesia ?
 Bagaimana dampak yang timbul dari penyalahgunaan narkotika di kalangan
remaja ?
 Bagaimana upaya atau cara penanganan yang dilakukan agar menghambat laju
proses penyalahgunaan narkotika ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Umum Narkotika

Kita mengetahui bahwa dari sejumlah tanaman obat selain dapat digunakan untuk
membuat obat yang berguna bagi kesehatan dan tidak berbahaya hingga obat-obat berbahaya,
serta obat narkotika. Beberapa tanaman kelompok narkotika yang sejak lama telah digunakan
antara lain adalah Ganja, opium dan coca. Ketiga tanaman tersebut termasuk kelompok
Napza yang diatur dengan Undang-Undang oleh pemerintah Indonesia.

Napza merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan zat Adiktif lainnya. Napza
merupakan akronim dari Narkoba, napza adalah bahan atau zat obat yang bila masuk kedalam
tubuh Manusia akan berpengaruh pada tubuh terutama bagian otak, susunan saraf pusat dan
menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, emosional serta fungsinya.

Penggunaan napza dapat mengakibatkan terjadinya kebiasaan, ketagihan atau adiksi dan
ketergantungan atau depedensi terhadap napza.

1. Pengertian Narkotika

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang


Narkotika, narkotika dapat diartikan sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan dan
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan
dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika yang terkenal di Indonesia sekarang ini
berasal dari kata Narkoties, yang sama artinya dengan kata narcosis yang artinya berarti
membius

Narkotika berasal dari bahasa inggris “Narcotics” yang berarti obat yang menidurkan atau
obat bius.

Menurut Soedjono, narkotika adalah bahan bahan yang terutama efek kerja pembiusan,
atau dapat menurunkan kesadaran, juga dapat menimbulkan gejala-gejala fisik dan mental
lainnya apabila dipakai secara terus menerus dan secara liar dengan akibat antara lain
terjadinya ketergantungan pada bahan tersebut
Istilah umum yang digunakan di Indonesia adalah narkoba. Narkoba adalah istilah yang
merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan bahan Adiktif lainnya.

Sehubungan dengan pengertian narkotika menurut Sudarto (1992:40) bahwa “perkataan


narkotika berasal dari perkataan Yunani narko yang berarti terbius sehingga tidak merasa
apa-apa.

Defenisi lain yang dikutip Djoko Prakoso, Bambang Riyadi dan Mukhsin (1999:34)
mengemukakan “bahwa yang dimaksud dengan narkotika adalah candu, ganja, kokain, zat-
zat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin,
codein, hesisch, cocain. Dan termasuk juga narkotika sintesis yang menghasilkan zat-zat,
obat-obat yang tergolong dalam Hallucinogen dan Stimulant.” Pada beberapa dekade yang
lalu, penggunaan narkotika di kalangan bangsa-bangsa tertentu merupakan suatu kebudayaan,
namun akhirnya narkotika menjadi suatu komoditas bisnis yang mendatangkan keuntungan
yang besar, sehingga perdagangan gelap narkotika mulai marak. Bahkan perdagangan
narkoba itu telah di organisasikan dalam suatu sindikat-sindikat yang merasuk ke dalam
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara seperti politik dan ekonomi.

Penyalahgunaan narkoba sekarang telah menjadi suatu persoalan, bukan hanya dihadapi
oleh satu bangsa saja, tetapi telah menjadi persoalan internasional karena tidak adanya
keseragaman di dalam pengertian narkotika. Hal ini terungkap berdasarkan pernyataan Moh.
Taufik Makarao (2003:12) Istilah narkotika yang dipergunakan disini bukanlah “narcotics”
pada farmacologie (farmasi), melainkan sama artinya dengan “drugs”, yaitu sejenis zat yang
apabila dipergunakan akan membawa efek dan pengaruh pengaruh tertentu pada tubuh si
pemakai, yaitu :

a). Mempengaruhi kesadaran;


b). Memberikan dorongan yang dapat berpengaruh terhadap perilaku manusia;
c). Pengaruh-pengaruh tersebut berupa : 1). Penenang;
2). Perangsangan;
3). Menimbulkan halusinasi
WHO (world Health Organization) memberikan defenisi tentang pengertian narkotika,
yaitu suatu zat yang apabila dimasukkan kedalam tubuh akan mempengaruhi fungsi fisik dan
psikologis (kecuali makanan, air, atau oksigen). Sebenarnya naroktika diperlukan oleh
manusia untuk pengobatan sehingga untuk memenuhi kebutuhan dalam bidang pengobatan
dan studi ilmiah diperlukan suatu produksi narkotika yang terus menerus untuk para penderita
tersebut.

Dalam dasar menimbang Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika


disebutkan bahwa naroktika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan disisi lain
dapat pula menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila disalahgunakan atau
digunakan tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan saksama. Narkotika apabila
dipergunakan secara tidak teratur menurut takaran/dosis akan dapat menimbulkan bahaya
fisik dan mental bagi yang menggunakannya serta dapat menimbulkan ketergantungan
padapengguna itu sendiri. Artinya keinginan sangat kuat yang bersifat psikologis untuk
mempergunakan obat tersebut secara terus menerus karena sebab-sebab emosional.

2. Penggolongan dan Jenis – Jenis Narkotika

Penggolongan Narkotika atas dasar kegunaan dan kemanfataannya, dapat dibedakan


kedalam 3 golongan:

 Narkotika Golongan I:
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, Narkotika jenis ini memiliki potensi sangat
tinggi pada penggunanya akan mengakibatkan ketergantungan, beberapa
Narkotika Golongan I antara lain yaitu : Heroin, Kokain, Ganja.

 Narkotika Golongan II:


Narkotika yang digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan,
berkhasiat pengobatan dan digunakan sebagai pilihan terakhir digunakan dalam
terapi. Narkotika yang termasuk dalam golongan tersebut mempunya potensi
tinggi mengakibatkan ketergantungan untuk penggunaan obat yang bersangkutan.
Beberapa jenis narkotika golongan II antara lain: alfasetil metadol, beta metadol,
benzetidin, morfin, petidin, dan turunannya dalam bentuk garam dari golongan
narkotika tersebut.

 Narkotika Golongan III:


Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan tidak digunakan dalam terapi, Narkotika jenis ini memiliki potensi sangat
tinggi pada penggunanya akan mengakibatkan ketergantungan terhadap
penggunaan narkotika yang bersangkutan. Beberapa jenis narkotika golongan III :
asetildihidrocodeina, dihidrokodeina, dokstroproposifem, kodein.

Berdasarkan pada risiko kecanduan yang dihasilkan, golongan psikotropika dibagi menjadi 4
jenis, antara lain: 

a. Psikotropika Golongan 1 :

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini memiliki potensi yang tinggi
menyebabkan kecanduan. Selain itu, zat tersebut juga termasuk dalam obat-
obatan terlarang yang penyalahgunaannya bisa dikenai sanksi hukum. Jenis obat
ini juga bukan untuk pengobatan, melainkan untuk tujuan penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan. Contoh dari psikotropika golongan 1
diantaranya adalah LSD, DOM, Ekstasi, dan lain-lain. Obat-obatan ini akan
memberikan efek halusinasi bagi penggunanya serta merubah perasaan secara
drastis. 

b. Psikotropika Golongan 2 :

Psikotropika golongan ini juga memiliki risiko ketergantungan yang cukup tinggi.
Biasanya obat-obatan golongan ini ditujukan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit. Penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter agar tidak
memberikan efek kecanduan. Contohnya adalah Metamfetamin, Amfetamin,
Fenitoin, dan zat lainnya.

c. Psikotropika Golongan 3 :

Golongan 3 memberikan efek kecanduan yang terhitung sedang, akan tetapi ia


tetap harus sesuai dengan resep dokter. Jika dipakai dengan dosis berlebih, kerja
sistem juga menurun secara drastis. Contoh dari zat golongan 3 di antaranya
adalah Mogadon, Buprenorfin, Amobarbital, dan lain-lain. 

d. Psikotropika Golongan 4 :

Golongan 4 memiliki risiko kecanduan yang kecil dibandingkan dengan yang


lain. Namun,  tetap saja jika pemakaiannya tidak mendapat pengawasan dokter,
maka ia bisa menimbulkan efek samping yang berbahaya, bahkan kematian.
Penyalahgunaan obat-obatan pada golongan 4 terbilang cukup tinggi. Beberapa
jenisnya antara lain Lexotan, Pil Koplo, Sedatif atau obat penenang, Hipnotika
atau obat tidur, Diazepam, Nitrazepam, dan masih banyak zat lainnya.

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
Narkotika adalah suatu zat yang dapat menurunkan kesadaran dapat menimbulkan gejala-
gejala fisik dan mental, apabila dipakai terus menerus oleh penggunannya.

Adapun macam-macam narkotika yang bermanfaat dalam bidang kesehatan atau kedokteran
antara lain:

Morfin: Adalah hasil olahan dari opium atau candu mentah. Morfin mempunyai rasa pahit,
bentuknya seperti tepung halus dengan warna putih atau cairan berwarna putih. Morfin,
utamanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri yang hebat yang tidak dapat diobati
dengan analgetik non narkotika. Apabila rasa nyeri makin hebat maka dosis yang digunakan
juga makin tinggi. Semua analgetik narkotika dapat menimbulkan adiksi (ketagihan). Morfin
juga digunakan untuk mengurangi rasa tegang pada penderita yang akan dioperasi.

Methadone: Saat ini Methadone sering digunakan seseorang dalam mengobati


ketergantungan opium. Antagonis opioid (analgetik narkotika) sudah dibuat untuk mengobati
overdosis opioid dan ketergantungan opioid dan digunakan sebagai analgesia untuk penderita
rasa nyeri.

Heroin: Adalah obat bius yang sangat mudah menjadikan seseorang kecanduan sebab
efeknya yang sangat kuat. Obat ini bisa ditemukan dalam bentuk pil, bubuk, serta dalam
bentuk cairan. Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat daripada morfin dan
sering disalahgunakan orang. Heroin disebut juga disebut dengan putaw.
Kodein: Adalah analgesik lemah. Kekuatannya sekitar 1/12 dari morfin. Untuk itu, kodein
tidak digunakan sebagai analgesik, tetapi sebagai anti batuk yang kuat.

Kokain: Digunakan sebagai penekan rasa sakit dikulit, digunakan untuk anestesi (bius)
khususnya untuk pembedahan mata, hidung, dan tenggorokan.

Meperidin: Disebut juga dengan petidin, demerol, atau dolantin dipakai sebagai analgesia.
Obat ini efektif untuk diare. Daya kerja meperidin lebih rendah dari morfin

Cocain: Berasal dari tumbuh-tumbuhan yang disebut everythroxylon coca, untuk


memperoleh cocaine yaitu dengan memetik daun Coca, lalu keringkan dan diolah di pabrik
dengan menggunakan bahan-bahan kimia.

Ganja : Berasal dari bunga-bunga dan daun-daun sejeinis tumbuhan rumput bernama
cannabis sativa. Sebutan laindari ganja yaitu mariyuana, sejenis dengan mariyuana adalah
hashis yang.

Macam-macam zat adiktif lainnya yang bermanfaat di bidang kesehatan atau kedokteran,
antara lain:

 Alkohol: Dapat membunuh kuman penyakit, sehingga sering digunakan untuk


membersihkan alat-alat kedokteran pada proses sterilisasi.
 Nikotin: Pada dosis tertentu nikotin yang ada pada rokok dapat dipakai sebagai obat
untuk memulihkan ingatan seseorang. Hal ini karena nikoting dapat merangsang
sensor penerima rangsangan di otak.

3. Bentuk-bentuk Tindak Pidana Narkotika

Penggunaan narkotika pada awalnya ditujukan untuk kepentingan pengobatan, memiliki


khasiat dan bermanfaat digunakan dalam bidang kedokteran, kesehatan, serta berguna bagi
penelitian, perkembangan ilmu pengetahuan farmasi dan farmakologi.

Namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya perkembangan


teknologi obat-obatan maka jenis-jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak, serta dapat
pula di salahgunakan fungsinya yang bukan lagi untuk kepentingan pengobatan, bahkan
sudah mengancam kelangsungan eksistensi generasi suatu bangsa.
Umunnya , jenis-jenis tindak pidana narkotika dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tindak
pidana, yaitu :

a). Tindak pidana yang menyangkut penyalahgunaan narkotika Tindak pidana


penyalahgunaan narkotika dibeddakan menjadi dua macam yaitu perbuatannya untuk
orang lain dan untuk diri sendiri.

b). Tindak pidana yang menyangkut produksi dan jual beli narkotika. Tindak pidana
yang menyangkut produksi dan jual beli narkotika disini bukan hanya dalam arti
sempit, akan tetapi termasuk pula perbuatan ekspor impor narkotika.

c). Tindak pidana yang menyangkut pengangkutan narkotika Tindak pidana


pengangkutan narkotika dalam arti luas termasuk perbuatan membawa, mengirim,
mengangkut, dan mentransito narkotika.

d). Tindak pidana yang menyangkut penguasaan narkotika.

e). Tindak pidana yang menyangkut tidak melaporkan pecandu narkotika. Orang tua
atau wali memiliki kewajiban untuk melaporkan pecandu narkotika.Karena jika
kewajiban tersebut tidak di lakukan dapat merupakan tindak pidana bagi orang tua
atau wali dan pecandu yang bersangkutan.

f). Tindak pidana yang menyangkut label dan publikasi. Seperti yang diketahui bahwa
pabrik obat diwajibkan Narkotika syaratnya harus dilakukan pada media cetak ilmiah
kedokteran atau media farmasi.Apabila tidka dilaksanakan dapat merupakan tindak
pidana.

g). Tindak pidana yang menyangkut penyitaan dan pemusnahan narkotika. Barang
yang ada hubungannya dengan tindak pidana dilakukan penyitaan untuk dijadikan
barang bukti perkara yang bersangkutan dan barang bukti tersebut harus diajukan
dalam persidangan.Status barang bukti di tentukan dalam Putusan Pengadilan.Apabila
barang bukti tersebut terbukti dipergunakan dalam tindak pidana maka harus
ditetapkan dirampas untuk dimusnahkan. Dalam pidana narkotika ada kemungkinan
barang bukti yang sita merupaka tanaman yang jumlahnya sangat banyak, sehingga
tidak mungkin barang bukti tersebut diajukan kepersidangan semuanya.Dalam hal ini,
penyidik wajib membuat barita acara sehubungan dengan tindakan penyidikan berupa
penyitaan, penyisihan, dan pemusnahan kemudian dimasukkan dalam berkas
perkara.Sehubungan dengan hal tersebut, apabila penyidik tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik merupakan tindak pidana

h). Tindak pidana yang menyangkut pemanfaatan anak dibawah umur. Tindak pidana
dibidang narkotika tidak seluruhnya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi ada kalanya
kejahatan itu dilakukan pula bersama-sama dengan anak dibawah umur (usianya
belum cukup 18 tahun).Oleh karena itu perbuatan memanfaatkan anak dibawh umur
untuk melakukan kegiatan narkotika merupakan tindak pidana.

Penyalahgunaan narkotika sampai saat ini mencapai tingkat yang sangat


memprihatinkan.Hampir seluruh seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapatkan
narkotika, misalnya dari Bandar/pengedar yang menjual di sekitar sekolah, kampus, diskotik
dan berbagai tempat lainnya.Bisnis narkotika telah tumbuh menjadi bisnis yang banyak
diminati karena keuntungan ekonomis. Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan tanpa
hak dan kewajiban melawan hukum, yang dulakukan tidak untuk maksud pengobatan, tetapi
karena ingin menikmati pengaruhnya, dalam jumlah berlebih, kurang teratur, dan
berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, mental, dan
kehidupan sosial.

Didalam UU Narkotika telah diatur mengenai bentuk penyalahgunaan narkotika, misalnya


dalam Pasal 114 Ayat (1) UU Narkotika menyatakan bahwa :

Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual,
menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar,
atau menyerahkan narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp.
10.000.000.000,00 (sepulah miliar rupiah).

Larangan-larangan sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 114 Ayat (1) UU Narkotika
diatas menunjukkan bahwa UndangUndang menetukan semua perbuatan dengantanpa hak
atau melawan hukum untuk menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jaul beli, menukar, atau menyerahkan narkotika Golongan I karena sangat
membahayakan dan berpengaruh terhadap meningkatnya kriminalitas. Apabila perbuatan-
perbuatan tersebut dilakukan oleh seseorang dengan tanpa hak, maka dapat dikategorikan
sebagai perbuatan penyalahgunaan narkotika atau merupakan suatu tindak pidana khusus
yang dapat diancam dengan sanksi hukum yang berat.

Ketentuan mengenai sanksi dalam UU Narkotika sangat besar. Sanksi pidana paling
sedikit 4 (empat) tahun penjara sampai 20 (dua puluh) tahun penjara bahkan pidana mati jika
memproduksi narkotika Golongan I lebih dari 1 (satu) atau 5 (lima) kilogram. Denda yang
dicantumkan dalam UU Narkotika tersebut berkisar antara Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah) sampai dengan Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Apabila ditinjaundari pasal 127 UU Narkotika mengamanatkan agar mereka yang


merupakan seorang pecandu dan korban penyalahgunaan Narkotika wajib menjalani
Rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial, sebagaimana bunyi lengkap pasal 127 UU
Narkotika adalah sebagai berikut;

(1) Setiap penyalah guna:

a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana paling lama 4
(empat) tahun;

b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana paling lama 2 (dua)
tahun;

c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana paling lama 1
(satu) tahun.

4. Faktor Pendorong dan Penyebab Penyalahgunaan Narkotika

Berbagai hal yang dapat menjadi faktor pendorong dan penyebab seseorang terlibat dalam
penyalahgunaan Narkotika. Secara garis besar dikelompokkan menjadi 3 faktor. Faktor-
faktor tersebut masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Faktor Individu, Faktor pendorong dan penyebab penyalahgunaan Narkotika yang


bersifat individu yaitu kepribadian seseorang, motivasi individu dan kondisi jasmani tertentu
dari yang bersangkutan. Kepribadian seseorang
2. Faktor Ketersediaan Narkotika, Faktor pendorong penggunaan narkotika yang lain yaitu
karena masih banyak nya beredar barang haram tersebut secara ilegal. Semakin banyak
beredar barang terlarang tersebut maka menjadi penyebab kemungkinan dan kesempatan
untuk memperoleh barang haram tersebut secara mudah baik jumlahnya sedikit maupun
banyak, walaupun dengan cara sembunyi-sembunyi, maka masih dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan bagi yang bersangkutan.

3. Faktor Lingkungan, Faktor lingkunga mempunyai andil yang besar terhadap penggunaan
komoditas terlarang tersebut. Faktor luar tersebut dapat berwujud lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan dekat, sebaya atau sepermainan, atau lingkungan masyarakat
luas. Dengan demikian maka penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat
komplek.

5. Bahaya dan Dampak Narkotika

Halusinogen, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian
dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi ber-halusinasi dengan melihat suatu
hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD

Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan
otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih
bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang
dan gembira untuk sementara waktu

Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi
aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai
tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw

Adiktif, Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi
karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena
secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak,contohnya ganja ,
heroin , putaw
"Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ
dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya kematian".

Adapun dampak dari penyalahgunaan narkotika dikalangan remaja yaitu:


Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk perkembangan
diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa anak-anak dan remaja rusak
karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah masa depannya.Pada masa remaja, justru
keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang
besar sekali. Walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga
memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa
jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah
menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan
menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat
banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja
sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.

6. Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang paling efektif dan
mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling praktis dan nyata adalah
represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta rehabilitatif.
1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program pembinaan.
Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para anggota masyarakat yang
belum memakai atau bahkan belum mengenal narkoba sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh
program ini adalah dengan meningkatkan peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok
ini menjadi lebih sejahtera secara nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah
berpikir untuk memperoleh kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program
yang ditawrkan antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar,
kelompok olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang sebenarnya
paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan diawasi oleh
pemerintah.
2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana program ini
ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah mengenal narkoba agar
mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga mereka menjadi tidak tertarik
untuk menyalahgunakannya. Program ini selain dilakukan oleh pemerintah, juga sangat
efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi dan institusi lain termasuk lembaga-lembaga
profesional terkait, lembaga swadaya masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan
lainnya. Bentuk dan agenda kegiatan dalam program preventif ini:
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan informasi saja kepada para
pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab. Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara
hanyalah garis besarnya saja dan bersifat informasi umum.Informasi ini biasa disampaikan
oleh para tokoh asyarakat.Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau
baliho.Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi penyalahgunan
narkoba tanpa merinci lebih dala mengenai narkoba.
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi, pada penyuluhan
ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab. Bentuknya bisa berupa
seminar atau ceramah.Tujuan penyuluhan ini adalah untuk mendalami pelbagai masalah
tentang narkoba sehingga masyarakat menjadi lebih tahu karenanya dan menjadi tidak
tertarik enggunakannya selepas mengikuti program ini. Materi dalam program ini biasa
disampaikan oleh tenaga profesional seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum ataupun
sosiolog sesuai dengan tema penyuluhannya.
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar upaya
menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini menjadi lebih efektif. Pada
program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih mendalam yang nantinya akan disertai
dengan simulasi penanggulangan, termasuk latihan pidato, latihan diskusi dan latihan
menolong penderita. Program ini biasa dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau
kampus dan melibatkan narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional.
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di
masyarakat.
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti polisi, Departemen
Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan,
Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah agar narkoba dan bahan pembuatnya tidak
beredar sembarangan didalam masyarakat namun melihat keterbatasan jumlah dan
kemampuan petugas, program ini masih belum dapat berjalan optimal.
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini ditujukan
kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah mebantu mengobati
ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari pemakaian narkoba,
sekaligus menghentikan peakaian narkoba.Tidak sembarang pihak dapat mengobati pemakai
narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari narkoba secara khususlah yang
diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan pemakai narkoba ini.Pngobatan ini sangat
rumit dan dibutuhkan kesabaran dala menjalaninya.Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah
kerjasama yang baik antara dokter, pasien dan keluarganya.

Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b) Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian narkoba
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba seperti
HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat kompleks dan
memerlukan biaya yang sangat mahal. Selain itu tingkat kesembuhan dari
pengobatan ini tidaklah besar karena keberhasilan penghentian penyalahgunaan
narkoba ini tergantung ada jenis narkoba yang dipakai, kurun waktu yang dipakai
sewaktu menggunakan narkoba, dosis yang dipakai, kesadaran penderita, sikap
keluarga penderita dan hubungan penderita dengan sindikat pengedar.
Selain itu ancaman penyakit lainnya seperti HIV/AIDS juga ikut mempengaruhi,
walaupun bisa sembuh dari ketergantungan narkoba tapi apabila terjangkit penyakit seperti
AIDS tentu juga tidak dapat dikatakan berhasil.
4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditujukan
kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif. Tujuannya agar ia tidak
memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut menggerogotinya karena bekas pemakaian
narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS
biasanya ikut menghampiri para pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan
narkoba tanpa program rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak
masalah yang harus dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para
penderita akan merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam
HIV/AIDS dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling banyak
dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat dalam
jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis (OD). Cara lain yang
biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari ketinggian, membenturkan
kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk ditbrakkan pada kendaraaan yang
sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun keberhasilannya sendiri sangat bergantung
pada sikap profesionalisme lembaga yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan
kesungguhan penderita untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga
dan lembaga. Masalah yang paling sering timbul dan sulit sekali untuk dihilangkan adalah
mencegah datingnya kembali kambuh (relaps) setelah penderita menjalani pengobatan.
Relaps ini disebabkan oleh keinginan kuat akibat salah satu sifat narkoba yang bernama
habitual.Cara yang paling efektif untuk menangani hal ini adalah dengan melakukan
rehabilitasi secara mental dan fisik.Untuk pemakaipsikotropika biaanya tingkat keberhasilan
setlah pengobatan terbilang sering berhasil, bahkan ada yang bisa sembuh 100 persen.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar, pengedar
dan pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi peerintah yang
berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun distribusi narkoba.Selain itu
juga berupa penindakan terhadap pemakai yang melanggar undang-undang tentang narkoba.
Instansi yang terkain dengan program ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan.
Begitu luasnya jangkauan peredaran gelap narkoba ini tentu diharapkan peran serta
masyarakat, termasuk LSM dan lembaga kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu
para aparat terkait tersebut Masyarakat juga harus berpartisipasi, paling tidak melaporkan
segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan narkoba
dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut, polisi harus ikut aktif
menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila melihat kegiatan
penyalahgunaan narkoba.Cantumkan pula nomor dan alamat yang bisa dihubungi sehingga
masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.
Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja secara tidak langsung ikut
mebahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba tentu tak ingin kegiatan
mereka terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu sudah jadi tugas polisi untuk
melindungi keselamatan jiwa si pelapor dan merahasiakan identitasnya. Masalah
penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks yang pada umumnya disebabkan
oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan,
menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan
pendekatan secara terpadu dan komprehensif. Pendekatan apa pun yang dilakukan tanpa
mempertimbangkan ketiga faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan semua
sektor terkait termasuk para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok
remaja dan LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.
1. Peran remaja
a. Pelatihan keterampilan.
b. Kegiatan alternatif untuk mengisi waktu luang seperti : kegiatan olahraga,
kesenian dan lainlain.
2. Peran orangtua
a. Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih saying dan
komunikasi terbuka.
b. Mengasuh, mendidik anak yang baik.
c. Menjadi contoh yang baik.
d. Mengikuti jaringan orang tua.
e. Menyusun peraturan keluarga tentang keluarga bebas narkoba.
f. Menjadi pengawas yang baik.
g. 3. Peran Tokoh Masyarakat
h. Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-undang.
i. Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
j. Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
k. Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program pencegahan
penyalahgunaan narkoba.
Masyarakat mempunyai peran penting didalam usaha pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan narkoba. Untuk itu tokoh masyarakat dapat melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
1) Pahami masalah penyalahgunaan narkoba, pencegahan dan penanggulangannya.
2) Amati situasi dan kondisi lingkungan.
3) Galang potensi masyarakat yang dapat membantu pelaksanaan
penanggulangannya, terutama orangtua, para remaja, sekolah, organisasi-
organisasi sosial dalam masyarakat di sekitar lingkungan.
4) Arahkan, dorong dan kendalikan gerakan masyarakat tersebut.
Cara menggerakkan masyarakat dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1) Tatap muka dan berbicara secara terbuka maksud gerakan tersebut.
2) Adakan rapat untuk menyusun program kerja.
3) Libatkan tokoh-tokoh masyarakat, organisasi sosial, tokoh agama dan
potensi-potensi masyarakat yang ada.
5) Beri pengertian tentang masalah penyalahgunaan narkoba dimana masalah
tersebut bukan hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tapi juga masyarakat.
Adapun strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba di masyarakat dapat
dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
a. Pelatihan dan Pendidikan
Merencanakan dan melaksanakan kursus pelatihan untuk berbagai kelompok masyarakat
seperti orang tua, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok remaja tentang strategi-strategi
pencegahan, keterampilan mengasuh anak, pelatihan kerja untuk anak-anak remaja dan
lainlain.
b. Kebijakan dan Peraturan
Masyarakat perlu menyusun kebijakan dan peraturan tentang penanggulangan dan
pencegahan narkoba dan zat adiktif lainnya.
c. Kegiatan Kemasyarakatan
Tokoh-tokoh masyarakat dapat mendorong dan menggerakkan masyarakat terutama para
remaja untuk bergiat dalam kegiatan-kegiatan yang positif fan kegiatan kemasyarakatan
seperti kerja bakti, pemeliharaan kebersihan, kesehatan, dan penghijauan lingkungan.
d. Promosi Hidup Sehat
Tokoh-tokoh masyarakat dapat menyusun program-program yang mengutamakan pada
pengembangan hidup sehat seperti : gerak jalan, lomba olahraga, senam bersama, rekreasi
bersama, dll.
e. Sistem Rujukan
Tokoh-tokoh masyarakat bisa membantu mereka yang rawan atau yang korban narkoba
untuk mendapatkan pelayanan pengobatan, perawatan atau rehabilitasi sosial melalui sistem
rujukan atau tata cara yang disepakati.
f. Pembentukan Kelompok Konseling
Pembentukan kelompok konseling dari warga masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat atau
organisasi sosial masyarakat, sebagai relawan untuk memberikan konsultasi/konseling
kepada warga atau remaja-remaja yang memiliki masalah pribadi atau memiliki kerawanan
atau telah menjadi korban narkoba.
g. Organisasi
Penetapan prosedur hubungan kerjasama antara organisasi sosial masyarakat yang satu
dengan yang lainnya dan dengan tokoh-tokoh masyarakat formal/informal sangat penting
untuk memperlancar dan meningkatkan koordinasi dalam penanggulangan dan pencegahan
penyalahgunaan narkoba di lingkungannya. Di daerah yang kena wabah narkoba, akibatnya
sudah amat jelas.Selain orang yang terkena narkoba menjadi tidak produktif, kehadirannya
amat membebani bahkan menghancurkan kehidupan keluarga, mengancam keamanan
lingkungan, dan memicu aksi-aksi kejahatan di masyarakat. Keadaan buruk ini sudah
menimbulkan masyarakat benar-benar cemas dan merasa muak dan masyarakat sudah mulai
perang melawan narkoba.
Pengalaman pencegahan penyalahgunaan narkoba diluar dan didalam negeri menunjukkan
bahwa pencegahan penyalahgunaan narkoba yang fektif memerlukan peranan aktif dari
segenap lapisan
masyarakat termasuk para orang tua, tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja dan
kelompok masyarakat lainnya. Partisipasi dan kolaborasi oleh segenap lapisan masyarakat
adalah strategi yang sangat diperlukan untuk merespon secara multi disiplin pada
permasalahan penyalahgunaan narkoba yang sangat kompleks.Kita menyadari bahwa
permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan hasil interaksi berbagai faktor seperti
tersedianyanarkoba sendiri aspek kepribadian dan perilaku individu.
Dengan kenyataan ini, sepertinya tidak ada satu sistem atau kelompok pun yang bisa
memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan narkoba dilingkungannya. Pemerintah
saja tidak dapat mengatasi masalah narkoba tersendiri.Masalah penyalahgunaan narkoba yang
sangat kompleksi ini tetap menuntut penanganan secara komprehensif dan terpadu, dengan
partisipasi aktif dari masyarakat baik secara individu maupun kelompok yang mempunyai
potensi membantu generasi muda mencegah penyalahgunaan narkoba.

BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

• Narkotika/ Narkoba merupakan singkatan dari Narkotika dan Obat/Bahan berbahaya yang
telah populer beredar dimasyarakat perkotaan maupun di pedesaan, termasuk bagi aparat
hukum.
• Jenis Narkotika yang sering disalahgunakan adalah morfin, heroin (putauw), petidin,
termasuk ganja atau kanabis, mariyuana, hashis dan kokain
Dari makalah di atas bisa ditark kesimpulan bahwa:
1) Narkoba adalah barang yang sangat berbahaya dan bisa merusak
susunan syaraf yang bisa merubah sebuah kepribadian seseorang menjadi
semakin buruk
2) Narkoba adalah sumber dari tindakan kriminalitas yang bisa merusak
norma dan ketentraman umu.
3) Menimbulkan dampak negative yang mempengaruhi pada tubuh baik
secara fisik maupun psikologis

Sebaiknya kalangan remaja sekarang harus dibina diluar dan didalam supaya tidak
terjerumus ke dalam NARKOBA dan yang paling berperan penting disini ialah Orang Tua.
Manakala orang tua tidak peduli dengan pergaulan anak-anaknya, maka sudah dipastikan
anak tersebut akan terjerumus kedalam NARKOBA dan apabila sudah terjerumus akan
sangat berbahaya, Jika terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun
organ dalam tubuh akan rusak dan jika sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan
overdosis dan akhirnya kematian.

Anda mungkin juga menyukai